I. Judul :
Analisa Kadar Lemak
III. Tujuan :
1. Mengetahui kadar lemak pada sampel dengan metode ekstraksi (soxhlet).
2. Mengetahui kadar lemak pada sampel dengan metode weibull.
VIII. Perhitungan :
- Penetapan Kadar Lemak pada Sampel Metode Ekstraksi (Soxhlet)
(Berat lemak+lemak) − (Berat labu lemak kosong)
KL = x 100%
Berat sampel
(103,7028) – (103,4973)
= x 100%
3,0016
0,2055
= x 100%
3,0016
= 6,8463 %
0,0115
= x 100%
1,8692
= 0,6152 %
IX. Pembahasan :
Praktikum kali ini adalah praktikum untuk menentukan kadar lemak pada
biskuit dan tepung pisang dengan metode ekstraksi (soxhlet) dan metode weibull.
Pada metode ekstraksi (soxhlet) lemak diekstrak dengan pelarut lemak yang
bersifat non-polar seperti Petroleum Eter (PE), Petroleum benzena, dll. Berat
lemak diperoleh dengan cara memisahkan lemak dengan pelarutnya (menguapkan
pelarut dengan pemanasan).
Sebelum melakukan praktikum, labu ekstraksi dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 105ºC yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air setelah itu
didinginkan didalam desikator untuk menyeimbangkan kelembapan relatif labu
ekstraksi terhadap lingkungan sehingga labu ekstraksi tidak bersifat higroskopis
dan tidak mengganggu ketepatan analisis saat ditimbang. Setelah ditimbang labu
dimasukkan kembali ke dalam oven dan ditimbang hingga mendekati berat
konstan. Kemudian menimbang berat biskuit yang sudah dihaluskan sebesar 3
gram. Sampel yang digunakan harus halus dikarenakan agar dapat dimasukkan ke
dalam alat, dan mudah diekstraksi. Setelah ditimbang selanjutnya biskuit
dibungkus dengan kertas lemak yang diikat, kemudian dimasukkan ke dalam
thimble. Thimble merupakan selongsong tempat sampel yang ada pada perangkat
soxhlet.
Pelarut dimasukkan setelah sampel berada pada thimble, pelarut yang
digunakan adalah hexana yang merupakan bagian dari pelarut anhydrous. Pelarut
anhydrous adalah pelarut yang benar-benar bebas air. Hal ini bertujuan supaya
bahan- bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta
keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut kemudian dipanaskan atau
dididihkan, uapnya akan naik melewati soxhlet menuju pipa pendingin. Air yang
dialirkan melewati bagian luar kondensor sehingga mengembunkan uap, dan akan
menetes ke dalam thimble. Tetesan uap tersebut akan mengenai sample, dan
pelarut akan melarutkan lemak. Larutan sari akan terkumpul dalam thimble dan
jika sudah melampaui batas, sari tersebut akan dialirkan lewat sifon menuju labu.
Proses ekstraksi ini berlangsung selama tiga siklus pada percobaan yang
dilakukan, hal tersebut dilakukan agar ada lemak tertampung di dalam labu lemak,
setelah terkumpul lemak di dalam labu maka dipanaskan kembali selama 30
menit, dan didinginkan pada desikator selama 15 menit. Tujuan dari pendinginan
selama 15 menit pada desikator adalah untuk menyeimbangkan objek dengan
udara yang dikendalikan sehingga galat yang disebabkan oleh penimbangan air
bersama- sama dengan objek dapat dihindarkan (Basset 1994). Setelah labu lemak
dingin, maka tahap terakhir yaitu menimbang kembali labu dengan sampel lemak
yang sudah terkumpul.
Sampel yang telah diuji kadar lemaknya dibandingkan dengan Nutrition Fact
dari sampel. Data yang ditunjukkan Nutrition Fact menyebutkan bahwa
kandungan lemak yang terdapat pada sampel adalah sebesar 4%,. Hasil praktikum
menunjukkan perbedaan dari persentase lemak perhitungan dengan Nutrition Fact
(NF) sampel. Hasil dari praktikum menunjukkan bahwa persentase kadar lemak
pada sampel yaitu sebesar 6.85462% Perbedaan hasil yang ditunjukkan tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdapat selama praktikum
berlangsung terutama pada saat metode ekstraksi dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan
sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut (Muaris
2007). Oleh karena itu perbedaan hasil praktikum dengan Nutrition Facts dapat
disebabkan karena beberapa kesalahan. Kesalahan tersebut berupa jumlah sampel
yang tidak tepat, waktu penekstraksian yang tidak tepat dan waktu pendinginan
yang tidak tepat, serta kemungkinan ada beberapa zat lain yang terekstraksi
sebagai lemak sehingga kadar lemak yang diperoleh jauh lebih besar
dibandingkan dengan Nutrition Facts
Praktikum selanjutnya yang dilakukan adalah Penetepan Kadar Lemak pada
Sampel dengan Metode Weibull. Dalam analisa kadar lemak dengan metode
weibull ini sample yang dipergunakan adalah tepung pisang, berdasarkan SNI
(Standar Nasional Indonesia) berat sample yang dipergunakan untuk analisa kadar
lemak adalah sebanyak 1-2 gram, dan saat praktikum sample yang dipergunakan
sebanyak 1,8692 gram.
Setelah sample ditimbang, kemudian ditambahkan HCl 25 %, penambahan
HCl ini dimaksudkan untuk mendapatkan suasana asam sehingga membantu
melepaskan atau membebaskan lemak yang terkandung dalam sample.
Sebelum dipanaskan, sample, HCl dan Aquadest dalam beaker glass ditambahkan
batu didih yang berfungsi untuk meredam bumping atau letupan yang mungkin
terjadi selama proses pemanasan..
Setelah mendidih, sample kemudian disaring dalam keadaan panas, saat
proses penyaringan kelengkapan K3 harus diperhatikan, hal ini dikarenakan uap
yang timbul saat penyaringan dapat mengganggu dan berbahaya. Penyaringan
dilakukan dengan menggunakan corong gelas yang dilengkapi dengan kertas
saring watman, ukuran dari kertas saring yang dipergunakan disesusaikan dengan
ukuran corong yang dipergunakan.
Setelah semua bahan disaring, maka endapan yang tersaring dalam kertas
saring dibilas dengan menggunakan air panas, proses pembilasan dengan air panas
dilakukan untuk membantu melarutkan HCl yang masih terkandung dalam
endapan, air dipergunakan untuk membilas endapan karena air bersifat polar dan
tidak akan melarutkan lemak atau minyak yang terkandung dalam bahan sehingga
pembilasan dengan air panas tidak akan berpengaruh pada hasil pengujian.
Pembilasan dengan air ini dilakukan sampai endapan tidak bersifat asam, untuk
mengetahui apakah larutan sudah tidak bersifat asam atau tidak, maka perlu
dilakukan tes kualitatif dengan menggunakan kertas lakmus.
Proses selanjutnya adalah mengeringkan kertas saring tersebut dalam oven
dengan suhu kira-kira 100 - 105°C, tujuan dari proses pengeringan adalah
menguapkan sebagian besar sisa air yang terkandung dalam endapan.
Setelah endapan kering, proses selanjutnya dengan membungkus sample
dengan kertas saring yang dibentuk menyerupai selongsong dan kedua ujungnya
disumbat dengan kapas bebas lemak, selongsong atau thimbel ini kemudian
dimasukan ke dalam alat ekstraksi soxhlet.
Hasil ekstraksi inilah yang dinyatakan sebagai kandungan lemak yang
terdapat dalam sample. Setelah proses ekstraksi selesai, maka lebu lemak yang
terdapat pada bagian bawah dipisahkan dari rangkaian kemudian dikeringkan di
dalam oven dengan suhu 105°C sampai kira-kira kertas saring kering, proses
pengeringan dilakukan untuk menguapkan pelarut yang masih terkandung dalam
labu lemak yang dapat mempengaruhi berat sample, karena proses selanjutnya
adalah penimbangan.
Berdasarkan data praktikum dapat diketahui berat labu ukur dan lemak hasil
ekstraksi adalah 84,0165 gram. Dan berdasarkan perhitungan maka lemak yang
terkandung dalam sample adalah 0,6152 %.
X. Kesimpulan :
Berdasarkan dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kadar
lemak pada sampel biskuit dengan metode ekstraksi (soxhlet) sebesar 6,8463 %
dan kadar lemak pada sampel tepung pisang dengan metode weibull sebesar
0,6152 %.