Anda di halaman 1dari 16

Materi Pemelajaran

A. Menganalisis Kelayakan Penyimpanan Bahan Kimia


Penyimpan atau penataan bahan kimia di gudang penyimpanan atau di laboratorium
harus mengutamakan segi keamanan daripada keindahan atau segi yang lain. Oleh karena itu
pemahaman tentang sifat fisik dan kimia bahan-bahan menjadi pertimbangan utama. Selain
itu penyimpanan bahan kimia dalam jenis dan jumlah yang banyak memerlukan pengetahuan
akan syarat-syarat penyimpanan. Demikian pula dengan pembuangan bahan kimia juga harus
mengutamakan segi keamanan, baik keamanan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Untuk menyimpan bahan kima diperlukan persyaratan baik tempat penyimpanan


maupun cara penyimpanan. Penyimpanan bahan kimia dengan baik dan benar sangat perlu
untuk (1) Mengurangi segala resiko yang timbul, (2) Mencegah mengatasi kehilangan,
pencurian , kebakaran, kerusakan, dan penyalahgunaan, (3) Menekan biaya operasional
laboratorium sekecil mungkin, (4) Peningkatan kwalitas kerja/SDM untuk mengelola
laboratorium secara optimal, (5) Memudahkan rencana penambahan bahan yang  baru, (6)
Merencanakan perbaikan atau servis. Dengan terpenuhinya persyratan tempat dan cara
penyimpanan akan meminimalisir resiko yang dapat terjadi.

1. Tempat Penyimpanan Bahan Kimia


Sebelum kita bahas cara menyimpan bahan kimia perlu kita pahami terlebih dahulu
tempat atau gudang tempat untuk menyimpan. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
untuk tempat atau gudang penyimpanan bahan kimia antara lain sebagai berikut.

a. Letak gudang sebaiknya terpisah dari bangunan-bangunan penting lain, sehingga apabila
terjadi kecelakaan dapat dilokalisasi.
b. Tempat penyimpanan harus memiliki ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara. Adanya
ventilasi dalam gudang amat diperlukan sehingga apabila terjadi kebocoran bahan mudah
terbakar atau beracun dan korosif dapat terencerkan oleh udara sampai di bawah ambang
bahaya kebakaran atau keracunan fatal. Bahkan untuk bahan-bahan yang teramat rawan
seperti amat mudah terbakar atau mudah meledak harus pula disendirikan.
c. Bebas dari sumber penyalaan.
Sumber-sumber penyalaan seperti nyala api, bara rokok, loncatan api listrik atau
loncatan listrik statis harus dijauhkan dari gudang. Pasanglah poster “DILARANG
MEROKOK” untuk mencegah seorang merokok atau menghasilkan nyala api. Peralatan-
peralatan listrik dalam gudang, perlu di”grounding”kan agar tidak terjadi loncatan listrik.

d. Ruangan cukup dingin


Ruangan yang dingin akan mencegah reaksi penguraian atau memperlambat reaksi. Ini
dapat dipahami karena reaksi-reaksi kimia dapat mulai terjadi apabila energi bahan dapat
mencapai energi aktivasi.

e. Tempat penyimpanan harus kering


Banyak bahan kimia yang dapat terhidrolisa oleh air atau uap air dalam udara. Reaksi
hidrolisa yang eksotermis akan meningkatkan suhu yang berakibat seperti di atas. Penggunaan
AC sekaligus dapat mendinginkan dan mengeringkan udara dalam gudang.

2. Mengidentifikasi Sifat Bahan Kimia


Bahan kimia yang diperdagangkan sering disertai dengan simbol tertentu pada label
kemasan, dimaksudkan untuk mengetahui potensi bahaya atau akibat yang dapat ditimbulkan
dari bahan kimia tersebut. Beberapa simbol yang sering dijumpai pada bahan kimia yang
diperdagangkan sebagai berikut:

Gambar 7.1 Simbol bahan kimia


a. Iritan /Harmful
Bahan kimia dapat menyebabkan iritasi, luka bakar pada kulit, berlendir,
mengganggu sistem pernafasan bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan. Misal
NaOH, C6H5OH, Cl2.
b. Beracun/Toxic
Bahan kimia bersifat racun, dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
bila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau
penyerapan melalui kulit. Misal CCl4, H2S, C6H6
c. Korosif/ Corrosive
Bahan kimia bersifat korosif,  dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi
pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Misal H2SO4,
HNO3, HCl.
d. Mudah menyala/Flammable
Bahan kimia memiliki titik nyala rendah dan mudah menyala/terbakar dengan api
bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api. MisalC2H5OC2H5, CS2, C2H2.
e. Mudah meledak/Explosive
Bahan kimia bersifat dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api,
guncangan atau gesekan. Misal KClO3, NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3.
f. Pengoksidasi/Oxidising
Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan
menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik, bahan pereduksi, dll.
Misal KMnO4, H2O2, K2Cr2O7.
g. Mencemari lingkungan/ Nature polluting
Bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam
lingkungan kehidupan. Misal AgNO3, Hg2Cl2, HgCl2. Di bawah ini panduan umum
untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.
Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif > Cairan Flammable >
Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif terhadap Air > Padatan Flammable   > Bahan
Oksidator > Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak memerlukan
pemisahan secara khusus.
Bahan kimia dapat memiliki lebih dari satu sifat bahaya sehingga pada label
dicantumkan lebih dari satu simbol bahaya. Namun demikian, kemasan tanpa simbol
bahaya bukanlah berarti bahwa bahan kimia tersebut aman dan bebas bahaya, untuk itu
diperlukan kehati-hatian dalam penanganan bahan kimia.
3. Ketentuan Penyimpanan Bahan Kimia
Hal-hal yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia
diantaranya meliputi aspek:

 Pemisahan (segregation),
 Tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
 Pelabelan (labeling),
 Fasilitas penyimpanan (storage facilities),
 Wadah sekunder (secondary containment),
 Bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
 Inventarisasi (inventory), dan
 Informasi resiko bahaya (hazard information).
Sebelum disimpan, wadah bahan kimia harus diberi label terlebih dahulu sesuai dengan
bahan di dalamnya. Contoh bahan kimia yang sudah berlabel.

Gambar 7.2 Bahan kimia berlabel

Beberapa ketentuan penyimpanan bahan kimia berdasar sifat yang harus kita pahami
sebelum melakukan penyimpanan adalah sebagai berikut.

a. Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder seperti
baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Secara
umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah:
 Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter,
trikloroetan, perkloroetan dsb.
 Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam
florida, asam fosfat dsb.
 Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium
hidroksida.
 Bahan radioaktif .
b. Bahan yang inkompatibel (dapat bereaksi bila bahan-bahan yang dapat bereaksi
berinteraksi) harus dijauhkan.

Tabel 7.1 Bahan-bahan inkompatibel yang bereaksi hebat


Bahan Hindarkan Kontak dengan Bahan:
Asam klorat, asam nitrat, pelarut organik mudah terbakar
Amonium nitrat
dan serbuk logam
Asam kromat. Asam nitrat, perklorat, peroksida dan
Asan asetat
permanganat
Karbon aktif Bahan oksidator (klorat, perklorat, dan hipoklorit)
Asam asetat, gliserin, alkohol dan bahan organik mudah
Asam kromat
terbakar
Cairan mudah Amonium nitrat, asam kromat, hidrogen peroksida dan
terbakar asam nitrat
Hidrokarbon Fluor, klor, asam kromat dan peroksida
Kalium permanganat Gliserin, etilen, glokol dan asam sufat
Asam sulfat Klorat, perklorat, permanganat dan air
Amonia Klor, brom, yodium, kalsium hipoklorit dan air raksa
Natrium nitrat dan Amonium nitrat
nitrit
Oksigen Lemak, minyak, hidrogen dan bahan mudah terbakar

Tabel 7.2 Bahan-bahan inkompatibel yang apabila bereaksi menimbulkan gas beracun
Senyawa A Senyawa B Produk gas beracun
Sianida Asam Asam sianida
Sulfida Asam Asam sulfida
Hipoklorit Asam Klor, asam hipoklorit
Nitrat Asam sulfat Nitrogen dioksida
Asam nitrat Logam Nitrogen dioksida
Nitrit Asam Nitrogen dioksida
Arsenik Reduktor Arsen
Adanya kelompok bahan inkompatibel di atas, menunjukkan pada kita bahwa penataan
bahan kimia menurut abjad, mengundang risiko bahaya. Pengurutan secara alfabetis akan
lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya (Fluka, 2003/2004). Sayang sekali tak ada sistem pemisahan
atau segregasi yang sempurna, karena banyak bahan kimia yang bersifat ganda.
c. Bahan yang Perlu Penyimpanan Khusus
Bahan kimia keperluan laboratorium banyak yang memerlukan penyimpanan khusus,
diantaranya adalah:
1) Zat higroskopis atau mudah meleleh
Bahan-bahan di bawah ini mempunyai titik leleh rendah, mudah mencair, atau
higroskopik dan harus disimpan pada suhu rendah, kering dan tertutup rapat. Asetaldehida,
amonium asetat/karbonat/ferisulfat.nitrat/tiosulfat, kalsium klorida/oksida, kadmium
klorida/nitrat, kromtrioksida, asam sitrat, kobalt asetat/klorida, diatil eter, feri
klorida/nitrat/oksalat, HCl (36%), Hg-nitrat, nikel klorida/nitrat, fenol, kalium
hidroksida/tiosianat/nitrit, natrium hidroksida, seng klorida/nitrat.
2) Bahan mudah membeku
Zat-zat di bawah ini harus disimpan di atas suhu bekunya agar tidak membeku
(freezing).

Senyawa Suhu beku


Asam asetat glasial 17°C
Anilin -5°C
Benzena 5°C
Asam perklorat -17°C (70%)
Asam oleat 4°C
Asam sulfat 5°C
Asam formiat 90% 9°C
Asam ortoposfat 10°C (85%)

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium: (1) Aman,
bahan disimpan supaya aman dari pencuri. (2) Mudah dicari,  untuk memudahkan mencari
letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat
penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci). (3) Mudah diambil, penyimpanan bahan
diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan (Lindawati, 2010)    

Pada penyimpanan bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat bila sudah
dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk
pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini untuk mencegah
pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi
kimia. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Oleh karena itu, harus
ditempatkan pada lemari tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada
lemari bahan toxic, karena benzena mudah terbakar daripada beracun.

Selain ketentuan penyimpanan seperti di atas beberapa kaidah secara umum berikut
perlu diperhatikan adalah :

1) Lemari yang digunakan untuk menyimpan bahan sejenis maka botol besar disimpan pada
bagian bawah.
2) Bahan berbahaya atau korosif (terutama cairan) jangan disimpan di tempat yang lebih
tinggi dari bahu orang dewasa.
3) Mengisi botol jangan sampai penuh.
4) Gunakan tutup dari dari bahan selain kaca untuk botol yang berisi larutan basa, karena
lama kelamaan tutup itu akan melekat pada botolnya dan susah dibuka.
5) Memberi label pada wadah bahan kimia yang menyatakan nama bahan itu. Untuk wadah
yang berisi larutan cantumkan konsentrasi, dan tanggal pembuatan larutan. Agar label ini
tahan lama hendaknya dilapisi dengan lilin cair.
6) Bahan kimia cair/ larutan disimpan terpisah dari bahan kimia padat. Masing-masing
dikelompokkan menjadi kelompok asam, basa, garam, indikator atau pereaksi khusus
serta senyawa organik.
7) Fosforus kuning harus disimpan (direndam bersama wadahnya) dalam air.
8) Natrium, kalium dan litium harus disimpan dalam kerosin (minyak tanah).
9) Rak-rak penyimpanan harus kuat.
10) Ruang penyimpanan bahan kimia hendaknya dilengkapi dengan ventilasi yang memadai.
11) Bahan kimia yang sangat beracun, berbahaya dan mudah rusak hendaknya dibeli dalam
jumlah sedikit, dan dicatat tanggal pembeliannya.
12) Saat membeli bromin sebaiknya dibungkus dalam wadah kertas dan diperkirakan habis
sekali pakai.
13) Dilakukan pengecekkan bahan kimia yang disimpan, bila label yang rusak segera diganti.
Bahan yang rusak harus disingkirkan.

4. Panduan Penyimpanan Bahan Kimia


Cara penyimpanan dan penataan bahan kimia untuk menurut kelompok tingkat
bahayanya.

a. Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif


Bahan radioaktif harus disimpan di tempat yang terawasi dan terjaga keamanannya. Pada
tempat penyimpanan harus dituliskan kata “HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF
(CAUTION RADIOACTIVE MATERIALS)”. Diperlukan catatan jumlah bahan dan perhatikan
batas jumlah penyimpanan yang diperbolehkan.

b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif


Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi
menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau
kontak dengan uap lembab, misalnya padatan flammable yang reaktif terhadap air. Bahan
kimia reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif, pembentuk
peroksida, dan reaktif air. Bahan piroforik adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak
dengan udara pada suhu < 54,44 0C. Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti
fosfor, cairan seperti tributilaluminium atau gas . Bahan piroforik harus disimpan di dalam
lemari flammable secara terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur fosfor
harus disimpan dan dipotong dalam air. Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat
menimbulkan ledakan yang diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan
menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan perubahan tekanan yang tinggi.
Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya
membentuk senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk
peroksida diantaranya p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan sikloheksena.
Cara yang harus diperhatikan dalam penyimpanannya sebagi berikut:
 Simpan bahan kimia pembentuk peroksida dalam botol tertutup rapat (tidak kontak
dengan udara) atau dalam wadah yang tidak terkena cahaya.
 Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan dibuka bahan tersebut.
 Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan peroksida. Buanglah
peroksida yang telah dibuka setelah 3 – 6 bulan
 Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak pernah dibuka sesuai
batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah diterima.
 Bahan yang reaktif air apabila kontak dengan udara lembab saja akan menghasilkan
senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida.
Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan
menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci, dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan
kimia kering apabila terjadi kebakaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi
dengan silica gel.
c. Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Panduan penyimpanan
untuk kelompok asam ini diantaranya:

 Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
 Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator,
 Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan cairan flammable dan
combustible.
 Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala
seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dan lain-lain.
 Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya
ketika dipindahkan ke luar lab.
 Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas
atau tidak terkena langsung sinar matahari.
 Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau lemari rak asam. Botol besar
disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
 Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastic untuk menghindari
cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastik atau panci kue dari pyrex sangat baik
digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah
gelas atau porselen dan jauhkan dari bahan kimia organik.
 Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahan
flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium
hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan
sebagai berikut :

 Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organik, dan
bahan flammable.
 Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
 Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau
keborocan.
 Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan
korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
d. Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable dan Combustible
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas ataupun reaktif terhadap
air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium
karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Padatan flammable harus disimpan dalam
lemari flammable dan dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible.

Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah asetaldehid,


aseton, heksana, toluen, ksilena, etanol.

Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium sebagai berikut.

 Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang


bertuliskan “Lab-Safe” atau “Flammable Storage Refrigerators”. Jangan sekali-kali
menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
 Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
 Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung, sumber
nyala atau api.
e. Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia yang menunjang proses
pembakaran dengan cara melepaskan oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa
lain. Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3),
hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia oksidator harus dipisahkan dari bahan-
bahan flammable dan combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali
(litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan
menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu dan jangan berdekatan dengan bahan
lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.

f. Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic)


Bahan kimia beracun terdiri dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri
memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate
LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker) disimpan dalam
wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.

g. Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya


Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan atas dasar tingkat
kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa
concoh senyawa sensitif cahaya diantaranya brom (Br2), garam merkuri, kalium ferosianida,
K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dan lain-lain. Bahan sensitif cahaya disimpan dalam botol
berwarna coklat (amber bottle).

h.  Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)


Cara penyimpanan bahan kimia gas diantaranya:

1) Pisahkan dan tandai tabung gas yang isi dan kosong.


2) Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak logam.
3) Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
4) Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
5) Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif bahan berasap maupun bahan mudah
terbakar.
6) Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu dapat
menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain.
7) Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari silinder.
8) Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder gas berukuran
besar.
9) Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggesergeserkan silinder, karena gas
dalam silinder memiliki tekanan tinggi.

Gambar 7.3 Bahan kimia yang sudah disimpan

Penyimpanan bahan kimia yang sudah memenuhi syarat tetap harus dikontrol dan
waspada terhadap kemungkinan yang terjadi. Waspada terhadap perubahan cuaca yaitu suhu
udara tinggi dan hujan lebat. Suhu tinggi dapat menyebabkan reaksi penguraian, sedang hujan
dapat menyebabkan gudang basah akibat kebocoran atau kelembaban udara yang tinggi.
(Soemanto Imamkhasani, Puslitbang Kimia Terapan LIPI).
B. Pembuangan Bahan Kimia
Bahan kimia yang telah kadaluarsa, rusak, terkontaminasi, sisa praktikum atau karena
tumpah berarti menjadi bahan kimia layak buang. Bahan kadaluarsa harus dibuang melalui
unit pengelolaan limbah yang disesuaikan dengan sifat bahan yang bersangkutan.

Gambar 7.1 Bahan kimia rusak/kadaluarsa

Terdapat beberapa bahan yang harus dibuang terpisah dari bahan lain seperti logam berat
yang bersifat toxic dan tidak terhancurkan. Pembuangan bahan kimia secara langsung tidak
diperbolehkan karena dapat merusak lingkungan dan membahayakan makhluk hidup di
sekitarnya. Sebelum bahan kimia dibuang harus ditangani terlebih dahulu sampai menjadi
bahan yang aman. Setelah menjadi bahan yang aman bagi lingkungan baru dilakukan
pembuangan. Penanganan bahan kimia yang akan dibuang disesuaikan dengan sifat bahan
kimia yang bersangkutan. Secara umum untuk bahan kimia berbahaya direaksikan terlebih
dahulu sehingga berubah menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Dalam menangani
pembuangan atau pemusnahan bahan kimia perlu memakai alat pelindung diri (APD) seperti
sarung tangan, masker, pakaian laboratorium atau pelindung muka Apabila tidak terdapat
pengolahan limbah yang memadai, sediakan wadah khusus seperti tong plastik untuk
menampung dan kemudian buang melalui perusahaan pengolahan limbah kimia.
Gambar 7.4 Pengolahan Bahan Kimia

Berikut ini adalah cara menangani dan membuang beberapa bahan kimia layak buang
dengan aman.

1. Halida Asam Organik

Asam halida organik adalah asam organik yang sudah mengalami substitusi halogen (F,
Cl, Brm I). contoh :Asetil bromida, Asetil klorida, Benzoil klorida. Cara membuang:
Campurkan dengan NaHCO3, dalam wadah gelas atau plastik dan tambahkan air dalam
jumlah banyak sambil diaduk. Buang ke dalam bak air diikuti dengan banyak air.

2. Senyawa Halida Anorganik


Senyawa halida anorganik seperti: Alumunium klorida, Asam klorosulfonik,
Stanilklorida. Cara pembuangan: Campurkan dengan NaHCO3 dalam sebuah wadah penguap.
Semprot dengan NH4OH 6 M dan aduk serta tambah es untuk mendinginkan hasil reaksi.
Setelah tidak terbentuk uap NH4Cl, tambah air dan aduk. Netralkan dengan HCl sebelum
dibuang bersama-sama air.

3. Senyawa Aldehida
Senyawa aldehida seperti Contoh: Asetaldehida, Akrolein, Benzaldehida, Kloral,
Formaldehida, Furfural, Paraldehida. Cara pembuangan:
a. Serap dalam adsorbent, bakar secara terbuka atau dalam insenerator.
b. Larutkan dalam aseton atau benzena, bakar dalam insenerator.

4. Halida Organik dan Senyawanya


Contoh bahan: Aldrin, Klordan, Dieldrin, Lindane, Tetraetillead (TEL), Vinilkloride.
Cara pembuangan :

a. Tuangkan ke dalam  NaHCO3 atau campuran pasir dengan NaOH (90:10). Aduk baik-
baik dan pindahkan ke dalam insenerator.
b. Larutkan ke dalam pelarut organik mudah terbakar (aseton, Benzena). Bakar dalam
insenerator.

5. Asam Organik Tersubstitusi


Asam organik tersubstitusi misalnya : Asam benzena sulfonat, Asam kloroasetat, Asam
trikloroasetat, Asam fluoroasetat. Cara pembuangan :
a. Tuangkan ke dalam NaHCO3 berlebihan, campur dan tambahkan air. Biarkan 24 jam
setelah itu secara perlahan-lahan buang bersama sejumlah air, atau
b. Tuangkan ke dalam absorbent dalam insenerator. Tutup dengan sisa kayu atau kertas,
siram dengan alkohol bekas dan bakat, atau
c. Larutkan dalam pelarut mudah terbakar atau sisa alkohol, Bakar dam insenerator.

6. Amin Aromatik Terhalogenasi dan Senyawa Nitro


Contoh senyawa: Diklorobenzena, Dinitroanilin, Endrin, Metil isotiosianat,
Nitrobenzena, Nitrofenol. Cara pembuangan:

a. Diserap dengan absorben + NaHCO3. Campur dengan potongan kertas dan bakar dalam
insenerator, atau
b. Dibakar langsung dalam insenerator dengan schrubber, atau
c. Campur dengan pelarut mudah terbakar (alkohol, benzena) dan bakar dalam insenerator.

7. Senyawa Amin Aromatik


Contoh senyawa: Anilin, Benzidine (karsinogenik), Pyridine. Cara pembuangan

a. Tutup dengan campuran pasir dan NaOH (90:10). Aduk dan campur dengan potongan-
potongan kertas dan bakar dalam insenerator, atau
b. Larutkan dalam pelarut mudah terbakar (alkohol, benzena) dan bakar dalam insenerator.

8. Fosfat Organik dan Senyawa Sejenis


Contoh bahan: Malathion, Methyl parathion, Parathion, Tributilposfat.
Cara pembuangan:

a. Langsung ke dalam insenerator setekah dicampurkan dengan pelarut organik yang


mudah terbakar, atau
b. Campur dengan kertas bekas dan bakar dalam insenerator dengan schrubber alkali.

9. Basa Alkali dan Amonia


Contoh senyawa: Amonia anhirat, Kalsium hidroksida, Natrium hidroksida. Cara
pembuangan:

a. Tuangkan dalam bak dan encerkan dengan air serta netralkan dengan 6 M HCl.
b. Buang dalam pembuangan air biasa.
10. Bahan Kimia Oksidator
Contoh senyawa: Ammonium dikromat, Ammonium perklorat, Ammonium persulfat,
Asam perklorat. Cara Pembuangan:

a. Tambah sejumlah larutan pereduksi (hipo, bisulfit atau ferosulfat yang ditambah H2SO4).
b. Biarkan reaksi selesai dan netralkan dengan NaOH atau HCl.
c. Buang dengan banyak air.

11. Bahan Kimia Reduktor


Contoh senyawa: Natrium bisulfit, Natrium nitrit, Natrium Sulfit, Belerang oksida Cara
pembuangan:
a. Pembuangan gas (seperti SO2) : Alirkan ke dalam larutan NaOH atau larutan kalsium
hipoklorit.
b. Pembuangan bahan padat : campur dengan NaOH (1:1), tambah air sampai membentuk
slury.
c. Tambahkan kalsium hipoklorit dan air serta biarkan selama 2 jam.
d. Netralkan sebelum dibuang ke dalam pembuangan air.

12. Sianida dan Nitril


Cara pembuangan : Bahan berupa cair atau padat dilarutkan ke dalam pelarut organik
yang mudah terbakar. Bakar dalam insenerator.

13. Asam Anorganik


Contoh bahan: Asam klorida, Asam fluorida, Asam nitrat, Asam posfat, Asam sulfat.
Cara pembuangan: Tambahkan ke dalam sejumlah besar campuran NaOH dan Ca(OH)2.
Buang campuran tersebut ke dalam air yang sedang mengalir. Demikian pula menangani
asam anorganik yang tumpah dengan cara :Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan
NaHCO3 atau campurkan NaOH dan Ca(OH)2 (1:1). Campur dan bila perlu tambah air agar
membentuk slurry. Buang slurry tersebut ke dalam air yang sedang mengalir. Perhatikan
gambar penanganan asam yang tumpah berikut.
Gambar 7.5 Penanganan tumpahan bahan kimia

Anda mungkin juga menyukai