Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberikan kami kesempatan agar
kami dapat menyelesaikan makalah dan presentasi Kimia Analisis ini dengan baik. Makalah
ini kami buat untuk menyelesaikan tugas Semester ke-3 mata pelajaran Kimia Analisis, dan
juga dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk meteri YODOMETRI ini.
Makalah ini meliputi pembahasan tentang beberapa cara standarisasi larutan Tiosulfat,
beberapa penetapan di dalam metoda YODOMETRI, dan juga cara-cara untuk menentukan
BST suatu senyawa.
Setelah membaca makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat mengerti, memahami,
serta menguasai semua materi yang dibahas di dalam makalah ini.

Bogor, Februari 2015

Penyusun

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 1


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
MATERI................................................................................................................... 3
A.

STANDARISASI LARUTAN TIOSULFAT.................................................................3


a) STANDARISASI LARUTAN Na2S2O3 DENGAN BBP K2BrO3...................................3
b) STANDARISASI LARUTAN Na2S2O3 DENGAN BBP K2Cr2O7..................................4
c) PENETAPAN NORMALITAS Na2S2O3 DENGAN BBP KALIUM IODAT (KIO3)...........7
D) MENSTANDARISASI LARUTAN Na2S2O3 DENGAN BBP Ce(SO4)2..........................8
e) MENSTANDARISASI LARUTAN NA2S2O3 DENGAN BBP TEMBAGA.....................9

B.

PENENTUAN YODOMETRIK.............................................................................10
1. PENETAPAN KADAR Cu(II) DALAM TERUSI CuSO4.5H2O CARA BRUNNS..........11
2. PENETAPAN KADAR Cu(II) DALAM TERUSI CuSO4.5H2O CARA DE HAEN.........13

C.

PENENTUAN BOBOT SETARA (BST)...................................................................15


PENENTUAN BOBOT SETARA ( BST ) ATAU BOBOT EQUIVALEN KALIUM
DIKROMAT( K2CR2O7 )....................................................................................... 15
PENENTUAN BOBOT SETARA (BST) H2O2 ATAU HIDROGEN PEROKSIDA...............16
PENENTUAN BOBOT SETARA (BST) BROMAT ATAU BRO3 -...................................17

LAMPIRAN............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 19

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 2


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

MATERI
A. STANDARISASI LARUTAN TIOSULFAT
Sejumlah zat padat/iodium dapat digunakan sebagai standar primer untuk larutan
Tiosulfat. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menstandarisasi larutan
Tiosulfat:
a)
b)
c)
d)
e)

Menstandarisasi larutan Na2S2O3 dengan BBP K2BrO3


Menstandarisasi larutan Na2S2O3 dengan BBP K2Cr2O7
Menstandarisasi larutan Na2S2O3 dengan BBP KIO3
Menstandarisasi larutan Na2S2O3 dengan BBP Ce(SO4)
Menstandarisasi larutan Na2S2O3 dengan BBP Tembaga

a) STANDARISASI LARUTAN Na2S2O3 DENGAN BBP K2BrO3


Kedua garam ini mengoksidasi iodida secara kuantitatif menjadi iodium dalam
larutan berasam
IO3- + 5I- + 6H+

3I2 + 3H2O

BrO32- + 6I- + 6H+

3I2 + Br- + 3H2O

Molibdat ditambahkan sebagai katalis


Kerugian utama dari kedua garam ini sebagai standar primer adalah bahwa
berat equivalennya kecil. Dalam tiap hal berat eqivalennya kecil adalah seperenam
bobot molekular, untuk KIO3 adalah 35.67 dan untuk KbrO3 adalah 27.84. agar
dapat menghindari kesalahan yang besar dalam penimbangan, penunjuk biasanya
mengharuskan untuk menimbang contoh yang besar, mengencerkannya dalam botol
volumetrik dan mengambil contoh alikot. Garam kalium asam iodat KIO3, HIO3
dapat juga dijadikan standar primer, tetapi berat eqivaelnnya juga kecil, satu per dua
blas atau sebesar 32.49.

b) STANDARISASI LARUTAN Na2S2O3 DENGAN BBP K2Cr2O7


Senyawa ini dapat diperoleh dengan derajat kemurnian yang tinggi, ia
mempunyai berat eqivalen yang cukup tinggi, tidak higroskopik, padatan dan
STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 3
PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

larutannya sangat stabil. Reaksi denga iodida dilaksanakan dalam asam 0,2 sampai
0,4 M berlangsung secara lengkap dalam 5 sampai 10 menit :
Cr2O72- + 6I- +14H+

2Cr3+ + 3I2 + 7H2O

Berat eqivalen kalium dikromat adalah seperenam bobot molkularnya atau


49.03 g/eq. Pada konsentrasi berasam yang lebih besar dari 0,4 M, oksidasi oleh
udara dari Kalium Iodida menjadi nyata. Untuk memperoleh hasil terbaik, sebagian
kecil natrium bikarbonat atau CO2 padat ditambahkan kepada botol titrasi. Karbon
dioksida yang dihasilkan mengusir udara, yang kemudian campuran dibiarkan
hingga bereaksi sempurna.
Dasar :
Dalam suasana asam, Kalium Dikhromat (K2Cr2O7 ) mengoksidasikan Kalium
Iodida (KI), sehingga terbentuk garam Khrom yang berwarna hijau, kemudian iod
yang setara asam akan lepas. Lalu iod bebas ini dapat dititar dengan larutan baku
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3). Dengan Kanji sebagai indikatornya dan memiliki titik
akhir hijau kebiruan
Reaksi :
K2Cr2O7 + 6KI + 6HCl
I2 + 2Na2S2O3

8KCl + 2CrCl3 + 2I2 + 7H2O


2NaI + Na2S4O6

Cara Kerja :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ditimbang 0,49 gram K2Cr2O7


Dilarutkan dalam labu ukur 100 ml kemudian dihimpitkan
Dipipet 10 ml larutan K2Cr2O7 dan dimasukan kedalam erlenmeyer asah
Diencerkan hingga 100 ml. Ditambahkan 5 ml HCl 4N, dan 3 ml KI 10%
Larutan dititar dengan Na2S2O3 hingga hijau kekuningan
Ditambahkan 2-3 tetes indikator kanji kamudian dikocok dengan kuat (larutan

berwarna biru)
7. Larutan dititar kembali dengan Na2S2O3 0,1N hingga mencapai titik akhi
berwarna hijau kebiruan
8. Volume dicatat dan dilakukan duplo.
Data perhitungan :

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 4


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

N Na2S2O3 = Mg
Contoh
Fp x vp x
Pembahasan

Kalium dikhromat adalah sebuah pengoksidasi yang cukup kuat, dengan


potensial standar dari reaksi :
Cr2O72- + 14H+ + 6e

2Cr3+ + 7H2O

Sebesar +1.33v. Bagaimana juga kekuatannya tidak sebesar kalium permanganat


atau Serrium (IV).
Keuntungannya adalah :
Harganya tidak mahal
Stabil dalam larutan
Tersedian dalam bentuk yang cukup murni untuk digunakan membuat larutanlarutan standar melalui penimbangan langsung
Larutan tio digunakan sebagai larutan penitar yang akan bereaksi dengan iod
yang bebeas pada penitar Yodometri.
Larutan K2Cr2O7 perlu distandarisasikan karena sulit didapat dalam keadaan
murni juga kestabilan larutan mudah dipengaruhi. Diantaranya :
a. pH rendah (<5) terjadi penguraian :
S2O32- + H+

HS2O3-

HS2O3- + S

b. Oleh sinar Matahari.


c. Terutama adanya Bakteri, yang memakai belerang sampai pada larutan dan
metabolisma menyebabkan terjadinya perubahan S2O32- menjadi SO3- , SO42- dan
S (Koloidal). Belerang tampak sebagai endapan koloidal yang menyebabkan
larutan menjadi keruh, bila terbentuk ini Larutan harus dibuang. Untuk
mencegah bakteri, pada pembuatan larutan air yang digunakan harus didihkan
STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 5
PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

terlebih dahulu terlebih dahulu atau dapat ditambahkan pengawet seperti


klorofrom, boraks, natrium karbonat, natrium benzoat.
Kestabilan tio paling baik pada pH 9-10 , karena aktifitas bakteri minimal.
Jika pada pH diatas tersebut, tio akan di oksidasikan sebagian menjadi sulfat
4I2 + S2O32- + 5H2O

8I + 2S42- + 10H+

Untuk kebutuhan biasa, pH 7 sudah cukup baik, akan tetapi larutan tio harus
sering distandarisasikan.
Kelemahan K2Cr2O7 :

Reaksi dengan KI sedikit lambat ketika menentukan TA


Sulit menentukan ion titik akhir karena perubahan warna dari biru ke hijau yang
kurang jelas.
Penambahan HCl adalah untuk membuat suasana menjadi asam agar rekasi

antara K2Cr2O7 dengan KI dapat berlangsung dan I2 mudah dilepaskan. Indikator


kanji ditambahkan pada saat larutan menjai hijau kekuningan. Warna hijau ini
berasal dari Cr3+ yang bebas. Titik akhir dicapai pada saat larutan berwarna biru
kehijauan.
Pada penetapan yodometri digunakan erlenmeyer asah. Karena I2 yang
terbentuk sangatlah mudah menguap. Sehingga tutp dari erlenmeyer asah dapat
menahan I2 agar tidak mudah menguap. Selain itu dilakukan pengocokan agar
reaksi berjalan lebih cepat dan I2 yang menguap di dalam erlenmeyer asah dapat
terlarut kembali.

c) PENETAPAN NORMALITAS Na2S2O3 DENGAN BBP KALIUM


IODAT (KIO3)
Dasar :
Dalam suasana asam, Kalium Iodat akan mengoksidasikan Kalium Iodida
menghasilkan I2 bebas yang berwarna cokelat. Kemudian I2 yang terbentuk dititar
dengan larutan Natrium Tiosulfat sampai berwarna kuning muda seulas

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 6


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

menggunakan indikator Kanji sehingga titik akhir dari penetapan kali ini adalah dari
biru menjadi tak berwarna.
Reaksi :
KIO3 + 5KI +
I2 + 2Na2S2O3

6HCl

6KCl + 3I2 + 3H2O


2NaI + Na2S4O6

Cara Kerja :
1.
2.
3.
4.

Ditimbang 0,3750 gram kalium iodat.


Dilarutkan kedalam labu ukur 100 ml lalu dihimpitkan.
Dipipet sebanyak 10 mL, dimasukan kedalam erlenmeyer asah.
Dilarutkan dengan 100 ml air suling dan ditambahkan 5 ml HCL 4N dan

ditambahkan pula 5 ml KI 10%, erlenmeyer asah dittutup.


5. Dilakukan pengocokan yang kuat untuk menghomogenkan larutan sehingga
6.
7.
8.
9.

mempercepat terbentuknya I2.


Bagian tutup dari erlenmeyer asah dibilas.
Dititar dengan larutan tio sampai berwarna kuning muda seulas.
Ditabahkan 2-3 tetes indikator Kanji kemudian dikocok (larutan berwarna biru)
Dititar kembali dengan tio sampai titik akhir tidak berwarna.

Pembahasan

Metode yodometri adalah suatu metoda titrasi dimana digunakan Na 2S2O3 (tio)
sebagai penitar, rekasinya tidak langsung. Karena analat tidak bereaksi langsung
dengan larutan titran. Analat yang berbentuk oksidator kuat direduksi oleh KI dan
melepaskan I2. Titrasi ini sebenarnya tidak pelu mmerlukan indikator dari luar,
karena warna I2 ini yang dititrasi akan lenyap bila titik akhir dicapai. Warna itu
mula-mula cokelat tua, kemudian menjadi cokelat tua, dan akhirnya kuning dan
lenyap. Namun karena penglihatan warna titik akhir ini sulit, maka ditambahkan
larutan kanji sebagai indikator untuk mempertegas dan mempermudah proses
pengamatan.
Amilum dengan I2 membentuk suatu larutan komplekas yang berwarna biru,
semakin sedikit I2 semakin terang warna biru.
Penambahan kanji cukup beberapa tetes dan sebaliknya ditambahkan pada saat
mendekati TA. Artinya apabila Yod sudah sedikit tampak dari warnanya kuning
muda seulas. Jika kanji ditambahkan di awal, maka kanji akan membungkus
(mengadsorbsi) iod yang menyebabkan sukar lepas kembali. Tio dibuat dari garam
STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 7
PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

pentahidratnya Na2S2O3.5H2O. warna hablur ini bening transparan, hablur yang


sudah rusak akan berwarna kuning.
Larutan kanji mudah teruai pleh bakteri, tetapi ini dapat dicegah dengan
menambahkan zat pengawet , misalnya : HgI2, asam borat (H3BO3) atau asam
furoat atau bisa juga distrilkan. Proses yang berpengaruh dalam kegunaan pati
antara lain:
1. Suhu
2. Kekuatan/daya tarik
3. pH dan waktu

D) MENSTANDARISASI LARUTAN Na2S2O3 DENGAN BBP


Ce(SO4)2
Metode untuk menstandarisasi larutan tiosulfat ini, menggunakan suatu
standar skunder, tetapi memberi hasil-hasil yang memuaskan asalkan kondisi
eksperimen yang diberikan dibawah ini diikuti dengan ketat; ini disebabkan oleh
fakta bahwa larutan serrium (IV) sulfat mengandung asam bebas. Yang dalah hal
lain mengandung sesatan yang berarti.
Untuk Serrium (IV) Sulfat 0.1 N digunakan 25,0 cm3 dari larutan natrium
tiosulfat sekitar 0,1N, 0,3N hingga 0,4N kalium iodida murni. 2Cm3 larutan kanji
0,2%, diencerkan menjadi 250 cm3 dan dititrasi dengan larutan Serrium(IV) Sulfat
sampai ke titik-titik kanji iod, yaitu sampai ke warna biru permanen yang pertama.
Reaksinya adalah:
2Ce4+ + 2I2Ce3+ + I2

e) MENSTANDARISASI
TEMBAGA

LARUTAN

NA2S2O3

DENGAN

BBP

Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk Natrium


Tiosulfat dan dianjurkan apabila Tiosulfat harus digunakan untu penentuan tembaga.
Potnsial standar pasangan CU(III)-Cu(I).
Cu2+ + e
Cu+

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 8


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

Adalah +0,15V dengan demikian iodium, E0 = +0,53 V merupakan preaksi


oksidasi yang lebih baik daripada ion Cu (II). Akan tetapi bila ion iodida
ditambahkan pada suatu larutan Cu(II), maka endapan CuI akan terbentuk.
2Cu2+ + 4I2CuI(p) + I2
Reaksinya dipaksa langsung ke kanan dengan pembentukan endapan dan
juga denagn penambahan ion iodida berlebih.
pH larutan harus dipertahankan oleh suatu sistem buffer, lebih baik antara 3
dan 4. Pada pH tinggi hidrolisa sebagian ion Cu(II) berlangsung dan rekasi dengan
ion iodida adalah lambat. Dalam larutan berasam tinggi oksidasi dengan katalis
tembaga dari ion iodida terjadi dengan kecepatan yang cukup tinggi.

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 9


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

B. PENENTUAN YODOMETRIK
Zat Yang Ditentukan

Reaksi

Tembaga

2Cu2+ + 4I-

2CuI(s) + I2

Besi Khrom

2Fe3+ + 2I-

2Fe2+ + I2

Krom

Cr2O72- + 6I- + 14H+

Arsen

AsO43- + 2I- + 2H+

Klor

Cl2 + 2I-

Brom

Br2 + 2I-

Hidrogen Peroksida

H2O2 + 2I- + 2H+

I2 + 2H2O

Klorat

ClO3- + 6I- + 6H+

Cl- + 3I2 + 3H2O

Bromat

BrO3- + 6I- + 6H+

Br- + 3I2 + 3H2O

Iodat

IO3 + 5I- + 6H+

Nitrit

2HNO2 + 2I- + 2H+

2Cr3+ + 3I2 + 7H2O


AsO3- + I2 + H2O

2Cl- + I2
2Br- + I2

3I2 + 3H2O
2NO + I2 + 2H2O

1. PENETAPAN KADAR Cu(II) DALAM TERUSI CuSO4.5H2O


CARA BRUNNS
Dasar :

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 10


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

Tembaga (II) direaksikan KCNS akan menjadi Tembaga (II) Sianida yang
berwarna hitamdan dapat mengoksidasikan Kalium Iodida menjadi Iod bebas.
Reaksi ini bukan merupakan reaksi kesetimbangan, sehingga tidak diperlukan KI
yang berlebihan. Tetapi Tembaga (I) sianida yang terbentuk berwarna lembayung
muda sedikit menyulitkan pengamatan titik akhir penitaran. Iod bebas dengan
larutan baku tiosulfat (Na2S2O3), warna larutan dari biru menjadi tak berwarna dan
endapan lembayung muda.
Reaksi :
CuSO4 + 2KCNS

Cu(CNS)2 + K2SO4

2Cu(CNS) + 2KI

Cu2(CNS)2 + 2KCNS + I2

I2 + 2Na2S2O3

Lembayu
ng + Na2S4O6
2NaI

Cara Kerja :
1. Ditimbang 2,0000 gram CuSO4.5H2O.
2. Dilarutkan kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dan dihimpitkan lalu
dihomogenkan. Ditambahkan H2SO4 bberapa tetes.
3. Dipipet 100 ml larutan CuSO4.5H2O.
4. Dimasukan kedalam erlenmeyer asah kemudian diencerkan dengan 50 mL air
5.
6.
7.
8.

suling.
Ditambahkan 5ml HCl 4N, 5 ml KCNS 10%, dan 3 ml KI 10%.
Dititar dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan berwarna cokelat muda.
Ditambahkan 2-3 tets kanji (larutan menjadi biru).
Larutan dititar kembali dengan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan tak berwarna dan

endapan lembayung muda.


9. Dicatat volumenya, dilakukan duplo.

Perhitungan :

Kadar Cu(II) Praktek: Kadar Cu(II) Teortis: % Kemurnian


= Np x Vp x fp x bstCu x100%
= Ar Cu
x100%
= % Praktek x %100
Mg Contoh
Mr CuSO4.5H2O
%Teori
Pembahasan :

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 11


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

Pada penetapan Cu2+ cara de Haens banyak kekurangannya dan untuk


melengkapi kekurangan itu maka pada cara Brunns yang didasarkan foote dan
vence yang mengemukakan bahwa penambahan Kalium Tiosianat (KCNS) yang
menyebabkan perubahan yang lebih tajam karena reaksi ini berlangsung

tak

berkesinambungan. Hal tersebut disebabkan oleh :

Cu(II) tiosianat kurang larut dibandingkan Cu(II) Iodida, dengan demikian


Tiosianat memaksa reaksi berlangsung sempurna bahkan denganadanya anion
pembentukan kompleks.

Tiosianat dan Cu(II) mungkin terbentuk pada permukaan pertikel Cu(II) iodida
yang sudah mengendap.
Adapun kelebihan cara Brunns dapat dilihat dari reaksi :
CuSO4 + 2KCNS

Cu(CNS)2 + K2SO4

2Cu(CNS)2 + KI

Cu2(CNS)2 + 2KCNS + I2

Maka dari itu:


1. Dilihat dari reaksi, reaksi bukan reaksi kesetimbangan sebagai pengamatan titik
akhir lebih muda karena menghasilkan warna yang tajam.
2. KI yang digunakan tidak berlebihan.
3. Efesiensi waktu.

Pada penetapan kadar Cu(II) ini dilakukan pada pH 3-4 karena jika pH >4 akan
terjadi:
Hidrolisis dari Cu(II)
Cu2+ + H2O

Cu(OH)2

Sedangkan pada pH <3 maka akan terjadi oksidasi dengan katalis tembaga dari
iod dengan kecepatan cukup tinggi. Pada waktu perubahan, KCNS dilakukan
STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 12
PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

setelah contoh diasamkan, karena dalam keadaan netral, KCNS dioksidasikan oleh
I2 sehingga I2 berkurang.

2. PENETAPAN KADAR Cu(II) DALAM TERUSI CuSO4.5H2O


CARA DE HAEN
Dasar :
Dalam suasan asam, tembaga(II) mengoksidasi KI menjadi I2 bebas, dapat
bergeser kearah kanan dengan penambahan KI berlebih. I2 yang terbentuk
direkasikan dengan Na2S2O3

menggunakan indikator kanji hingga diperoleh

endapan TA tak berwarna dan endapan Cu2I2 berwarna putih yang bertahan selama 2
menit.
Reaksi :
CuSO4.5H2O

CuSO4 + 5H2O

2 CuSO4 + 4KI + H2SO4

CuI2 + 2K2SO4 + H2O

2CuI2

Cu2I2 + I2

I2 + 2Na2S2O3

2NaI + Na2S4O6

Cara kerja :
1. Ditimbang 2.0000 gram CuSO4.5H2O.
2. Dilarutkan kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dan dihimpitkan lalu
dihomogenkan. Ditambahkan H2SO4 bberapa tetes.
3. Dipipet 100 ml larutan CuSO4.5H2O.
4. Dimasukan kedalam erlenmeyer asah kemudian diencerkan dengan 50 mL air
5.
6.
7.
8.

suling.
Ditambahkan 5ml HCl 4N, dan 3 ml KI 10%.
Dititar dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan berwarna cokelat muda.
Ditambahkan 2-3 tets kanji (larutan menjadi biru).
Larutan dititar kembali dengan Na2S2O3 0,1 N. Juka warna biru hilang,diamkan
2 menit. Bila warna berubah menjadi biru, berarti titik akhir belum dicapai dan

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 13


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

penitaran dilanjutkan kembali. Tetapi jika larutan menjadi tak berwarna berarti
titik akhir telah tercapai.
9. Dicatat volumenya, dilakukan duplo.
Perhitungan :

Kadar Cu(II) Praktek: Kadar Cu(II) Teortis: % Kemurnian


= Np x Vp x fp x bstCu x100%
= Ar Cu
x100%
= % Praktek x %100
Mg Contoh
Mr CuSO4.5H2O
%Teori

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 14


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

C. PENENTUAN BOBOT SETARA (BST)


Penentuan suatu Bobot Setara (BST) atau Bobot Equivalen dapat dilakukan dengan
cara berikut :
Perubahan bilangan oksidasi yang dialami atau zat tersebut.
Pelepasan/penerimaan elektron.
Banyaknya zat (Mol) yang menghasilkan atau membutuhkan satu mol atom yod
(bukan ion yodida).

PENENTUAN BOBOT SETARA ( BST ) ATAU BOBOT EQUIVALEN


KALIUM DIKROMAT( K2CR2O7 )
Reaksi:
Cr2O72- + 6I- + 14H+

2Cr3+ + 3I2 + 7H2O

Cara a :
Cr2O72- + 6I- + 14H+

2Cr3+ + 3I2 + 7H2O

+ 3e- x 2
K2Cr2O7

=>

Cr(6)

BE = Mr/6 karena terjadi reduksi


Cr(3) dan terdapat dua atom Cr dalam molekul K 2Cr2O7

sehingga dikali 2 (dua).

Cara b :
Cr2O72- + 14H+ + 6e
K2Cr2O7

=>

2Cr3+7H2O
BE = Mr/6 karena menerima 6 elektron

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 15


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

Cara c :
Cr2O72- + 6I- + 14H+
K2Cr2O7

=>

2Cr3+ + 3I2 + 7H2O


BE = Mr/6 karena terbentuk 6 atom Yod per molekul

K2Cr2O7
1 K2Cr2O7

= 3I2

BE K2Cr2O7

= 6I
= 1/6 BM

Catatan :
Cara c yang dihitung ialah jumlah atom I bukan
jumlahn ion I-

PENENTUAN BOBOT SETARA (BST) H 2O2

ATAU HIDROGEN

PEROKSIDA
Reaksi :
H2O2 + 2I- + 2H+
a.

I2 + 2H2O

Perubahan Biloks
H2O2 + 2I- + 2H+
2(-1)

I2 + 2H2O
2(0)

+2eBst
b.

=>

Mr

Penerima dan pelepasan elektron


e-

= 2(e- )
= 2e-

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 16


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

= Mr
c.

Banyaknya Mol I2 yang dihasilkan


I2 = Mr

PENENTUAN BOBOT SETARA (BST) BROMAT ATAU BRO3 Reaksi :


BrO3- + 6I + 6H+
a.

Perubahan Biloks
BrO3- + 6I + 6H+
+5
Bst =

b.

Br- + 3I2 + 3H2O


-1

Mr
6

Pelepasan/penerimaan elektron
BrO3-

Br-

BrO3- + 6H+

Br- + 3H2O

BrO3- + 6H+ + 6ebst Bromat =


c.

Br- + 3I2 + 3H2O

Br- + 3H2O

Mr
6

Banyaknya mol I2 yang dihasilkan


BrO3- + 6I + 6H+
bst = 3I2 =

Br- + 3I2 + 3H2O

Mr
6

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 17


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

LAMPIRAN
PERTANYAAN
Ahmad Fauzi

(04) : Pada penetapan Cu2+ cara De Haen, kenapa I2 bergeser ke kanan?

Arif F. P

(10) : Apa gunanya penambahan hablur NaHCO3 pad a penetapan Fe3+?

Andri Maulana (06) : Mengapa konsentrasi larutan KI pada penetapan kenormalan


Na2S2O3 dengan bahan baku

primer KIO3 20% sedangkan

K2Cr2O7 10%?

JAWABAN
1. Mengapa I2 bergeser ke arah kanan karena untuk menghasilkan gas CO2 agar reaksi
setimbang.
2. Penambahan hablur NaHCO3 dimaksudkan agar I2 tidak kembali ke dalam bentuk CuI2
yang reversible atau reaksi bolak-balik.
3. Mengapa konsentrasi KI berbeda-beda, hal ini tidak mempengaruhi perhitungan. Karena
KI digunakan sebagai pereduksi sehingga menghasilkan I 2. Jadi, apabila semakin pekat
konsentrasinya, maka semakin banyak I2 yang dihasilkan. Tetapi biasanya yang dipakai
dalam laboratorium volumetri SMK-SMAK Bogor ialah 10% karena sebagai wujud
penghematan suatu bahan pereaksi.

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 18


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA
Chon,H.Ahmad, BSc, E.Krisnadi, BSc. 1982.Penuntun Praktikum Kimia Analisis Jumlah II
Titrimetri. Jakarta : Departemen Perindustrian Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
Sulistiowati, S. Si, Yudianingrum, R. Yudi, Leila, Dra. Nuryati. 2014. Analisis Volumetri.
Bogor : SMK-Sekolah Menengah Analisis Kimia Bogor.

STANDARISASI LARUTAN TIO, PENENTUAN YODOMETRI , DAN 19


PENENTUAN BST | DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai