Anda di halaman 1dari 15

PEMURNIAN NaCI , REKRISTALISASI GARAM

DAN

IODISASI GARAM JONO DAN REMBANG

Oleh Suwahono nim 40017015032

ABSTRACT

Garam dibuat dengan cara menguapkan air laut, secara alamiah garam telah mengandung iodium. Tetapi
kadarnya sangat rendah sehingga tidak layak digunakan sebagai garam konsumsi. Salah satu cara untuk
meningkatkan kadar garam adalah dengan jalan iodisasi garam. Proses awal iodisasi garam dengan jalan
pemurnian, penetapan kadar awal dengan metode 2 kali titrasi, terakhir iodisasi garam . Proses
pemurnian garam didapatkan hasil garam bersih Rembang 3,52 g, garam bersih Jono 3, 4075 g. Hasilnya
dititrasi sebnyak 2 kali menggunakan Perak nitrat ( AgNO3) untuk garam Jono 3,95ml dan 4 ml
sedangkan untuk garam Rembang 4,15 dan 4,1 ml. Titrasi kedua menggunakan Ba(OH)2 garam Jono 60
ml dan garam Rembang 31 ml. Kadar NaCl Jono 91,778 %, Kadar NaCl Rembang 92,47%

Kata kunci, Garam Jono, Rembang, Kristalisasi, Iodisasi, Titrasi.

Pendahuluan

Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya menjalankan program pemberantasan Gangguan


Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Salah satu program yang dijalankan adalah program
iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam. Garam yang dibuat dengan cara
menguapkan air laut, secara alamiah sesungguhnya telah mengandung iodium. Namun, sering
sekali kadarnya sangat rendah sehingga tidak layak digunakan sebagai garam konsumsi.

Gb.1. Pembuatan garam secara tradisional


Menyadari hal tersebut, pemerintah melalui Keputusan Presiden nomor 69 tahun 1994, telah
menetapkan pentingnya iodisasi garam. Iodisasi garam dilakukan dengan penambahan kalium
iodat (KIO3) sebesar 30-80 ppm (mg/kg). Untuk mendapatkan sumbangan iodium yang cukup
sekaligus mencegah hipertensi, konsumsi garam beriodium yang dianjurkan adalah enam
gram/hari. Secara nasional, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dengan kadar
cukup (lebih dari 30 ppm) meningkat dari 58,1% pada tahun 1996 menjadi 64,5% tahun 2000
(Data Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2000).

Iodisasi garam, Indonesia sangat tertinggal dibandingkan dengan Cina yang pada tahun 2000
telah berhasil menerapkan program Universal Salt Iodination (garam beriodium untuk semua
kepentingan).

Gb 2. Dua Jenis Garam krosok dari Jono dan Rembang sebagai sampel penelitian
Beberapa masalah yang dihadapi pada program iodisasi garam adalah:

1. Mahalnya harga garam beriodium dibandingkan dengan garam biasa, sehingga awam
yang hanya menganggap garam sebagai sumber rasa asin akan cenderung membeli yang
murah meskipun tidak beriodium.

2. Kurangnya kesadaran produsen untuk memproduksi garam beriodium dengan dosis


sesuai anjuran.

3. Lemahnya pengawasan mutu oleh pemerintah serta masih terbatasnya distribusi garam
beriodium.(Didik Suprihadi, 1994)

Konsep Universal Salt Iodination (USI) sudah waktunya diterapkan di Indonesia. Apabila
program tersebut dapat dilakukan dengan baik, tidak ada lagi pilihan bagi konsumen karena
semua garam untuk segala keperluan sudah ditambah iodium dengan dosis yang tepat. Melalui
program ini diharapkan masalah GAKI dan dampaknya akan segera dapat diatasi. Hindari
menyimpan garam di tempat yang terbuka dan terpapar sinar matahari. Adanya oksigen dan sinar
matahari menyebabkan iodium mudah teroksidasi, sehingga berkurang jumlahnya. Garam
beriodium sebaiknya disimpan di tempat yang tertutup dan gelap.
Gb.3 Garam meja yang memenuhi kadar iodium dalam garam SNI
Dalam bahasa Inggris, garam dapur dikenal dengan istilah table salt, dan umumnya ditempatkan di
meja makan. Garam beriodium memang sebaiknya ditambahkan ke dalam makanan yang telah
masak dan siap disantap. Namun, dalam budaya masyarakat kita, garam biasanya di-ulek
bersama dengan berbagai macam bumbu, yang selanjutnya ikut mengalami proses pemasakan.
Padahal, penelitian menunjukkan bahwa proses penggorengan dan pemanggangan bahan pangan
dapat menghilangkan 20-25% iodium yang terdapat pada garam beriodium, sedangkan pada
proses perebusan 60%-nya. (E, Galen, 1985)
Gangguan Kekurangan Iodium di Indonesia

Gangguan akibat kekurangan iodium (Gaki) yang biasa disebut gondok endemik merupakan
gangguan kesehatan mulai dari lahir sampai dewasa. Penderita Gaki pada umumnya berasal dari
daerah pegunungan dengan tanah, air dan tanaman yang kurang mengandung iodium. Penduduk
yang tinggal di daerah ini akibatnya mengalami kekurangan iodium dan menderita Gaki seperti
gondok dan kretin. (Sinar Harapan, 2001)

Gb.4. Penyakit gondok dan kretinisme


Gaki merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia dengan penduduk sekitar 180 juta, 30 juta tinggal
di daerah endemik Gaki, lebih dari 750 ribu menderita kretin dan 3,5 juta menderita kelainan
mental. Pemberantasan Gaki melalui distribusi garam beriodium dan suntikan larutan minyak
beriodium belum dapat dilakukan secara efektif. Penanggulangan Gaki melalui iodisasi belum
efektif dilakukan di Indonesia. Penanggulangan Gaki melalui iodisasi garam telah dibuktikan
sangat efektif di berbagai negara seperti di USA negara bagian Ohio tahun 1917 - 1920, New
York tahun 1923, Montana tahun 1927; Inggris di kota Derbishire; Malaysia di Serawak tahun
1981; Thailand tahun 1983 dan Italia di Sicilia tahun 1924. Iodisasi melalui garam dinegara
berkembang sangat efektif dan efisien.(Didik Suprihadi, 1994)

Metode dan cara kerja

Bahan Yang digunakan :


1. Garam krosok Rembang dan garam krosok Jono Purwodadi
2. Serbuk CaO
3. Larutan Ba(OH)2
4. Larutan (NH4)2 CO3
5. HCI pekat
6. Akuades
7. Larutan KIO3 1000 ppm
8. Larutan HNO3 0,1 M
9. Larutan AgNO3 0,1 N
10. Kertas indikator pH universal.

Alat yang digunakan :


1. Neraca digital
2. Kompor gas
3. Oven
4. Buret 25 ml
5. Erlenmeyer 25 ml (3 buah)
6. Pipet tetes (2 buah)
7. Gelas arloji
8. Gelas beker
Cara Kerja
PEMURNIAN NaCl
1. Panaskan 50 mL aquadest dalam beker glas sampai mendidih.
2. Masukkan 5 gram garam dapur kedalam air panas sambil diaduk dan panaskan lagi
sampai mendidih lalu disaring.
3. Tambahkan CaO 0,1 gram kedalam larutan.
4. Tambahkan Ba(OH)2 0,2 M tetes demi tetes sampai tetes terakhir tidak membentuk
endapan.
5. Tambahkan kira-kira 10 mL larutan (NH4)2CO3 0,1 M tetes demi tetes sampai tetesan
terakhir tidak membentuk endapan.
6. Diamkan larutan selama 10 menit.
7. Saring larutan dan filtratnya dinetralkan dengan HCl encer (diuji dengan kertas indikator
universal).
8. Uapkan larutan sampai kering. Timbang kristal yang diperoleh.
9. Keringkan endapan pengotor yang diperoleh dari hasil penyaringan, kemudian ditimbang.

PENENTUAN KADAR NaCl


1. Larutkan 0,025 gram sampel garam dapur kedalam 10 mL akuades (labu takar 10 mL).
Kemudian pindahkan kedalam erlenmeyer.
2. Cek pHnya, jika terlalu asam ditambahkan larutan NaHCO3 dan jika terlalu basa
ditambahkan HNO3 hingga pH netral.
3. Tambahkan 1 mL indikator K2CrO4 5 %
4. Titrasi larutan dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai larutan berwarna merah bata.
5. Lakukan titrasi 2 kali.

IODISASI NaCl
1. Membuat larutan KIO3 100 ppm.
2. Semprotkan larutan KIO3 pada 1 gram garam meja secara merata. Perbandingan volume
KIO3 dengan garam meja yaitu 10 mL larutan KIO3 untuk 10 gram garam meja.
3. Keringkan dengan diangin-anginkan
4. Uji dengan meneteskan amilum pada sedikit garam yang telah diiodisasi. Hasil positif
jika memberikan warna biru keunguan.
(Tim Dosen Kimia Anorganik, 2008)

ANALISA DATA

Menghitung Rendemen Garam Dapur Murni Yang Diperoleh

berat NaCl murni


% NaCl yang diperoleh = x 100 %
berat NaCl kotor

Menghitung Kadar NaCl Hasil Rekristalisasi


(V.N)AgNO3 x 58,46
Kadar NaCl = x 100 %
W x 1000

V = Volume rata-rata AgNO3 yang diperoleh dari hasil titrasi


N = Normalitas AgNO3
Mr NaCl = 58,46
W = Berat garam
(Tim Dosen Kimia Anorganik, 2008)

HASIL PENGAMATAN
GARAM KROSOK REMBANG
Data Awal

1. Warna garam sebelum dimurnikan : Putih kotor bercampur pasir

2. Bentuk kristal garam sebelum dimurnikan : Bongkahan

Data Percobaan

No Jenis Garam Berat Sampel Hasil Berat Kadar Garam


Rekristalisasi pengotor
1 Garam Rembang 5 gram 3,52 1,48 70,4%
Data Hasil Titrasi

No Jenis Garam Volume Garam Volume Perak nitrat Volume Barium


(Ag(NO)3 yang Hidroksida
dibutuhkan (Ba(OH)2)Yang
dibutuhkan
1 Garam 10 ml 4,15 ml 31 ml
Rembang
2 Garam 10 ml 4,1 31 ml
Rembang

Data fisik

1. Warna garam setelah dimurnikan : Putih bersih

2. Bentuk kristal garam setelah dimurnikan : Serbuk halus

3. Rata-rata penimbangan sampel garam dapur pada penentuan kadar NaCl : 0,026275 gram

4. Rata-rata volume AgNO3 titrasi pada penentuan kadar NaCl : 4,125 mL

5. Warna garam hasil iodisasi + amilum : Biru keunguan

6. Rendemen garam dapur murni : 70,4 %

7. Kadar garam hasil rekristalisasi : 91,778 %

GARAM KROSOK JONO PURWODADI


1. Warna garam sebelum dimurnikan : Putih kotor bercampur pasir

2. Bentuk kristal garam sebelum dimurnikan : Bongkahan

3. Warna garam setelah dimurnikan : Putih bersih

No Jenis Garam Berat Sampel Berat murni Berat Kadar Garam


pengotor
1. Garam Jono 5 gram 3,4075 1,5925 69,5%
Data Titrasi

No Jenis Garam Volume Volume Perak nitrat Volume Barium Hidroksida


Garam (Ag(NO)3 yang (Ba(OH)2)Yang dibutuhkan
dibutuhkan
1 Garam Jono 10 ml 3,95 ml 60 ml
2 Garam Jono 10 ml 4 ml 60 ml

Data Fisik

1. Bentuk kristal garam setelah dimurnikan : Serbuk halus

2. Volume (NH4)2CO3 yang diperlukan : 10 mL

3. Berat endapan pengotor hasil rekristalisasi garam : 1,5925 gram

4. Berat kristal hasil rekristalisasi : 3,4075 gram

5. Rata-rata penimbangan sampel garam dapur pada penentuan kadar NaCl : 0,02513 gram

6. Rata-rata volume AgNO3 titrasi pada penentuan kadar NaCl : 3,975 mL

7. Warna garam hasil iodisasi + amilum : Biru keunguan

8. Rendemen garam dapur murni : 68,15 %

9. Kadar garam hasil rekristalisasi : 92, 47 %

Pembahasan
Pada percobaan Pemurnian NaCl dan Iodisasinya, digunakan garam krosok yang berasal
dari Rembang dan Jono Purwodadi. Garam krosok Rembang dan garam krosok Jono Purwodadi
mempunyai warna yang sama sebelum dimurnikan yaitu putih kotor bercampur pasir dan bentuk
kristalnya berupa bongkahan.
Garam krosok Rembang maupun garam krosok Jono Purwodadi masih terdapat pengotor-
pengotor (impuritis) yang terikut meliputi senyawa yang bersifat higroskopis yaitu MgCl2, CaCl2,
MgSO4 dan CaSO4, dan beberapa zat yang bersifat reduktor yaitu Fe, Cu, Zn dan senyawa-
senyawa organik lainnya. Sebaiknya perlu diolah lebih lanjut untuk mengurangi pengotornya,
antara lain dengan metode rekristalisasi. (www.bapedal-jateng.go.id)
Tujuan percobaan ini adalah mempelajari metode rekristalisasi dengan penambahan
bahan pengikat pengotor, mengetahui metode iodisasi NaCl, menghitung kadar NaCl garam
krosok Rembang dan garam krosok Jono Purwodadi.
Permurnian NaCl dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut : Memanaskan 50 mL
aquadest dalam bekerglass sampai mendidih. Kemudian memasukkan 5 gram garam dapur
kedalam air panas sambil diaduk dan dipanaskan lagi sampai mendidih lalu disaring.
Menambahkan CaO 0,1 gram kedalam larutan. Penambahan CaO 0,1 gram menghasilkan
endapan putih. Kemudian menambahkan Ba(OH)2 0,2 M tetes demi tetes sampai tetes terakhir
tidak membentuk endapan lagi. Volume Ba(OH)2 yang diperlukan untuk garam krosok
Rembang adalah 31 mL, sedangkan untuk garam krosok Jono Purwodadi memerlukan 60 mL.
Dapat diambil kesimpulan garam krosok Jono Purwodadi mengandung lebih banyak pengotor
bila dibandingkan dengan garam krosok Rembang, karena membutuhkan Ba(OH)2 lebih banyak
untuk mengendapkan pengotor.
Penambahan larutan kalsium oksida ini bertujuan untuk mengendapkan pengotor yang
berupa anion-anion yang terdapat pada garam tersebut antara lain ion CO32-, SO42-, membentuk
endapan putih dengan reaksi sebagai berikut:

Ca2+ + CO32- CaCO 3


Endapan
putih
Ca2+ + SO42- CaSO4
Endapan
putih
Penambahan larutan barium hidroksida ini bertujuan untuk mengendapkan pengotor-
pengotor yang kemungkinan terdapat di garam dapat berupa anion CO32-, SO42-, COO- sisa yang
belum terendapkan oleh larutan kalsium oksida. Endapan yang dihasilkan berupa endapan putih
dengan reaksi sebagai berikut:

Ba2+ + CO32- BaCO 3


Endapan
putih
Ba2+ + SO42- BaSO4
Endapan
putih
Ba2+ + 2COO- Ba(COO)2
Endapan
putih

Selain mengendapkan pengotor –pengotor yang berupa anion, barium hidroksida juga
mengendapkan pengotor-pengotor berupa kation antara lain Ca2+ yang berasal dari garam
maupun yang berasal dari penambahan kalsium hidroksida pada proses sebelumnya. Selain
kation Ca2+ juga kation Ba2+, Mg2+ dan Fe2+ dengan reaksi sebagai berikut:
Ca2+ + OH- Ca(OH)2 Endapan
putih

Ba2+ + OH- Ba(OH)2Endapan


putih

Mg2+ + OH- Mg(OH)


Endapan
2

putih

Fe2+ + OH- Fe(OH)


Endapan
2 (Vogel, 1985)
putih
Setelah itu menambahkan kira-kira 10 mL larutan (NH4)2CO3 0,1 M tetes demi tetes
sampai tetesan terakhir tidak membentuk endapan.
Penambahan larutan (NH4)2CO3 bertujuan untuk mengendapkan pengotor-pengotor
berupa kation yang belum terendapkan oleh larutan barium hidroksida. Kation-kation tersebut
antara lain Ca2+, Ba2+, Mg2+, Fe2+, Ag+ membentuk endapan karbonat yang berwarna putih dengan
reaksi sebagai berikut.

Ca2+ + CO32- CaCO 3


Endapan
putih
Ba2+ + CO32- BaCO 3
Endapan
putih
Mg2+ + CO32- MgCO 3
Endapan
putih
Fe2+ + CO32- FeCO 3
Endapan
putih
2Ag+ + CO32- Ag 2CO3
Endapan (Vogel, 1985)
putih

Volume (NH4)2CO3 yang diperlukan untuk garam krosok Rembang dan garam krosok
Jono Purwodadi adalah 10 mL. Volume (NH4)2CO3 yang dibutuhkan sama antara garam krosok
Rembang dan garam krosok Jono Purwodadi yaitu 10 mL, karena pengotor telah terendapkan
semua dengan penambahan CaO dan Ba(OH)2. Kemudian larutan didiamkan selama 10 menit,
dengan tujuan agar larutan mengendap. Larutan disaring dan filtratnya dinetralkan dengan HCl
0,1 M (diuji dengan kertas indikator universal). Pengujian dengan kertas indikator harus
menunjukkan pH netral atau pH = 7 (sebelum ditambah HCl 0,1 M pH larutan = 10). Filtrat yang
diperoleh jernih. Larutan diuapkan sampai kering. Bentuk kristal garam yang diperoleh (setelah
dimurnikan) adalah serbuk halus berwarna putih bersih. Langkah terakhir adalah menimbang
kristal yang diperoleh. Hasil penimbangan kristal diperoleh untuk garam krosok Rembang adalah
3,52 gram, dan garam krosok Jono Purwodadi adalah 3,4075 gram. Sedangkan endapan pengotor
yang diperoleh dari hasil penyaringan untuk garam krosok Rembang adalah 1,48 gram dan
garam krosok Jono Purwodadi adalah 1,5925 gram.
Untuk penentuan kadar NaCl dilakukan prosedur kerja sebagai berikut : melarutkan 0,025
gram sampel garam dapur kedalam 10 mL akuades (labu takar 10 mL), dipindahkan kedalam
erlenmeyer. Setelah dilakukan penimbangan sebanyak 2 kali, tidak dapat tepat 0,025 gram, untuk
garam krosok Rembang dilakukan 2 kali penimbangan mendapatkan : 0,02693 gram dan 0,02562
gram (rata-rata = 0,026275 gram), sedangkan penimbangan untuk garam krosok Jono Purwodadi
mendapatkan hasil 0,0246 gram dan 0,02566 gram (rata-rata = 0,02513 gram). Kemudian dicek
pHnya, jika terlalu asam ditambahkan larutan NaHCO3 dan jika terlalu basa ditambahkan HNO3
hingga pH netral. Tetapi larutan garam krosok Rembang dan garam krosok Jono Purwodadi hasil
pemurnian sudah netral tanpa penambahan larutan NaHCO3 dan HNO3. Kemudian
menambahkan 1 mL indikator K2CrO4 5 %. Larutan dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N
sampai larutan berwarna merah bata. Titrasi dilakukan 2 kali. Hasil titrasi menunjukkan : untuk
garam krosok Rembang volume AgNO3 yang dibutuhkan adalah 4,15 mL dan 4,1 mL (rata-rata
= 4,125 mL). Sedangkan garam krosok Jono Purwodadi membutuhkan AgNO3 sebanyak 3,95
mL dan 4 mL (rata-rata = 3,975).
Dengan menggunakan rumus pada analisa data untuk menghitung rendemen garam dapur
murni yang diperoleh dan untuk menghitung kadar NaCl setelah rekristralisasi didapatkan hasil
sebagai berikut :

Menghitung Rendemen Garam Dapur Murni Yang Diperoleh

berat NaCl murni


% NaCl yang diperoleh = x 100 %
berat NaCl kotor

GARAM KROSOK REMBANG


3,52
% NaCl yang diperoleh = --------- x 100 % = 70,4 %
5

GARAM KROSOK JONO PURWODADI


3,4075
% NaCl yang diperoleh = -------------- x 100 % = 68,15 %
5

Menghitung Kadar NaCl Hasil Rekristalisasi

(V.N)AgNO3 x 58,46
Kadar NaCl = ------------------------------ x 100 %
W x 1000

 GARAM KROSOK REMBANG


(4,125 X 0,1) x 58,46
Kadar NaCl = ------------------------------ x 100 % = 91,778 %
0,026275 x 1000

 GARAM KROSOK JONO PURWODADI


(3,975 X 0,1) x 58,46
Kadar NaCl = ------------------------------ x 100 % = 92,47 %
0,02513 x 1000
Rendemen garam dapur murni yang diperoleh untuk garam krosok Jono Purwodadi lebih
sedikit yaitu 68,15 % apabila dibandingkan dengan garam krosok Rembang 70,4 %, hal ini
disebabkan garam krosok Jono Purwodadi banyak zat pengotornya dibandingkan dengan garam
krosok Rembang. Tetapi kadar NaCl garam krosok Jono Purwodadi lebih tinggi yaitu 92, 47 %
apabila dibandingkan dengan kadar NaCl garam krosok Rembang yang hanya 91,778 %.
Perbedaan hasil pemurnian garam karena pengotor garam Jono lebih banyak dibandingkan dari
daerah rembang. Hal ini disebabkan kandungan tanah yang terbawa oleh garam Jono lebih
banyak dibandingkan daerah Rembang.
Secara teori Sesuai SNI nomor 01-3556-2000, garam beriodium adalah garam konsumsi
yang mengandung komponen utama NaCI 94,7%, jadi garam krosok Rembang dan garam krosok
Jono Purwodadi belum memenuhi aturan SNI selain itu air maksimal 5% dan kalium Iodat
(KIO3) mineral 30 ppm, serta senyawa-senyawa lain sesuai dangan persyaratan kadar NaCI pada
garam dapur jauh di bawah standar.
Standar yang digunakan sebagai sumber iodium adalah larutan kalium iodat, sehingga
intensitas iodium yang dihasilkan sebagai kalium iodat Untuk percobaan iodisasi NaCl,
dilakukan prosedur kerja sebagai berikut : Membuat larutan KIO3 100 ppm. Kemudian
menyemprotkan larutan KIO3 pada 1 gram sampel garam secara merata. Perbandingan volume
KIO3 dengan sampel garam yaitu 10 mL larutan KIO 3 untuk 10 gram sampel garam.
Dikeringkan dengan diangin-anginkan.Uji dengan meneteskan amilum pada sedikit garam yang
telah diiodisasi. Hasil positif jika memberikan warna biru keunguan. Pada percobaan iodisasi
NaCl dengan sampel garam krosok Rembang dan garam krosok Jono Purwodadi, keduanya
memperlihatkan hasil yang positif yang ditandai dengan warna biru keunguan. Untuk
menghindari gangguan matriks yang disebabkan oleh perbedaan matriks sampel dan standar
maka dalam pengukuran dilakukan metode standar adisi yaitu penambahan unsur Barium (Ba).
Dari hasil penambahan unsur Barium ini ternyata ada gangguan intensitas dari perbedaan
matriks, antara garam daerah Jono dan Rembang, kebutuhan akan barium pada garam rembang
lebih banyak dibandingkan daeah Rembang, hal ini akan mengganggu kesatabilan kalium iodat
yang akan ditambahakan dari data di ketahui lebih baik menggunakan garam Jono dibandingkan
daerah Rembang. Hal ini disebabkan metode iodometri menggunakan pereduksi kalium iodida
untuk mereduksi iodat menjadi iodium.jono Garam jono lebih baik karena (hidrolisis)
penggunaan natrium tiosulfat menurun sehingga hasil titrasi akan kecil.

Kesimpulan

1. Hasil praktikum didapatkan rendemen garam dapur murni yang diperoleh untuk garam
krosok Rembang = 70,4 % ,sedangkan untuk garam krosok Jono Purwodadi = 68,15 %.
Hal ini menunjukan garam krosok Jono Purwodadi lebih banyak mengandung zat
pengotor apabila dibandingkan dengan garam krosok Rembang.
2. Hasil prkatikum untuk kadar NaCl hasil rekristalisasi untuk garam krosok Rembang =
91,778 % , sedangkan untuk garam krosok Jono Purwodadi = 92,47 %.
3. Garam krosok Rembang dan garam krosok Jono Purwodadi belum memenuhi aturan SNI
nomor 01-3556-2000 yang menetapkan garam yang beredar di masyarakat sebagai garam
konsumsi harus mempunyai kadar NaCI minimal 94,7% untuk garam yang tidak
beriodium.

Saran
Garam Krosok Jono Rembang Dan Jono Tidak Layak Untuk Dikonsumsi
DAFTAR PUSTAKA

Broto, W dan Kusumayanti, H. Perbaikan Proses Iodisasi Garam Dengan Sistem Injeksi
Di Kabupaten Pati. Jurnal. Semarang : DIII Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang.

Didik suprihadi, Nelson Sagala, Kestabilan garam Iodium Dalam bumbu dapur, jurnal
Industri(SNI) No. 01-3556, Departemen Perindustrian Republik Indonesia, 1994.

Dwi Ratna Nurhajarini, dkk. 2007, Ladang Garam Madura, sinar Ilmu, Surabaya

E.Galen, Instrumental Method of Chemical Analysis, Mc Graw Hill International Edition,


Singapore, 1985, p. 204-212

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2008. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik Untuk S2.
Semarang : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Vogel, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, (terjemahan) Media Pustaka,
Jakarta, edisi kelima, 1985, p. 350.

Wiyana D, dan Adi I.G.G.M. 2001. Iodisasi Garam Krosok. www.


majalah.tempointeraktif.com. Artikel. Diakses : 17 Desember 2008.

www.bapedal-jateng.go.id aturan SNI Garam di unduh 31 Januari 2009

Anda mungkin juga menyukai