dalam tepung terigu akan menyerap air dan 2.1 Waktu dan Tempat ketika diaduk/diulen akan membentuk gluten yang akan menahan gas CO2 hasil reaksi ragi Praktikum dilakukan pada hari Rabu, 8 dengan pati di dalam tepung. Maret 2017 pukul 13.00 - 16.00 WIB di Adanya kandungan tersebut pada Laboratorium Biokimia Gizi Lantai 2, tepung terigu, membentuk jaringan dan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas kerangka dari roti sebagai akibat dari Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. pembentukan gluten. Gluten merupakan kompleks protein yang tidak larut dalam air, 2.2 Alat dan Bahan berfungsi sebagai pembentuk struktur kerangka produk. Gluten terdiri atas Alat yang digunakan pada praktikum ini komponen gliadin dan glutenin yang adalah penggaris, kantung plastik kiloan, menghasilkan sifat-sifat viskoelastis. timbangan analitik, dan sekop. Kandungan tersebut membuat adonan mampu Bahan yang digunakan adalah sampel dibuat lembaran, digiling, ataupun dibuat tepung terigu sebanyak 1 kg. mengembang (Imanningsih 2012). Imanningsih (2012), menambahkan bahwa 2.3 Prosedur Percobaan gliadin akan menyebabkan gluten bersifat elastis, sedangkan glutenin menyebabkan Metode yang digunakan dalam adonan menjadi kuat menahan gas dan praktikum pengambilan contoh (sampling) menentukan struktur pada produk yang adalah dengan menggunakan car sampling. dibakar. Sebanyak 5 batch tepung terigu masing- Banyak sedikitnya gluten pada tepung masing diambil 200 gram dan dimasukkan terigu bergantung pada berapa banyak jumlah dalam kantong plastik kemudian protein dalam tepung itu sendiri. Semakin dihomogenkan, sehingga berat tepung terigu tinggi proteinnya maka semakin banyak dalam satu plastik menjadi 1 kg. Setelah jumlah gluten yang didapat, begitu juga dihomogenkan, tepung dituangkan ke atas sebaliknya (Imanningsih 2012). Banyaknya plastik yang ada di atas meja. Kemudian kandungan gluten akan menyebabkan adonan tepung terigu diratakan dengan penggaris elastis atau tidak mudah hancur pada proses yang telah dilapisi palstik. Tepung terigu yang pencetakan dan pemasakan.. Komponen ada dibagi menjadi 4 bagian, sehingga utama yang terkandung di dalam tepung masing-masing bagian memiliki berat 250 terigu, seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, gram. setelah itu, diambil menjadi 2 bagian besi dan vitamin A cukup tinggi (Muchtandi secara diagonal, sehingga didapat 2 bagian dan Sugiyono 2013). sampel yang masing-masing seberat 500 Menurut Rustandi (2011), gandum gram. Lalu dilakukan pengulangan hal yang yang telah diolah menjadi tepung terigu dapat sama hingga mendapat sampel seberat 50 digolongkan menjadi 3 tingkatan yang gram. dibedakan berdasarkan kandungan protein yang dimiliki, yakni : HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hard flour (kandungan protein 12% 14%) Tepung ini mudah dicampur dan Tepung terigu merupakan tepung yang difermentasikan, memiliki daya serap air berasal dari bulir gandum. Tepung terigu tinggi, elastis, serta mudah digiling. Jenis umumnya digunakan sebagai bahan dasar tepung ini cocok untuk membuat roti, mie, pembuat kue, mie dan roti. Tepung terigu dan pasta. memiliki kadar protein sekitar 8 14% b. Medium flour (kandungan protein 10,5% (Mariyani 2011). Menurut Aristawati (2013), 11,5%) Tepung ini cocok untuk membuat terigu yang baik adalah terigu yang adonan dengan tingkat fermentasi sedang, mempunyai kandungan air 14%; kadar protein seperti donat, bakso, cake, dan muffin. 8-12%; kadar abu 0,25-1,60%; dan gluten c. Soft flour (kandungan protein 8% 9%) 5. Rustandi D. 2011. Produksi Mie. Tepung ini memiliki daya serap rendah, sukar Solo(ID): Tiga Serangkai Pustaka diuleni, dan daya pengembangan rendah. Mandiri. Tepung ini cocok untuk membuat kue kering, biskuit, pastel. Cara yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan menggunakan car sampling. Tepung terigu digunakan sebagai sampel pada praktikum ini. Sebanyak 5 batch tepung terigu masing- masing diambil 200 gram dan dimasukkan dalam kantong plastik kemudian dihomogenkan, sehingga berat tepung terigu dalam satu plastik menjadi 1 kg. Setelah dihomogenkan, tepung dituangkan ke atas plastik yang ada di atas meja. Kemudian tepung terigu diratakan dengan penggaris yang telah dilapisi palstik. Tepung terigu yang ada dibagi menjadi 4 bagian, sehingga masing-masing bagian memiliki berat 250 gram. setelah itu, diambil menjadi 2 bagian secara diagonal, sehingga didapat 2 bagian sampel yang masing-masing seberat 500 gram. Lalu dilakukan pengulangan hal yang sama hingga mendapat sampel seberat 50 gram.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aristawati R. 2013. Substitusi tepung
tapioka (manihot esculenta) dalam pembuatan takoyaki. Jurnal Teknosains Pangan. 2(1): 56-63. 2. Imanningsih N. 2012. Profil gelatinisasi beberapa formulasi tepung-tepungan untuk pendugaan sifat pemasakan. Panel Gizi Makan. 35 (1):13-22. 3. Mariyani N. 2011. Studi pembuatan mie kering berbahan baku tepung singkong dan mocal (modified cassava flour). Jurnal Sains Terapan. 1(1):9- 11. 4. Muchtandi TR, Sugiyono. 2013. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan. Bandung(ID): Alfabeta,.