Anda di halaman 1dari 7

PENETAPAN KADAR KAFEIN DALAM SAMPEL MINUMAN ISOTONIK

MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS KINERJA TINGGI

Disusun oleh Kelompok 1:


Abdul Maulana Ishak (1820189)
Abdus Salam Al-Ghifari (1820190)
Amalia Vidya Maharani (1820192)
Andriani Eka Diah Ariyanto (1820193)
Anis Putri Mawarni (1820194)
Anton Saputra Dikara (1820195)
Aulia Yusri Afifah (1820196)
Az Zahra Badzlina (1820197)
I. Judul

Penetapan Kadar Kafein dalam Sampel Minuman Isotonik Menggunakan


Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi.

II. Tujuan
Menetapkan kadar kafein dalam sampel minuman isotonik menggunakan
kromatografi lapis tipis kinerja tinggi.

III. Prinsip
Kafein merupakan senyawa organik yang banyak mengandung gugus fungsi
yang mampu menyerap sumber radiasi pada daerah sinar ultra violet. Oleh karena
itu dalam keadaan murni atau sudah terpisahkan dengan bahan organik yang lain
maka kafein dapat dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis yang
dilengkapi dengan detektor.

IV. Dasar Teori

Pada proses pembuatan minuman berenergi penambahan zat-zat stimulan


mutlak diperlukan, salah satunya adalah kafein. Selain dapat menghilangkan rasa
kantuk, kafein juga dapat memberikan kebugaran dan kesegaran pada tubuh.
Kafein juga berfungsi sebagai zat penenang sehingga kafein dijadikan sebagai
pelengkap obat-obat penawar rasa sakit. Kafein dalam tubuh dapat dengan mudah
diserap oleh usus dan menyebar dalam beberapa menit melalui darah ke semua
organ dan jaringan tubuh. Kafein dapat mengelabui tubuh untuk dapat tetap
beraktivitas tinggi meningkatkan tekanandarah,dan peningkatan pengeluaran urin.
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,
daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat (Hermanto, 2007).
Kafein merupakan stimulansia system saraf pusat dan metabolik. Kefein
menghambat phosphodiesterase dan mempunyai efek antagonis pada reseptor
adenosine sentral. Pengaruh pada sistem syaraf pusat terutama pada pusat-pusat
yang lebih tinggi, yang menghasilkan peningkatan aktivitas mental dan tetap
terjaga atau bangun. Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa
kimia C8H10N4O2, dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein
mempunyai kemiripan struktur kimia dengan 3 senyawa alkaloid yaitu xanthin,
theophylline, dan theobromine. C8H10N4O (Buysse D.J Reynolds, 1989).
Pemerintah telah menetapkan standar kafein pada minuman berenergi yaitu
SNI No 01-6684-2002 tentang minuman berenergi. Tujuan dari SNI tersebut
adalah untuk melindungi konsumen dari efek negatif kafein yang berlebih. Namun
diisisi lain, konsentrasi kafein yang telah ditentukan tersebut tidak memberikan
efek stamina yang instan bagi konsumen, sehngga dimungkinkan ada produsen
yang meningkatkan kadar kafeinnya untuk menghasilkan efek yang cepat bagi
pengkonsumsinya. Kadar maksimum pada minuman berenergi berdasarkan
peraturan menurut SK Dirjen POMNo.PO.04.02.3.01510 dan SNI No 01-6684-
2002 yaitu 50 mg persaji (BPOM RI, 2004)
Kromatografi lapis tipis pertama kali digunakan untuk pemisahan yaitu pada
tahun 1938 oleh Izmailoff Schraiber. KLT merupakan salah satu dari bagian
Kromatografi planar, kertas dan elektroforesis. Pada KLT fase diamnya berupa
lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang terbuat dari lempeng
kaca, plat aluminum atau bahkan plat dari plastik. KLT merupakan cara
pemisahan campuran untuk mendapatkan senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya. KLT dapat dipakai dengan dua tujuan, pertama dipakai selayaknya
sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua,
sebagai uji pendahuluan untuk optimasi sistem fase gerak dan sistem fase diam
yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja
tinggi.
Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) merupakan suatu istrumen
pengukur densitas bercak hasil pemisahan yang dilengkapi dengan suatu
perangkat optik, sumber cahaya dan detektor sepertihalnya dengan
spektrofotometer (Hayun et al, 2007). Metode Kromatografi Lapis Tipis kinerja
Tinggi (KLTKT) ini dipilih karena memiliki kemampuan reability,
reproducibility, simplisity, kecepatannya,sangat ekonomis karena hanya
membutuhkan bahan dan pelarut dalam jumlah minim serta waktu analisis yang
cukup cepat. Kromatografi lapis tipis-kinerja tinggi atau High Performance-Thin
Layer Chromatography (HPTLC) dimaksudkan untuk menghasilkan pemisahan
dan hasil analisis yang lebih baik dibanding dengan KLT biasa. Kelebihan
KLTKT dibanding dengan KLT terletak pada fase diamnya, yang mana pada
KLTKT digunakan fase diam berukuran halus dan pori-porinya seragam serta
mempunyai ketebalan lapisan 0,1 mm. Ukuran partikel fase diam yang lebih kecil
ini akan menyebabkan semakin besarnya jumlah lempeng teoretis (N), karenanya
pemisahan menjadi lebih efisien.
Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan serbuk
selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang
akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul polar. Alumina lebih
disukai untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan silica gel
lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam amino dan
gula.Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin juga dapat
digunakan sebagai adsorben (Soebagio, 2002).
Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan
susunan tertentu.Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang
tinggi. Terdapatnya sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat
menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan (Soebagio, 2002).

V. Cara Kerja

Pembuatan Larutan Induk Kafein 10.000 ppm

Ditambahkan
Dimasukkan ke
Ditimabang Klorofom
dalam Labu Dihomogenkan
teliti 1 g Kafein sampai batas
Takar 100 mL
tera

Pembuatan Deret Standar (500, 1000, Dan 1500) ppm

Standar Induk Kafein


10.000 ppm

1,25 mL 2,50 mL 5,75 mL


500 ppm 1000 ppm 1500 ppm

Labu Takar 25 mL

Ditera dengan kloroform


dan Dihomogenkan
Preparasi Sampel Minuman

Dipipet 25 mL Diekstraksi (15


sampel Ditambahkan 25 menit) Disaring dengan
mL Kloroform kertas saring
(corong pemisah) sebanyak 2 kali

Dimasukkan
Diukur dengan Dibubuhi 1 sendok
ekstrak kedalam
alat HPLC (NH4)2 SO4
tabung reaksi

VI. Data Pengamatan

Data Preparasi Standar Induk 10.000 Ppm

Bobot Kafein (g) Konsentrasi Standar Induk (mg/L)


1,0000 10000

Data Preparasi Deret Standar

No Konsentrasi (mg/L) Luas Area Intersept Slope Persamaan Regresi


1 500 4140,49
y = 2167,79 +
2 1000 6544,65 2167,79 4,1611
4,1611X
3 1500 8301,62

Data preparasi sampel

Luas Area Konsentrasi (mg/L)


7301,37 1233,7074

VII. Perhitungan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑡 7301,37−2167,37
Kadar Kafein (mg/L) = = = 1233,7074 mg/L
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 4,1611

VIII. Pembahasan

Pemerintah telah menetapkan standar kofein pada minuman berenergi yaitu


SNI No 01-6684-2002 tentang minuman berenergi. Tujuan dari SNI tersebut
adalah untuk melindungi konsumen dari efek negatif kafein yang berlebih. Namun
disisi lain, konsentrasi kofein yang telah ditentukan tersebut tidak memberikan
efek stamina yang instan bagi konsumen, sehingga dimungkinkan ada produsen
yang meningkatkan kadar kafeinnya untuk menghasilkan efek yang cepat bagi
pengkonsumsinya. Kadar maksimum pada minuman berenergi berdasarkan
peraturan menurut SNI No 01-6684- 2002 yaitu 50 mg persaji (SNI, 2002).
Percobaan ini menggunakan metoda kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
Pemilihan Metode ini dikarenakan waktu analisis cepat, daya pisah baik memiliki
kepekaan yang tinggi bisa untuk molekul besar dan kecil mudah untuk
memperoleh kembali cuplikan.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar kafein pada minuman isotonik
tersebut sebesar 1233,7074 mg/L menggunakan metode kromatografi lapis tipis
kinerja tinggi. Namun pada percobaan ini sampel tidak terbaca di alat hal ini
diperkirakan karena dua hal :
1. Kesalahan pada saat preparasi yaitu pada saat pengekstrakan dimana kafein
pada sampel belum terekstrak sempurna karena pengekstrakan dilakukan oleh
beberapa orang dengan kekuatan dan kecepatan putaran yang berbeda hingga
kafein pada sampel tidak terekstrak dengan maksimal.
2. Kadar pada minuman isotonik tersebut memiliki kadar kafein yang rendah
sehingga tidak terbaca pada alat.

IX. Kesimpulan

Kadar kafein pada minuman isotonic menggunakan metode Kromatografi


Lapis Tipis Kinerja Tinggi adalahsebesar 1233,7074 mg/L.

X. Pertanyaan

1. Mengapa perlu dihitung nilai ketidakpastian pengukuran?

Jawaban =
Karena nilai ketidakpastian dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dalam percobaan. Walaupun hasilnya tidak tepat dengan standarnya,
namun dengan nilai ± dapat diketahui bahwa nilai hasil percobaan masuk atau
tidak dalam intervalnya. Nilai ± yang didapat dari estimasi ketidakpastian
merupakan gabungan sumber ketidakpastian yang disebabkan dari keterbatasan
alat, waktu, kemampuan manusia, dll. Oleh karena itu dengan adanya penyertaan
nilai ini maka data yang didapat bias diterima dan dipertanggungjawabkan.
2. Mengapa pengukuran kafein dapat dilakukan menggunakan panjang
gelombang elektromagnetik ultra violet?

Jawaban =
Karena kafein dalam larutan tak berwarna, dan fase diam yang digunakan
merupakan plat tipis TLC silica gel 60 yang mampu menyerap sinar UV sehingga
ketika sampel telah dielusi kemudian dimasukkan ke alat TLC/HPTLC scanner
warnanya dapat terlihat.

3. Apa saja aspek kritis yang dapat mempengaruhi kelinieran kurva kalibrasi?

Jawaban =
Nilai konsentrasi dan absorbansi sampel maupun standar, senyawa pengganggu,
pembuatan deret standard saat melakukan pengenceran maupun pemipetan, dsb.

4. Apakah ketidakpastian kurva kalibrasi merupakan sumber ketidakpastian


terbesar dalam pengukuran?

Jawaban =
Ya, karena dari kurva kalibrasi dapat diketahui secara garis besar dengan melihat
nilai r yang diperoleh apakah mendekati 1 atau tidak. Dari kurva kalibrasi
memberikan sumber ketidakpastian terbesar karena hal ini menyangkut nilai
konsentrasi deret standar yang berhubungan langsung dengan praktikan saat
pembuatan deret standar. Apabila analis tidak teliti, maka kemungkinan hasil
yang didapat tidak sesuai dengan standar. Dari ketidakpastian kurva kalibrasi juga
didapatkan persamaan regresi

XI. Daftar Pustaka

Hayun., Nelly, D., Leswara., Camelia, D. P, & Masrijal (2007). Penetapan


kadar Triprolidina hidroklorida dalam Sedian sirup obat influenza secara
Kromatografi Lapis Tipis Densitometri. Majalah Ilmu Kefarmasian, 4 (2), 59-
72.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).
Tentang Hasil Sampling dan Pengujian Laboratorium Produk Minuman
Suplemen yang Mengandung Kafein.

Anda mungkin juga menyukai