a. Letak gudang sebaiknya terpisah dari bangunan-bangunan penting lain, sehingga apabila
terjadi kecelakaan dapat dilokalisasi.
b. Tempat penyimpanan harus memiliki ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara. Adanya
ventilasi dalam gudang amat diperlukan sehingga apabila terjadi kebocoran bahan mudah
terbakar atau beracun dan korosif dapat terencerkan oleh udara sampai di bawah ambang
bahaya kebakaran atau keracunan fatal. Bahkan untuk bahan-bahan yang teramat rawan
seperti amat mudah terbakar atau mudah meledak harus pula disendirikan.
c. Bebas dari sumber penyalaan.
Sumber-sumber penyalaan seperti nyala api, bara rokok, loncatan api listrik atau
loncatan listrik statis harus dijauhkan dari gudang. Pasanglah poster “DILARANG
MEROKOK” untuk mencegah seorang merokok atau menghasilkan nyala api. Peralatan-
peralatan listrik dalam gudang, perlu di”grounding”kan agar tidak terjadi loncatan listrik.
Pemisahan (segregation),
Tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
Pelabelan (labeling),
Fasilitas penyimpanan (storage facilities),
Wadah sekunder (secondary containment),
Bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
Inventarisasi (inventory), dan
Informasi resiko bahaya (hazard information).
Sebelum disimpan, wadah bahan kimia harus diberi label terlebih dahulu sesuai dengan
bahan di dalamnya. Contoh bahan kimia yang sudah berlabel.
Beberapa ketentuan penyimpanan bahan kimia berdasar sifat yang harus kita pahami
sebelum melakukan penyimpanan adalah sebagai berikut.
a. Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder seperti
baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Secara
umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah:
Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter,
trikloroetan, perkloroetan dsb.
Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam
florida, asam fosfat dsb.
Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium
hidroksida.
Bahan radioaktif .
b. Bahan yang inkompatibel (dapat bereaksi bila bahan-bahan yang dapat bereaksi
berinteraksi) harus dijauhkan.
Tabel 7.2 Bahan-bahan inkompatibel yang apabila bereaksi menimbulkan gas beracun
Senyawa A Senyawa B Produk gas beracun
Sianida Asam Asam sianida
Sulfida Asam Asam sulfida
Hipoklorit Asam Klor, asam hipoklorit
Nitrat Asam sulfat Nitrogen dioksida
Asam nitrat Logam Nitrogen dioksida
Nitrit Asam Nitrogen dioksida
Arsenik Reduktor Arsen
Adanya kelompok bahan inkompatibel di atas, menunjukkan pada kita bahwa penataan
bahan kimia menurut abjad, mengundang risiko bahaya. Pengurutan secara alfabetis akan
lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya (Fluka, 2003/2004). Sayang sekali tak ada sistem pemisahan
atau segregasi yang sempurna, karena banyak bahan kimia yang bersifat ganda.
c. Bahan yang Perlu Penyimpanan Khusus
Bahan kimia keperluan laboratorium banyak yang memerlukan penyimpanan khusus,
diantaranya adalah:
1) Zat higroskopis atau mudah meleleh
Bahan-bahan di bawah ini mempunyai titik leleh rendah, mudah mencair, atau
higroskopik dan harus disimpan pada suhu rendah, kering dan tertutup rapat. Asetaldehida,
amonium asetat/karbonat/ferisulfat.nitrat/tiosulfat, kalsium klorida/oksida, kadmium
klorida/nitrat, kromtrioksida, asam sitrat, kobalt asetat/klorida, diatil eter, feri
klorida/nitrat/oksalat, HCl (36%), Hg-nitrat, nikel klorida/nitrat, fenol, kalium
hidroksida/tiosianat/nitrit, natrium hidroksida, seng klorida/nitrat.
2) Bahan mudah membeku
Zat-zat di bawah ini harus disimpan di atas suhu bekunya agar tidak membeku
(freezing).
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium: (1) Aman,
bahan disimpan supaya aman dari pencuri. (2) Mudah dicari, untuk memudahkan mencari
letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat
penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci). (3) Mudah diambil, penyimpanan bahan
diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan (Lindawati, 2010)
Pada penyimpanan bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat bila sudah
dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk
pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini untuk mencegah
pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi
kimia. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Oleh karena itu, harus
ditempatkan pada lemari tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada
lemari bahan toxic, karena benzena mudah terbakar daripada beracun.
Selain ketentuan penyimpanan seperti di atas beberapa kaidah secara umum berikut
perlu diperhatikan adalah :
1) Lemari yang digunakan untuk menyimpan bahan sejenis maka botol besar disimpan pada
bagian bawah.
2) Bahan berbahaya atau korosif (terutama cairan) jangan disimpan di tempat yang lebih
tinggi dari bahu orang dewasa.
3) Mengisi botol jangan sampai penuh.
4) Gunakan tutup dari dari bahan selain kaca untuk botol yang berisi larutan basa, karena
lama kelamaan tutup itu akan melekat pada botolnya dan susah dibuka.
5) Memberi label pada wadah bahan kimia yang menyatakan nama bahan itu. Untuk wadah
yang berisi larutan cantumkan konsentrasi, dan tanggal pembuatan larutan. Agar label ini
tahan lama hendaknya dilapisi dengan lilin cair.
6) Bahan kimia cair/ larutan disimpan terpisah dari bahan kimia padat. Masing-masing
dikelompokkan menjadi kelompok asam, basa, garam, indikator atau pereaksi khusus
serta senyawa organik.
7) Fosforus kuning harus disimpan (direndam bersama wadahnya) dalam air.
8) Natrium, kalium dan litium harus disimpan dalam kerosin (minyak tanah).
9) Rak-rak penyimpanan harus kuat.
10) Ruang penyimpanan bahan kimia hendaknya dilengkapi dengan ventilasi yang memadai.
11) Bahan kimia yang sangat beracun, berbahaya dan mudah rusak hendaknya dibeli dalam
jumlah sedikit, dan dicatat tanggal pembeliannya.
12) Saat membeli bromin sebaiknya dibungkus dalam wadah kertas dan diperkirakan habis
sekali pakai.
13) Dilakukan pengecekkan bahan kimia yang disimpan, bila label yang rusak segera diganti.
Bahan yang rusak harus disingkirkan.
Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator,
Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan cairan flammable dan
combustible.
Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala
seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dan lain-lain.
Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya
ketika dipindahkan ke luar lab.
Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas
atau tidak terkena langsung sinar matahari.
Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau lemari rak asam. Botol besar
disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastic untuk menghindari
cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastik atau panci kue dari pyrex sangat baik
digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah
gelas atau porselen dan jauhkan dari bahan kimia organik.
Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahan
flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium
hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan
sebagai berikut :
Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organik, dan
bahan flammable.
Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau
keborocan.
Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan
korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
d. Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable dan Combustible
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas ataupun reaktif terhadap
air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium
karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Padatan flammable harus disimpan dalam
lemari flammable dan dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible.
Penyimpanan bahan kimia yang sudah memenuhi syarat tetap harus dikontrol dan
waspada terhadap kemungkinan yang terjadi. Waspada terhadap perubahan cuaca yaitu suhu
udara tinggi dan hujan lebat. Suhu tinggi dapat menyebabkan reaksi penguraian, sedang hujan
dapat menyebabkan gudang basah akibat kebocoran atau kelembaban udara yang tinggi.
(Soemanto Imamkhasani, Puslitbang Kimia Terapan LIPI).
B. Pembuangan Bahan Kimia
Bahan kimia yang telah kadaluarsa, rusak, terkontaminasi, sisa praktikum atau karena
tumpah berarti menjadi bahan kimia layak buang. Bahan kadaluarsa harus dibuang melalui
unit pengelolaan limbah yang disesuaikan dengan sifat bahan yang bersangkutan.
Terdapat beberapa bahan yang harus dibuang terpisah dari bahan lain seperti logam berat
yang bersifat toxic dan tidak terhancurkan. Pembuangan bahan kimia secara langsung tidak
diperbolehkan karena dapat merusak lingkungan dan membahayakan makhluk hidup di
sekitarnya. Sebelum bahan kimia dibuang harus ditangani terlebih dahulu sampai menjadi
bahan yang aman. Setelah menjadi bahan yang aman bagi lingkungan baru dilakukan
pembuangan. Penanganan bahan kimia yang akan dibuang disesuaikan dengan sifat bahan
kimia yang bersangkutan. Secara umum untuk bahan kimia berbahaya direaksikan terlebih
dahulu sehingga berubah menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Dalam menangani
pembuangan atau pemusnahan bahan kimia perlu memakai alat pelindung diri (APD) seperti
sarung tangan, masker, pakaian laboratorium atau pelindung muka Apabila tidak terdapat
pengolahan limbah yang memadai, sediakan wadah khusus seperti tong plastik untuk
menampung dan kemudian buang melalui perusahaan pengolahan limbah kimia.
Gambar 7.4 Pengolahan Bahan Kimia
Berikut ini adalah cara menangani dan membuang beberapa bahan kimia layak buang
dengan aman.
Asam halida organik adalah asam organik yang sudah mengalami substitusi halogen (F,
Cl, Brm I). contoh :Asetil bromida, Asetil klorida, Benzoil klorida. Cara membuang:
Campurkan dengan NaHCO3, dalam wadah gelas atau plastik dan tambahkan air dalam
jumlah banyak sambil diaduk. Buang ke dalam bak air diikuti dengan banyak air.
3. Senyawa Aldehida
Senyawa aldehida seperti Contoh: Asetaldehida, Akrolein, Benzaldehida, Kloral,
Formaldehida, Furfural, Paraldehida. Cara pembuangan:
a. Serap dalam adsorbent, bakar secara terbuka atau dalam insenerator.
b. Larutkan dalam aseton atau benzena, bakar dalam insenerator.
a. Tuangkan ke dalam NaHCO3 atau campuran pasir dengan NaOH (90:10). Aduk baik-
baik dan pindahkan ke dalam insenerator.
b. Larutkan ke dalam pelarut organik mudah terbakar (aseton, Benzena). Bakar dalam
insenerator.
a. Diserap dengan absorben + NaHCO3. Campur dengan potongan kertas dan bakar dalam
insenerator, atau
b. Dibakar langsung dalam insenerator dengan schrubber, atau
c. Campur dengan pelarut mudah terbakar (alkohol, benzena) dan bakar dalam insenerator.
a. Tutup dengan campuran pasir dan NaOH (90:10). Aduk dan campur dengan potongan-
potongan kertas dan bakar dalam insenerator, atau
b. Larutkan dalam pelarut mudah terbakar (alkohol, benzena) dan bakar dalam insenerator.
a. Tuangkan dalam bak dan encerkan dengan air serta netralkan dengan 6 M HCl.
b. Buang dalam pembuangan air biasa.
10. Bahan Kimia Oksidator
Contoh senyawa: Ammonium dikromat, Ammonium perklorat, Ammonium persulfat,
Asam perklorat. Cara Pembuangan:
a. Tambah sejumlah larutan pereduksi (hipo, bisulfit atau ferosulfat yang ditambah H2SO4).
b. Biarkan reaksi selesai dan netralkan dengan NaOH atau HCl.
c. Buang dengan banyak air.