Anda di halaman 1dari 65

PERCOBAAN I

I. JUDUL PERCOBAAN : ANALISI KATION LOGAM


II. TANGGAL PERCOBAAN : 12 April 2016
III. TUJUAN PERCOBAAN :
Mahasiswa dapat memahami reaksi
identifikasi untuk kation dan anion serta
memahami konsep keseimbangan senyawa
sukar larut.
IV. DASAR TEORI :

Menurut Hamdani (2012 : 2), menyatakan bahwa Kation adalah ion yang
bermuatan positif, kation dan anion merupakan penyusun suatu senyawa sehingga
untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara sederhana dapat
dilakukan dengan menganalisis jenis kation dan anion yang dikandungnya.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida, hydrogen sulfida, ammonium sulfide dan ammonium
karbonat.

Menurut Vogel (1985 : 35), menyatakan bahwa kation golongan II tidak


bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfide
dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah Merkurium (II),
Tembaga, Bismut, Kadnium, Arsenik (II), Arsenik (V), Stibium (III), Stibium (V),
Timah (II), Timah (III), dan Timah (IV). Keempat ion yang pertama merupakan
sub golongan 2A dan keenam yang terakhir sub golongan 2B. Sementara sulfida
dari kation dalam golongan 2A tak dapat larut dalam amonium polisulfida. Sulfida
dari kation dalam golongan 2B justru dapat larut.

Penelitian terdahulu tentang kation merkuri dalam jurnal kesehatan Dewanti


, Dkk., (2013) menyatakan bahwa merkuri sangat beracun serta sangat korosif
jika diserap ke dalam aliran darah. Selain itu, merkuri dapat bergabung dengan
protein dalam plasma, sehingga merkuri juga dapat masuk ke organ tubuh lainnya.

1
Efek kesehatan merkuri organik yaitu gangguan syaraf, walaupun organ lain juga
terlibat seperti sistem pencernaan, sistem pernapasan, hati, immunitas, kulit dan
ginjal. Hati adalah organ utama dalam metabolisme merkuri (Hg), sehingga
kerusakan hati yang parah dapat terjadi.

2
V. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat yang digunakan pada percoobaan ini antara lain plat tetes, beberapa
buah pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pembakar spiritus, korek dan
penjepit tabung reaksi.

B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kalsium klorida
(CaCl2), natium klorida (NaCl), natrium karbonat (Na2CO3), kalium hidroksida
(KOH), asam oksalat (H2C2O4), nikel sulfat (NiSO4), tembaga (II) sulfat (CuSO4),
kalium iodida (KI), asam sulfat (H2SO4), cobal (II) klorida (CoCl2), barium (II)
nitrat (Ba(NO3)2),mangan sulfat (MnSO4),asam klorida (HCl),ammonium
karbonat ((NH4)2CO3), merkuri (II) nitrat (Hg2(NO3)2), kalium kromat (K2CrO4),
timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2), natrium hidroksida (NaOH), dan magnesium klorida
(MgCl2).

VI. PROSEDUR KERJA


1. Merkuro (Hg2+)
Dipakai larutan Hg2(NO3)2
a. Ditambahkan larutan alkali karbonat, maka akan terjadi endapan putih dari
markuro karbonat, endapan ini kemudian menjadi abu-abu disebabkan oleh
terbentuknya HgO dan Hg.
b. Ditambahkan larutan alkali hidroksida maka akan terjadi endapan hitam
dari markuro hidroksida.
2. Timbal (Pb 2+)
Dipakai larutan Pb(NO3)2
a. Ditambahkan larutan asam klorida atau garam klorida maka akan terbentuk
endapan putih timbale klorida. Endapan ini sukar larut dalam air dingin,
tetapi larut dalam air panas.
b. Ditambahkan larutan kalium iodide maka akan terjadi endapan kuning
timbal iodida. Dipanaskan dan diamati apa yang terjadi.
3. Kupri (Cu2+)
Dipakai larutan CuSO4
a. Ditambahkan larutan alkali hidroksida, maka akan terjadi endapan biru
dari kupri hidroksida. Jika dipanaskan maka endapan berubah menjadi
hitam dari kupri okside.
b. Ditambahkan larutan natrium karbonat maka akan terbentuk endapan
Cu(CO3)2.
4. Mangan (Mn2+)
Dipakai larutan MnSO4
a. Ditambahkan larutan kalium hidroksida maka akan terbentuk endapan
putih Mn(OH)2, yang akan berubah menjadi warna coklat karena
dipengaruhi oleh udara.
b. Ditambahkan larutan natrium karbonat, maka akan terjadi endapan putih
MnCO3, jika dipanaskan oleh pengaruh udara akan menjadi MnO2.
5. Nikel (Ni2+)
Dipakai larutan NiSO4
a. Ditambahkan larutan natrium hidroksida maka akan terjadi endapan hijau
dari nikel hidroksida.
b. Ditambahkan larutan ammonium karbonat maka akan terjadi endapan
hijau dari garam basa. Endapan larut dalam pereaksi berlebih.
6. Kobalt (Co2+)
Dipakai larutan CoCl2
a. Ditambahkan larutan natriuk hidroksida dalam keadaan dingin, maka aka
terbentuk endapan biru dari garam basa. Jika dipanaskan akan terbentuk
garam cobalt hidroksida.
b. Ditambahkan larutan natrium karbonat, maka akan terjadi endapan merah
dari garam basanya.
7. Kalsium (Ca2+)
Dipakai larutan CaCl2
a. Ditambahkan larutan ammonium karbonat, maka akan terjadi endapan
CaCO3 yang dipanasi akan menjadi kristalin.
b. Ditambahkan larutan ammonium oksalat, maka dalam larutan dibuat
alkalis dengan ammonium klorida dan ammonium hidroksida, akan terjadi
endapan kalsium oksalat.
8. Barium (Ba2+)
Dipakai larutan Ba(NO3)2
a. Ditambahkan kalium kromat, maka akan terjadi endapan kuning dari
barium kromat.
b. Ditambahkan larutan asam sulfat encer, maka akan terbentuk endapan
putih dari barium sulfat.
9. Magnesium (Mg2+)
Dipakai larutan MgCl2
a. Ditambahkan larutan natrium hidroksida, maka akan terbentuk endapan
putih dari magnesium hidroksida.
b. Ditambahkan larutan ammonium karbonat, maka akan terbentuk endapan
putih dari garam basa.
c.
VII. HASIL PENGAMATAN
d.
A. SEBELUM PERCOBAAN
e. f. NAMA g. BENTUK h. WARNA
NO BAHAN
i. j. Hg2(NO3)2 k. Larutan l. Tidak berwarna
1
m. n. Na2CO3 o. Larutan p. Tidak berwarna
2
q. r. NaOH s. Larutan t. Tidak berwarna
3
u. v. Pb(NO3)2 w. Larutan x. Tidak berwarna
4
y. z. HCl aa. Larutan ab. Tidak berwarna
5
ac. ad. KI ae. Larutan af. Tidak berwarna
6
ag. ah. CuSO4 ai. Larutan aj. Biru
7
ak. al. MnSO4 am. Larutan an. Tidak berwarna
8
ao. ap. KOH aq. Larutan ar. Tidak berwarna
9
as. at. NiSO4 au. Larutan av. Tidak berwarna
10
aw. ax. (NH4)2CO3 ay. Larutan az. Tidak berwarna
11
ba. bb. CoCl2 bc. Larutan bd. Tidak berwarna
12
be. bf. CaCl2 bg. Larutan bh. Tidak berwarna
13
bi. bj. (NH4)2C2O4 bk. Larutan bl. Tidak berwarna
14
bm. bn. BaCl2 bo. Larutan bp. Tidak berwarna
15
bq. br. K2CrO4 bs. Larutan bt. Kuning
16
bu. bv. H2SO4 bw. Larutan bx. Tidak berwarna
17
by. bz. MgCl2 ca. Larutan cb. Tidak berwarna
18
cc.
cd.
ce.
cf.
cg.
ch.
ci.
B. SESUDAH PERCOBAAN
a. Merkuro (Hg2+)
1. Hg2(NO3)2 + Na2CO3 endapan berwarna abu-abu
2. Hg2(NO3)2 + NaOH terdapat gelembung gas, dan larutan
mengendap, endapannya berwarna hitam
b. Timbal (Pb 2+)
1. Pb(NO3)2 + HCl larutan tidak berwarna dan terdapat glatin
2. Pb(NO3)2 + KI terdapat endapan berwarna kuning
c. Kupri (Cu2+)
1. CuSO4 + NaOH endapan berwarna biru tua
2. CuSO4 + Na2CO3 endapan berwarna biru muda
d. Mangan (Mn2+)
1. MnSO4 + KOH endapan putih dan larutan berwarna putih
2. MnSO4 + Na2CO3 endapan coklat
e. Nikel (Ni2+)
1. NiSO4 + NaOH endapan berwarna hijau apel
2. NiSO4 + (NH4)2CO3 endapan berwarna hijau apel
f. Kobalt (Co2+)
1. CoCl2 + NaOH endapan berwarna merah
2. CoCl2 + Na2CO3 endapan biru
g. Kalsium (Ca2+)
1. CaCl2 + (NH4)2CO3 larutan tidak berwarna terbentuk glatin
2. CaCl2 + (NH4)2C2O4 larutan berwarna putih
h. Barium (Ba2+)
1. BaCl2 + K2SO4 larutan kuning dan endapan kuning
2. BaCl2 + H2SO4 larutan putih dan endapan putih
cj.
ck.
cl.
cm.
cn.
VIII. REAKSI PERHITUNGAN
1. Hg2(NO3)2 + Na2CO3 NaNO3 + Hg2CO3
2. 2NaOH + Hg2(NO3)2 Hg2(OH)2 + 2NaNO3
3. Pb(NO3)2 + 2 HCl PbCl2 + 2HNO3
4. Pb(NO3)2 + 2KI PbI2 + 2KNO3
5. NaOH+CuSO4 Na2SO4+ Cu(OH)2
6. (Na)2CO3+CuSO4 (Na)2SO4+ Cu(CO3)2
7. MnSO4 + KOH Mn(OH)2 + K2SO4
8. MnSO4+ Na2CO3 MnCO2 + Na2SO4
9. NiSO4 + NaOH NiOH + NaSO4
10. NiSO4 + (NH4)2CO3 Ni2CO3 + (NH4)2SO4
11. 2NaOH + CoCl2 2NaCl + Co(OH)2
12. Na2CO3 + CoCl2 2NaCl + CoCO3
13. (NH4)2CO3+ CaCl2 CaCO3 + 2NH4Cl
14. CaCl2 + H2C2O4 CaC2O4 + HCl
15. K2CrO4+Ba(NO3)2 2KNO3 + BaCrO4
16. Ba(NO3)2 +H2SO4 BaSO4(s) + 2HNO3
17. MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl
18. MgCl2 + (NH4)2CO3 MgCO3 + 2NH4Cl
co.
IX. PEMBAHASAN
cp. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada identifiasi kation
merkuri, sampel yang digunakan adalah larutan Hg 2(NO3)2 sebanyak 1 ml. Pada
tabung pertama yaitu identifikasi dengan penambahan larutan alkali karbonat
sebanayak 1 ml, pada penambahan ini endapan yang dihasilkan berwarna putih
keabu-abuan yaitu endapan merkuri karbonat. Tetapi setelah dilakukan
pengamatan tidak terbentuk endapan dan larutan masih tetap tidak berwarna. Pada
tabung kedua yaitu identifikasi menggunakan larutan alkali hidroksida sebanyak 1
ml dan menghasilkan endapan berwarna kuning. Hal ini juga tidak sesuai
dengan yang tercantum pada penuntun Kimia Analitik I, yang menyatakan bahwa
penambahan alkali hidroksida pada kation merkuri dapat menghasilkan endapan
berwarna hitam yaitu endapan merkuri hidroksida. kemungkinan hal ini dapat
terjadi karena larutan sampel yang digunakan sudah lama dan terkontaminasi
dengan zat pengotor sehingga hasil reaksi yang dihasilkan tidak tepat. Endapan
yang dihasilkan pada identifikasi kation merkuri ini menandakan bahwa pada
larutan sampel terdapat kation merkuri (Hg 2+). Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang dinyatakan dalam jurnal kesehatan tentang hubungan paparan merkuri,
bahwa merkuri akan menghasilkan endapan hitam bila direaksikan dengan alkali
hidroksi. Hal ini menandakan adanya kation merkuro (Hg2+). (Dewanti, dkk.
2013).
cq. Pada percobaan identifikasi kation timbal, sampel yang digunakan
pada percobaan ini adalah Pb(NO3)2 larutan tidak berwarna. Sampel dimasukkan
pada 2 tabung masing-masing sebanyak 1 ml. Pada tabung pertama kation timbal
diidentifikasi dengan larutan HCl atau bisa juga digunakan larutan NaCl yang
ditambahkan ke dalam tabung sebanyak 1 ml. Adanya kation timbal pada larutan
sampel ditandai dengan reaksi yang menghasilkan endapan berwarna putih timbal
klorida (PbCl2). Pada tabung kedua diidentifikasi dengan penambahan larutan KI
berwarna kuning sebanyak 1 ml, penambahan ini menghasilkan larutan berwarna
kuning, kemudian campuran tersebut dipanaskan untuk mendapatkan hasil
endapan. Endapan yang terbentuk adalah endapan timbal iodida berwarna kuning.
Hal ini menandakan bahwa pada larutan sampel tersebut terdapat kation timbal.
cr. Identifikasi kation logam timbal juga diteliti oleh ,(2015) dalam
Jurnal Kimia, tentang bioavailabilitas dan spesiasi logam berat Pb dan Cd pada
tanah pertanian basah dan kering di daerah Denpasar menyatakan bahwa Hasil
penentuan konsentrasi logam Pb dan Cd total menunjukkan bahwa konsentrasi Pb
total dalam tanah pertanian basah di kedua lokasi pengambilan sampel lebih tinggi
dari pada dalam tanah pertanian kering. Adanya logam Pb di dalam tanah
pertanian dapat diakibatkan karena dilakukannya pemupukan terus menerus. Hal
ini didukung oleh penelitian Charlena, (2004) yang menyatakan bahwa petani di
Indonesia menggunakan pupuk posfat yang mengandung Pb sekitar 5-156 ppm.
Selain pupuk, adanya logam Pb dalam tanah dapat disebabkan oleh tingginya
aktivitas transportasi kendaraan bermotor di jalan raya sekitar lokasi pengambilan
sampel. Kendaraan bermotor menghasilkan gas buangan yang mengandung bahan
pencemar logam Pb. Logam Pb di udara dapat turun hingga akhirnya terakumulasi
di tanah. Dengan mengetahui fraksi bioavailabel Pb dan Cd dalam tanah pertanian
kering dan basah di daerah Peguyangan dan Kesiman dapat diperkirakan
banyaknya logam berat Pb atau Cd yang dapat terserap ke dalam tanaman yang
tumbuh di tanah pertanian tersebut. Bioavailabilitas logam dalam tanah pertanian
basah di kedua lokasi lebih tinggi dibandingkan dengan tanah pertanian kering.
cs. Percobaan tentang identifikasi kation kupri, sampel yang
digunakan adalah larutan CuSO4 larutan berwarna biru yang bersifat berbahaya
bagi lingkungan. Dimasukkan sampel yang digunakan ke dalam 2 tabung
sebanyak 1 ml, kemudian pada tabung pertama diidentifikasikan dengan
penambahan larutan alkali hidroksida sebanyak 1 ml, maka menghasilkan
endapan berwarna biru dari kupri hidroksida. Lalu dipanasi larutan tersebut maka
endapan biru yang telah dihasilkan berubah menjadi hitam menandakan bahwa
terbentuknya endapan kupri oksida. Identifikasi kation kupri pada tabung 2
yaitu dengan penambahan larutan natrium karbonat sebanyak 1 ml maka akan
terbentuk endapan Cu(CO3)3 yaitu endapan yang berwarna putih pada larutan yang
berwarna biru. Endapan yang terbentuk menandakan bahwa pada sampel
tersebut terdapat kation kupri (Cu2+).
ct. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang identifikasi
adanya kation mangan pada sampel yang digunakan dengan penambahan larutan
kalium hidroksida dan penambahan dengan larutan natrium karbonat. Sampel
yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan MnSO 4. Pada percobaan ini
mula-mula dimasukkan sampel sebanyak 1 ml kedalam 2 tabung. Pada tabung
pertama identifikasi dilakukan dengan penambahan larutan KOH sebanyak 1 ml.
Pada penambahan larutan ini dihasilkan endapan berwarna putih yang bila
dipengaruhi oleh udara akan berubah warna menjadi coklat. Endapan yang
terbentuk tersebut adalah Mn(OH)2. Terbentuknya endapan tersebut menandakan
bahwa pada sambel terdapat kation Mn2+. Pada tabung kedua kation mangan
diidentifikasi dengan penambahan natrium karbonat, maka akan terbentuk
endapan putih dari MnCO3 yang jika dipanasi akan menjadi MnO2 karena
dipengaruhi oleh udara.
cu. Berdasarkan praktikum yang dilakukan tentang identifikasi kation
nikel, dapat diamati bahwa kation nikel dapat diidentifikasi dengan penambahan
larutan natrium hidroksida dan penambahan larutan ammonium karbonat. Pada
percobaan ini sampel yang digunakan adalah larutan NiSO4. Pada tabung pertama
dimasukkan sampel sebanyak 1 ml dan ditambahkan dengan 1 ml larutan NaOH,
maka terbentuk endapan hijau dari nikel hidroksida. Pada tabung kedua
identifikasi dengan penambahan larutan ammonium karbonat sebanyak 1 ml,
maka akan terbentuk endapan berwarna hijau dari garam basa dan endapan
tersebut akan melarut dalam pereaksi yang berlebih. Pada pengamatan tidak
terbentuk endapan hijau, hal ini mungkin disebabkan oleh tidak telitinya
pengamat dalam melakukan pengukuran pada larutan yang akan ditambahkan
sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai.
cv. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan untuk identifikasi
kation kobalt pada sampel. Sampel yang digunakan pada percobaan identifikasi
kobalt ini adalah larutan CoCl2. Pada identifikasi kation kobalt pada tabung
pertama diidentikasi dengan penambahan larutan NaOH sebanyak 1 ml, maka
akan terbentuk endapan berwarna biru dari garam basa, dan jika larutan ini
dipanasi maka akan terbentuk endapan kobalt hidroksida. Pada pengamatan
larutan yang dihasilkan tidak berwarna dan tidak terbentuk endapan. Pada tabung
kedua diidentikasi sampel dengan cara ditambahkan larutan natrium karbonat
sebanyak 1 ml, maka akan terjadi endapan merah dari garam basanya. Dari hasil
pengamatan endapanyang dihasilkan tidak berwarna tetapi terbentuk endapan
berwarna kecoklatan. Hal ini terjadi karna mungkin sampel yang digunakan telah
terkontaminasi dengan zat pengotor lainnya atau pun pipet tetes yang digunakan
secara bergantian juga dapat menyebabkan gagalnya pengamat dalam
mendapatkan hasil yang sesuai.
cw. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk identifikasi
kation kalsium dengan menggunakan sampel CaCl2. Pada tabung pertama
kation kalsium diidentifikasi dengan penambahan ammonium karbonat sebanya 1
ml, maka akan terbentuk endapan kasium karbonat berwarna putih yang jika
dipanasi akan terbentuk kristalin. Terbentuknya endapan tersebut menandakan
bahwa pada sampel terdapat kation kalsium. Pada tabung kedua diidentifikasi
kation kalsium pada sampel denagn cara menanbahkan larutan ammonium oksalat
sebanyak 1 ml. Dari penambahan tersebut terbentuk endapan kalsium oksalat
yaitu endapan berwarna putih yang menandakan adanya kation kalsium pada
sampel yang digunakan tersebut.
cx. Pada percobaan identifikasi kation barium, sampel yang digunakan
pada percobaan ini adalah larutan Ba(NO3)2. Sampel dimasukkan masing-masing
sebanyak 1 ml pada 2 tabung. Pada tabung pertama identifikasi kation barium
pada sampel dilakukan dengan menambahkan larutan kalium kromat sebanyak 1
ml, maka dihasilkan larutan kalium nitrat dan terbentuk endapan berwarna
kuning dari barium kromat. Hal ini jelas bahwa pada sampel terdapat kation
barium. Pada tabung kedua, sampel diidentifikasi dengan penambahan larutan
asam sulfat encer sebanyak 1 ml, dari penambahan ini terbentuklah endapan
berwarna putih dari barium sulfat. Terbentuknya endapan putih tersebut
menandakan bahwa pada sampel terdapat kation barium.
cy. Analisa kation magnesium pada percobaan ini dilakukan dengan
penambahan larutan natrium hidroksida dan larutan ammonium karbonat pada
sampel. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan MgCl2. Pada
tabung 1 yaitu 1 ml larutan sampel lalu ditambahkan dengan 1 ml larutan natrium
hidroksida, endapan yang dihasilkan endapan putih dari magnesium hidroksida.
Pada pengamatan endapan yang dihasilkan kurang dapat diamati karna endapan
yang dihasilkan berjumlah sedikit. Pada tabung kedua yaitu 1 ml larutan sampel
ditambahkan dengan larutan ammonium karbonat sebanyak 1 ml, maka terbentuk
endapan putih dari garam basanya. Pada pengamatan tidak terbentuk endapan,
hanya dihasilkan larutan tidak berwarna. Kemungkinan hal ini terjadi karena
kurangnya ketelitian praktikan dalam mereaksikan larutan sehingga hasil yang
didapat kurang sesuai.
cz.
da.
db.
dc.
dd.
de.
df.
X. KESIMPULAN
1. Larutan Ag(NO3)2 diuji dengan larutan alkali karbonat tidak
mengahasilkan endapan, pada pengujian dengan larutan alkali
hidroksida menghasilkan endapan kuning.
2. Analisis kation kupri dalam CuSO4 dengan penambahan larutan alkali
hidroksi menghasilkan endapan biru, pada penambahan larutan natrium
karbonat menghasilkan endapan putih.
3. Analisis kation mangan dalam MnSO4 dengan penambahan KOH
menghasilkan endapan putihn jika dipengaruhi udara akan menjadi
coklat, pada penambahan natrium karbonat menghasilkan endapan putih.
4. Analisis kation barium dalam sampel Ba(NO 3)2 dengan penambahan
kalium kromat terbentuk endapan kuning. Sedangkan penambahan
dengan larutan asam klorida terbentuk endapan putih.
5. Analisis kation dalam sampel MgCl2 dengan penambahan natrium
hidroksida, maka terbentuk sedikit endapan putih, pada penambahan
ammonium karbonat terbentuk glatin.
dg.
dh. BAGAN ALIR
di.
dj. Analisa kation (Logam)
1. Merkuri (Hg2+)
dk.
Hg2(NO3)2 Hg2(NO3)2
dl.
dm. + natrium karbonat
+ NaOH
Tidak terbentuk Terbentuk
dn. endapan, larutan endapan
do. tidak berwarna berwarna kuning
dp.
dq.
2. Timbal (Pb2+)
dr.
Pb(NO3)2 Pb(NO3)2
ds.
dt. + HCl atau garam klorida + larutan KI
du. dipanaskan
terbentuk endapan Terbentuk endapan
dv.
putih, timbal klorida berwarna kuning,
dw.
timbal iodida
dx.
3. Kupri (Cu2+)
dy. CuSO4
CuSO4
dz.
ea. + alkali hidroksida (NaOH) + Na2CO3
eb. Terbentuk terbentuk
ec. endapan biru endapan putih
ed. Cu(CO3)3
ee. Dipanaskan
ef. Endapan menjadi
eg. warna hitam
eh.
ei.
4. Mangan (Mn2+)
ej.
ek. MnSO4 MnSO4

el. + KOH + Na2CO3


em. dipanaskan
terbentuk endapan putih
en. menjadi coklat jika terbentuk
eo. dipengaruhi udara endapan putih
MnCO3
ep.
eq. 5. Nikel (Ni2+)
er. NiSO4 NiSO4
es. + NaOH + (NH4)2CO3
et. Endapan hijau Tidak terbentuk
eu. nikel hidoksida endapan
ev.
ew. 6. Kobalt (Co2+)
ex. CoCl2 CoCl2
ey. + NaOH + (NH4)2CO3
ez. dipanaskan
Endapan berwarna
fa. Tidak terbentuk kecoklatan
fb. endapan

fc.
fd. 7. Kalsium (Ca2+)
fe. CaCl2 CaCl2
ff. + (NH4)2CO3 + asam oksalat
fg. dipanaskan
Endapan berwarna
fh.
Endapan putih
putih
berupa kristalin
fi.

fj.

fk.

fl.
fm.

fn. 8. Barium (Ba2+)


fo.
Ba(NO3)2 Ba(NO3)2
fp.

fq. + K2CrO4 + H2SO4


fr.
Endapan Endapan
fs.
berwarna kuning berwarna putih
ft.

fu.

fv. 9. Magnesium (Mg2+)


fw.
MgCl2 MgCl2
fx.
fy. + NaOH + (NH4)2CO3
fz. Endapan berwarna Endapan berwarna
ga. putih magnesium putih magnesium
gb. hidoksida karbonat

gc.
gd.
ge.
gf.
gg.
gh.
gi.
gj.
gk.
gl.
gm.
gn.
go.
gp.
gq.
gr.
gs. PERCOBAAN II
gt.
I. JUDUL PERCOBAAN : ANALISA ANION
II. TANGGAL PERCOBAAN : 21 April 2016
III. TUJUAN PERCOBAAN : Mahasiswa dapat mengidentifikasi dengan
gu. Tepat anion yang terdapat dalam
larutan
gv. sampel
IV. DASAR TEORI :
gw. Menurut Svehla, (1985:200) menyatakan bahwa Dalam kimia
analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion)
tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif
adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion
tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya
perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya
perubahan warna, bau dan timbulnya gas. Pemisahan anion-anion ke dalam
golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium,
garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi
indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub
golongan.
gx. Sementara itu menurut Petrucci, (2011: 107) menyatakan bahwa
atom-atom dari unsur logam cenderung kehilangan satu atau lebih elektron bila
bergabung dengan atom nonlogam, dan atom nonlogam cenderung mendapat satu
atau lebih elektron. Akibat dari transfer elektron ini, atom logam menjadi ion
positif, atau kation (cation), dan atom nonlogam menjadi ion negatif, atau anion.
gy. Definisi kation lainnya juga di kemukakan oleh Sutrisno, dkk.,
(2013:120). Ia mengatakan bahwa anion adalah atom-atom yang bermuatan
negatif terjadi ketika atom menerima sejumlah elektronnya, akibatnya di dalam
atom jumlah elektronnya (muatan negatif) lebih banyak daripada jumlah proton.
penelitian tentang analisis kualitatif kandungan iodida dilakukan oleh Novitriani
dan Sucianawati, (2014) Aanalisis ini dilakukan dengan cara penambahan
beberapa pereaksi yang diuji untuk membuktikan keberadaan iodium didalam
sampel. Metode pemeriksaannya yaitu metode pertama sampel ditambahkan
H2SO4 pekat, tambahkan Amilum dan satu ujung spatel kristal KI. Memberikan
hasil positif adanya iodium pada sampel tersebut karena terbentuk warna biru tua.
Metode kedua sampel ditambah dengan AgNO3memberikan hasil positif adaanya
iodium pada sampel tersebut karena terbentuk endapan berwarna kuning. Metode
ketiga sampel ditambah dengan H2SO4 pekat kemudian dipanaskan sampai keluar
uap dan simpan kertas amilum diatas tabung reaksi tersebut. Memberikan hasil
positif adanya iodium pada sampel tersebut karena terjadi perubahan warna biru
pada kertas amilum.
gz.

ha.
hb.
hc.
hd.
he.
hf.
hg.
hh.
hi.
hj.
hk.
hl.
hm.
hn.
ho.
hp.
hq.
hr.
hs.
ht.
hu.
V. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
hv. Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pipet
tetes,beberapa buah pipet tetes
B. BAHAN
hw. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
:Natrium Klorida (NaCl), Kalium Iodida (KI), Asam Sulfat (H 2SO4), Barium
Klorida (BaCl2), Besi(III)Klorida (FeCl2), Merkuro Nitrat (Hg2(NO3)2), dan
Natrium Karbonat (Na2CO3)
hx.
VI. PROSEDUR KERJA
A. Klorida (Cl-)
1. Ditambahkan larutan perak nitrat kedalam larutan yang mengandung
klorida, maka akan terjadi endapan putih dari perak klorida
2. Ditambahkan larutan Hg2(NO3)2 kedalam larutan yang mengandung
klorida, maka akan terjadi endapan putih dari Hg2Cl2.
B. Yodida (I-)
1. Asam sulfat pekat dan dingin dapat membebaskan yodium dan yodida
2. Ditambahkan larutan AgNO3 kedalam larutan yang yang mengandung
iodide. Maka akan terbentuk endapan kuning dari AgI
C. Tiosianat (SCN-)
1. Ditambahkan larutan perak nitrat kedalam larutan yang diselidiki,
maka akan terjadi endapan putih dari perak tiosianat
2. Ditambahkan Larutan garam ferri kedalam larutan yang diselidiki,
maka akan terjadi larutan yang berwarna merah dari ferri tiosianat
D. Karbonat (CO32-)
1. Ditambahkan larutan asam sulfat encer kedalam larutan yang
diselidiki, maka akan timbul gas
2. klorida kedalam larutan yang diselidiki, maka akan terjadi endapan
putih barium karbonat. Untuk mempercepat reaksi, dipanaskan larutan
tersebut diatas api.
VII. HASIL PENGAMATAN
A. SEBELUM PERCOBAAN
hy.
hz. NAMA ia. BE
N ib. WARNA
BAHAN NTUK
O
ic. ie. Laru
id. NaCl if. Tidak berwarna
1 tan
ig. ii. Laru
ih. AgNO3 ij. Tidak berwarna
2 tan
ik. im. Laru
il. Hg2NO3 in. Tidak berwarna
3 tan
io. iq. Laru
ip. KI ir. Tidak berwarna
4 tan
is. iu. Laru
it. KSCN iv. Tidak berwarna
5 tan
iw. iy. Laru
ix. FeCl3 iz. Kuning
6 tan
ja. jc. Laru
jb. H2SO4 jd. Tidak berwarna
7 tan
je. jg. Laru
jf. BaCl2 jh. Tidak berwarna
8 tan
ji. jk. Laru
jj. Na2CO3 jl. Tidak berwarna
9 tan
jm.
jn.
B. SESUDAH PERCOBAAN
A. Klorida (Cl-)
jo. Menggunakan Larutan NaCl
NaCl (tidak berwarna) + Larutan Perak Nitrat Terjadi endapat putih
jp. Dari perak nitrat
NaCl (tidak berwarna) + Larutan Hg2(NO3)2 berubah warna putih
jq. Dari Hg2Cl2
B. Yodida
jr. Menggunkan Larutan KI
KI (kuning) + H2SO4 (tidak berwarna) tidak berwarna dan terdapat
js. Gelatin
KI (kuning) + Larutan AgNO3endapan putih dari AgI
jt.
C. Tiosianat (SCN)
ju. Menggunakan Larutan KSCN
KSCN + AgNO3 terjadi endapan putih dari AgSCN
KSCN + FeCl3 berwarna Merah kehitaman
jv.
D. Karbonat
jw. Menggunakan larutan Na2CO3
Na2CO3 + H2SO4 timbul gas
Na2CO3 + BaCl4 endapan putih dari BaCO5
jx.
jy.
jz.
ka.
kb.
kc.
kd.
ke.
kf.
kg.
kh.
ki.
kj.
kk.
kl.
km.
kn.
ko.
kp.
kq.
kr.
ks.
kt.
ku.
kv.
kw.
kx. VIII. REAKSI PERHITUNGAN
ky.
2NaCl+AgNO3 AgCl2 + 2NaNO3
2NaCl+Hg2(NO3)2 Hg2Cl2 + 2NaNO3

2KI + H2SO4 K2SO4 + 2HI


KI +AgNO3 AgI+KNO3
KSCN+AgNO3KNO3+Ag(SCN)
3KSCN +FeCl3Fe(SCN)3+ KCl
Na2CO3+ H2SO4 Na2 SO4 + H2 CO3
Na2CO3+BaCl4Ba CO3+2NaCl
kz.
la. IX. PEMBAHASAN
1. Anion Klorida(Cl-)
lb. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu
mengidentifikasi anion Cl- yang pertama disediakan dua tabuang reaksi yang
masing-masing diisi dengan 1 ml larutan NaCl. kemudian pada tabung pertama
ditambahkan ditambahkan 1 ml larutan AgNO3 dan pada tabung kedua
ditambahkan larutan Hg2(NO3)2maka didapatkan hasil pada tabung pertama
endapan putih yang dari perak klorida. Sedangkan pada tabung kedua terbentuk
endapan yang berwarna putih Hg2Cl2.
lc. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan (Svehla,1990) yang
mengatakan bahwa endapan perak klorida (AgCl) yang seperti dadih dan putih, ia
tidak akan larut dalam air dan asam nitrat encer, tetapi larut dalam larutan larutan
ammonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat.
2. Anion Yodida (I-)
ld. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu
mengidentifikasi Anion Yodida (I-) yang pertama disediakan dua tabuang reaksi
yang masing-masing diisi dengan 1 ml larutan KI. pada tabung pertama
ditambahkan larutan H2SO41 ml. Sedangkan pada tabung kedua ditambahkan
larutan AgNO3 1ml. Hasil yang didapatkan pada tabung pertama pada
penambahan asam sulfat pekat dapat membebaskan yodium dan yodida.
Sedamgkan pada tabung kedua pada penambahan larutan perak nitrat kedalam
larutan kalium iodide didapatkan hasil adanya endapan kuning dari AgI.
le. Hasil yang didapat pada percobaan ini sesuai dengan yang di
kemukakan oleh (Novitriani danSucianawati, 2014) dalam jurnal Analisa Kadar
Iodium Pada Telur Asin, Aanalisis ini dilakukan dengan cara penambahan
beberapa pereaksi yang diuji untuk membuktikan keberadaan iodium didalam
sampel. Metode pemeriksaannya yaitu metode pertama sampel ditambahkan
H2SO4 pekat, tambahkan Amilum dan satu ujung spatel kristal KI. Memberikan
hasil positif adanya iodium pada sampel tersebut karena terbentuk warna biru tua.
Metode kedua sampel ditambah dengan AgNO3memberikan hasil positif adaanya
iodium pada sampel tersebut karena terbentuk endapan berwarna kuning.
lf. Ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan (Svehla, 1990)
bahwa asam sulfat pekat dengan iodide padat, iod akan dibebaskan pada
pemanasan sedangkan pada penambahan larutan perak nitrat endapan seperti didih
yang kuning, yaitu perak iodide AgI, yang mudah larut dalam larutan kalium
sianida dan dalam larutan natrium tiosulfat, sangat sedikit larut dalam larutan
ammonia pekat, dan tak larut dalam asam nitrat encer.
3. Anion Tiosianat (SCN-)
lg. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu
mengidentifikasi anion SCN-yang pertama disediakan dua tabuang reaksi yang
masing-masing diisi dengan 1 ml larutan KSCN.kemudian pada tabung pertama
ditambahkan larutan AgNO3 1ml didapatkan hasil endapan putih dari perak
tiosianat sedangkan pada tabung kedua di tambahkan FeCl 3 1ml maka didapatkan
hasil endapan merah dari ferri tiosianat.
lh. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan (Svehla, 1990) yang
mengatakan bahwa endapanperak tiosianat AgSCN yang putih dan seperti dadih
susu, yang larut dalam larutan ammonia tetapi tidak larut dalam asam nitrat encer.
Sedangkan pada larutan besi (III) klorida terjadi warna merah-darah yang
ditimbulkan karena terbentuknya suatu kompleks.
li.
lj.
4. Anion Karbonat (CO32-)
lk. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu
mengidentifikasi kation CO32-yang pertama disediakan dua tabuang reaksi yang
masing-masing diisi dengan 1 ml larutan Na2CO3. Pada tabung pertama
dtambahkan larutan H2SO4 maka hasilnya timbulnya gas saat asam sulfat
ditambahkan. Sedangkan pada tabung kedua ditambahkan larutan BaCl21ml maka
hasilnya terjadi endapan putih dari barium karbonat. Dan dilakukan pemanasan
untuk mempercepat reaksi.
ll. Hasil yang didapat sama seperti yang di sampaikan (Svehla, 1990)
bahwa larutan barium klorida atau kalsium klorida akan terbentuk eendapan putih
barium atau kalsium karbonat.
lm.
ln.
lo. X. KESIMPULAN
lp. Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Larutan NaCl ditambahkan AgNO3 menghasilkan endapan putih.
2. Larutan NaCl ditambahkan Hg2(NO3)2 menghasilkan warna merah
3. Larutan KI ditambahkan H2SO4 menghasilkan gelatin dan tidak
berwarna
4. Larutan KSCN ditambahkan AgNO3 menghasilkan endapan putih
5. Larutan Na2CO3 ditambahkan BaCl2 Menghasilkan endapan putih.
lq.
lr.
ls.
lt.
lu.
lv.
lw.
lx.
ly.
lz.
ma.
mb. DIAGRAM ALIR
mc.
md. 1. Klorida
me. NaCl
mf.
mg. Dimasukan
Dimasuka
mh. Dalam tabung I Dalam
tabung II
mi. + AgNO3 + Hg2(NO3)2
mj. Endapan Putih Larutan berwarna putih
mk.
ml.
mm. 2. Yodium
mn. KI
mo.
mp. Dimasukan
Dimasukan
mq. Dalam tabung I Dalam
tabung II
mr. + H2SO4 + AgNO3
ms. Larutan tidak berwarna endapan kuning pekat
mt. Dan terdapat gelatin AgI
mu.
mv.
mw. 3. Tiosianat
mx. KSCN
my.
mz.Dimasukan Dimasukan
na. Dalam tabung I Dalam tabung
II
nb. + AgNO3 +FeCl3
nc. Endapan Putih Larutan berwarna merah
nd. Kehitaman
ne.
nf.
ng. 4. Karbonat
nh. Na2CO3
ni.
nj. Dimasukan Dimasukan
nk. Dalam tabung I Dalam tabung
II
nl. + H2SO4 +BaCl4
nm.
nn. Timbul Gas terdapat endapan putih
no.
np.
nq.
nr.
ns.
nt.
nu.
nv.
nw.
nx.
ny.
nz.
oa.
ob.
oc.
od.
oe.
of.
og.
oh.
oi.
oj.
ok.
ol. PRATIKUM : III
om.
I. JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Asam Basa
II. TANGGALPERCOBAAN : 3 Mei 2016
III. TUJUAN PRCOBAAN : Menentukan kadar suatu sentawa asam atau
basa yang Terdapat dalam suatu sampel
on.
VI. DASAR TEORI :
oo. Menurut Khopar (2003 hal: 38) titrasi asam basa dapat
memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan pengamatan
dengan indikator pH pada titik ekivalen antara 4-10 demikian juga titik akhir
titrasi akan tajam pada titrasi asam basa atau asam lemah jika penitrasian asam
lebih lebih besar dari 104. Selama titrasi asam basa pH larutan berubah secara khas
ekivalen kecuraman perubahan ph untuk tiga asam yang berbeda terlihat pada
titrasi.
op. Menurut Ibnu Khaldun (2010 hal : 64) Indikator asam basa adalah
zat yang berubah warnanya atau bentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu
reagen (treyek) pH tentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan
ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil dan
menunjukan perubahan warnayang kuat serta biasanya adalah zat organik.
Perubahan warnaba yang di sebabkan oleh resonansi isomer elektron, berbagai
indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukan warna pada reage pH yang berbeda.
oq. Menurui ika (2009 hal :56) menyatakan bahwa syarat-
syarat yang diperlukan agar prose titrasi itu dapat berhasil antara lain: yang
pertama konsenttrasi (NaOH) haus diketahui, larutan seperti ini disebut larutan
standar, yang kedua titik ekivalen harus diketahui, indikator yang memberikan
perubahan warna, atau dengan titik ekivalen, yang sering digunakan, yang ketiga
titran yang dibutuhkan mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin.
or.
os.
ot.
IV. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
ou. Alat- alat yang digunakan pada saat percobaan adalah : Buret,
klem, corong, statif, gaelas kimia, dan erlemeyer
B. BAHAN
ov. Bahan-bahan yang digunakan pada saat percobaan adalah : Larutan
baku primer : H2CO4.2H2O 0,1N, Larutan baku sekunder : NaOH 0,1N, Larutan
baku sampel : Asam klorida HCI, asam salisilat C6H6O3
ow.
V. PROSEDUR KERJA
1. Pembekuan
ox. Pembekuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O
a. Di masukkan larutan NaOH ke dalam buret, sebelumnya dibilas dulu
dengan larutan NAOH tersebut.
b. Di ambil 10 mL asam oksalat dengan mengunakan pipet tetes dan di
masukkan ke dalam Erlemeyer, kemudian tambahkan 1-2 tetes
phenolphthalein.
c. Di titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi rose muda. Di catat volume NaOH yang
dikeluarkan
d. Dilakukan titrasi minimal (dua kali)
2. Penetapan sampel
a. Penetapan sampel
1. Sampel yang mengandung HCl., di masukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 1-2 tetes indikator phenolphthalein.
2. Di titrasi larutan tersebut dengan NaOH, sampai perubaahan warna
menjadi rose muda dan catat volume NaOH yang dikeluarkan.
3. Di lakukan titrasi minimal duplo
4. Di hitung kadar HCl.
oy.
oz.
b. Penetapan kadar asam salisilat.
pa. Lebih kurang 250mg sampel yang ditimbang seksama, larutan
dalam15 mL etanol 95% netral. Di tambahkan 20 mL air. Di titrasi dengan
NaOH 0,1N menggunakan indikator pp, hingga larutan berubah menjadi
merah muda.
pb.
pc.
pd.
pe.
pf.
pg.
ph.
pi.
pj.
pk.
pl.
pm.
pn.
po.
pp.
pq.
pr.
ps.
pt.
pu.
pv.
pw.
px.
py.
pz.
qa.
VI. HASIL PENGAMATAN
qb.
A. SEBELUM PERCOBAAN
qc. qd. NAMA BAHAN qf. BENT qg. WARNA
qe.
NO UK
qh. qi. NaOH qk. Laruta ql. Tidak berwarna
qj.
1 n
qm. qn. Indikator PP qp. Laruta qq. Tidak berwarna
qo.
2 n
qr. qs. H2C2O4 qu. Laruta qv. Tidak berwarna
3 qt. n
qw. qx. CH3COOH qz. Larutan ra. Tidak berwarna
qy.
4
rb.
B. SESUDAH PERCOBAAN
1. Pembekuan
a. H2C2 + Indikator pp Larutan berwarna merah jambu dan kemudian di
titrasikan dengan NaOH Larutan berwarna unggu pada volume 19 mL
b. H2C2O4 + Indikator pp Larutan berwarna merah jambu dan di titrasikan
denagn NaOH Larutan berwarna unngu pada volume 13 mL
2. Penetapan sampel
a. CH3COOH + Indikator pp Larutan tidak berwarna, kemudian di
titrasikan dengan NaOH Larutan berwarna unggu pada volume 15 mL
b. CH3COOH + Indikator pp Larutan tidak berwarna, kemudian di titrasikan
dengan NaOH Larytan berwarna unggu.
rc.
rd.
re.
rf.
rg.
rh.
VII. REAKSI PERHITUNGAN
ri. NaOH(aq) + H2C2O4(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
rj. NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
rk. M1 V1 = m2 v2
rl. 0,1.10 = m2 .19
rm. 0,1. 10
rn. 19
ro. = 0,052
rp. M1 v1 = m2 .v2
rq. 0,1. 10 = m2. 13
rr. = 0,1.10
rs. =13
rt. = 0,076
ru. M1 v1 = m2. V2
rv. 0,1. 10 = m2. 25
rw. = 0,1.10
rx. = 25
ry. = 0.04
VIII. PEMBAHASAN
rz. Titrasi asam basa bertujuan menetapakan kadar suatu sampel asam
dengan menitrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa
dengan larutan baku asam ( asidimetri). Berdasarkan percobaan yang telah kami
lakukan dpat di simpulkan bahwa : pada percobaan pertama yaitu pembekuaan,
pertama disediakan buret, buret terlebih dahulu di bersihkan kemudian setelah di
bersihkan di masukkan larutan NaOH ke dalam buret tersebut sebanyak 50 ml.
Kemudian larutan asam oksalat di masukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 10
mL kemudian di tambahkan dengan larutan indikator pp maka menghasilkan
larutan berwarna merah jambu kemudian larutan ini di titrasikan dengan larutan
NaOH dan digoyamg-goyang maka menghasilkan larutan berwarna inggu pada
volume ke 19 mL jadi volume yang tersisa sebanyak 31 mL.
sa. Kemudian pada percobaan yang kudua masih pada percobaan
pembekuan, asama oksalat di masukkan ke dalam erlenmeyer dan kemudian di
tambah indikator pp maka menghasilkan larutan berwarna merah jambu dan
kemudian di titrasikan dengan larutan indikator pp maka menghasilkan larutan
berwarna unggu pada volume 18 mL dan sisa volumenya sebanyak 13 mL.
Kemudian pada percobaan penetapan sampel, pertama di masukkan larutan
NaOH ke dalam buret sebanyak 50 mL, dan kemudian di masukkan larutan asam
asetat kedalam erlenmeyer dan kemudian di tambah indikator pp sebanyak
beberapa tetes menghasilkan larutan yang tidak berwarna kemudian di titrasikan
dengan larutan natrium hidroksida maka menghasilkan larutan berwarna unggu
pada volume ke 25 mL volume yang tersisa sebanyak 25 mL, pada percobaan
yang kedua asam asetat di masukkan kedalam erlenmeyer dan di tambahkan
indikator pp beberpa tetes maka menghasilkan larutan yang tidak berwarna
kemudiandi titrasikan dengan larutan NaOH maka menghasilkan larutan berwarna
unggu pada volume 25 mL.
sb.
X. KESIMPULAN
1) Suatu larutan mengalami titik ekivalen apabila asam dan basa cepat habis
bereaksi.
2) Titik akhir ekivalen di lihat dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator.
3) H2C2O4 mengalami titik ekivalen pada volume ke-19 mL.
4) Titrasi ini dapat membentuk kesetimbangan dari reaksi asam-basa.
5) Dengan adanya titrasi dapat di ketahui titrasi asam basa dan itik akhir yang
cukup tajam.
sc.
sd.
se.
sf.
sg.
sh.
si.
sj. BAGAN ALIR
sk.
sl. 1. PEMBAKUAN
sm.
sn.
so. Buret
sp. + 50 ml NaOH 0,1 N
sq.
sr.
ss.
st.
50
su.ml NaOH dalam
sv. buret
sw.
sx.
sy. Asam Oksalat
Asam
sz. Oksalat + Beberapa tetes indikator pp
+ Beberapa indikator pp
ta.
tb.
Larutan tidak tc.
td.
berwarna
te.
Volume sisa = 31 tf. Larutan tidak berwarna
tg.
Volume terpakai = th. Volume sisa = 18
ti.
19
tj. Volume terpakai = 13
tk.
tl.
tm.
tn.
to. 2. PENETAPAN SAMPEL
tp.
tq.
tr. Buret
ts.
tt. + 50 ml NaOH 0,1 N
tu.
50
tv. ml NaOH dalam
tw. buret
tx.
ty.
tz.
ua.
ub.
uc. 10 ml CH3COOH
10 ml ud.
CH3COOH + Beberapa tetes indikator pp
+ Beberapa indikator pp
ue.
uf.
Larutan tidak berwarna ug. Larutan tidak
uh. berwarna
Volume sisa = 25 ui.
uj. Volume sisa = 0
Volume terpakai = 25 uk.
ul. Volume terpakai = 25
um.
un.
uo.
up.
uq.
ur.
us.
ut. PERCOBAAN IV
uu.
I JUDUL PERCOBAAN : ARGENTOMETRI
II TANGGAL PERCOBAAN : 09 Mei 2016
III TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan kadar halogen pseudo
halogen pada suatu campuran.
uv.
uw.IV. DASAR TEORI
ux. Menurut Ganjar (2007) mengatakan bahwa Argentometri merupakan
metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa lain
dalam membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu. Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena
pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan.
uy. Menurut Aisyah (2007 : 111-112) mengemukakan bahwa endapan terjadi
pada suatu titrasi dapat dipakai suatu dasar titrasi berdasarkan ion Cl -, I -,
Br - dengan memakai larutan standar AgNO3. Digunakan indikator yang
sesuai untuk menyatakan titik ekuivalen. Perlu diketahui bahwa sistem
mencapai kesetimbangan dengan cepat setelah setiap penambahan titrans.
Hal ini tidak terlalu tercapai pada reaksi pengendapan. Sistem
pengendapan yang sangat penting adalah titrans ion halida oleh ion perak
yang disebut proses argentometri dan titrasi sulfat oleh ion barium.
uz. Menurut Purnamasari (2014:84) dalam jurnal chemistry laboratory
mengemukakan bahwa pengukuran kadar klorida di dalam air dan
menjaga agar tidak melampaui dari ambang batas. Pengukuran kadar
klorida salah satunya titrasi argentometri. Titrasi argentometri merupakan
titrasi pengendapan. Titrasi pengendapan merupakan reaksi titrans dengan
reaksi titrat membentuk endapan yang sukar larut seperti misalnya ion
klorida dititrasi dengan perak nitrat (AgNO3) membentuk endapan (AgCl)
berwarna putih. Pengendapan dalam titrasi dipengaruhi oleh pH maupun
adanya komplekso. Setyo (2010) berargumen bahwa titrasi argentometri
adalah reaksi pengendapan yang menggunakan reagent pengendap perak


nitrat untuk analisis halogen, anion-anion mirip halogen ( SCN ,


CN , NO ), asam lemak dan beberapa anorganik divalen. Adam

(2007) menegaskan bahwa titrasi argentometri juga dapat diartikan titrasi


yang melibatkan reaksi antara ion halida ( Cl , Br , I ) atau

anion lainnya ( CN , CNS ) dengan ion Ag+ (argentum) dari perak

nitrat dan membentuk endapan perak klorida.


va. Dasar dari titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan di mana zat
yang ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO 3 dan
indikator kromat. Zat tersebut misalnya garam-garam halogenida, sianida,
tiosianat, dan fosfat. Titik akhir titrasi ditandai dengan endapan berwarna
(Utami, 2009).
vb.
vc.
vd.
ve.
vf.
vg.
vh.
vi.
vj.
vk.
vl.
vm.
vn.
vo.
vp.
vq.
vr.
vs.
vt.
vu.
vv.
vw.
vx.
V ALAT DAN BAHAN
A ALAT
vy. Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret,
klem, corong, statif, gelas kimia dan erlenmeyer.
B BAHAN
vz. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
NaCl 0,1 N (Natrium klorida), AgNO3 0,1 N (perak nitrat), dan indikator
K2CrO4 (kalium kromat).
VI PROSEDUR KERJA
1 Pembakuan
wa. Dipipet 10 mL NaCl dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ditambah 4-5 tetes indikator K2CrO4 kemudian dititrasi dengan larutan
AgNO3 (dikocok cepat menjelang titik akhir titrasi) sampai terbentuk
endapan merah bata. Dicatat volume AgNO3, dilakukan titrasi minimal
duplo.
2 Penetapan Sampel
wb. Dipipet 10 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam
erlenmeyer ditambah 4-5 tetes indikator K2CrO4 kemudian dititrasi dengan
larutan AgNO3 (dikocok cepat menjelang titik akhir titrasi) sampai
terbentuk endapan merah bata. Dicatat volume AgNO 3, dilakukan titrasi
minimal duplo.
wc.
wd.
we.
wf.
wg.
wh.
wi.
wj.
wk.
wl.
wm.
wn.
VII HASIL PENGAMATAN
A SEBELUM PERCOBAAN
wo. wp. NAMA wq. BENTU wr. WARNA
NO. BAHAN K
ws. wt. NaCl 0,1 N wu. Larutan wv. Tidakberwarn
1. a
ww. wx. AgNO3 0,1 N wy. Larutan wz. Putih
2.
xa. xb. K2CrO4 xc. Larutan xd. Kuning
3.
xe.
xf.
B SESUDAH PERCOBAAN
A Penetapan Sampel
xg. 10 mL larutan sampel + 4-5 tetes K 2CrO4 + AgNO3 terbentuk endapan
merah
bata pada volume 9 mL.
xh.
xi. 10 mL larutan sampel + AgNO3 terbentuk endapan AgCl berwarna
putih.
xj.
xk.
xl.
xm.
xn.
xo.
xp.
xq.
xr.
xs.
xt.
xu.
xv.
xw.
xx.
xy.
VIII REAKSI PERHITUNGAN
xz.
ya. Pada sampel ke 1 dan ke 2
V titans x N titans BE Cl
yb. Kadar Cl = Vsampel

9 mL x 0,1 N x 35,5
yc. = 10 mL x 100%

yd. = 31,95 %
ye. NaCl(aq) + AgNO3(aq) AgCl (s) + NaNO3(aq)
yf. 2NaCl(aq) + 2AgNO3(aq) Ag2CrO4(s) + 2KCl(aq) + 2NaNO3(aq)
yg.
IX PEMBAHASAN
yh. Berdasarkan percobaan tentang argentometri, yaitu tepatnya tentang
penetapan sampel dan kadar dari halogen, dalam hal ini adalah klorida
(Cl). Percobaan ini mula-mula larutan sampel (NaCl) ke dalam erlenmeyer
dan direaksikan dengan kalium kromat hingga larutan berwarna kuning
dan dititrasi dengan larutan perak nitrat (AgNO3) hingga membentuk
endapan berwarna merah bata. Percobaan dilakukan dengan cara diaduk
hingga larutan mencapai titik akhir. Titik akhir titrasi pada pecobaan
pertama dan kedua terjadi ketika menghabiskan volume titrans sebesar 9
mL AgNO3. Hal ini sesuai dengan pendapat (Underwood, 1992)
mengatakan bahwa istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin
argentum, yang berarti perak. Jadi, argentometri merpakan salah satu cara
untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan
titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag +. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuh indikator (dalam
praktikum digunakan K2CrO4) dicampur dengan larutan garam perak
nitrat. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga
seluruh ion Ag+ dapat dengan tepat diendapkan. Kadar garam dalam
larutan pemeriksaan dapat ditentukan.

39
yi. Metode yang digunakan dalam percobaan ini digunakan metode Mohr.
Metode ini dipakai untuk menentukan klorida dan bromida. Suatu larutan
NaCl dititrasi dengan AgNO3 maka akan terbentuk endapan putih AgCl.
Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya terjadi perubahan pada
larutan menjadi warna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau
sedikit basa. Hal ini sesuai dengan pendapat (Khopkar, 1990)
mengemukakan bahwa pada metode ini, titrasi halida dengan AgNO 3
dilakukan dengan K2CrO4 akan terbentuk endapan baru yang berwarna.
Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih akan diendapkan sebagai
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Berdasarkan percobaan ini,
diperoleh kadar klorida (Cl) yang terdapat dalam larutan sampel sebesar
31,95%.
yj.
X KESIMPULAN
yk. Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat dismpulkan bahwa :
1 Titik akhir titrasi ditentukan dengan berubahnya warna larutan menjadi
merah bata.
2 Kadar Cl yang diperoleh dalam 10 mL kandung NaCl yaitu 31,95%.
3 Indikator kalium kromat dipilih karena suasana netral (NaCl).
4 Penentuan kadar Cl dalam percobaan ini menggunakan metode Mohr.
5 Argentometri merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan.
yl.
ym.
yn.
yo.
yp.
yq.
yr.
ys.
yt.
yu.
yv.
yw.
yx.
yy.
yz.
za. DIAGRAM ALIR

40
zb.
zc. Pada Percob
zd.
ze.
zf. Erlenmeyer
zg.
zh. + 10 mL larutan sampel
zi.
zj.
Larutan sampel
zk. Larutan sampel
(warna putih susu) (warna putih susu)
zl.
Pada Percobaan I
zm. + 4-5 tetes K2CrO4 + 4-5 tetes K2CrO4
zn. + Dititrasi dengan AgNO3
+ Dititrasi dengan AgNO3
zo.
entuk endapan Ag2CrO4
zp. berwarna merah bataendapan
Terbentuk pada volume 9 mLberwarna merah bata pada volum
Ag2CrO4
zq.
zr.
zs.
zt.
zu.
zv.
zw.
zx.
zy.
zz.
aaa.
aab.
aac.
aad.
aae.
aaf. PERCOBAAN V

41
aag.
I. JUDUL PERCOBAAN :Kompleksometri
II. TANGGAL PERCOBAAN :17 Mei 2016
III. TUJUAN PERCOBAAN :Menentukan Kadar Suatu Logam
Dalam Campuran
IV. DASAR TEORI :
aah. Menurut Safrijal dan Haris Munandar (2016 : 11) menyatakan
bahwa:Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk
senyawa kompleks ( ligan ) . Ligan yang banyak digunakan dinatrium etilen
dianida tetra asetat ( Na2EDTA ) . Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai
reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan
molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
kompleks biasa seperti diatas dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai
titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang
terikat pada ion pusat, disebut ligan dan dalam larutan air,titrasi dapat dinyatakan
oleh persamaan :
aai. M( H2O )n + L = M ( H2O)( n 1)L + H2O .
aaj.
aak. Menurut L.Underwood (1993 : 49) menyatakan bahwa : Salah satu
tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrametrik melibatkan
pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi melalui reaksi ion logam, sebuah kation dengan sebuah anion maupun
netral.
aal.
aam.
aan.
aao.
aap.
aaq.
aar.

V. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT

42
aas. Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret,
klem, corong, statif, gelas kimia, dan sebagainya.

B. BAHAN

aat. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah


larutan baku primer ZnSO4 (Zink Sulfat), dinatium etilen diamina
tetraasetat (Na2EDTA), larutan dapar salmiak PH=10 (larutan buffer),
indikator Eriochrom Black T (EBT).

VI. PROSEDUR KERJA


aau.
1. Pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4

aav. Pipet 10 ml larutan ZnSO4.7 H2O dimasukkan kedalam


erlenmeyer. Ditambahkan 1 ml dapar salmiak PH=10 dan ditambahkan
25 mg EBT. Dititrasi dengan larutan Na 2EDTA sampai terjadi perubahan
warna dari anggur merah menjadi biru. Dicatat volume dan percobaan
dilakukan minimal diplo.

2. Penetapan sampel
a. Penetapan kadar magnesium
aaw. Pipet 10 ml MgCl2 dimasukkan kedalam erlenmeyer,
ditambahkan 1 ml larutan dapar salmiak PH=10 dan indikator EBT.
Dititrasi dengan Na2EDTA pada suhu 40C sampai terjadi perubahan
warna dari merah anggur menjadi biru.
b. Penetapan kadar kalsium
aax. Pipet 10 ml larutan kalsium dimasukkan kedalam
erlenmeyer, ditambahkan KOH sebanyak 2 M sampai netral, ditambahkan
25 mg mukreside dan dititrasi dengan larutan Na 2EDTA menjelang titik
akhir titrasi (TAT),dilakukan penambahan larutan peniter pelan-pelan
sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi ungu.
aay.

VII. HASIL PENGAMATAN


aaz.

43
A. SEBELUM PERCOBAAN

aba. abb. NAMA abc. B abd. W


N BAHAN ENTUK ARNA

abe. abf. Indikator abg. L abh. M


1 EBT arutan erah

abi. abj.PH= 10 abk. L abl.Tidak


2 arutan berwarn
a

abm. abn. Na2EDTA abo. L abp. T


3 arutan idak
berwarn
a

abq. abr.MgCl2 abs. L abt.Tidak


4 arutan berwarn
a

abu. abv. H2O ` abw. C abx. T


5 airan idak
berwarn
a

aby.
B. SESUDAH PERCOBAAN
d ititrasi
abz. Larutan sampel Na2EDTA dalam buret kedalam larutan

MgCl2 + larutan dapar salmiak PH = 10 + Indikator EBT ( larutan berubah

Na2 SO 4 dititrasi
menjadi warna merah anggur larutan berubah warna lagi

menjadi warna biru .


aca.

44
acb.
acc.
acd.
ace.
acf.
acg.
ach.
aci.
acj.
ack.
acl.

VIII. REAKSI PERHITUNGAN


acm.
acn. MgCl Mg2+ + 2 Cl-
volume I + volume II
aco. Volume rata-rata = 2
4,5 ml+5 ml
acp. = 2

acq. = 4,75 ml
acr.
gr
acs. Konsentrasi Mg = Mr . V
0,1 gr
act. = 95,5. 0,1 L

acu. M Mg = 0,01 m
acv.
acw. M1 . V1 = M2 . V2
acx.
acy. MEDTA . VEDTA= Mmg . V mg
acz.
M mg .V mg
ada. MEDTA = V edta
0,01m .10 ml
adb. = 4,75 ml

adc. = 0,02 m

add. Jadi, diperoleh konsentrasi sampel sebanyak 0,01 mol, konsentrasi


berat Mg sebanyak 0,01 mol dan konsentrasi EDTA sebanyak 0,02 mol.
ade.

45
adf.
adg.
adh.
adi.

IX. PEMBAHASAN

adj. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada


kompleksometri yang bertujuan untuk menentukan kadar suatu logam
dalam campuran maka dapat diketahui bahwa percobaan dilakukan dengan
metode titrasi atau disebut titrasi kompleksometri yang merupakan suatu
analisis volumetri berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks
antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks ( ligan ) . dan ligan
yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan Na2EDTA ( Dinatrium
etilen diamina tetraasetat ) dan ion logamnya yaitu Mg2+.
adk. Percobaan pertama yang dilakukan yaitu percobaan pada
penetapan sampel larutan yang dilakukan dengan cara mula-mula larutan
sampel sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu
ditambahkan 1 ml larutan dapar salmiak PH=10 dan ditambahkan lagi
indikator EBT beberapa tetes sehingga larutan sampel berubah warna
menjadi warna merah anggur. Selanjutnya larutan sampel tersebut dititrasi
dengan larutan Na2EDTA yang telah disediakan dalam pipet ukur sebanyak
50 ml. Saat diproses titrasi berlangsung, larutan erlenmeyer
diaduk/digoyangkan hingga pada volume 1 ml Na2SO4 yang dititrasikan
kedalamnya berubah warna dari warna merah anggur menjadi warna biru
dimana volume awal larutan Na2SO4 sebanyak 50 ml. Hal ini disebabkan
karena larutan sampel sudah mencapai titik ekuivalen yang ditandai
dengan terjadinya perubahan warna pada larutan sampel dari warna merah
anggur menjadi warna biru.
adl. Beberapa saat kemudian dilakukan penambahan larutan
dapar salmiak PH=10 kedalam larutan sampel. Penambahan dapar salmiak
pada larutan tersebut berfungsi supaya suasana dalam larutan tersebut tetap
dalam keadaan basa ketika proses titrasi berlangsung. Dan untuk

46
mempertahankan nilai PH larutan. Sedangkan penambahan indikator EBT
berfungsi sebagai indikator PH pada larutan untuk mengetahui titik
perubahan warna setelah larutan dititrasi. Setelah larutan berubah warna,
titrasi dihentikan, dan pada saat itulah mol larutan sampel sama dengan
mol larutan EDTA. Dan hal ini dinamakan titik akhir titrasi. Dan proses
titrasi tersebut didapatkan konsentrasi EDTA sebesar 0,02 mol.
adm. Jadi, sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu
EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang menguap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang selektif.
Dalam larutan yang agak asam dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pemanasan sempurna kompleks logam. Ternyata bila beberapa ion logam
yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan
menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut
(Haryadi:1993) .

adn.
X. KESIMPULAN
ado. Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi pembentukan persenyawaan kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
2. Indikator EBT dapat berfungsi sebagai pengganti PH
3. Proses titrasi mencapai titik ekuivalen dengan menggunakan larutan Na2EDTA
pada volume 5 ml dengan sisa 45 ml.
4. Larutan EDTA sangat mudah bereaksi dengan banyak ion.
5. Perubahan warna terjadi ketika ditambahkan indikator EBT karena ion-ion
larutan mengkompleks dengan larutan EDTA.
adp.
adq.
adr.
ads.
adt.
adu.
adv.
adw.

adx.

ady. DIAGRAM ALIR

47
adz.

aea.

aeb. Na2EDTA dalam buret sebanyak 50 ml

aec.
dititrasi pelan-pelan ke dalam

aed. Larutan MgCl2 + IndikatorEBT + PH=10 4 tetes dalam


erlenmeyer pada suhu 40C

aee.
aef.Larutan berwarna
aeg. Warna merah
aeh. Anggur
aei.
dititrasi lagi

aej. Larutan berwarna biru volume Na2EDTA terpakai


5 ml dengan sisa 45 ml

aek.
ael.
aem.
aen.
aeo.
aep.
aeq.
aer.
aes.
aet.
aeu.

aev.
aew. PERCOBAAN VI
aex.
I. JUDUL PERCOBAA : PERMANGANOMETRI
II. TANGGAL PERCOBAAN : 24 Mei 2016
III. TUJUAN PERCOBAAN :Menentukan kadar senyawa
reduktor
aey.

48
IV. DASAR TEORI :
aez. Menurut Underwood (1999:77)Permanganometri adalah metode
titrasi dengan menggunakan kalium permanganat yang merupakan oksidator
kuatsebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau
redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas
lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh karena murah dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer.
Permanganat bereaksi secara beraneka karena mangan dapat memiliki keadaan
oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7.
afa. Menurut Rosidi (2010: 23) Kalium permanganat mudah diperoleh
karena murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang
sangat encer. Satu tetes 0,1 N kalium permanganat dapat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan yang biasanya digunakan dalam
titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan zat pereaksi. Warna ini
digunakan untuk mengidentifikasikan kelebihan reagen tersebut. Permanganat
mengalami beragam reaksi kimia karena Mn atau mangan dapat dalam keadaan
+2, +3, +4, +6 dan +7.
afb. Menurut Rahardjo (2008: 69) permanganat adalah agen unsur
pengoksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO 2 sesuai
dengan persamaan:
afc. 3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2(s) + 4H+
afd. Sedikit kelebihan permanganat yang ada pada titik akhir suatu
titrasi telah cukup untuk menimbulkan endapan MnO2. Untung bahwa reaksi ini
lambat sehingga MnO2 tidak diendapkan pada titik akhir titrasi permanganat.
V. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
afe. Alat yang digunakan adalah buret, klem, corong, statif, gelas kimia
dan erlemeyer.
aff.
B. BAHAN
afg. Bahan yang digunakan adalah aquadest (H2O), kalium
permanganat (KmnO4), asam oksalat (H2C2O4) dan asam sulfat (H2SO4).

49
afh.
VI. PROSEDUR KERJA
afi. 1. Pembakuan larutanKmnO4
afj. Dipipet 10 mL asam oksalat, dimasukkan kedalam erlenmeyer.
Ditambahkan 6 mL H2SO4 4N dipanaskan pada temperatur 80-900C. Dititrasi
dengan larutan KmnO4 sampai terbentuk warna rose. Dicatat volume KmnO 4
dilakukan titrasi minimal duplo dan dihitung sebelum distandarkan.
afk. 2. Penetapan sampel
afl. Dipipet 10 mL larutan sampel, dimasukkan kedalam erlenmeyer.
Ditambahkan 6 mL H2SO4 4N dipanaskan pada temperatur 80-900C. Dititrasi
dengan larutan KmnO4 sampai terbentuk warna rose. Dicatat volume KmnO 4
dilakukan titrasi minimal duplo dan dihitung sebelum distandarkan.
afm.
afn.
afo.
afp.
afq.
afr.
afs.
aft.
afu.
afv.
afw.
VII. REAKSI PERHITUNGAN
afx. Dik : Vtitran: 5 ml
afy. Vtitran : 60 ml
afz. Mtitran : 0,1 M
aga. Dit : Mtitrat : ...?
agb. Penyelesaian :
agc. Vtitran.Mtitran = Vtitran . Mtitrat
5+60 10+10
agd. ( 2 ) .M = ( 2 ) .(

0,1 M )

50
age. 32,5 . M = 1
1
agf. M = 32,5

agg. M = 0,030 M
VIII. PEMBAHASAN
agh. Percobaan kali ini membahas tentang permanganometri, yaitu
titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO 4- bertindak
sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat. Cara titrasi
permanganometri ini adalah 10 ml larutan sampel ( asam oksalat ) dimasukkan
kedalam erlenmeyer dan ditambah larutan asam sulfat ( H 2SO4 ) 4N sebanyak 6
ml. Asam oksalat adalah sebagai larutan baku dan juga sebagai pereduksi dalam
larutan. Pada penambahan asam sulfat 4N berfungsi untuk mengasamkan larutan,
karena potensial elektroda kalium permanganat sangat bergantung pada pH.
Setelah larutan menjadi homogen, maka dilakukan pemanasan. Pemanasan ini

hingga mencapai 80-90 , halini berfungsi agar kalium permanganatdapat

mengoksidasi asam oksalat. Setelah dipanaskan hingga suhunya mencapai 80

, kemudian dilakukan titrasi dengan kalium permanganat. Dari percobaan

didapatkan volume kalium permanganat yang terpakai adalah 5 ml dan sisanya


adalah 95 ml dengan warna larutan adalah rose.
agi.
agj.
agk. Selanjutnya dilakukan percobaan permanganometri yang kedua
dengan bahan yang sama dan prosedur kerja yang sama, namun dilakukan dengan
tanpa pemanasan sehingga didapatkan hasil volume kalium permanganat yang
terpakai adalah 60 ml dan sisanya 40 ml dan larutan rose.
agl. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat
diketahui bahwa titrasi permanganometri yang dilakukan dengan
pemanasan terlebih dahulu akan mengalami reaksi yang lebih cepat
dibandingkan dengan tanpa pemanasan. Hal ini sesuai dengan teori yang

51
menyatakan bahwa suhu dapat mempengaruhi laju reaksi, semakin tinggi
suhu mak laju reaksi akan semakin cepat pula. Namun, pada titrasiini,

suhu tidak boleh diatas 80 , karena akan merusak asam oksalat,

terurai menjadi karbon dioksida dan air sehingga hasil akhir akan lebih
kecil.
agm. Kita juga dapat mengetahui bahwa akhir hasil titrasi
adalah larutan berwarna merah muda ( rose ), hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna
merah muda ( rose ) yang disebabkan oleh kelebihan permanganat. Setetes
permanganat memberikan suatu warna merah muda (rose ) yang jelas
kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Larutan kalium permanganat
berparan sebagai auti-indikator karena larutan ini merupakan oksidator
kuat sehingga pada saat dilakukan percobaan permanganometri tidak
diperlukan indikator.
agn.
IX. KESIMPULAN
ago. Berdasarkan dasar teori dan hasil sesudah percobaan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perubahan warna menjadi rose pada percobaan permanganometri
menunjukkan larutan telah mencapai titik akhir titrasi.
2. Titrasi permanganometri harus berlangsung dalam suasana asam, karena
reaksi tersebut tidak terjadi bolak-balik.
3. Larutan kalium permanganat berperan sebagai auto indikator, sehingga dalam
percobaan tidak diperlukan indikator.
4. Suhu tidak boleh diatas 80 , karena akan merusak asam oksa;lat

danterurai menjadi CO2 dan H2O.


5. Akhir titrasi ditandai dengan larutan berwarna merah muda ( rose ),
disebabkan oleh kalium permanganat tereduksi dari MnO 4- menjadi Mn2+
(dalam suasana asam).
agp.
agq.

52
agr.
ags.
agt.
agu.
agv.
agw.
agx.
agy.
agz.
aha.
ahb.
ahc.
ahd.
ahe.
ahf.
ahg.
ahh.
ahi.
ahj.
ahk.
ahl.
ahm.
ahn.
aho.
ahp.
ahq.
ahr. DIAGRAM ALIR
ahs.
aht.
10 ml larutan
ahu. sampel
ahv. ( H2C2O4 ) + 6 mL H2SO4

53
- Dipanaskan pada suhu 80-900C
ahw.
Larutan tidak
ahx. berwarna
ahy. Dititrasi dengan KmnO4
ahz.
Larutan berwarna
aia.
rose
aib.
Volume pakai = 5
aic.
ml
aid. 10 ml larutan
aie. sampel
( H2C2O4 )
aif. + 6 mL H2SO4
- Dipanaskan pada suhu 80-900C
aig.
Larutan tidak
aih. berwarna
aii. Dititrasi dengan KmnO4
aij.
Larutan berwarna
aik.
rose
ail.
Volume pakai = 60
ml

54
aim. PERCOBAAN VII
I.JUDUL PERCOBAAN : IODOMETRI DAN IODIMETRI
II. TANGGAL PERCOBAAN : 31 MEI 2016
III. TUJUAN PERCOBAAN : Menetapkan kadar suatu senyawa
dengan titrasi iodometri

ain.

IV. DASAR TEORI :

aio. Menurut Khopkar (1985:175), Istilah oksidasi


mengacu kepada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikkan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai
dengan hilangnya elektron, sedangkan reduksi memperoleh
elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang
mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada
reduktor, atom yang mengalami kenaikkan bilangan oksidasi.
Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling
mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor
mengacu kepada suatu senyawa tidak kepada atomnya saja. Jika
suatu reagen berperan baik sebagai reduktor dan oksidator,
maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau
disproporsionasi.

aip. Titrasi titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan


elektron antara titran dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya
menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir,
meskipun demikian penggunaan indikator yang dapat berubah
warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan.
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung
(iodometri).
aiq. Iodometri atau iodimetri merupakan titrasi-titrasi
yang menyangkut reaksi :

air. I2 + 2e 2I-

ais. Menurut Basset (1994:215), Metode titrasi iodometri


langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung
(iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal dari
sistem reversibel:

ait. I2 + 2e 2I-

aiu. Persamaan di atas mengacu kepada suatu larutan air


yang jenuh dengan adanya iod padat; reaksi sel setengah ini
akan terjadi, misalnya, menjelang akhir titrasi iodida dengan
suatu zat pengoksid seperti kalium permanganat, ketika
konsentrasi ion iodida menjadi relatif rendah. Dekat permulaan,
atau dalam kebanyakan titrasi iodometri, bila ion iodida terdapat
dengan berlebih, terbentuklah ion tri-iodida:

aiv. I2(aq) + I- I3-

aiw. karena iod mudah larut dalam larutan iodida, reaksi


sel setengah itu lebih baik ditulis sebagai:

aix. I3- + 2e 3I-

aiy. Potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt.


Maka, iod atau ion tri-iodida merupakan zat pengoksid yang jauh
lebih lemah ketimbang kalium permanganat, kalium dikromat,
dan serium (IV) sulfat.
aiz. Menurut Harrizul (1995: 197), Warna larutan 0,1 N
iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai
indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau
merah lembayung yang kuat kepada pelarut pelarut sebagai
karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang kadang hal ini
digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih
umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji karena
warna biru tua dari kompleks kanji iodium dipakai untuk suatu
uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam
larutan yang sedikit asam daripada larutan netral dan akan lebih
besar lagi dengan adanya ion iodida.

aja. Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan


proses iodometrik adalah natrium thiosulfat. Garam ini
biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan
standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil
untuk waktu yang lama.
V. ALAT DAN BAHAN :
A. ALAT

ajb. Alat-alat yang digunakan adalah buret, klem, corong,


statif, gelas kimia dan erlenmayer.

ajc.
B. BAHAN

ajd. Bahan-bahan yang digunakan adalah kalium iodat


(KIO3), natrium tiosulfat pentahidrat (Na 2S2O3.5H2O), amylum,
tembaga sulfat (CuSO4) dan natrium karbonat (Na2CO3).

aje.
VI. PROSEDUR KERJA :
1. Pembakuan Larutan Na2S2O3

ajf. Di pipet 10 ml KIO3, dimasukkan kedalam


erlenmayer. Ditambahkan 2 ml H2SO4 2 N dan 1 g kalium
iodida, dititrasi cepet-cepat dengan Na2S2O3 sampai larutan
berwarna kuning, ditambahkan 2 ml amilum dan dilamjutkan
kembali sendiri sampai terjadi perubahan warna dari biru
menjadi tidak berwarna.

ajg.
2. Penetapan Sampel

ajh. Dipipet 10 ml larutan CuSO4, dimasukkan


kedalam labu erlenmayer. Ditambahkan 2 ml H 2SO4 2 N dan 1
g kalium iodida, dititrasi cepat-cepat dengan N 2S2O3 sampai
larutan berwarna kuning, ditambahkan 2 ml amilum dan
dilanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan warna dari biru
menjadi tidak berwarna.
VII. HASIL PENGAMATAN :
A. SEBELUM PERCOBAAN

aji. ajj. NAMA ajk. BENTU ajl. WARN


N BAHAN K A
O
ajm. ajn. KIO3 ajo. Laruta ajp. Tidak
1. n bewarna
ajq. ajr. H2SO4 ajs. Laruta ajt. Tidak
2. n bewarna
aju. ajv. KI ajw. Kristal ajx. Putih
3.
ajy. ajz. Na2S2O3 aka. Laruta akb. Tidak
4. n bewarna
akc. akd. CuSO4 ake. Laruta akf. Biru
5. n
akg.
akh.
B. SESUDAH PERCOBAAN
1. Pembakuan Larutan Na2S2O3

aki. 10 ml KIO3 + 2 ml H2SO4 + 1 g KI Larutan merah

kecoklatan

akj. 10 ml KIO3 + 2 ml H2SO4 + 1 g KI + dititrasi dengan

Na2S2O3 Larutan berwarna kuning, dengan volume

Na2S2O3 yang terpakai 34 ml dan volume sisa sebanyak 16


ml.

akk. 10 ml KIO3 + 2 ml H2SO4 + 1 g KI + dititrasi dengan

Na2S2O3 + 2 ml amilum larutan biru kehitaman

akl. 10 ml KIO3 + 2 ml H2SO4 + 1 g KI + dititrasi dengan

Na2S2O3 + 2 ml amilum + dititrasi dengan Na 2S2O3


larutan tidak berwarna, dengan volume Na 2S2O3 yang
terpakai 2 ml dan volume sisa sebanyak 48 ml.

akm.
2. Penetapan Sampel

akn. 10 ml CuSO4 + 2 ml H2SO4 + 1 g KI Larutan

berwarna kuning.

ako. 10 ml CuSO4 + 2 ml H2SO4 + 1 g KI + dititrasi

dengan Na2S2O3 Larutan berwarna kuning pudar,

dengan volume CuSO4 yang terpakai 17,5 ml dan volume


sisa sebanyak 32,5 ml.

akp. 10 ml CuSO4 + 2 ml H2SO4 + 1 g KI + dititrasi dengan

Na2S2O3 + 2 ml amilum larutan biru.

akq. 10 ml CuSO4 + 2 ml H2SO4 + 1 g KI + dititrasi dengan

Na2S2O3 + 2 ml amilum + dititrasi dengan Na 2S2O3

larutan putih, dengan volume CuSO 4 yang terpakai 7,5 ml


dan volume sisa sebanyak 42,5 ml.
VIII. REAKSI PERHITUNGAN
S O 2- + I S O
akr. 2 3 2 4 6
2-
+ I2
aks. Reduksi: I2 I-

akt. Oksidasi: 2S2O32- S4O62-


aku. I + e- I -
2 *2
akv. 2S2O32- S4O62- + 2 e- *1
akw. 2I + 2e- 2 I-
2

akx.
2S2O32- S4O62- + 2 e-
aky. 2I2 + 2S2O32- S4O62- + 2 I-
IX. PEMBAHASAN

X. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan


mengenai iodometri dan iodimetri dapat diketahui titrasi
iodometri dan iodimetri merupakan salah satu titrasi
redoks yang melibatkan iodium. Percobaan ini bertujuan
untuk menetapkan kadar suatu senyawa dengan titrasi
iodometri.

XI. Berdasarkan percobaan pertama yaitu


pembakuan larutan natrium tiosulfat. Mula-mula
dipipet 10 ml kalium iodat dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 2 ml asam sulfat dan
1 gram kristal kalium iodida sehingga menghasilkan
larutan merah kecoklatan. Selanjutnya larutan tersebut
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat dan ketika larutan
berwarna kuning titrasi dihentikan. Sehingga dapat
diketahui volume natrium tiosulfat yang terpakai
sebanyak 34 ml. Kemudian larutan tersebut ditambahkan 2
ml amilum, sehingga menghasilkan larutan berwarna biru
dan titrasinya dilanjutkan kembali, sehingga menghasilkan
larutan tidak berwarna dengan volume natrium tiosulfat
yang terpakai adalah 2 ml.

XII. Percobaan selanjutnya yaitu mengenai


penetapan sampel. Mula-mula dipipet 10 ml larutan
tembaga sulfat dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
Selanjutnya ditambahkan 2 ml asam sulfat dan 1 gram
kristal kalium iodida sehingga menghasilkan larutan
kuning. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat dan ketika larutan berwarna
kuning pudar titrasi dihentikan. Sehingga dapat diketahui
volume natrium tiosulfat yang terpakai sebanyak 17,5 ml.
Kemudian larutan tersebut ditambahkan 2 ml amilum,
sehingga menghasilkan larutan berwarna biru dan
titrasinya dilanjutkan kembali, sehingga menghasilkan
larutan berwarna putih dengan volume natrium tiosulfat
yang terpakai adalah 7,5 ml.

XIII. Berdasarkan percobaan yang dilakukan sesuai


dengan teori bahwa larutan tiosulfat sebelum digunakan
sebagai larutan standart dalam proses iodometri harus
distandartan terlebih dahulu oleh kalium iodat yang
merupakan standart primer. Larutan natrium iodat ini
ditambahkan dengan asam sulfat pekat, sehingga larutan
menjadi tidak berwarna. Dan setelah ditambahkan dengan
kalium iodidalarutan menjadi coklat kehitaman. Fungsi
penambahan asam sulfat pekat didalam larutan tersebut
memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari
kalium iodat dan kalium iodida berada dalam kondisi netral
atau memiliki keasaman rendah. (Basset:1994).

XIV. Teori ini juga mengatakan indikator yang


digunakan dalam proses standarisasi ini adalah indikator
amilum 1 %. Penambahan amilum yang dilakukan saat
mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak
membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar
dititrasi untuk kembali kesenyawa semula. Proses titrasi
harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat
iodin yang mudah menguap.

XV.

XVI. KESIMPULAN
XVII. Berdasarkan hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Larutan kalium iodat ditambah asam sulfat dan kristal kalium
iodida menghasilkan larutan merah kecoklatan.
2. Pada pembakuan volume titran natrium tiosulfat yang
terpakai adalah 34 ml.
3. Setelah penambahan amilum, volume natrium tiosulfat yang
digunakan adalah 2 ml.
4. Pada penetapan sampel volume titran natrium tiosulfat yang
terpakai adalah 17,5 ml.
5. Setelah penambahan amilum, volume titran yang digunakan
adalah sebanyak 7,5 ml.
XVIII. DIAGRAM ALIR
XIX.
XX.
XXI.
10 ml KIO3 XXII. 10 ml CuSO4
XXIII. + 2 ml H2SO4 +2
ml H2SO4
XXIV. + 1 g KI +1g
KI
XXV.
Larutan merah
XXVI. Larutan berwarna
kecoklatan
XXVII. kuning Na S O
Dititrasi dengan 2 2 3
dititrasi dengan

Larutan berwarna XXVIII. Na2S2O3


kuning Larutan kuning pudar
XXIX.

Volume terpakai = 34 Volume terpakai =


XXX.
ml 17,5 ml
XXXI.
Volume sisa = 32,5 ml
XXXII. + 2 ml amilum +2
ml amilum
LarutanXXXIII.
biru
kehitaman Larutan berwarna biru
XXXIV.

XXXV. Dititrasi kembali dengan Na2S2O3


dititrasi dengan Na2S2 Larutan berwarna
Larutan tidak putih
berwarna
Volume terpakai = 7,5
Volume terpakai = 2 ml
ml

Anda mungkin juga menyukai