Anda di halaman 1dari 64

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI SERAI

WANGI (Cymbopogon nardus) DENGAN METODE


MICROWAVE ACCELERATED STEAM
DISTILLATION (MASD)

SKRIPSI

Oleh

FADHLAN FACHROZA HASIBUAN


150405001

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI 2021

Universitas Sumatera Utara


EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI SERAI WANGI
(Cymbopogon nardus) DENGAN METODE
MICROWAVE ACCELERATED STEAM
DISTILLATION (MASD)

SKRIPSI

Oleh

FADHLAN FACHROZA HASIBUAN


150405001

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI 2021
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini
merupakan skripsi dengan judul “Ekstraksi Minyak Atsiri dari Serai Wangi
(Cymbopogon nardus) dengan Metode Microwave Accelerated Steam Distillation
(MASD)”, ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang telah lakukan di Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. M Turmuzi Lubis, MS selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan ilmu dan arahan dalam penulisan laporan hasil
penelitian ini.
2. Ibu Ir. Maya Sarah, ST, MT, Ph.D, IPM selaku Dosen Penguji I sekaligus Ketua
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Dr. Eng. Rondang Tambun, ST, MT selaku Dosen Penguji II.
3. Bapak Dr. Ir. Bambang Trisakti, MT selaku Koordinator Skripsi Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Erni Misran, ST, MT, Ph.D selaku Sekretaris Departemen Teknik Kimia
USU dan Dosen Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Dosen/staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik
Kimia.
6. Orangtua tercinta, Mamak Hj. Rosdiana, S.Pd dan Ayah Drs. H. Zarwan
Hasibuan yang selama ini berjeri payah sehingga anaknya mampu menjadi
seorang sarjana.
7. Keluarga tercinta, Andong Hj. Faridah, S.Pd yang selalu mendukung cucunya
untuk terus maju dan bercita-cita setinggi langit. Kak Dian Yunita R Hsb, S.Pd
dan Kak Nur Intan R Hsb, Am.Keb, SKM yang selalu memberikan dukungan
dibalik layar juga Adik Zarina Luthfia S Hsb yang selalu menyenangkan
abangnya disaat pulang kampung.
iv
v
DEDIKASI

Skripsi ini saya persembahkan kepada :


Kedua orangtuaku tercinta
Drs. H. Zarwan Hasibuan & Hj. Rosdiana, S.Pd

Kepada dua insan yang bahagiaku,


surga mereka dan piluku, duka
mereka
Tak perduli hari masih berselimutkan kabut dan embun pagi
yang dingin menusuk tulang belakang
Kalian sudah siap untuk melangkah, mencari
nafkah demi kami, keempat anakmu yang Allah
kehendaki tumbuhnya berasal dari tetes
keringatmu

Selalu terbesit, ketika kepolosanku masih


mengudara, nasihatmu terdengar riuh di
telinga Namun kini, nasihat-nasihat itulah
yang kupegang erat dalam menjalani hidup ini
Kini, satu langkah besar sudah kuselesaikan, Mamak Ayah.
Tak mungkin bisa tanpa do’a yang
selalu kalian panjatkan Terima kasih Yaa Allah.

vi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Fadhlan Fachroza Hasibuan


NIM : 150405001
Tempat/Tgl. Lahir: Pangkalan Berandan/18 Februari 1998
Nama Orang Tua : Drs. H. Zarwan Hasibuan & Hj. Rosdiana, S.Pd

Alamat Orang Tua : Jalan Kalimantan No. 35, Pangkalan Berandan,


Kec. Babalan, Kab. Langkat

Riwayat Pendidikan :
• SD Negeri 050746 P. Berandan, tahun 2003-2009
• SMP Negeri 2 Babalan, tahun 2009-2012
• SMA Negeri 1 Babalan, tahun 2012-2015
• Universitas Sumatera Utara, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia tahun
2015-2021

Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Covalen Study Group (CSG) Teknik Kimia USU periode 2017/2018 sebagai
anggota Litbang (Penelitian dan Pengembangan).
2. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU periode 2018/2019
sebagai wakil bidang Danus (Dana dan Usaha).
3. Himpunan Mahasiswa Langkat (HIMALA) USU tahun 2015-2020 sebagai
anggota.
4. Kerja Praktek di PT. Semen Padang, September-Oktober tahun 2018.
5. PT. Multi Tech Mandiri tahun 2020 – sekarang sebagai Junior Staff Ahli
Lingkungan dan Marketing.
EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI SERAI WANGI (Cymbopogon
nardus) DENGAN METODE
MICROWAVE ACCELERATED STEAM DISTILLATION (MASD)

ABSTRAK

Minyak atsiri (essential oil) merupakan senyawa aromatik bersifat volatil yang dihasilkan
oleh tanaman. Serai wangi menjadi salah satu komoditi atsiri yang sangat prospektif dan
kaya akan manfaat. Pada penelitian ini metode yang akan digunakan adalah microwave
accelerated steam distillation. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi
gelombang mikro untuk proses ekstraksi minyak atsiri dari serai wangi dan menganalisis
pengaruh variasi daya, waktu serta penambahan steam terhadap perolehan yield dan
kualitas minyak yang dihasilkan dan membandingkan efektifitas dua perlakuan awal
yaitu pemeraman dan kering angin terhadap proses ekstraksi maupun kualitas minyak
serai wangi. Analisis kualitas minyak yang dihasilkan menggunakan GC-MS untuk
menentukan komposisi minyak dan analisis sifat fisik menggunakan metode SNI-06-
3953-1995. Kondisi operasi terbaik pada penelitian ini diperoleh pada daya microwave
600 Watt, waktu ekstraksi 90 menit dan perlakuan kering angin dengan yield 1,713%,
sedangkan perlakuan pemeraman menghasilkan yield 1,613%. Hasil uji GC-MS
menunjukkan minyak serai wangi dengan perlakuan kering angin memiliki kadar
citronella, geraniol dan citronellol berturut-turut sebesar 36,79%, 29,65% dan 13,55%.
Sedangkan perlakuan pemeraman memiliki kadar citronella, geraniol dan citronellol
berturut-turut sebesar 36,65%, 29,58% dan 9,40%. Hasil analisi sifat fisik minyak serai
wangi yang dihasilkan berwarna kuning pucat, memiliki nilai densitas dan indeks bias
berturut-turut sebesar 0,914 g/ml dan 1,473.

Kata kunci: microwave steam hydrodistillation, minyak atsiri, serai wangi, pemeraman,
kering angin.
Essential Oil Extraction from Citronella (Cymbopogon Nardus) by
Microwave Accelerated Steam Distillation (MASD)
ABSTRACT
Essential oil is aromatic compounds that are volatile produced by plants. Citronella is one
of the most prospective and beneficial essential commodities. In this research, the method
to be used is microwave accelerated steam distillation. This study aims to study the
potential of microwaves for the essential oil extraction process from citronella and to
analyze the effect of variations in power, time, and the addition of steam to the yield and
quality of the resulting oil and comparing the effectiveness of two pretreatments, namely
curing, and wind drying on the extraction process and the quality of citronella oil.
Analysis of the quality of the oil produced using GC-MS to determine the composition of
the oil and analysis of physical properties using the SNI-06-3953-1995 method. The best-
operating conditions in this study were obtained at 600 Watt microwave power, 90
minutes extraction time, and wind dry treatment with a yield of 1.713%, while the curing
treatment resulted in a yield of 1.613%. The GC-MS test results showed that lemongrass
oil with dry wind treatment had levels of citronella, geraniol, and citronellol,
respectively, 36.79%, 29.65%, and 13.55%. Meanwhile, the ripening treatment contained
levels of citronella, geraniol, and citronellol of 36.65%, 29.58%, and 9.40%, respectively.
The results of the analysis of the physical properties of citronella oil produced were pale
yellow in color, had density and refractive index values of 0.914 g/ml, and 1.473.

Keywords: microwave accelerated steam distillation, essential oil, citronella, ripening,


and dry wind.
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN SKRIPSI ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN 5
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 MINYAK ATSIRI 6
2.2 SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L..) 7
2.3 MINYAK SERAI WANGI 8
2.4 MANFAAT MINYAK SERAI WANGI 9
2.5 KANDUNGAN MINYAK SERAI WANGI 10
2.6 EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI 11
2.7 METODE ESKTRAKSI MINYAK ATSIRI 11
2.7.1 Metode Steam Distillation (SD) 11
2.7.2 Metode Microwave Assited Hydrodistillation (MAHD) 12
2.7.3 Metode Microwave Assited Steam Hydrodistillation (MSHD) 13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 15
3.1 LOKASI PENELITIAN 15
3.2 BAHAN PENELITIAN 15
3.2.1 Bahan 15
3.2.2 Peralatan 15
3.3 RANCANGAN PENELITIAN 16
3.4 PROSEDUR PENELITIAN 17
3.4.1 Persiapan Bahan Baku 17
3.4.2 Proses Ekstraksi 17
3.5 ANALISIS PENELITIAN 18
3.5.1 Perhitungan Kadar Air Bahan Baku 18
3.5.2 Pengukuran Yield Minyak Serai Wangi 18
3.5.3 Penentuan Densitas Minyak 18
3.5.4 Penentuan Indeks Bias Minyak 19
3.5.5 Analisa Kadar Citronellal GC-MS 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20
4.1 PENGARUH DAYA MICROWAVE TERHADAP YIELD 20
4.2 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP YIELD 22
4.3 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP DENSITAS 23
4.4 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP INDEKS BIAS 24
4.5 IDENTIFIKASI KOMPOSISI MINYAK SERAI WANGI
MENGGUNAKAN GAS KROMATOGRAFI MASSA
SPEKTROFOTOMETRI (GCMS) 25
4.6 ANALISIS SIFAT FISIK MINYAK SERAI WANGI 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 29
5.1 KESIMPULAN 29
5.2 SARAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Data Statistik Luas Area dan Produksi Tanaman Serai Wangi
di Indonesia 2
Gambar 2.1 Tanaman Serai Wangi 8
Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan Microwave Steam Hydrodistillation 15
Gambar 4.1 Pengaruh Daya Terhadap Yield Minyak Serai Wangi a)
Pretreatment Pemeraman dan b) Pretreatment Kering Angin 20
Gambar 4.3 Anlisis GC-MS (Gas Chromatography Spectrofotometer) a)
Pretreatment Pemeraman dan b) Pretreatment Pengeringan
Angin 26
Gambar C.1 Persiapan Sampel 40
Gambar C.2 Ekstraksi Minyak Serai Wangi 40
Gambar C.3 Pemisahan Minyak Serai Wangi 41
Gambar C.4 Hasil Minyak Serai Wangi 41
Gambar D.1 Hasil Uji GCMS pada Serai Wangi Menggunakan Perlakuan
Pemeraman 42
Gambar D.2 Hasil Uji GCMS pada Serai Wangi Menggunakan Perlakuan
Kering Angin 43
Gambar E.2 Flowchart Proses Ekstraksi Minyak Serai Wangi dengan
Metode MSHD 44
Gambar E.3 Flowchart Penentuan Kadar Air Bahan Baku 45
Gambar E.4 Flowchart Perhitungan Yield Minyak Serai Wangi 46
Gambar E.5 Flowchart Pengukuran Densitas Minyak Serai Wangi 46
Gambar E.6 Flowchart Analisis Indeks Bias Minyak Serai Wangi 47
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak Serai Berdasarkan Sifat Fisika dan Sifat
Kimia Menurut SNI 06-3953-1995 9
Tabel 2.2 Kandungan Minyak Atsiri yang Terkandung dalam Minyak
Atsiri menurut SNI 06-3953-1995 10
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian 16
Tabel 4.2 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Densitas 24
Tabel 4.3 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Indeks Bias 25
Tabel 4.4 Komponen Utama Hasil GC-MS dari Minyak Atsiri Serai
Wangi Menggunakan Metode Microwave Steam Hydro-
distillation dengan Perlakuan Pemeraman dan Kering Angin 27
Tabel 4.5 Hasil Analisis Sifat Fisik Minyak Serai Wangi 28
Tabel A.1 Hasil Analisa Kadar Air 35
Tabel A.2 Data Densitas dan Indeks Bias Minyak Serai Wangi pada Daya
Microwave 600 watt dan Waktu Ekstraksi 90 menit 35
Tabel A.3 Data Yield Minyak Serai Wangi Berbagai Variasi 35
Tabel A.4 Data Hasil Uji GC-MS Minyak Serai Wangi Pretreatment
Pemeraman 36
Tabel A.5 Data Hasil Uji GC-MS Minyak Serai Wangi Pretreatment
Kering Angin 37
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN A DATA HASIL PERCOBAAN 35
LA.1 HASIL ANALISA KADAR AIR 35
LA.2 DATA DENSITAS DAN INDEKS BIAS MINYAK SERAI
WANGI 35
LA.3 DATA YIELD MINYAK SERAI WANGI BERBAGAI VARIASI 35
LA.4 DATA HASIL UJI GC-MS MINYAK SERAI WANGI 36
LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN 38
LB.1 CONTOH PERHITUNGAN KADAR AIR 38
LB.2 CONTOH PERHITUNGAN DENSITAS 38
LB.3 CONTOH PERHITUNGAN YIELD MINYAK SERAI WANGI 39
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN 40
LC.1 PERSIAPAN SAMPEL 40
LC.2 EKSTRAKSI MINYAK SERAI WANGI 40
LC.3 PEMISAHAN MINYAK SERAI WANGI 41
LC-4 HASIL MINYAK SERAI WANGI 41
LAMPIRAN D HASIL UJI LABORATORIUM 42
LD-1 HASIL UJI GC-MS (GASS CHROMATOGRAPHY-MASS
SPECTROFOTOMETRI) 42
LAMPIRAN E FLOWCHART PENELITIAN 44
LE-1 Flowchart Ekstraksi Minyak Serai Wangi dengan Metode MASD 44
LE-2 Flowchart Perhitungan Yield Minyak Serai Wangi 45
LE-3 Flowchart Penentuan Kadar Air Bahan Baku 46
LE-4 Flowchart Pengukuran Densitas Minyak Serai Wangi 46
LE-5 Flowchart Pengukuran Indeks Bias Minyak Serai Wangi 47

xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tujuh jenis minyak atsiri
(essential oil) sebagai komoditas ekspor diantaranya adalah: minyak cengkeh,
minyak kenanga, minyak nilam, minyak kayu putih, minyak akar wangi, minyak pala
dan minyak serai wangi. Data statistik ekspor-impor dunia menunjukkan bahwa rata-
rata pertumbuhan konsumsi minyak atsiri dan turunannya sebesar 5-10% pertahun.
Adapun destinasi ekspor minyak atsiri buatan Indonesia meliputi Eropa, Amerika,
Australia, Afrika, Cina, India dan ASEAN (Dacosta et al., 2017; Dewan Atsiri
Indonesia, 2010; Kusuma dan Mahfud, 2016).
Minyak atsiri (essential oil) merupakan senyawa aromatik bersifat volatil yang
dihasilkan oleh tanaman. Sifatnya yang mudah menguap tersebut apabila tercium
memberikan aroma yang khas pada masing-masing tanaman yang dapat diekstraksi
dari bunga, daun, batang, akar, biji maupun kulit buah (Kumar et al., 2017). Minyak
atsiri dapat diperoleh dari berbagai spesies tanaman yang sangat luas dan digunakan
karena bernilai sebagai cita rasa dalam makanan dan minuman serta parfum dalam
produk industri, obat-obatan dan kosmetik (Ma’sum et al., 2019; Nurhaen, et al.,
2016).
Serai wangi menjadi salah satu komoditi atsiri yang sangat prospektif dan kaya
akan manfaat. Kandungan yang dimilikinya sering digunakan pada industri parfum,
makanan, kosmetik, obat-obatan hingga aroma terapi. Permintaannya yang cukup
tinggi dan harganya yang cenderung meningkat, menjadikannya sebagai salah salah
satu penyumbang devisa negara terbesar dan membantu perekonomian masyarakat.
Selain itu, pembudidayaan serai wangi tidak terlalu rumit, juga tanaman ini dapat
hidup dilahan-lahan marginal bahkan lahan bekas tambang. Serai wangi mengandung
komposisi kima seperti, citronellal, geraniol dan citronellol dimana kandungan
tersebut sangat sering dijadikan aditif pada antiseptik (Cunha et al., 2019; Nugraha et
al., 2017).
Serai wangi belum banyak dibudidayakan dikarenakan masyarakat belum
banyak mengetahui bahwa tanaman tersebut mengandung minyak atsiri. Data luas
area dan produksi tanaman serai wangi di Indonesia menurut Statistika Perkebunan
Indonesia ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Perkembangan Total Luas Area dan Produksi Tanaman Serai Wangi
di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2017)
Gambar 1.1 menjelaskan bahwa area tanaman serai wangi sangat luas hingga
mencapai 18.70 ha tercatat pada tahun 2015 dan untuk jumlah produksi tanaman
serai mencapai 2.699 ton per tahun, sehingga banyak tanaman serai yang dapat
dimanfaatkan sebagai baku pengolahan minyak atsiri.
Selama ini distilasi minyak serai wangi dapat di lakukan dengan tiga cara yaiu,
pennyulingan dengan air (Hydrodistillation), penyulingan dengan air dan uap
(steam- hydrodistillation) dan penyulingan dengan uap (steam-distillation). Dari
ketiga metode tersebut metode distilasi uap air yang dapat menghasilkan rendaman
minyak serai dengan kualitas yang lebih bagus (Hamidi et al., 2015). Kualitas
minyak atsiri ditentukan pada konstituennya yang terutama dipengaruhi oleh
prosedur ekstraksi. Pemanasan yang tidak merata dapat menginduksi degradasi
termal, hidrolisis dan solubilisasi air dari beberapa konstituen aroma. Selain itu,
ekstraksi minyak dengan pelarut organik akan menyisakan residu yang mencemari
makanan, wewangian yang dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan metode baru untuk
memperbaiki metode terdahulu dengan cara memanfaatkan gelombang microwave
dan pelarut air untuk mengekstraksi minyak atsiri (Ranitha, et al., 2014).

2
Universitas Sumatera Utara
Dalam beberapa tahun terakhir, Microwave Assisted Extraction (MAE)
digunakan untuk ekstraksi berbagai produk alami dari matriks tanaman karena
pengurangan besar dalam konsumsi pelarut dan mempersingkat waktu ekstraksi
dengan efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan teknik konvensional. Minyak
atsiri yang diperoleh dengan radiasi gelombang mikro memiliki kadar yang lebih
tinggi aktivitas antimikroba serta antioksidan dibandingkan untuk minyak yang
diperoleh dengan hidrodistilasi (Desai dan Jigisha, 2012). Keuntungan utama dari
ekstraksi gelombang mikro terletak pada kemampuan pemanasan, penggunaan
pelarut yang minimum, hemat energi dan hanya sedikit perubahan kimia dari
komponen tanaman dibandingkan dengan ekstraksi konvensional (Ugarte et al.,
2013; Moradalizadeh et al., 2013; Golmakani et al., 2015).
Beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan ekstraksi minyak atsiri,
Ranitha et al. (2014) membandingkan dua metode ekstraksi minyak serai dapur
(Cymbopogon citratus) yaitu MAHD and HD. Penelitian ini menyatakan bahwa hasil
terbaik dengan metode MAHD adalah pada rasio 8:1 (v/w), waktu 90 menit dan daya
250 watt dengan perolehan yield 1,46 %. Yield yang dihasilkan metode MAHD lebih
banyak dibandingkan metode HD dengan variabel yang sama. Selain itu, Chemat et
al. (2006) telah meneliti ekstraksi minyak atsiri dari bunga lavender (Lavandula
angustifolia Mill., Lamiaceae) dengan membandingkan dua metode yaitu Microwave
Accelerated Steam Distillation (MASD) dengan Steam Distillation (SD). Waktu
yang dibutuhkan untuk mengekstraksi minyak lavender dengan metode MASD lebih
cepat dibandingkan metode SD dengan yield yang hampir sama. Metode Microwave
Air-Hydrodistillation membutuhkan waktu 10 menit untuk menghasilkan yield
sebesar 8,86%, sedangkan metode SD membutuhkan waktu 90 menit untuk
menghasilkan yield sebesar 8,75%. Selanjutnya, Harianingsih et al. (2018)
melakukan optimalisasi proses ekstraksi dari daun serai wangi (cymbopogon nardus)
dengan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) berpelarut metanol dan n-
heksan. Hasil terbaik diperoleh pada waktu 25 menit dan daya 30 watt yaitu sebesar
32,5% sitronelal. Selain itu, Ugarte et al. (2013) melakukan ekstraksi minyak basil
dan minyak epazote dengan metode MAE dan SD. Dengan yield yang hampir sama
disetiap metode, waktu yang dibutuhkan metode MAE lebih singkat dibandingkan
metode SD dalam menghasilkan kedua jenis minyak tersebut. Baik minyak hasil
metode MAE dan SD memiliki karakteristik fisika dan kimia yang hampir sama. Hal
ini membuktikan penggunaan microwave tidak memengaruhi komposisi kimia
minyak atsiri.
Mengacu pada hasil penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini akan
melakukan estraksi minyak atsiri dari daun serai wangi dengan menggunakan metode
Microwave Accelerated Steam Distillation (MASD). Pemilihan metode tersebut
diharapkan mampu mengoptimalisasi proses ekstraksi dan diharapkan meningkatkan
rendemen minyak atsiri yang dihasilkan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Ekstraksi minyak atsiri selama ini dilakukan dengan metode konvensional
yaitu dengan menggunakan metode HD dan SD. Namun, metode tersebut
membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan minyak serai. Sehingga, peneliti
berusaha mengkaji potensi untuk meningkatkan efisiensi waktu ekstraksi sekaligus
meningkatkan rendemen minyak serai dengan memanfaatkan gelombang mikro.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode MASD. Metode tersebut
untuk melihat banyaknya rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan. Selain itu,
peneliti ingin membandingkan efektifitas dari dua perlakuan awal yaitu antara
pemeraman maupun pengeringan yang dilakukan terlebih dahulu.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan pada penelitian ini adalah:
1. Membandingkan efektifitas dua perlakuan awal yaitu diperam pada kondisi
lembab selama satu hari dan dijemur sampai kering terhadap proses ekstraksi
maupun kualitas minyak serai wangi.
2. Menentukan kondisi operasi terbaik dari proses ekstraksi minyak serai wangi
berdasarkan variabel daya dan waktu ekstraksi yang telah ditentukan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
1. Memberikan alternatif dalam mengekstraksi minyak serai wangi yang hemat
energi dan ramah lingkungan.
2. Memberikan referensi bagi para penyuling minyak serai wangi agar dapat
menghasilkan minyak atsiri yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI).

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan
bahan utama tanaman serai wangi dan bahan pendukung air yang digunakan sebagai
pelarut. Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah serai wangi yang diperoleh
dari Kota Pangkalan Berandan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
2. Variabel tetap:
- Pelarut : Aquadest
- Volume pelarut : 800 mL
- Massa bahan baku : 100 gram
3. Variabel berubah:
- Perlakuan Awal : Diperam dan Dikeringkan selama satu hari
- Daya : 300 W, 450 W dan 600 W
- Waktu ekstraksi : 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150
menit
4. Analisa yang dilakukan:
- Penentuan kadar air bahan baku
- Penentuan densitas minyak dengan menggunakan alat piknometer
- Penentuan indeks bias minyak dengan menggunakan alat refraktometer
- Analisa kadar citronellal minyak dengan menggunakan Gas Chromatography
Mass Spectrometry (GC-MS).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri, minyak eteris (essential oil atau volatile oil) atau minyak mudah
menguap dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman, seperti akar, batang,
ranting, daun, bunga, atau buah. Minyak atsiri merupakan campuran dari senyawa–
senyawa volatil yang dapat diperoleh dengan distilasi, pengepresan atau pun
ekstraksi (Kusuma dan Mahfud, 2017; Nurhaen et al., 2016). Minyak atsiri
mengandung berbagai senyawa aromatik seperti citral, citronellal, geraniol,
limonene dan lain-lain. Aroma yang dihasilkan minyak atsiri sangat disukai oleh
masyarakat. Minyak atsiri sering digunakan dalam kosmetik, parfum, obat-obatan
dan industri makanan (Clain et al., 2018; Ma’sum et al., 2018). Minyak atsiri
mengandung campuran kompleks yang terdiri dari senyawa-senyawa aromatik dan
mudah menguap yang diperoleh dari metabolisme sekunder pada tanaman (Cunha et
al., 2019).
Perubahan sifat kimia pada minyak atsiri merupakan ciri dari adanya suatu
kerusakan minyak dan ini dapat terjadi pada beberapa jenis minyak atsiri. Kerusakan
minyak atsiri yang mengakibatkan perubahan tersebut antara lain dapat terjadi
selama penyimpanan dan biasanya disebabkan oleh terjadinya oksidasi, polimerisasi,
serta hidrolisis. Karena peristiwa tersebut maka minyak atsiri akan berubah warna
dan menjadi lebih kental. Proses-proses tersebut diaktifkan oleh panas, oksigen
udara, lembab, sinar matahari, dan molekul logam berat. Minyak atsiri harus diberi
perlakuan khusus agar proses tersebut tidak terjadi atau setidaknya dapat
diperlambat. Jadi minyak atsiri sebaiknya disimpan dalam wadah yang benar-benar
kering dan harus bebas dari logam-logam berat, serta bebas dari cahaya yang masuk.
Minyak atsiri mempunyai konstituen kimia yang berbeda, tetapi dari segi fisikanya
banyak yang sama. Parameter yang banyak digunakan untuk tetapan fisika minyak
atsiri antaralain:
a. Berbau khas
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak eteris, minyak esensial, atau minyak menguap karena pada
suhu kamar mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya.
b. Indeks bias
Perbedaan komposisi senyawa penyusun akan mempengaruhi nilai indeks bias
minyak atsiri. Indeks bias ditentukan oleh panjang rantai karbon senyawa
penyusun minyak. Semakin panjang rantai karbon menyebabkan tingkat
kerapatan minyak akan semakin tinggi sehingga lebih sukar membiaskan
cahaya yang datang dan menyebabkan nilai indeks bias menjadi lebih tinggi.
c. Bobot jenis
Nilai bobot jenis minyak atsiri didefenisikan sebagai perbandingan antara berat
minyak pada suhu tertentu dengan berat air pada volume air yang sama dengan
volume minyak pada suhu tersebut. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria
penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.
d. Putaran optik
Minyak atsiri jika ditempatkan dalam sinar atau cahaya yang dipolarisasikan
mempunyai sifat memutar bidang polarisasi ke kanan dan ke kiri. Besarnya
putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang jalan
yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut, dan suhu pengukuran.
(Hutabarat, 2012)

2.2 SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L)


Serai wangi, Cymbopogon nardus L. adalah tanaman tahunan berumbai
rumput dengan daun sempit panjang dan banyak batang muncul
dari akar rimpang pendek (M. Ibrahim dan Khalid, 2013). Tanaman ini umumnya
dijumpai di beberapa negara tropis di Asia, Amerika Tengah dan Afrika (Hamzah et
al., 2014).
Tanaman serai wangi sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Tanaman
serai wangi memiliki bentuk daun yang lebih lebar dibandingkan bentuk serai biasa.
Daunnya membentuk rumpun yang lebih besar dengan jumlah batang lebih banyak.
Warna daun lebih tua (hijau tua), sedangkan serai biasa berdaun hijau muda agak
kelabu. Tanaman serai wangi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tanaman Serai Wangi
(Suroso, 2018)

Klasifikasi tanaman serai wangi sebagai berikut :


Divisi :
Spermatophyta Sub
divisi : Angiospermae
Ordo : Graminales
Famili : Panicodiae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle

Tanaman serai wangi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :


1. Tumbuh berumpun.
2. Akar serabut jumlah cukup banyak, mampu menyerap unsur hara dalam tanah
cukup baik sehingga pertumbuhannya lebih cepat.
3. Daun pipih memanjang menyerupai alang – alang. Panjang daun mencapai 1
meter melengkung. Lebar daun bila pertumbuhan normal antara 1 – 2 cm.
4. Bila daun diremas tercium aroma tajam khas serai wangi.
5. Warna daun hijau muda hingga hijau kebiru – biruan.
6. Batang berwarna hijau dan merah
keunguan. (Suroso, 2018)

2.3 MINYAK SERAI WANGI


Minyak yang dihasilkan adalah minyak serai wangi. Pada umumnya minyak
atsiri dapat diperoleh melalui proses ekstraksi dari seluruh bagian tanaman, meliputi
bagian daun, bunga, batang dan akar. Minyak serai wangi banyak digunakan dalam
industri kimia karena kandungan sitronelal dan total geraniolnya yang tinggi.
Minyak serai wangi digunakan sebagai pengusir serangga karena memiliki
kemampuan menolak serangga (repellant), turunannya digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan parfum. Minyak serai wangi juga berkembang menjadi bahan baku
pembuatan aditif bahan bakar minyak (BBM) (Sriyadi, 2012). Saat ini, produksi
minyak serai dunia mencapai sekitar 5000 ton, dimana negara-negara yang terkait
antara lain Taiwan, Guatemala, Malaysia, Brazil, India, Indonesia, Argentina,
Ekuador, Madagaskar dan Meksiko (Hamzah, et al., 2014).
Mutu minyak serai dapat ditentukan berdasarkan kriteria fisis yaitu warna,
bobot jenis, dan indeks bias. Ataupun secara kimia yaitu geraniol total dan sitronellal
total. Tabel 2.1 menunjukkan kriteria fisis dan kimia minyak serai berdasarkan
Standar Nasional Indonesia nomor 06-3953-1995. Dari Tabel 2.1 dapat dilihat
bagaimana standar mutu yang baik untuk diekspor ke luar baik dari segi senyawa
kimia total yang diperbolehkan di dalam minyak serai tersebut, dan dari nilai indeks
bias, serta massa jenis yang baik dari minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman
serai.
Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak Serai Berdasarkan Sifat Fisika dan Sifat Kimia
Menurut SNI 06-3953-1995
Karakteristik Syarat
Warna Kuning-coklat
Massa jenis, 25oC 0,880-0,922
Indeks bias, 25oC 1,466-1475
Geraniol total, min 75%
Sitronellal total, min 25%

2.4 MANFAAT MINYAK SERAI WANGI


Manfaat minyak serai wangi sangat luas, antara lain sebagai bahan baku
parfum, antiseptik, kosmetik, obat-obatan, perisa makanan atau minuman, pengusir
serangga atau minuman, pengusir serangga, dan pencampur rokok kretek. Beberapa
jenis di antaranya digunakan sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai
antizimatik serta sedavita dan stimulan untuk obat sakit perut. Minyak serai wangi
juga digunakan untuk aneka jenis aerosol dan pembersih lantai, deterjen, pewangi
sabun. Dalam jumlah yang kecil juga ditemukan pada industri produk makanan dan
minuman, seperti anggur, saus, permen dan rempah. Minyak serai wangi berfungsi
sebagai penolak nyamuk yang dapat ditambahkan pada berbagai jenis produk (gel
pengharum ruangan, lotion, pelet). Pada sabun, serai berkhasiat untuk
menghilangkan kelelahan dan pegal-pegal setelah beraktivitas, mencegah gigitan
serangga, mengatasi jerawat, baik dipunggung maupun diwajah, juga menghilangkan
flek hitam bekas jerawat. Aroma khas serai wangi pada sabun juga membantu
sebagai anti depresi (aromaterapi) (Sulaswatty et a.l, 2019).

2.5 KANDUNGAN MINYAK SERAI WANGI


Serai wangi merupakan tanaman yang mengandung beberapa senyawa kimia.
Adapun kandungan senyawa kimia dari minyak serai wangi dapat dilihat pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2 Kandungan Minyak Atsiri yang Terkandung dalam Minyak Serai Wangi
Menurut SNI 06-3953-1995
Komponen Kadar (%)
d-limonene 1,8
Citronellal 35,9
Geraniole 20,9
Geranial 1,5
citronellyl acetate 2,9
geranyl acetate 4,0
beta-elemene 0,5
germacrene A 0,8
delta-cadinene 2,1
Germacrene 6,8
1,10-di-epi-cubenol 2,0
1-epi-cubenol 1,9
gama-eudesmol 1,2
Cubenol 1,0
alfa-muurolol 2,0
alfa-cadinol 8,0
Citronellole 5,2

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa serai wangi menghasilkan 75-85% citral dalam
minyak atsiri. Citral adalah gabungan dari dua isomer aldehida monoterpene acylic.
Senyawa citral ini membentuk turunan-turunan lain yaitu citronellal, citronellol, dan
geraniol. Geraniol (C10H18O) disebut juga sebagai rhodinol adalah salah satu
senyawa monoterpenoid dan alkohol. Senyawa ini tidak dapat larut dalam air, tetapi
larut dalam bahan pelarut organik. Baunya menyengat, dan sering digunakan sebagai
parfum.

2.5 EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI


Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Metode
ekstraksi dibagi menjadi dua jenis, antara lain cara dingin dan cara panas. Metode
ekstraksi yang tergolong cara dingin adalah maserasi dan perlokasi sedangkan
metode ekstraksi yang tergolong cara panas adalah refluks, dengan alat soxhlet,
digesti dan infus (Sitepu, 2010). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi antara lain adalah:
a. Ukuran bahan
Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga
mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang akan diekstrak.
b. Suhu ekstraksi
Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi.
c. Pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai pelarut merupakan pelarut pilihan yang
terbaik.
(Tambun et al, 2016)
Berbagai metode dan cara untuk mengekstraksi minyak atsiri dari beberapa
tumbuhan aromatik yang telah banyak dilakukan melalui beberapa penelitian.
Adapun metode yang pernah digunakan adalah dengan air (hydrodistillation),
penyulingan dengan air dan uap (steam hydrodistillation) dan penyulingan dengan
uap (steam distillation). Namun dengan menggunakan metode tersebut dibutuhkan
waktu yang lama untuk mendapatkan minyak serai yang bagus (Hamidi et al., 2015).

2.6 METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI


2.6.1 Metode Steam Distillation (SD)
Proses steam distillation dikategorikan sebagai metode ekstraksi konvensional,
namun teknik ini masih relevan dan disukai di banyak kalangan industri. Selama
proses ekstraksi, jika suhu tinggi atau durasi lama maka paparan panas ke tanaman
yang diekstraksi, dapat menyebabkan hasil minyak mengalami degradasi termal.
Akibatnya, kualitas sifat komposisi kimia minyak akan berkurang dan dapat
mempengaruhi profil pada bau aromatik minyak dan warna fisik. Oleh karena itu,
kebutuhan pada pengontrol otomatis adalah vital. Tanpa skema pemantauan suhu
terintegrasi untuk proses ekstraksi penyulingan uap, kualitatif dan properti kuantitatif
minyak ekstraksi tidak dapat dipertahankan dan terjamin sepanjang proses. Dalam
proses distilasi, controller adaptif diperlukan dan signifikan karena pertimbangan
manfaat seperti untuk memecahkan adanya variasi dalam dinamika proses dimana
parameter sistem dapat berubah selama kondisi operasi, variasi gangguan dan untuk
memperoleh efisiensi proses (Kasuan et al, 2012).

2.6.2 Metode Microwave Assisted Hydrodistillation (MHD)


MHD adalah metode yang merupakan kombinasi dari hidrodistilasi dengan
pemanasan menggunakan MAE dan HD, di mana distilasi uap digerakkan dengan
memanaskan menggunakan gelombang mikro. Metode MHD dipilih karena lebih
hemat energi, ramah lingkungan, cepat, aman, dan hemat biaya dibandingkan proses
ekstraksi menggunakan metode lain. Pada metode ini memiliki alat utama yaitu
microwave yang berfungsi sebagai pemanas dan kondensor yang berfungsi sebagai
sistem pendingin (Kusuma and Mahfud, 2016).
Prinsip pemanasan menggunakan microwave berdasarkan pada efek langsung
dari gelombang-gelombang pada molekul oleh konduksi ionik dan rotasi dipol
(Donglei, et. al., 2013). Bahan dalam oven microwave menjadi panas karena molekul
polar dalam zat tersebut berputar dan bergetar saat gelombang mikro berosilasi.
Sementara molekul memiliki muatan yang netral, yaitu jumlah proton dan elektron
yang sama. Molekul polar lebih positif pada satu sisi dan lebih negatif pada sisi
lainnya (dipol). Muatan tersebut bergerak, atau lebih tepatnya bergeser, sebagai
respon terhadap perubahan medan magnet, seperti yang diciptakan oleh gelombang
mikro. Air (H2O) merupakan molekul yang sangat polar dengan bias positif pada
atom hidrogen dan bias negatif pada molekul oksigen. Saat terkena gelombang
mikro, molekul air berputar dan bergetar agar selaras dengan perubahan polaritas
disekitarnya. Gerakan molekul tersebut menciptakan panas. Oven microwave
memanaskan bahan melalui getaran molekul air (Carrick, 2016).
Pemilihan pelarut yang sesuai dapat membuat proses ekstraksi berjalan lebih
efisien. Dalam pemilihan pelarut ini sendiri juga tergantung pada beberapa hal
seperti: kelarutan komponen yang akan diekstrak, kemampuan penetrasi dan
interaksinya terhadap matriks dari sampel atau bahan, serta konstanta dielektrik
(dielectric constant) (Chen et al, 2008). Pemilihan pelarut merupakan hal yang
penting untuk mendapat yield yang optimal. Hal ini disebabkan karena pada
ekstraksi minyak serai wangi dengan menggunakan metode tersebut pemilihan
pelarut juga perlu mempertimbangkan kapasitas dari pelarut untuk menyerap energi
microwave dan kemampuan pemanasannya (Routray and Valerie, 2014).
Secara umum, kapasitas dari pelarut untuk menyerap energi microwave akan
tinggi apabila pelarut yang digunakan memiliki nilai konstanta dielektrik (dielectric
constant) yang tinggi sebagai ukuran relatif dari densitas energi microwave (Raju,
2003; Spigno and De Faveri, 2009). Selain itu, konstanta dielekrik juga berperan
dalam menentukan interaksi antara medan listrik dengan matriks. Sehingga dengan
semakin tinggi nilai konstana dielektrik yang dimiliki oleh pelarut, maka pelarut
tersebut akan semakin baik dalam menyerap energi microwave. Oleh karena itu pada
penelitian ini digunakan air sebagai pelarut. Pemilihan air sebagai pelarut pada
penelitian ini juga didasarkan pada hal yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu
aquadest memiliki nilai konstanta dielektrik yang tinggi yakni sebesar 80,4
(Metaxas, 1996).

2.6.3 Metode Microwave Accelerated Steam Distillation (MSD)


Distilasi uap (SD) sering digunakan oleh analis untuk isolasi minyak esensial
dari herba, bunga-bunga dan rempah-rempah sebelum analisis kromatografi gas.
Dalam karya ini, desain proses baru dan operasi untuk memperbaiki microwave
distilasi uap (MSD) dari minyak atsiri dari produk alami aromatik dikembangkan.
Minyak atsiri diisolasi dengan MSD adalah kuantitatif dan kualitatif mirip dengan
yang diperoleh SD, tapi MSD lebih baik dari SD dalam hal kecepatan (6 menit
dibandingkan 30 menit untuk lavender bunga-bunga), sehingga memungkinkan
penghematan biaya dalam hal waktu dan energi. Aspek penting dari ekstraktor ini
adalah bahwa bunga lavender yang di iradiasi microwave menghasilkan “hot spot”
dengan pemanasan selektif. Minyak atsiri dalam bunga lavender pada umumnya
memiliki kerugian dielektrik secara signifikan lebih tinggi dari uap sekitarnya, steam
yang tidak menyerap gelombang mikro yang mengalir melalui bunga lavender yang
langsung menyerap gelombang mikro. Hal ini sudah diketahui bahwa hanya air
dalam keadaan cair menyerap gelombang mikro tapi uap dan es tidak menyerap
gelombang mikro karena dalam keadaan gas molekul yang terlalu jauh dari satu
sama lain untuk memiliki friksi, dan dalam keadaan padat molekul tidak bebas
bergerak dan memutar panas (Sahroui et al, 2008).
Selain itu, steam berperan dalam membantu membawa komponen minyak
penting yang berada di dalam membran sel atau jaringan tanaman yang sulit terdifusi
keluar. Hal ini disebabkan karena minyak serai termasuk minyak berat yang dimana
terdapat beberapa komponen fraksi berat yang sulit terekstrak. Sehingga adanya
steam pada metode microwave steam hydrodistillation juga dapat dikatakan
berfungsi sebagai medium perpindahan bagi komponen minyak atsiri yang terdapat
dalam bahan untuk menguap dan hal tersebut mempengaruhi pada peningkatan
perolehan yield minyak (Sahroui et al, 2008).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.2 BAHAN DAAN PERALATAN


3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Serai wangi
2. Aquadest

3.2.2 Peralatan
Proses ekstraksi minyak serai wangi dilakukan dengan menggunakan metode
Microwave Accelerated Steam Distillation (MASD). Rangkaian peralatan
ditunjukkan pada Gambar 3.1.

2
4
1
3 5

Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan MASD


Peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Microwave
2. Kondensor
3. Labu
4. Konektor
5. Erlenmeyer
Selain itu, peralatan pendukung yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Refraktometer
2. Piknometer
3. Oven
4. Beaker Glass
5. Neraca Analitik
6. Gelas Ukur
7. GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry)

3.3 RANCANGAN PENELITIAN


Pada penelitian ini dilakukan variasi terhadap perlakuan awal, waktu ekstraksi
dan daya microwave dengan menggunakan metode MASD. Rancangan penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 3.1. Kemudian diukur yield, densitas, indeks bias, serta
komposisi menggunakan GC-MS pada minyak yang dihasilkan.

Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian


Daya Waktu
Run Metode Perlakuan Awal Microwave Ekstraksi
(watt) (menit)
1 30
2 60
3 300 90
4 120
5 150
6 30
7 Microwave 60
8 Accelerated 90
Diperamkan 450
Steam
9 120
Distillation
10 150
11 30
12 60
13 600 90
14 120
15 150
16 30
17 60
18 300 90
19 120
20 150
21 30
22 Microwave 60
23 Accelerated 90
Dikeringkan 450
Steam
24 120
Distillation
25 150
26 30
27 60
28 600 90
29 120
30 150

3.4 PROSEDUR PENELITIAN


3.4.1 Persiapan Bahan Baku
Prosedur penelitian ini diawali dengan tahap persiapan bahan, bahan yang akan
digunakan adalah serai wangi (Cymbopogon nardus). Serai wangi terlebih dahulu
dipotong-potong sebesar 1 cm. Kemudian dilakukan dua perlakuan awal berbeda
yakni diperam pada kondisi lembab selama satu hari dan dijemur sampai kering.
Tujuan dari pengecilan ukuran adalah untuk memperluas permukaan bahan. Proses
pemeraman bertujuan untuk memfermantasi dan memecahkan sel-sel minyak yang
terdapat di dalam bahan baku. Sedangkan pengeringan bertujuan membuka pori-pori
bahan baku yang tertutup (Khasanah et al., 2015)

3.4.2 Proses Ekstraksi


Ekstraksi minyak serai wangi dengan metode MASD dilakukan pada labu
destilat 2000 mL dengan massa bahan baku sebanyak 100 gram pada variasi waktu
30, 60, 90, 100 dan 120 menit dengan volume air 800 mL. Variasi waktu dilakukan
untuk mencari rendemen minyak yang terbaik. Proses ekstraksi dilakukan dengan
variasi daya microwave 300, 450 dan 600 W.
3.5 ANALISIS PENELITIAN
3.5.1 Perhitungan Kadar Air Bahan Baku
Cuplikan sereh wangi sebanyak 2 gram setelah perlakuan awal dikeringkan
dalam oven pada suhu 105˚C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator
dan ditimbang. Dilakukan pengeringan dalam oven kembali selama 30 menit,
didinginkan dalam desikator dan ditimbang, perlakuan ini diulangi sampai tercapai
berat konstan. Kadar air dihitung berdasarkan persamaan 3.1 (Zhang, et al., 2019)
a-b
adar ir x 100 (3.1)
b

Dimana a merupakan berat awal serai wangi (gram) dan b merupakan berat
kering serai wangi (gram).

3.5.2 Pengukuran Yield Minyak


Yield dapat dijadikan acuan perbandingan setiap hasil minyak atsiri yang
diperoleh pada setiap perlakuan. Secara signifikan yield memberikan gambaran
keberhasilan proses ektraksi minyak atsiri. Yield minyak atsiri dapat didefinisikan
melalui persamaan 3.2 (Kusuma dan Mahfud, 2017)

( ) ()
(3.2)

dimana:
x = kadar air
volume bahan = volume bahan sebelum diekstrak

3.5.3 Penentuan Densitas Minyak


Minyak atsiri yang dihasilkan dapat dikarakterisasi berdasarkan densitasnya
menurut SNI. Berikut merupakan prosedur penentuan densitas minyak atsiri
menggunakan metode SNI (2014) dengan alat piknometer:
1. Piknometer dalam keadaan bersih dan kosong ditimbang massanya (m)
2. Piknometer diisi air kemudian ditutup dan timbang massanya (m1)
3. Pada suhu yang sama, piknometer yang kosong diisi kembali diisi dengan
minyak dan ditimbang massanya (m2)
4. Ditentukan densitas dari minyak menggunakan persamaan (3.3)
dminyak m2- m
(3.3)
dair m1-m
Dimana dminyak dan dair berturut-turut merupakan densitas minyak dan densitas
air dan m, m1 dan m2 berturut-turut merupakan massa piknometer kosong, massa
piknometer berisikan air daan massa piknometer berisikan minyak atsiri. Penentuan
densitas ini dilakukanpada suhu 20C

3.5.4 Penentuan Indeks Bias Minyak


Minyak atsiri yang dihasilkan dapat dikarakterisasi berdasarkan indeks biasnya
menurut SNI. Berikut merupakan prosedur penentuan indeks bias minyak atsiri
menggunakan metode SNI (2014) dengan alat refraktometer:
1. Alirkan air melalui refraktometer pada suhu tetap
2. Suhu tidak boleh lebih dari 20C dengan toleransi 0,2C
3. Sebelum minyak atsiri melalui rekfraktometer, minyak harus berada pada suhu
yang sama dengan air
4. Pembacaan dilakukan apabila suhu sudah stabil

3.5.5 Analisis Kadar Citronellal GC-MS


Analisis menggunakan GC-MS ditujukan untuk melihatkan kandungan dari
minyak atsiri secara kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa dengan berat molekul
yang kecil, bersifat polar maupun volatif secara akurat dapat dianalisa menggunakan
GC-MS (Rockwood, et al., 2018). Dalam penelitian ini analisa GC-MS ditujukan
untuk melihat komponen-komponen penyusun beserta kuantitasnya terutama
kandungan citronellal dari minyak atsiri yang dihasilkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ekstraksi minyak atsiri dari serai wangi ini dilakukan dengan
menggunakan metode Microwave Accelerated Steam Distillation (MASD) atau
ekstraksi dengan menggunakan pelarut air dan memanfaatkan gelombang mikro
(microwave) sebagai pemanas serta adanya penambahan udara pada prosesnya.
Bahan serai wangi yang digunakan diperoleh dari Kota Pangkalan Berandan,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pada penelitian ini juga dipelajari adanya
pengaruh dari beberapa parameter pada ekstraksi minyak serai wangi terhadap yield
dan kualitas dari minyak atsiri meliputi waktu ekstraksi (30 menit, 60 menit dan 90
menit), daya microwave (300 watt, 450 watt dan 600 watt). Minyak serai wangi yang
diperoleh diuji kualitas sifat fisiknya sesuai standar SNI 06-3953-1995 dan ISO
3848:2016 meliputi uji densitas dan indeks bias serta dianalisis komposisi minyak
serai wangi menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS).

1.1 PENGARUH DAYA MICROWAVE TERHADAP YIELD


Daya adalah banyaknya energi yang dihantarkan per satuan waktu. Daya pada
proses ekstraksi sangat berpengaruh terhadap yield yang dihasilkan minyak serai
wangi. Daya microwave juga berperan sebagai driving force untuk memecah struktur
membran sel tanaman sehingga minyak dapat terdifusi keluar dan larut dalam
pelarut. Sehingga penambahan daya microwave secara umum akan meningkatkan
yield dan mempercepat waktu ekstraksi (Liang et al., 2008). Adapun grafik pengaruh
daya microwave terhadap yield minyak dapat dilihat pada Gambar 4.1.

1.80
1.70
1.60 30 menit
1.50
60 menit
1.40
Yield (%)

1.30 90 menit
1.20 120 menit
1.10
1.00 150 menit
300 450 600
Daya (Watt)
a)
1.80 1.60 1.40
Yield (%)

1.70 1.50 1.30


1.20
1.10
1.00
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
150 menit
300 450 600
Daya (Watt)
b)
Gambar 4.1 Pengaruh Daya Terhadap Yield a) Pretreatment Pemeraman dan b)
Pretreatment Pengeringan Angin

Gambar 4.1a dan 4.1b yakni pretreatment pemeraman dan pengeringan angin
secara umum menunjukkan kenaikan yield seiring bertambahnya daya. Kenaikan
tersebut berlangsung signifikan pada perlakuaan waktu 30, 60 dan 90 menit. Namun
pada perlakuan waktu 120 dan 150 menit, kenaikan yield terhenti pada daya 450
watt. Hal ini diakibatkan oleh pelarut yang menguap sehingga bahan ikut hangus saat
dipanaskan pada daya 600 watt. Menguapnya pelarut pada daya tersebut disebabkan
reaksi berlangsung secara batch. Yield terbaik diperoleh pada perlakuan waktu 90
menit dengan daya 600 watt yaitu sebesar 1,613 % untuk pretreatment pemeraman,
sedangkan pretreatment pengeringan angin sebesar 1,713%. Berdasarkan hasil
percobaan tersebut bahwa daya microwave memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap % yield minyak serai wangi. Hal ini dikarenakan semakin besar daya, maka
suhu operasi meningkat dan laju penyulingan (penguapan) menjadi semakin besar.
Kenaikan suhu adalah akibat dari kemampuan bahan dan pelarut untuk menyerap
energi dari gelombang mikro. Semakin besar daya maka semakin besar energi yang
diterima bahan untuk dirubah menjadi panas sehingga yield minyak semakin besar
(Erliyanti dan Elsa, 2017).
Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh Chandra dan Fikka (2017),
menggunakan metode microwave hydrodiffusion and gravity. Jika dibandingkan
dengan penelitian yang telah saya lakukan, bahwa terdapat kesamaan yaitu pada
peneliti terdahulu, terjadi kenaikan terjadi kenaikan yield seiring bertambahnya daya
microwave.
Hasil penelitian ini yield pada pretreatment kering angin lebih besar
dibandingkan dengan pretreatment pemeraman. Hal ini disebabkan oleh saat proses
pemeraman dilakukan dengan menutup daun dengan karung goni menyebabkan
sirkulasi udara yang kurang lancar selain itu terjadi reaksi oksidasi sehingga enzim
memecahkan sel-sel minyak pada daun dan menyebabkan perubahan warna menjadi
hijau kecoklatan dan kadar air yang tinggi (Ketaren, 1989).

1.2 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP YIELD


Waktu ekstraksi merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada
proses ekstraksi. Yield minyak atsiri akan terus meningkat seiring bertambahnya
waktu ekstraksi pada microwave. Hal ini disebabkan oleh pemanasan dengan
menggunakan microwave bersifat selektif dan volumetrik. Pemanasan bersifat
selektif dalam arti radiasi gelombang mikro bisa langsung menembus labu destilasi
(distiller) yang bersifat transparan (meneruskan gelombang mikro), sehingga
radiasinya bisa langsung diserap oleh bahan dan pelarut yang bersifat menyerap
gelombang mikro. Sedangkan pemanasan bersifat volumetrik dalam arti terjadi
pemanasan langsung pada keseluruhan volume bahan sehingga pemanasannya bisa
seragam (merata) dan berlangsung lebih cepat. Lamanya waktu ekstraksi akan
menentukan banyaknya yield minyak yang dihasilkan.
Berdasarkan Gambar 4.1a dengan pretreatment pemeraman dan 4.1b dengan
pengeringan angin terjadi kenaikan yield minyak seiring bertambahnya waktu.
Kenaikan tersebut berlangsung signifikan disetiap perlakuan waktu. Pada daya 300
dan 450 watt, yield cenderung konstan dari menit ke 90 sampai dengan menit ke
150. Namun pada perlakuan daya 600 watt, kenaikan yield terhenti pada waktu 90
menit. Hal ini terjadi karena pelarut telah habis menguap sehingga bahan terbakar
saat ekstraksi berlangsung menuju 120 menit. Sehingga yield tertinggi diperoleh pada
perlakuan waktu 90 menit pada daya 600 watt yaitu sebesar 1,613 % untuk
pretreatment pemeraman, sedangkan pengeringan angin sebesar 1,713 %.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut bahwa kenaikan yield yang terjadi disebabkan
pengontakan pelarut dengan sampel yang diekstrak semakin lama, maka sirkulasi
yang terjadi juga banyak sehingga minyak yang terikut dalam pelarut juga semakin
banyak. Akan tetapi pada waktu ekstraksi 90 sampai 150 menit yield mengalami fase
diffusi. Fase diffusi disebut juga fase pembatas (limiting step) dimana pada posisi
tersebut minyak yang dapat terekstrak sudah sangat sedikit sehingga jika ditunjukkan
pada gambar grafik kurvanya konstan. Penggunaan pemanas pada microwave selain
dapat mempersingkat waktu destilasi, juga dapat meningkatkan jumlah % yield yang
diperoleh. Hal ini disebabkan pada metode yang menggunakan pemanas microwave,
terjadi perpindahan massa dan panas yang bekerja dalam arah yang sama yaitu dari
dalam bahan menuju ke luar permukaan bahan dan pelarut. Transfer energi
gelombang mikro terjadi secara langsung (radiasi) menuju bahan dan pelarut melalui
interaksi molekuler (molekul-molekul polar di dalam bahan dan pelarut) dengan
medan elektromagnetik yang dihasilkan microwave, yang selanjutnya dikonversi
menjadi energi panas. Sehingga kombinasi sinergis dua fenomena perpindahan ini
mempercepat proses difusi minyak menuju permukaan bahan dan pelarut. (Chemat et
al, 2009).
Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh Chandra dan Fikka (2017),
menggunakan metode microwave hydrodiffusion and gravity. Jika dibandingkan
dengan penelitian yang telah saya lakukan, bahwa terdapat kesamaan yaitu pada
peneliti terdahulu, terjadi kenaikan terjadi kenaikan yield seiring bertambahnya
waktu ekstraksi.
Hasil penelitian ini yield pada pretreatment kering angin lebih besar
dibandingkan dengan pretreatment pemeraman. Hal ini disebabkan oleh saat proses
pemeraman dilakukan dengan menutup daun dengan karung goni menyebabkan
sirkulasi udara yang kurang lancar selain itu terjadi reaksi oksidasi sehingga enzim
memecahkan sel-sel minyak pada daun dan menyebabkan perubahan warna menjadi
hijau kecoklatan dan kadar air yang tinggi (Ketaren, 1989).

1.3 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP DENSITAS

Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan
kemurnian minyak atsiri. Nilai bobot jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama
dengan volume minyak pada suhu yang sama pula. Berat jenis sering dihubungkan
dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung di dalam minyak sereh
wangi. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak sereh wangi, maka
semakin besar pula berat jenisnya. Adapun densitas yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Densitas


Densitas Standar Nasional Indonesia
Run
Pemeraman Kering Angin (SNI)
600 watt, 30 menit 0,901 0,898
600 watt, 60 menit 0,899 0,899 0,880-0,922
600 watt, 90 menit 0,903 0,902

Densitas yang diperoleh pada masing-masing pretreatment tidak memiliki


perbedaan nilai secara signifikan. Bahkan pada perlakuan 600 watt 60 menit nilainya
sama. Juga nilai keduanya masih dalam batas SNI. Hasil penelitian ini sesuai yang
dilakukan oleh Haryono et al (2018), yang mengunakan metode ultrasonikasi dan
soxhletasi. Jika dibandingkan dengan penelitian yang telah saya lakukan, bahwa
terdapat kesamaan yaitu pengaruh waktu ekstraksi tidak terlalu mempengaruhi
denstitas.
Hasil densitas minyak atsiri serai wangi antara pretreatment kering angin lebih
tinggi dibandingkan dengan pretreatment pemeraman, hal ini disebabkan terjadinya
penguapan beberapa komponen sehingga jumlah komponen relatif lebih sedikit pada
perlakuan pemeraman.

1.4 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP INDEKS BIAS


Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara
dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias
minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak. Menurut Guenther
(1952), nilai indeks bias juga dipengaruhi oleh adanya air dalam minyak tersebut.
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks bias. Ini karena
sifat dari air yang mudah membiaskan cahaya yang datang. Jadi, minyak atsiri
dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri
dengan nilai indeks bias yang lebih kecil. Adapun indeks bias yang diperoleh dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Indeks Bias
Indeks Bias Standar Nasional Indonesia
Run
Pemeraman Kering Angin (SNI)
600 watt, 30 menit 1,472 1,472
600 watt, 60 menit 1,472 1,471 1,466-1,475
600 watt, 90 menit 1,473 1,472

Indeks bias yang diperoleh pada masing-masing pretreatment tidak memiliki


perbedaan yang nyata. Perbedaan nilai tersebut cenderung stabil. Bahkan pada
perlakuan 600 watt 30 menit nilainya sama. Juga nilai keduanya masih dalam batas
SNI. Berdasarkan hasil percobaan tersebut bahwa nilai indeks bias bergantung pada
jumlah rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Hal ini diartikan bahwa indeks bias
dipengaruhi komponen penyusun minyak atsiri daun jeruk purut. Semakin panjang
rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap dalam minyak atsiri maka semakin
besar pula nilai indeks biasnya (Nainggolan, 2002). lama waktu penyimpanan daun
diperkirakan dapat menaikkan nilai indeks bias karena semakin dominannya
komponen penyusun minyak atsiri. Senyawa sitronella dan terpena tak teroksigenasi
merupakan senyawa terbesar dan sangat dominan jumlahnya dalam minyak atsiri.
Hal tersebut berarti bahwa nilai indeks bias sangat dipengaruhi oleh senyawa
sitronellal dan terpena tak teroksigenasi yang terkandung dalam minyak atsiri
tersebut. Semakin tinggi nilai indeks bias pada kisaran tersebut menunjukkan bahwa
minyak atsiri memiliki kualitas yang baik (Khabibi, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh Haryono et al (2018), yang
mengunakan metode ultrasonikasi dan soxhletasi. Jika dibandingkan dengan
penelitian yang telah saya lakukan, bahwa terdapat kesamaan yaitu pengaruh waktu
ekstraksi tidak terlalu mempengaruhi indeks bias.

1.5 IDENTIFIKASI KOMPOSISI MINYAK SERAI WANGI


MENGGUNAKAN GAS KROMATOGRAFI MASSA
SPEKTROFOTOMETRI (GCMS)

Analisis GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometer) terhadap minyak


atsiri serai wangi yang dihasilkan dengan menggunakan microwave steam
hydrodistillation bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi senyawa-senyawa yang
terkandung didalam minyak atsiri serai wangi. Analisis GC-MS terhadap minyak
atsiri serai wangi dapat dilihat pada kromatogram yang ditunjukkan pada Gambar
4.3.

Sitronella
Geraniol

Citronellol

a)

a)

Sitronella

Geraniol

Citronellol

b)
Gambar 4.3 Anlisis GC-MS a) Pretreatment Pemeraman dan b) Pretreatment
Pengeringan Angin

Hasil kromatogram tersebut dari pretreatment pemeraman diperoleh 10 jenis


senyawa dan pada pretreatment kering angin diperoleh 12 jenis senyawa yang
terkandung dalam minyak serai wangi. Dari senyawa-senyawa tersebut ada tiga
komponen utama yang terkandung dalam minyak atsiri serai wangi seperti yang
tertera pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Komponen Utama Hasil GC-MS dari Minyak Atsiri Serai Wangi
Menggunakan Metode Microwave Accelerated Steam Distillation dengan
Perlakuan Pemeraman dan Kering Angin
Pemeraman Kering Angin
Nama Senyawa Kadar (%) Nama Senyawa Kadar (%)
Sitronella 36,65 Sitronella 36,79
Geraniol 29,58 Geraniol 29,65
Citronellol 9,40 Citronellol 13,55

Komponen utama pada minyak atsiri serai wangi pada perlakuan pemeraman,
diperoleh kadar sitronelal (36,65%) pada waktu retensi 12,700 menit, kadar geraniol
(29,58%) pada waktu retensi 23,498 menit dan kadar sitronelol (9,40%) pada waktu
retensi 20,890 menit. Sedangkan dengan perlakuan kering angin diperoleh kadar
sitronelal (36,79%) pada waktu retensi 12,841 menit, kadar geraniol (29,65%) pada
waktu retensi 23,586 menit dan kadar sitronelol (13,55%) pada waktu retensi 21,195
menit.
Senyawa aktif utama yang ditemukan pada penelitian ini adalah Sitronelal
sebesar 36,65 dan 36,79%. Sitronellal bersama dengan sitral, geraniol, linalool, dan
sitronelol merupakan salah senyawa terpena yang paling penting, sitronellal yang
terdiri dari campuran terpenoid yang dapat memberikan aroma khusus pada minyak
daun jeruk purut merupakan salah satu komponen utama yang terkandung dalam
minyak daun jeruk purut. Sitronelal termasuk senyawa minyak atsiri yang berwarna
kekuningan dan mudah menguap pada suhu kamar. Selain itu, sitronellal bersifat
sedikit larut dalam air dan dapat larut dalam alkohol dan ester (Ketaren, 1985).
Hasil penelitian ini sesuai yang dilakukan Harianing (2018), wangi
menggunakan metode bantuan gelombang mikro dan pelarut metanol. Jika
dibandingkan dengan penelitian yang telah saya lakukan, bahwa hasil yang didapat
hampir sama dengan penelitian ini yaitu Sitronelal sebesar 36,11%, geraniol 20,07%
dan sitronelol sebesar 10,82%.
4.7 ANALISIS SIFAT FISIK MINYAK SERAI WANGI
Dalam penentuan kualitas dari minyak serai wangi yang diperoleh, maka perlu
dilakukan pengujian terhadap sifat fisik dari minyak serai wangi yang telah
diperoleh. Pengujian terhadap sifat fisik dari minyak serai wangi yang diperoleh
dapat dilakukan dengan cara menentukan berat jenis dan indek bias. Hasil analisis
dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kualitas dari minyak serai
wangi, dengan cara membandingkan hasil analisis sifat fisik dengan data standar
mutu berdasarkan SNI 06-3953-1995 dan ISO 3848:2016 seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Sifat Fisik Minyak Serai Wangi


Parameter Hasil Ekstraksi SNI 06-3953-1995 ISO 3848:2016
Kuning pucat hingga Kuning pucat hingga
Warna Kuning pucat
kuning kecoklatan kuning kecoklatan
Berat Jenis,
0,902 0,880-0,922 0,888-0,922
20C
Indeks Bias,
1,473 1,466-1475 1,466-1477
20C

Berdasarkan hasil analisa sifat fisik dari minyak serai wangi yang diperoleh
yang dapat dilihat pada Tabel 4.5, maka dapat disimpulkan bahwa minyak serai
wangi hasil ekstraksi tersebut memenuhi standar mutu baik berdasarkan SNI 06-
3953-1995 maupun berdasarkan ISO 3848:2016.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah yield tertinggi
diperoleh dengan perlakuan kering angin. kondisi operasi yang menghasilkan yield
tertinggi untuk ekstraksi minyak atsiri serai wangi dengan perlakuan kering angin
adalah pada daya 600 watt dalam waktu 90 menit yaitu menghasilkan yield 1,713%
mengandung sitronella (36,79%), densitas 0,902 g/mL, dan indeks bias 1,472.
Sedangkan dengan perlakuan pemeraman adalah pada daya 600 watt dalam waktu 90
menit yaitu menghasilkan yield 1,613% mengandung sitronella (36,65%), densitas
0,903 g/mL, dan indeks bias 1,473. Dapat dilihat dari hasil tersebut semakin lama
waktu ekstraksi maka semakin tinggi juga yield atau rendemen yang dihasilkan.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah:


1. Peneliti menyarankan menggunakan reaktor kontinyu agar pelarut tidak habis
saat proses ekstraksi pada daya tinggi.
2. Peneliti menyarankan untuk memvariasikan pelarut lain seperti dimethyl
sulfoxide, dimethylformamide, etilen glikol, metanol dan lain-lain.
3. Penelitian selanjutnya disarankan agar memvariasikan ukuran bahan serai wangi
misalnya dengan ukuran 1 cm, 2 cm atau 3 cm. Untuk melihat pengaruh ukuran
bahan terhadap yield minyak atsiri serai wangi yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA

Chandra F. K., Ayu dan Fikka Kartika W. 2017. Perbandingan Metode Microwave
Hydrodistillation (MHD) dan Microwave Hydrodiffusion and Gravity (MHG)
untuk Mengekstrak Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk. Jurnal Reka Buana 2(1).
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik. Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang. Malang.
Carrick, I. T. 2016. Microwave heating as an experimental model for spontaneous
combustion in organic materials. New York: SUNY Cobleskill.
Chemat, F., Abert Vian, M., Fernandez, X., Visioni, F. 2008. Microwave
hydrodiffusion and gravity: a new technique for extraction of essential oils.
Journal of Chromatography A, 1190:14–17.
Chemat, F., Bousbia, N., Vian, M. A., Ferhat, M. A., Petitcolas, E., dan Meklati, B.
Y. 2009. Comparison of Two Isolation Methods for Essential Oil from
Rosemary Leaves: Hydrodistillation And Microwave Hydrodiffusion And
Gravity. Food Chem 114:355–362.
Chen, J. H., Wenlong, L., Baijuan, Y., Xiunchun, G., Frank Sen-Chun L., dan
Xiaoru, W. 2007. Determination or four major saponins in the seeds of
Aesculus Chinensis Bunge Using Accelerated Solvent Extraction Followed
by High-performance Liquid Chromatography and Electrospray-time of
Flight Mass Spectrometry. Analylica Chimica Acta 596(2) 273-280.
Clain, E., Renata, B., Paulius, K., Aušra, Š., Ramutė, M., Rita, K., Chaker El, K.,
dan Ptres, R. V. 2018. Biorefining of Cymbopogon Nardus from Reunion
Island Into Essential Oil and Antioxidant Fractions by Conventional and High
Pressure Extraction Methods. Industrial Crops & Products 126: 158–167.
Department of Food Science and Technology, Kaunas University of
Technology, Radvilėnų pl. 19, aunas, Lithuania.
Cunha, B. G., Cristina, D., Karina, S. C., Loaine, M., Isabela, A. C., Daniela, M. D.
S., Sandra, H. P. D. O., dan Aimee, M. G. 2019. Cytotoxicity and
antimicrobial effects of citronella oil (Cymbopogon nardus) and commercial
mouthwashes on S. aureus and C. albicans biofilms in prosthetic materials.
Archives of Oral Biology 109: 104577 . Department Dental Materials and
Prosthodontics, São Paulo State University (UNESP), School of Dentistry,
Araçatuba, Brazil.
Dacosta, M., Sang, K. S., dan I Ketut, M. 2017. Perbandingan Kandungan Minyak
Atsiri Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) yang Ditanam
di Lokasi Berbeda Comparison Plant Contains Oil of Citronella
(Cymbopogon nardus Rendle L.) Grown in Different Locations. Jurnal
Simbiosis V (1): 25-31 ISSN: 2337-7224. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Udayana. Bali.
Desai A. M. and Jigisha, P. 2012. Microwave Assisted Extraction of Essential Oil
From Cymbopogon Flexuosus (Steud.) Wats.: A Parametric and Comparative
Study. Separation Science and Technology, 47: 1963–1970. Chemical
Engineering Department, Sardar Vallabhbhai National Institute of
Technology, Surat, Gujarat, India.
Dewan Atsiri Indonesia dan IPB. 2009. Minyak Atsiri Indonesia. Editor: Dr. Molide
Rizal, Dr. Meika S. Rusli dan Ariato Mulyadi.
Donglei, L., Juming, T., Patrick, D. P., dan Frank, L. 2013. Using Mobile Metallic
Temperature Sensors in Continuous Microwave Assisted Sterilization
(MATS) System. Jounal of Food Engineering 119(3): 552-560.
Erliyanti, N. K., dan Elsa R. 2017. Pengaruh Daya Microwave Terhadap Yield pada
Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga Kamboja (Plumeria Alba) Menggunakan
Metode Microwave Hydrodistillation. Jurnal Rekayasa Mesin 8(3): 175-178
ISSN 2477-6041. Program Studi Teknik Kimia Universitas Nahdlatul Ulama
Sidaorjo. Jawa Timur.
Golmakani, M., dan Rezaei, K. 2008. Comparison of Microwave-Assisted
Hydrodistillation with The Traditional Hydrodistillation Method in The
Extraction of Essential Oils from Thymus Vulgaris L. Food Chemistry, Vol.
109, Hal. 925
Golmakani, Mohammad-Taghi., dan Mahsa, M. 2015. Comparison of heat and mass
transfer of different microwave- assisted extraction methods of essential oil
from Citrus limon (Lisbon variety) peel. Food Sci. Nutr 3(6), pp. 506–518.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri, Jilid IVB. diterjemahkan oleh Ketaren. Jakarta:
UIPress.
Hamidi, N., Mega, N. S., dan Widya, W. 2015. Peningkatan Produktivitas Ekstraksi
Minyak Nilam dengan Microwave Distillator. Proceeding Seminar Nasional
Tahunan Teknik Mein XIV (SNTTM XIV). Universitas Brawijaya. Malang.
Hamzah, M. H., Hasfalina, C. M., Zarunia, Z. A., dan Hishamuddin, J. 2014.
Comparison of Citronella Oil Extraction Methods from Cymbopogon nardus
Grass by Ohmic-heated Hydrodistillation, Hydro-Distillation, and Steam
Distillation. BioResources, 9(1) 1930-2126.
Harianingsih. 2018. Optimization of the Citronellal Synthesis Process from
Cymbopogon winterianus Assisted by Microwave using Methanol and N-
Hexan Solvent. Eksergi 15(1) ISSN: 1410-394X. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim. Semarang.
Haryono, E., Evy, E., dan Adella, H. E. 2018. Kinerja Ekstraksi Minyak Akar Wangi
dengan Metode Ultrasonikasi dan Soxhletasi. Jurnal Rekayasa Bahan Alam
dan Energi Berkelanjutan 2(1). Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Bandung.
Hutabarat, S. R. 2012. Karakterisasi Simplisia, Isolasi Minyak Atsiri dan Analisis
Komponen Minyak Atsiri Secara Gc-Ms dari Rimpang Lempuyang Gajah
(Zingiber Zerumbet Sm.). Skripsi. Program Ekstensi Sarjana Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan.
International Standardization Organization. 2016. ISO 3848:2016. Essential Oil of
Citronella, Java Type.
Kasuan, N, Z. M. Yusoff, Z. Muhammad, M. N. N. Nordin, M. H. F. Rahiman, dan
M. N. Taib. 2012. Essential Oil Extraction with Automated Steam
Distillation: FMRLC for steam temperature regulation. 2012 IEEE
International Conference on Control System, Computing and Engineering, 23
- 25 Nov. 2012, Penang, Malaysia. Faculty of Electrical Engineering.
Universiti Teknologi MARA. Malaysia.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.
Ketaren, S. 1989. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.
Khabibi, J., dan Syafii, W. 2011. Pengaruh Penyimpanan Daun dan Volume Air
Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Kayu Putih. Scientific
Repository IPB. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Intitut
Pertanian Bogor. Bogor.
Khasanah, R. A., Budiyanto, E., dan Widiani, N. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Sereh
(Cymbopagon Nardus L.) Sebagai Alternatif Anti Bakteri Staphylococcus
Epidermis pada Deodoran Parfume Spray. Pelita-Jurnal Penelitian
Mahasiswa UNY, 1: 1-9. Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
Kumar, P., Abhay, K. P., Pooja, S., Nijendra, N. T., dan Vivek, K. B. 2017. Essential
Oils: Sources of Antimicrobials and Food Preservatives. Frontiers in
Microbiology Volume 7. Department of Forestry, North Eastern Regional
Institute of Science and Technology, Nirjuli, India.
Kusuma, H. S. dan M. Mahfud. 2017. Kinetic Studies on Extraction of Essential Oil
from Sandalwood (Santalum album) by Microwave Air-Hydrodistillation
Method. Alexandria Engineering Journal. Department of Chemical
Engineering, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia.
Liang, H., Zhuoyan Hu., dan Ming ,C. 2008. Desirability Function Approach for the
Optimization of Microwave-Assisted Extraction of Saikosaponins from Radix
Bupleuri. Sep Purif Technology 61 (3) : 266 – 275.
Ma’sum, Z, H. S. usuma, . ltway, and M. Mahfud. 2019. On The Effect of The
Ratio of The Distiler Volume and That of The Microwave Cavity on The
Extraction of Cymbopogon Nardus Dried Leaves by Microwave
Hydrodistillation. Journal of Chemical Technology and Metallurgy 54(4)
778-786. Department of Chemical Engineering, Faculty of Industrial
Technology, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111,
Indonesia.
Metaxas, A.C. 1996, Foundations of Electroheat: A unified Approach, John Wiley &
Sons, Chichester, New York.
Moradalizadeh, M., Naghmeh, S., dan Peyman, R. 2013. Comparison of
Hydrodistillation, Microwave Hydrodistillation and Solvent Free Microwave
Methods in Analysis of The Essential Oils from Aerial Parts of Haplophyllum
Robustum Bge. By GC/MS Method. International journal of Advanced
Biological and Biomedical Research 1(9) 1058-1067. Department of
Chemistry, Faculty of Science, Kerman Branch, Islamic Azad University,
Kerman, Iran.
M. Ibrahim dan Khalid, A. K. 2013. Phenotypic Recurrent Selection on Herb Growth
Yield of Citronella Grass (Cymbopogon Nardus) Grown in Egypt. Nusantara
Biosciene 5(2) 70-74.
Nainggolan, R. 2002. Pemisahan Komponen Minyak Nilam (Pogostemon Cablin
Benth) dengan Teknik Distilasi Fraksinasi Vakum Penelitian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Nugraha., Aswardi, N., dan Asep, N. R. 2017. The Development of Appropriate
Technology for Citronella Fragrance Oil Refineries in Small Scale and
Intermediate Industry. Prosiding SNaPP2017Sains dan Teknologi. pISSN
2089-3582 | eISSN 2303-2480. Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Islam Bandung. Bandung.
Nurhaen, D. W dan A. Ridhay. 2016. Isolation and Identification of Chemical
Components of Essensial Oils From Leavs, Stems, and Flowers of
Salembangu Plants (Melissa Sp.). Online Journal of Natural Science 5(2)
149-157 ISSn: 2338-0950.
Raju, G.G. 2003. Dielectrics in Electric Fields. Marcel Dekker Inc., New York.
Ranitha M., A. H. Nour, Z. A. Sulaiman, A. H. Nour, T. Rhaj S. 2014. A
Comparative Study of Lemongrass (Cymbopogon Citratus) Essential Oil
Extracted by Microwave-Assisted Hydrodistillation (MAHD) and
Conventional Hydrodistillation (HD) Method. International Journal of
Chemical Engineering and Applications 5(2) 104-108.
Rockwood., Alan, L., Mark, M. K., dan Nigel, J. C. 2018. Mass Spectrometry.
Dalam. Andrew N Hoofnagle. Principles and Applications of Clinical Mass
Spectrometry: Small Molecules, Peptides and Pathogens. United Kingdom:
Elsevier.
Routray, W., Valeire, O., Yvan, G. 2014. Effect of Different Drying Methods on
the Microwave Extraction of Phenolic Components and Antioxidant
Activity of Highbush Blueberry Leaves. Drying Tehnology: An
International Journal. Bioresurce Engineering Department, McGill
University, Ste-Anne-de-Bellevue, Quebec, Canada.
Sahraoui, N., Maryline, V., Isabelle, B., Chahrazed, B., dan Farid, C. 2008. Improved
Microwave Steam Distillation Apparatus for Isolation of Essential Oils
Comparison With Conventional Steam Distillation. Journal of
Chromatography A, 1210 229–233. Ecole Nationale Polytechnique,
Département de Génie Chimique, El Harrach, 16200 Alger, Algeria.
Sitepu, J. S. G. 2010. Pengaruh Variasi Metode Ekstraksi Secara Maserasi dan
dengan Alat Soxhlet Terhadap Kandungan Kurkuminoid dan Minyak Atsiri
dalam Ekstrak Etanolik Kunyit (Curcuma Demostika Val.). Skripsi. Fakultas
Farmasi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Spigno, G. and De Faveri, D. M. 2009. Microwave-Assisted Extraction of Tea
Phenols: A Phenomenological Study. Journal of Food Engineering, 93, 210-
217.
Sriyadi, Tohir, D., Ma’mun. 2012. Pencirian Minyak Sereh Wangi Mahaperingi
(Cymbopogon Winterianus Jowitt) Klom G1, G2, dan G3 Menggunakan
Kromatografi Gas-Spektometer Massa. Scientific Repository. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI 06-3953-1995: Minyak Sereh. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional (BSN).
Standar Nasional Indonesia. 2014. SNI 8028-1:2014: Alat Penyuling Minyak Atsiri -
Bagian 1: Sistem Kukus – Syarat Mutu dan Metode Uji. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional (BSN).
Stashenko, E. E., Beatriz, E. J., Jairo, R. M. 2004. Comparison of Different
Extraction Methods for the Analysis of Volatile Secondary Metabolites of
Lippia alba (Mill) N.E. Brown, Grown in Colombia, and Evaluation of Its in
vitro Antioxidant Activity. Journal Chromatography. A, Vol. 1025:93.
Sulaswatty, A., Meika. S. R., Haznan, A., dan Silvester T. 2019. Quo Vadis Minyak
Serai Wangi dan Produk Turunannya. LIPI.
Suroso.Sp. 2018. Budidaya Serai Wangi (Cymbopogon Nardus L. Randle). Penyuluh
Kehutanan Lapangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Tambun, R, Harry, P. L., Christika, P., dan Ester, M. 2016. Influence of Particle Size,
Time and Temperature to Extract Phenol from Galangal. Jurnal Teknik Kimia
USU 5(4). Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Ugarte, G. A. C., Gladys, P. J-B., Maria, E. S-M., Aarelio, L-M. 2013. Microwave-
assisted Extraction of Essential Oils from Herbs. Journal of Microwave
Power and Electromagnetic Energy 47(1) 63-72.
Zhang, T. T., Yiheng Xu., Chao-Hsin, L., Zhigang, D. W., dan Shugang, W. 2019.
Measuring Moisture Content in a Porous Insulation Package with Finite
Thickness. International Journal of Heat and Mass Transfer 129: 144-151.
LAMPIRAN A
DATA HASIL PENELITIAN

LA.1 HASIL ANALISA KADAR AIR


Tabel A.1 Hasil Analisa Kadar Air
Massa
Massa Awal Massa Akhir
Alumunium Foil Kadar Air (%)
(gram) (gram)
(gram)
4,53 6,53 6,31 11,00

LA.2 DATA DENSITAS DAN INDEKS BIAS MINYAK SERAI WANGI


Tabel A.2 Data Densitas dan Indeks Bias Minyak Serai Wangi pada Daya
Microwave 600 watt dan Waktu Ekstraksi 90 menit
Perlakuan Awal Pemeraman Kering Angin
Massa piknometer Kosong
12,6531
(gram)
Massa Piknometer + Air
17,6441
(gram)
Massa Air (gram) 4,991
Massa Piknometer +
17,1681 17,1632
Minyak (gram)
Massa Minyak (gram) 4,515 4,5101
Densitas 0,903 0,902
Indeks Bias 1,473 1,472

LA.3 DATA YIELD MINYAK SERAI WANGI BERBAGAI VARIASI


Tabel A.3 Data Yield Minyak Serai Wangi Berbagai Variasi

Variasi
Massa
Yield
Run Minyak
(%)
(gram)

Daya Waktu
Perlakuan
(watt) (menit)

1 30 0,674 1,145
2 60 0,807 1,373
3 300 90 0,835 1,420
4 Pemeraman 120 0,853 1,451
5 150 0,853 1,451
6 30 0,718 1,220
450
7 60 0,853 1,451
8 90 0,898 1,527
9 120 0,899 1,529
10 150 0,898 1,527
11 30 0,766 1,302
12 600 60 0,899 1,529
13 90 0,948 1,613
14 30 1,078 1,211
15 60 1,304 1,465
16 300 90 1,349 1,515
17 120 1,374 1,544
18 150 1,375 1,545
19 30 1,166 1,310
20 Kering Angin 60 1,390 1,562
21 450 90 1,462 1,643
22 120 1,483 1,667
23 150 1,480 1,663
24 30 1,257 1,413
25 600 60 1,465 1,646
26 90 1,524 1,713

LA.4 DATA HASIL UJI GC-MS MINYAK SERAI WANGI


Tabel A.4 Data Hasil Uji GC-MS Minyak Serai Wangi Pretreatment Pemeraman
Waktu Retensi %
Peak Nama Senyawa
(tR) (menit) Area
1 5,061 4,79 Limonene
2 5,894 0,60 Beta Elemene
3 12,700 36,65 Citronella
4 14,835 1,88 Linalool
5 15,886 2,04 Caryophyllene
6 19,179 2,06 Germacrene
7 20,641 7,21 Geranyl acetate
8 20,890 9,40 Beta citronellol
9 21,195 5,79 Gamma cadinene
10 23,498 29,58 Geraniol
Total 100
Tabel A.5 Data Hasil Uji GC-MS Minyak Serai Wangi Pretreatment Kering Angin
Waktu Retensi %
Peak Nama Senyawa
(tR) (menit) Area
1 5,061 4,68 Limonene
2 12,841 36,79 Citronella
3 14,910 1,45 Linalool
4 15,502 3,15 Isopulegol 1
5 16,886 5,04 Isopulegol 2
6 18,329 2,61 Beta elemene
7 19,341 1,16 Germacrene
8 20,890 8,34 Geranyl acetate
9 21,195 13,55 Beta citronellol
10 21,898 5,64 Gamma cadinene
11 23,586 29,65 Geraniol
12 29,873 1,42 Elemol
Total 100
LAMPIRAN B

CONTOH PERHITUNGAN

LB.1 CONTOH PERHITUNGAN KADAR AIR


Massa aluminium foil = 4,53 gram
Massa awal (massa awal serai + foil) = 6,53 gram
Massa akhir (massa kering serai + foil) = 6,31 gram
Massa awal serai = 2,00 gram
Massa kering serai = 1,78 gram
Kadar air dihitung berdasarkan persamaan 3.1
massa awal serai - massa kering
serai ×100%
Kadar air (%) =
massa awal serai

2,00-1, 8
= ×100%
2,00

= 11,00 %

LB.2 CONTOH PERHITUNGAN DENSITAS


Sampel: Hasil Minyak Serai pada Daya 600 watt, 90 menit, kering angin
Massa piknometer kosong (m) = 12,6531 gram
Massa piknometer + air (m1) = 17,6441 gam
Massa air (m-m1) = 17,6441 – 12,6531
= 4,991 gram
Massa piknometer + minyak (m2) = 17,1632 gram
Massa minyak (m2-m) = 4,5101 gram
Densitas air (dair) = 0,9982 gram/ml (pada suhu 20C)
Densitas dari minyak dihitung menggunakan persamaan 3.3
dminyak m2- m
dair m1-m

dminyak ,5101

0,9982 ,991
dminyak = 0,902 gram/ml
LB.3 CONTOH PERHITUNGAN YIELD MINYAK SERAI WANGI
Sampel: Hasil Minyak Serai pada Daya 300 watt, 30 menit, kering angin
Massa serai yang digunakan = 100 gram
Kadar air = 11,00 %
Massa minyak yang dihasilkan = 1,078 gram
Yield dari minyak dihitung menggunakan persamaan 3.2
massa minyak
Yield (%) ×100%
massa serai ( 1-kadar air
=

1, 8
Yield (%) ×100%
100 (1-0,11
=
Yield (%) = 1,211
LAMPIRAN C

DOKUMENTASI PENELITIAN

LC.1 PERSIAPAN SAMPEL

`
Gambar C.1 Persiapan Sampel

LC.2 EKSTRAKSI MINYAK SERAI WANGI

Gambar C.2 Ekstraksi Minyak Serai Wangi


LC.3 PEMISAHAN MINYAK SERAI WANGI

Gambar C.3 Pemisahan Minyak Serai Wangi

LC.4 HASIL MINYAK SERAI WANGI

Gambar D.4 Hasil Minyak Serai Wangi


LAMPIRAN D

HASIL UJI LABORATORIUM

LD.1 HASIL UJI GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry)


Hasil uji GC-MS minyak serai wangi menggunakan perlakuan pemeraman
dapat dilihat pada Gambar D.1

Gambar D.1 Hasil Uji GCMS pada Serai Wangi Menggunakan Perlakuan
Pemeraman
Hasil uji GC-MS minyak serai wangi menggunakan perlakuan pengeringan
angin dapat dilihat pada Gambar D.2

Gambar D.2 Hasil Uji GCMS pada Serai Wangi menggunakan


perlakuan pengeringan angin
LAMPIRAN E
FLOWCHART PENELITIAN

LE.1 Flowchart Ekstraksi Minyak Serai Wangi dengan Metode MASD


Flowchart proses ekstraksi yaitu :
Mulai

Serai wangi dipotong berukuran + 1 cm

Diperam selama satu hari

Dimasukkan serai wangi ke dalam labu bersekat sebanyak 100 gram

Ditambahkan 800 mL aquadest

Dimasukkan erlenmeyer ke dalam microwave

Diatur daya pada 300 watt dan waktu selama 30 menit

Diukur volume dan massa distilat yang didapat

Ya
Apakah ada
variabel lain ?

Tidak

Selesai

Gambar E.1 Flowchart Proses Ekstraksi Minyak Serai Wangi dengan Metode MASD
LE.2 Flowchart Penentuan Kadar Air Bahan Baku
Flowchart penentuan kadar air bahan baku yaitu :
Mulai

Serai wangi ditimbang 2 gram

Dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 2 jam

Didingingkan pada desikator lalu ditimbang

Dipanaskan kembali selama 30 menit

Didingingkan kembali pada desikator lalu ditimbang

Tidak
Apakah sudah
konstan ?

Ya
Kadar air dihitung

Selesai

Gambar E.2 Flowchart Penentuan Kadar Air Bahan Baku


LE.3 Flowchart Perhitungan Yield Minyak Serai Wangi
Flowchart perhitungan yield yang diperoleh yaitu :
Mulai

Ditimbang massa bahan baku yang digunakan

Ditimbang minyak hasil ekstraksi

Dihitung yield yang diperoleh

Selesai

Gambar E.3 Flowchart Perhitungan Yield Minyak Serai Wangi

LE.4 Flowchart Pengukuran Densitas Minyak Serai Wangi


Flowchart pengukuran densitas minyak atsiri yaitu :
Mulai

Dimasukkan minyak serai ke dalam piknometer sampai penuh

Ditutup piknometer dan diukur temperatur minyak serai

Dicatat massa yang dibutuhkan

Dihitung densitas minyak atsiri

Selesai

Gambar E.4 Flowchart Pengukuran Densitas Minyak Serai Wangi


LE.5 Flowchart Analisis Indeks Bias Minyak Serai Wangi
Flowchart analisis indeks bias yaitu :
Mulai

Alirkan air melalui refraktometer pada suhu tetap

Suhu tidak boleh lebih dari 20C dengan toleransi 0,2C (m1)
Sebelum minyak atsiri melalui rekfraktometer, minyak harus
berada pada suhu yang sama dengan air

Pembacaan dilakukan apabila suhu sudah stabil

Selesai

Gambar E.5 Flowchart Analisis Indeks Bias Minyak Serai Wangi

Anda mungkin juga menyukai