Disusun Oleh :
JURUSAN KIMIA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Uji warna nyala adalah suatu prosedur analisis yang digunakan dalam ilmu
kimia untuk mendeteksi keberadaan unur tertentu, terutama ion logam, berdasarkan
kararteristik spektrum emisi masing-masing unsur. Warna nyala api secara umum
juga bergantung pada temperatur. Uji nyala sebagai salah satu metode identifikasi
kation dengan reaksi kering. Salah satu contoh uji reaksi kering metode uji nyala
adalah reaksi nyala dengan menggunakan kawat nikrom. Uji reaksi kering ini
biasanya dilakukan dengan cara menggunakan zat dengan jumlah yang sedikit
dilarutkan ke dalam HCl pekat di atas kaca arloji, kemudian dicelupkan. Ini
merupakan salah satu metode lama yang masih akurat untuk analisis kualitatif dan
masih memberikan arah yang sangat jelas untuk analisis logam.
Uji Mutiara/manik boraks merupakan prosedur analisis organik kualitatif
tradisional yang bertujuan untuk menguji keberadaan logam tertentu. Uji manik tertua
adalah uji manik boraks atau uji blister, yang diperkenalkan oleh Jons Jakob Berzelius
pada tahun 1812 (Wikipedia.com). Setelah itu, garam lain digunakan sebagai
alternatif seperti natrium karbonat atau natrium fluoride. Sesuai Namanya, uji manik
boraks menggunakan boraks sebagai bahan utamanya.
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengidentifikasi suatu unsur berdasarkan dari warna nyala yang dihasilkan
sampel pada nyala api Bunsen, baik secara langsung ataupun melalui Kaca Kobalt.
2. Untuk mengidentifikasi suatu unsur berdasarkan warna nyala pada manik boraks
dalam api reduksi dan oksidasi, dalam keadaan panas ataupun dingin.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Uji Nyala
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Bunsen
Spatula
Plat tetes
Kawat Ni
Gelas kimia
b. Bahan
Kalium Bisulfat (KHSO4 )
Kalsium Hidroksida (Ca[OH]2)
Stronsium Nitrar (Sr[NO]2)
Temabaga (II) Sulfat (CuSO4)
HCl pekat
2. Prosedur Kerja
2. Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkahnhya sebagai berikut:
1) Siapkan sampel yang ingin diuji pada plat tetes dan calon uap (Boraks)
2) Nyalakan api Bunsen
3) Celupkan kawat Ni ke dalam HCl pekat yang ada pada gelas kimia
4) Lalu panaskan kawat Ni pada api Bunsen hingga berpijar
5) Setelah dipanaskan, celupkan kembali kawat Ni ke dalam HCl pekat
6) Celupkan kawat Ni ke dalam boraks
7) Panaskan kawat Ni sampai membentuk manik boraks
8) Setelah manik boraks terbentuk, celupkan kawat Ni ke dalam sampel yang
akan diuji
9) Lalu panaskan pada api Bunsen dan perhatikan warna apinya
10) Lakukan hal berulang pada sampel yang lainnya
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Nyala
Hasil warna nyala pada setiap unsur adalah sebagai berikut:
PANAS DINGIN
Setelah dilakukannya uji nyala dan uji manik boraks, ternyata menghasilkan
warna nyala yang berbeda-beda pada setiap unsur. Cu ketika dipanaskan memiliki
warna hijau, Ca memiliki warna merah padam, Sr memiliki warna merah pucat dan K
memiliki warna violet, sedangkan pada uji manik boraks terdapat perbedaan warna
pada satu unsur yang memiliki temperatur yang berbeda. Fe pada panas memiliki
warna coklat kuning dab pada dingin berwarna kuning. Pada Cu memiliki warna hijau
pada saat panas dan berwarna biru pada saat dingin.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum Uji Nyala dan Uji Mutiara/Manik Boraks dapat
disimpulkan bahwa dalam Uji Nyala terdapat perbedaan elektron valensi pada
setiap unsur, sehingga ketika dipanaskan setiap unsur memiliki warna nyala api
yang berbeda-beda. Pada Uji Mutiara/Manik Boraks berdasarkan warna pada
manik boraks dalam api reduksi dan oksidasi dalam keadaan panas ataupun dingin
dapat diidentifikasi unsurnya dikarenakan setiap unsur memiliki warna yang
berbeda-beda ketika suatu unsur memiliki temperatur.
DAFTAR PUSTAKA
https://youtu.be/xtMx3m9h4c0
https://id.m.wikipedia.org