Anda di halaman 1dari 25

Pengantar Tehnik Kimia Tekstil

I. Preretreatmen
Standar kain utk dicelup
1. Kekuatan tarik +/-90% dari grey
2. Daya serap 3 detik/kurang
3. kotoran habis ( kotoran alamiah dan luar )
4. derajat putih +/-85%
5. pH 6,5-9
6. Stabilitas dimensi sesuai keinginan spesifikasinya
7. pegangan seragam & lembut
Contoh alur Proses
Grey-pencukuran,penyikatan,bakarbulu-preheat setting(sintetis)-desizing-pemasakanpengelantangan-merserizasi/kostiksasi(sintetis)-pengecapan-penyempurnaan.
Kiri;intermediated heatsetting-pencelupan-post heat setting.
Polister100% langsung relaxasi tanpa bakarbulu.
A. Penghilangan bulu
1. Pencukuran (roping). Untuk serat sintetis, kain lebih halus dan mahal
2. Bakar bulu
3. Enzim(selulosa): stone washing+biopolishing(denim),disini ada pemisahan rantai
selulosa secara Molekuler. Bulu-bulunya: lebih halus,bebas pilling,lebih
lembut,dan daya serap bagus.
Efek tidak ada bakar bulu
1. Pada katun, apabila kena NaOH,bulu akan lebih banyak menempel,sehingga ketika
dicelup, bulu menyerap warna berbeda dengan badan kain.
2. Pada pengecapan: motif tidak tajam
3. Wetability (bulu menjebak udara), sehingga zat warna terhalang udara yg terjebak dibawah
bulu.
B. Desizing
Semua kain yang akan diproses celup/ printing pasti mengandung kanji karena semua proses
Pertenunan memakai kanji( kecuali rajut). Dan kanji harus dihilangkan.
Kanji ada 2 macam :
1. Kanji alam: pati,alginate
2. Kanji sintetis :resin,(PVA,acrylic/paling banyak dipakai)derivate selulosa
a. Desizing mekanis :
1. Impegnasi: masuk dalam bak dan banyak roll pemeras.
2. Waktu :diserap & memecah kanji
3. Pencucian
4. Panas ( enzim tdk boleh >170oC dan pH =5,6-7 )
b. cara penghilangan kanji :

Perendaman : asam encer,alkali oksidator,enzim


1. Enzim > batch4jam {(C6H10O5}n +enzim -> C12H2O11 -> C6H12O6)} -> washing.
2. Asam encer > HCl / H2SO4 (encer) 70%, pad-steam100% > washing. Proses lebih
cepat, tapi ada bahayanya, kemungkinan serat oleh asam dan netralisasi dan
pencucian harus baik.
3. Dengan oksidator (NaOH,perborat). Memecah molekul kanji menjadi larut dalam
air. ( rantai molekul dipecah menjadi lebih pendek ).
4. Dengan soda api / NaOH. Jarang dipakai karena proses lama. Kain direndam
dalam air NaOH encer +/- 12 jam, kemudian dicuci panas dan dibilas.
5. Penghilangan kanji sintetis dengan air panas atau oksidator. Pad-steamwashing.
Pemeriksaan dgn tes KI: 10gr/ltr Kalium + 10 gr/ltr Jodium dilarutkan dalam 1 liter air.
Teteskan ke kain, bila timbul warna yang menunjukan belum bersih :
1. biru masih ada kanji/amilum.
2. Ungu (dektrim).
3. merah (entro dekstrim)
4. coklat (akro dektrim)
5. Biru kehijauan (maltosa/ glukosa )
Reaksi yang ada dalam desizing :
reaksi kanji + enzim : C6H10O5 + H2O -> enzim -> C12H22O11(maltosa)
reaksi kanji + asam : C6H12O5 + H2O -> asam -> C6H12O6 ( glukosa )
reaksi kanji +dengan oksdator : m(C6H12O5)n -> On -> n(C6H10O5)m
C. Pemasakan
Pemasakan adalah proses menghilangkan kotoran internal/external.
Prinsip penyabunan:
H2C-C-COOR1(R2/H2O-R3) + 3NaOH -> HC(H2C-OH)2x-OH+R1-COONa(-R2-CooNa)(R3-COONa)
Zat yg digunakan
NaOH/Na2CO3 : air yang digunakan kesadahan <3o OH
Dalam resep ditambah CaMg tinggi yang gunanya untuk Surfaktan (penurun tegangan
permukaan/ pembasah) dan EDTA /chelating agent ( mengurangi kesadahan, mengikat
Fe,Ca).
Kain rajut dan rayon ( derajat polimerisasi kapas)
Harus dalam kondisi alkali lunak: proses penetralan dengan asam. Semua komposisi serat
kapas cuma selulosa saja yang di pakai, yang lain dihilangkan.
Pemasakan sutra
Tujuannya menghilangkan serisin. Serisin yaitu protein albumen tdk larut air dingin,tapi
melunak pada air panas dan larut pada sabun/ alkali lemah.
Pemasakan Rayon
Rayon Viscosa dan polynosic dengan soda abu dan pembasah, rayon kupromium dengan

ammonium 30%, Rayon asetat dgn sabun netral (jangan terlalu alkalis dan suhu jangan terlalu
tinggi. Karena kemungkinan terjadi saponifikasi yang menyebabkan kilapnya turun.

D. Pengelantangan
Tujuan dari pengelantangan adalah menaikan derajat putih dari kain yang akan diproses.
Zat pengelantang tergantung jenis serat:
1. Selulosa : kaporit, Natrium hipoklorit (suasana asam,alkali), H2O2.
2. Regenerasi selulosa ; Natrium hipoklorit/ NaOCl, H2O2
3. Protein : NaHSO3, Na2S2O4, H2O2.
4. Sintetis:Naklorid,NaClO2,H2O2/kecuali poliamida.
5. Rayon: Natrium Asetat
Faktor yang berpengaruh dalam pengelantangan dengan H2O2:
1. Kondisi air:kesadahan
2. pH nya dalam suasana alam
3. suhu <80-85oC
stabilisator: Na Sulikat (waterglass)
kekurangan H2O2:
1. pegangan keras
2. waterglass menempel dimc./kain
3. kerak sulit hilang
4. daya serap turun
Proses Mekanisme H2O2
1. penguraian langsung :H2O2 -> H2 + On + x kalor/panas.
2. disosiasi dgn air H2O2 -> <- H+ + HO23. pelepasan zat pengelantangan HO2 -> OH- + On
4. Pengeluaran zat pengelantangan dgn media alkali NaHO2 --> <-- Na + + HO5. dekomposisi : H2O2 -> 2H2O + O2
H2O2 banyak dipakai karena:
1. daya oksidasi kecil disbanding zat pengelantangan kain
2. tdk pakai proses anti clor
3. derajat putih yg dihasilkan stabil
4. stabilitas penyimpanan tinggi
5. berbentuk larutan dan tdk berbau
6. mudah pakai,dingin/panas
H2O2 tidak aktif mengelantang selulosa dalam suasana asam/netral.

Zat Kimia Tekstil


Pengertian dari zat warna tekstil
Zat warna tekstil adalah semua zat berwarna yang mempunyai kemampuan untuk diserap
oleh serap tekstil dan mudah dihilangkan kembali. Di Indonesia, belum ada Undang-Undang
yang mengaturnya tentang penggunaan zat pewarna sehingga masih ada penyalahgunaan
pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan; misal zat pewarna untuk tekstil dan

kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan
karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat
pewarna tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan rakyat mengenai zat pewarna untuk
makanan (winarno, 1984).
Suatu zat dapat berlaku sebagai zat warna apabila mempunyai gugus yang dapat
menimbulkan warna (kromofor) dan dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil Kromofor
berasal dari kata Chromophore yang bersal dari bahasa yunani yaitu Chroma yang berarti
warna dan phoros yang berarti mengemban (Fessenden dan fessenden, 1982 ).
Dari berbagai referensi hasil penelitian tentang zat warna alam yang telah dibaca oleh tim
peneliti, pemanfaatan zat warna alam pada umumnya masih menggunakan teknik pencelupan
untuk mewarnai bahan tekstil. Oleh karena itu tim peneliti merasa perlu untuk
mengembangkan penggunaan zat warna alam dengan teknik pencapan sablon. Hal ini
didasari bahwa teknik pencapan sablon telah memasyarakat sehingga mudah dipelajari
disamping itu akan dapat memperpendek waktu produksi jika digunakan untuk membuat
motif batik pada kain oleh para pengrajin. Dari hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan
produktivitas penggunaan zat warna alam untuk batik dan produk kerajinan.
Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Zat Pewarna Alat(ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada
umumnya dari hasil 130% tumbuhan atau hewan.
Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia
dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa
turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena.Pada awalnya proses
pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan
ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat
warna alam. Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh , ketersediaan
warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya
Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam telah tergeser oleh keberadaan zat warna
sintesis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan budaya warisan nenek
moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses pembatikan dan
perancangan busana. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna
alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna
khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Dalam tulisan ini akan
dijelaskan teknik eksplorasi zat warna alam dari tanaman di sekitar kita sebagai upaya
pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah satu upaya pelestarian
budaya. Zat Warna Alam untuk Bahan Tekstil
Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai
bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah
banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa
diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana
arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu
(Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana),
daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari
serat alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti
polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam
sehingga bahan-bahan ini sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera pada
umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan
bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan

variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga
diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil. Oleh karena
itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya.
Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi
sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada
karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali
penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna
alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya
alam Indonesia yang melimpah.
Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh
berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat
semakin memperkaya jenisjenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat
warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat
warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik
dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar. Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita
pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanamatanaman yang
berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih meninggalkan
bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan tekstil dapat
dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana.Menurut R.H.MJ. Lemmens dan
N Wulijarni-Soetjipto (1999) sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan,
pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung
menurut struktur kimianya. Golongan pigmen tumbuhan dapat berbentuk klorofil, karotenoid,
flovonoid dan kuinon. Untuk itu pigmen pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari
jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk pencelupan bahan
tekstil. Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen pigmen
penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah,
bunga, biji ataupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut
proses ekstraksi. Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air.
Bagian tumbuhan yang di ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak
memiliki pigmen warna misalnya bagian daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya.
Untuk proses ekplorasi ini dibutuhkan bahan sebagai berikut:
Kain katun (birkolin) dan sutera
Ekstrak adalah bahan yang diambil dari bagian tanaman di sekitar kita yang ingin kita
jadikan sumber pewarna alam seperti : daun pepaya, bunga sepatu, daun alpokat, kulit buah
manggis, daun jati, kayu secang, biji makutodewo, daun ketela pohon, daun jambu biji
ataupun jenis tanaman lainnya yang ingin kita eksplorasi
Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4) , tawas, natrium karbonat/soda abu
(Na2CO3) , kapur tohor (CaCO3), bahan ini dapat di dapatkan di toko-toko bahan kimia.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan, ember, panci, kompor, thermometer , pisau dan
gunting.. Proses Ekstraksi Zat Warna Alam
Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat warna alam perlu disesuaikan
dengan berat bahan yang hendak diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang
dihasilkan dapat mencukupi untuk mencelup bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna alam
yang diperlukan tergantung pada jumlah bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan
larutan zat warna dengan bahan tekstil yang biasa digunakan adalah 1: 30. Misalnya berat
bahan tekstil yang diproses 100 gram maka kebutuhan larutan zat warna alam adalah 3 liter.
Beikut iniadalah langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam
dalam skala laboratorium:
Potong menjadi ukuran kecil kecil bagian tanaman yang diinginkan

misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung
diekstrak. Ambil potongan tersebut seberat 500 gr.
Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan
perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter.
Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan
zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi
sepertiganya. Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar
ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti
tanaman tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna.
Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan
dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut
larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.
Persiapan Pencelupan Dengan Zat Warna Alam
Sebelum dilakukan pencelupan dengan larutan zat warna alam pada kain katun dan sutera
perlu dilakukan beberapa proses persiapan sebagai berikut:
1. Proses mordantingBahan tekstil yang hendak diwarna harus diproses mordanting terlebih
dahulu. Proses mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam
terhadap bahan tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang
baik. Proses mordanting dilakukan sebagai berikut:
a. Potong bahan tekstil sebagai sample untuk diwarna dengan ukuran 10 X 10 Cm atau sesuai
keinginan sebanyak tiga lembar.
b. Rendam bahan tekstil yang akan diwarnai dalam larutan 2gr/liter sabun netral (sabun
sunlight batangan) atau TRO (Turkey Red Oil). Artinya setiap 1 liter air yang digunakan
ditambahkan 2 gram sabun netral atau TRO. Perendaman dilakukan selama 2 jam. Bisa juga
direndam selama semalam. Setelah itu bahan dicuci dan dianginkan.
c. Untuk bahan kain kapas : Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dan 2 gram soda
abu (Na2CO3) dalam setiap 1 liter air yang digunakan. Aduk hingga larut. Rebus larutan
hingga mendidih kemudian masukkan bahan kapas dan direbus selama 1jam. Setelah itu
matikan api dan kain kapas dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Setelah
direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu
dikeringkan dan disetrika. Kain kapas tersebut siap dicelup
d. Untuk bahan sutera at: Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dalam setiap 1 liter air
yang digunakan, aduk hingga larut. Panaskan larutan hingga 60C kemudian masukkan bahan
sutera atau wol dan proses selama 1 jam dengan suhu larutan dijaga konstan (40 60C ).
Setelah itu hentikan pemanasan dan kain dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam.
Setelah direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan
diperas) lalu dikeringkan dan disetrika. Kain sutera yang telah dimordanting tersebut siap
dicelup dengan larutan zat warna alam.
2. Pembuatan larutan fixer (pengunci warna)
Pada proses pencelupan bahan tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi (fixer)
yaitu proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar warna
memiliki ketahanan luntur yang baik. Ada 3 jenis larutan fixer yang biasa digunakan yaitu
tunjung (FeSO4), tawas, atau kapur tohor (CaCO3).. Untuk itu sebelum melakukan
pencelupan kita perlu menyiapkan larutan fixer terlebih dengan dengan cara :
a. Larutan fixer tunjung : Larutkan 50 gram tunjung dalam tiap liter air yang digunakan.
Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya
b. Larutan fixer Tawas : Larutkan 50 gram tawas dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan
mengendap dan ambil larutan beningnya
c. Larutan fixer Kapur tohor : Larutkan 50 gram kapur tohor dalam tiap liter air yang

digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.


3. Proses Pencelupan Dengan Zat Warna Alam
Setelah bahan dimordanting dan larutan fixer siap maka proses pencelupan bahan tekstil
dapat segera dilakukan dengan jalan sebagai berikut:
a. Siapkan larutan zat warna alam hasil proses ekstraksi dalam tempat pencelupan .
b. Masukkan bahan tekstil yang telah dimordanting kedalam larutan zat warna alam dan
diproses pencelupan selama 15 30 menit.
c. Masukkan bahan kedalam larutan fixer bisa dipilih salah satu antara tunjung , tawas atau
kapur tohor. Bahan diproses dalam larutan fixer selama 10 menit. Untuk mengetahui
perbedaan warna yang dihasilkan oleh masing masing larutan fixer maka proses 3 lembar
kain pada larutan zat warna alam setelah itu ambil 1 lembar difixer pada larutan tunjung, 1
lembar pada larutan tawas dan satunya lagi pada larutan kapur tohor.
d. Bilas dan cuci bahan lalu keringkan. Bahan telah selesai diwarnai dengan larutan zat warna
alam.
e. Amati warna yang dihasilkan dan perbedaan warna pada bahan tekstil setelah difixer
dengan masing-masing larutan fixer. Pada umumnya hampir semua jenis zat warna alam
mampu mewarnai bahan dari sutera dengan baik , namun tidak demikian dengan bahan dari
kapas katun. (berdasar beberapa eksperimen yang telah dilakukan penulis).
f. Lakukan pengujian-pengujian kualitas yang diperlukan (ketahanan luntur warna dan
lainnya
g. Simpulkan potensi tanaman yang diproses (diekstrak) sebagai sumber zat pewarna alam
untuk mewarnai bahan tekstil.
Dengan banyak melakukan eksperimentasi untuk mengeksplorasi kandungan pigmen warna
dalam tanaman maka akan sangat memperkaya jenis zat warna alam yang kita miliki.
Eksperimen dapat dimulai dari memilih jenis tanaman di lingkungan sekitar anda yang
sekiranya belum dimanfaatkan untuk kepentingan lain (untuk obat,tanman hias dan lainnya).
Potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah merupakan faktor pendukung yang
dapat dimanfaatkan. Produk tekstil dengan zat pewarna alam ini banyak disukai karena
keunggulannya selain ramah lingkungan juga warna warna yang dihasilkan sangat khas dan
etnik sehingga memiliki nilai jual yang tinggi .
Produk tekstil dengan zat warna alam dapat dijadikan potensi unggulan produk daerah di
pasar global. Untuk pengembangan penggunaan zat warna alam perlu dilakukan melalui
penelitian penelitian untuk mendapatkan hasil yang semakin baik.
Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai adalah:
KAROTEN, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan untuk
mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat
diperoleh dari wortel, papaya dan sebagainya.
BIKSIN, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa
orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega,
margarin, minyak jagung dan salad dressing.
KARAMEL, berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan)
karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel
tahan asam yang sering digunakan untuk minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti dan
biskuit, serta karamel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga
memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol
KLOROFIL, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk
makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil

banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji
dan daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan
pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.
ANTOSIANIN, penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga
dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih/kana, krisan,
pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada buah
manggis dan umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga
belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya
pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman
(sari buah, juice dan susu).
KURKUMIN, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus pemberi warna
kuning pada masakan yang kita buat.
Pembuatan bahan warna alami sebenarnya sangatlah mudah. Bahan-bahan yang dapat
digunakan sebagai pewarna alami ditumbuk, dapat pula menggunakan blender atau
penumbuk biasa dengan sedikit ditambah air, lalu diperas dan saring dengan alat penyaring.
Agar warnanya cerah dapat ditambahkan sedikit air kapur atau air jeruk nipis. Setelah
diperoleh air perasan pewarna, lalu disimpan di dalam lemari es atau freezer jika
menginginkan disimpan lebih lama.
Jika pewarna yang digunakan berasal dari gula kelapa yang digunakan pula sebagai pewarna
pemanis, maka pilih gula kelapa yang kualitasnya bagus sehingga tidak perlu menyaring, lalu
larutkan dengan air dingin atau air panas bila ingin cepat. Sedangkan untuk membuat
pewarna hijau sekaligus pengharum dapat digunakan kombinasi daun suji dan pandan.
Keduanya sekaligus ditumbuk bersama sedikit air, peras, lalu saring. Contoh Zat Aditif Alami
bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke
dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita
rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan.

Gunakan Tekstil Sederhana sebaga Katalis


Pengaktif Reaksi Kimia Kompleks
14 September 2013 christian261291 Tinggalkan komentar

1 Vote

Di masa depan ini, akan lebih mudah untuk menghasilkan beberapa zat aktif dalam bidan
farmasai dan senyawa kimia daripada yang terjadi hingga saat ini. Sebuah tim internasional
yang bekerja dnegan ahli kimia dari Max Planck Institute fr Kohlenforschung yang
bertempat di Mulheim an der Ruhr telah mekumpuhkan berbagai katalis pada nilon dengan
cara yang sangat sederhana. Katalis memediasi reagen dalam reaksi kimia dan mengontrol
proses menuju akhir sesuai dengan keinginan. Ketika bahan tekstil digunakan sebagai
dukungan untuk membantu proses kimia, reaksi dapat dilanjutkan pada permukaan yang
besar sehingga dapat meningkatkan efisiensi.
Salah satu katalis yang digunakan oleh para peneliti dengan cara ini memainkan peran
penting dalam sintesis agen farmasi yang hanya bisa digunakan sebelumnya dalam bentuk zat
terlarut, membuat proses produksi yang sangat rumit dan mahal. Pelumpuhan katalis tersebut
pada kain menyederhanakan produksi jauh. Proses ini dapat diharapkan sebagai tekstil yang
digunakan untuk membuat jaket yang tahan angin, sepatu yang tidak pengap, dan pakaian
termal yang sangat efektif. Namuns, istilah tersebut bisa merujuk pada sesuatu yang lain
seperti tekstil yang fungsional dengan bantuan katalis organik. Bekerja sama dengan para
ilmuwan dari dari Deutsches Textilforschungszentrum di Krefeld dan Sungkyunkwan
University di Suwon, Korea, para peneliti Max Planck Institut fr Kohlenforschung di
Mulheim an der Ruhr telah mengembangan suatu proses untuk melumpuhkan katalis organik
yang berbeda pada tekstil dengan bantuan sinar ultraviolet. Kain tersebut dapat bertindak
sebagai dukungan untuk zat yang terjadi pada reaksi kimia.
Dr Ji-Woong Lee yang baru saja menyelesaikan doktornya di Max-Planck-Institut fr
Kohlenforschung bawah pengawasan Profesor Benjamin List mengatakan bahwa hingga saat
ini, ilmu pengetahuan lebih berfokus pada fungsi makroskopis pada tekstil misalnya pada
pakaian. Kepala dari homogen Grup Katalisis Institut ini juga berkata bahwa hal tersebut
bereda dari yang lain sebab metode tersebut dapat memberikan tekstil ang sederhana dengan
fungsi mikroskopis. Bersama rekan-rekannya, Dr Lee bersenjata potongan nilon dengan
katalis. Yang terakhir ini dapat dibayangkan sebagai alat kimia yang memenuhi berbagai
tugas selama reaksi kimia.
Untuk tes mereka, para peneliti Muhleim berbasis menggunakan tiga katalisis organik seperti
dimethylaminopyridine, DMAP, asam sulfonat dan katalis yang berfungsi baik sebagai asam
dan basa. Yang terakhir ini digunakan dalam industri farmasi untuk mengarahkan reaksi
terhadap salah satu dari dua produk yang secara kimiawi sepenuhnya identik. Dua bentuk
memiliki struktur cermin seperti tangan kiri dan kanan, tetap hanya satu varian memiliki efek
medis sesuai dengan keinginan. Sampai saat ini, katalis yang menghasilkan varian ini hanya
bisa digunakan dalam bentuk terlarut dan kemudian harus dipisahkan lagi. Proses pemisahan

yang rumit dapat dihindari dengan menggunakan katalis amobil pada kain. Untuk memasang
katalis pada serat nilon, para ahli kimia meradiasi tekstil yang diaplikasikan dengan sinar UV
selama lima menit namun hal itu tidak dilakukan lagi karena akan menghambat aktivitas
katalis pada serat nilon. Katalis, yang praktis terjalin pada kain menampilkan semua
karakteristik yang ahli kimia harapkan dari sistem seperti hasil dari reaksi kimia yang para
ilmuwan lakukan dengan strip nilon katalis yang sangat mengesankan. Ketika katalis
dikonversi sekitar 90 persen dari bahan baku untuk mencapai tingkat keberhasilan 95 persen
tanpa menunjukkan tanda-tanda utama keausan. Ji-Woong Lee melakukan beberapa ratus tes
berjalan dan mengamati bahwa katalis melepaskan sedikit fungsi mereka.
Dibandingkan dengan cara lain, katalisis organotextile memiliki beberapa keuntungan
seperti ia menyediakan reagen dengan permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan
yang lain misalnya bola plastik atau foil yang semakin besar permukaan semakin efisien
suatu hasil reaksi tersebut. Selain itu, nilon fleksibel dan sangat murah. Tekstil kering sarat
dengan katalis mudah untuk transportasi yang berarti bahwa itu adalah cara sederhana untuk
memenuhi persyaratan dalam beberapa proses kimia di mana secara praktis tidak mungkin
untuk mengatur sistem kimia canggih. Misalnya, katalisis organotextile dapat membantu
dalam pengolahan air di lokasi yang kekurangan pasokan air.

Industri kimia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Kilang minyak, salah satu bagian dari industri kimia


Industri kimia merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam produksi zat kimia. Industri
ini mencakup petrokimia, agrokimia, farmasi, polimer, cat, dan oleokimia. Industri ini
menggunakan proses kimia, termasuk reaksi kimia untuk membentuk zat baru, pemisahan
berdasarkan sifat seperti kelarutan atau muatan ion, distilasi, transformasi oleh panas, serta
metode-metode lain.
Industri kimia terlibat dalam pemrosesan bahan mentah yang diperoleh melalui
penambangan, pertanian, dan sumber-sumber lain, menjadi material, zat kimia, serta senyawa
kimia yang dapat berupa produk akhir atau produk antara yang akan digunakan di industri
lain.

Daftar isi

1 Produk
o 1.1 Kimia dasar
o 1.2 Ilmu sains
o 1.3 Produk rumah tangga
2 Perusahaan
3 Teknologi
4 Perusahaan kimia abad 21
5 Referensi

Produk
Polimer dan plastik, terutama polietilena, polipropilena, polivinil klorida, polietilena
tereftalat, polistirena dan polikarbonat adalah sebagian besar hasil industri kimia. Kimia yang
dihasilkan digunakan dalam berbagai macam barang rumah tangga, pertanian, konstruksi,
serta industri jasa.
Penjualan bisnis kimia dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, di antaranya kimia dasar
(sekitar 35-37% hasil penjualan), ilmu sains (30%), kimia khusus (20-25%) dan produk
rumah tangga (10%).[1]

Kimia dasar

Pabrik propilena PP3 di pengilangan minyak Slovnaft di Bratislava, Slovakia


Kimia dasar adalah sebuah kategori kimia yang di dalamnya termasuk polimer, petrokimia
dan turunannya, bahan kimia anorganik, dan pupuk.
Sub-kategori terbesar kimia dasar adalah plastik dan serat, yang produk-produknya antara
lain:
Volume dengan produk terbesar adalah polietilena yang umum digunakan pada botol
susu, kontainer, dan pipa.
Polivinil klorida (PVC), umum digunakan pada pipa konstruksi.
Polipropilena (PP), mirip dengan PV, digunakan dalam pengepakan dan berbagai
kebutuhan rumah tangga.
Polistirena (PS), digunakan pada mainan anak-anak.
Produk lainnya adalah serat sintetis termasuk poliester, nilon, serat akrilik
Untuk pabrik petrokimia dan turunannya umumnya mengambil bahan mentah dari elpiji, gas
alam dan minyak mentah. Beberapa produknya antara lain etilena, propilena, benzena,
toluena, xilena, metanol, monomer vinil klorida, stirena, butadiena, dan etilena oksida.
Produk yang dihasilkan ini umumnya digunakan untuk memproduksi polimer lainnya.
Produk turunan lainnya di antara karet sintetis, surfaktan, pewarna, pigmen, terpentin, resin,
karbon hitam, peledak dan produk karet lainnya.
Kimia anorganik menghasilkan produk di antaranya garam, klorin, kaustik soda, natrium
karbonat, asam (seperti asam nitrat, asam fosfat, dan asam sulfat), titanium dioksida, dan
hidrogen peroksida.
Untuk kategori pupuk, produknya antara lain fosfat, amonia, dan potash.

Ilmu sains
Ilmu sains mencakup di antaranya berbagai turunan kimia dan biologi, obat, diagnostik,
produk kesehatan hewan, vitamin, dan pestisida. Meskipun secara volume sangat kecil,
namun harganya sangat tinggi. Produk-produk ilmu sains ini umumnya diproduksi dengan
spesifikasi sangat tinggi dan diawasi pemerintah. Pestisida yang termasuk juga di dalam
kategori ini juga mencakup herbisida, insektisida, dan fungsisida.

Produk rumah tangga

Kategori dalam produk rumah tangga di antaranya sabun, deterjen, dan kosmetik.
Konsumen umumnya jarang bersentuhan langsung dengan kimia dasar namun polimer dan
beberapa kimia khusus dapat mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti plastik,
bahan pembersih, kosmetik, cat dan pelapis, barang elektronik, mobil dan material lainnya.[2]
Produk-produk kimia khusus ini dipasarkan oleh perusahaan kimia ke perusahaan pembuat
barang jadi, yang biasanya produknya adalah pestisida, polimer, bahan kimia elektronik,
surfaktan, kimia konstruksi, bahan pembersih industri, senyawa aroma, pelapis, aditif
makanan, kimia kertas, kimia minyak, perekat kertas, perekat, kosmetik, pengolahan air,
katalis, dan bahan kimia tekstil. Produk-produk ini jarang dijual langsung pada konsumen.

Perusahaan

Insinyur prises mendesain, membuat konstruksi dan menjalankan pabrik


Beberapa perusahaan kimia terbesar dunia antara lain BASF, Bayer, Ferro, Solvay, Braskem,
Celanese/Ticona, Arkema, Degussa, Dow, DuPont, Eastman Chemical Company,
ExxonMobil, Givaudan, INEOS, LG Chem, LyondellBasell, Mitsubishi, Monsanto, PPG
Industries, SABIC, LANXESS, Shell, dan Wanhua beserta ribuan industri kecil lainnya.

Teknologi

Berikut ini adalah diagram sebuah generator turbin. Insinyur bekerja untuk memproduksi
sebuah proses berkelanjutan untuk penggunaan di dalam industri kimia. Mereka tahu
bagaimana mendesain sebuah proses dimana sistem dapat bertahan atau bermanipulasi pada
seseatu yang mengganggu proses seperti panas, friksi, tekanan, emisi, atau kontaminan asing

Dari penglihatan insinyur kimia, industri kimia menggunakan proses kimia seperti reaksi
kimia dan metode pengilangan untuk memproduksi material dalam bentuk padat, cair,
maupun gas. Kebanyakan produknya digunakan untuk memproduksi barang lainnya dan
hanya sedikit saja yang langsung digunakan pada konsumen. Pelarut, pestisida, natrium
karbonat, dan semen merupakan beberapa produk kimia yang langsung dipakai konsumen.
Industri kimia juga memproduksi bahan kimia industri organik dan anorganik, produk
keramik, petrokimia, agrokimia, polimer, karet, oleokimia (minyak, lemak, wax), peledak,
dan aroma buatan. Beberapa produknya ditampilkan pada tabel berikut.
Tipe produk
Contoh
Industri anorganik
amonia, klorin, natrium hidroksida, asam sulfat, asam nitrat
Industri organik
akrilonitril, fenol, etilena oksida, urea
produk keramik
silika, frit
petrokimia
etilena, propilena, benzena, stirena
agrokimia
pupuk, insektisida, herbisida
polimer
polietilena, Bakelit, poliester
elastomer
poliisoprena, neoprena, poliuretan
oleokimia
lemak babi, minyak kedelai, asam stearat
peledak
nitrogliserin, amonium nitrat, nitroselulosa
aroma buatan
benzil benzoat, coumarin, vanilin
gas industri
nitrogen, oksigen, asetilena, dinitrogen oksida
Proses-proses kimia seperti reaksi kimia digunakan pada pabrik kimia untuk membentuk
senyawa baru dengan berbagai macam tipe tangki reaktor. Di banyak kasus reaksinya
dilakukan pada peralatan khusus anti-karat pada suhu dan tekanan tertentu dengan bantuan
katalis. Produk reaksi ini dipisahkan dengan berbagai teknik di antaranya distilasi seperti
distilasi fraksional, pengendapan, kristalisasi, adsorpsi, filtrasi, sublimasi, dan pengeringan.
Proses dan produk umumnya diuji selama dan setelah proses dengan menggunakan instrumen
atau alat tertentu untuk memastikan operasi berjalan aman dan produk yang dibutuhkan
sesuai dengan spesifikasi tertentu. Produk ini dikirimkan dengan banyak cara, termasuk jalur
pipa, mobil tanki, silinder, botol, drum, kotak, dsb. Sebuah perusahaan kimia umumnya
mempunyai laboratorium penelitian dan pengembangan untuk menguji dan mengembangkan
proses serta produk mereka.

Perusahaan kimia abad 21


Industri kimia mencakup perusahaan besar, menengah, dan kecil di seluruh dunia. Salah satu
industri kimia yang ada di Indonesia adalah Pertamina, yang mengolah minyak mentah
mejadi bahan bakar[3]. Perusahaan dengan penjualan lebih dari 10 miliar dolar tahun 2007 ada
dalam daftar ini. Beberapa perusahaan hanya menampakkan sebagian dari total penjualan
mereka (misalnya penjualan kimia ExxonMobil hanya 8,7% total penjualan mereka tahun
2005).
Penjualan kimia 2007, dalam
Nama, kantor pusat
Rank Country
milyar dolar AS[4]
BASF SE, Ludwigshafen, Jerman
$65,3
1
Dow Chemical, Midland, Michigan,
$53,5
2
Amerika Serikat
INEOS, Lyndhurst, Inggris
$43.6
3
LyondellBasell, Houston, Texas, Amerika
$42,8
4
Serikat
Formosa Plastics, Taiwan
$31,9
5
DuPont, Wilmington, Delaware, Amerika
$28,5
6

Serikat
Saudi Basic Industries Corporation, Riyadh,
$26,4
Saudi Arabia
Bayer, AG, Leverkusen, Jerman
$24,2
Mitsubishi Chemical, Tokyo, Jepang
$22,2
Akzo Nobel/Imperial Chemical
$19,9
Industries(ICI), Amsterdam/London
Air Liquide, Paris, Perancis
$16,3
Sumitomo Chemical, Tokyo, Jepang
$15,2
Evonik Industries, AG, Essen, Jerman
$15,0
Mitsui Chemicals, Tokyo, Jepang
$14,3
Asahi Kasei, Tokyo, Jepang
$13,8
Toray Industries, Tokyo, Jepang
$13,1
Chevron Phillips, The Woodlands, Texas,
$12,5
Amerika Serikat
DSM NV, Heerlen, Belanda
$12,1
PPG Industries, Pittsburgh, Pennsylvania,
$11,2
Amerika Serikat
Shin-Etsu Chemical Co., Ltd., Tokyo, Jepang $11,1

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Referensi
1.

^ "Sectors of Chemical Industry". Technofunc. Diakses tanggal 16 September


2013.

2.
3.
4.

^ (May 2012) Global Speciality Chemicals . MarketLine. (Report).


^ Kimia Dasar
^ "INEOS_Gassmaks09_Trondheim_Final" (PDF). Diakses tanggal 2009-0606.

Desain Baru dari Baterai Utama telah ditemukan


13 November 2015 christian261291
Tinggalkan komentar

1 Vote

151029152629_1_900x600
Saat ini sudah semakin banyak teknologi yang kita gunakan dengan ukuran yang
lebih kecil, semakin hari semakin kecil ukurannya. Misalnya saja seperti pemutar
lagu di mana dulu masih menggunakan tape recorder, cd player atau yang
lainnya kini dengan menggunakan mp3 player dan kartu memori yang sebesar
kuku ibu jari manusia dewasa mampu menyimpan beratus-ratus lagu atau lebih.
Namun, teknologi-teknologi tersebut pasti tidak dapat lepas oleh benda yang
satu ini, yaitu baterai. Semua gadget-gadget bahkan mobil listrik dan peralatan

lainnya selalu bergantung pada baterai. Tanpa baterai, semua teknologi tersebut
tidak ada gunanya.
Kini para ilmuwan telah mengembangkan sebuah demonstran dari bateri litium
oksigen dimana ia memiliki kepadatan energi yang sangat tinggi dengan tingkat
efisiensi lebih dari 90 persen dan sampai saat ini mampu diisi ulang lebih dari
2000 kali.
Baterai Lithium oksigen atau biasa disebut sebagai baterai utama karena adanya
kepadatan energi teoritis mereka yang sepuluh kali lebih besar dari bateri
Lithium ion. Dengan adanya hal ini, tidak dapat dipungkiri kemungkinan baterai
tersebut dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar minyak seperti
halnya bensin. Namun, masih ada tantangan praktis yang perlu diatasi sebelum
bateri oksigen menjadi energi alternatif.
Para peneliti dari University of Cambridge telah menunjukkan bagaimana mereka
dapat mengatasi kendala-kendala tersebut dan mengembangkan demonstran
berbasis laboratorium dengan kapasitas yang lebih tinggi, efisiensi dan stabilitas
yang lebih baik daripada sebelumnya.
Dalam bentuk yang paling sederhana, baterai terbuat dari tiga komponen yaitu
elektroda positif, elektroda negatif dan elektrolit. Hal ini telah disampaikan oleh
Dr Tao Liu selaku penulis yang berasal dari Departemen Kimia.
Dalam baterai lithium ion (Li-ion) seperti pad baterai yang digunakan pada
laptop maupun smartphone, elektroda negatif terbuat dari grafit, elektroda
positif terbuat dari oksida logam, seperti lithium kobalt oksida, dan elektrolitnya
adalah garam lithium yang dilarutkan dalam pelarut organik. Tindakan baterai
tersebut tergantung pada pergerakan ion lithium antar eletroda. Baterai li-ion
memang tergolong ringan, namun kapasitas mereka akan semakin memburuk
seiring waktu dan kepadatan energinya relatig rendah sehingga harus lebih
sering diisi ulang.
Selama beberapa dekade terakhir ini, para peneliti telah mengembangkan
berbagai alternatif untuk baterai Li-ion, dan baterai lithium-oksigen memang
dianggap paling baik dalam penyimpanan energi generasi berikutnya sebab
kepadatan energinya sangat tinggi. Namun, pada usaha-usaha dari demonstran
sebelumnya masih menghasilkan efisiensi yang rendah, tingkat kinerja yang
masih mengecewakan, reaksi kimia yang tidak diinginkan dan hanya dapat
berputar-putar di oksigen murni.
Apa Liu, Grey dan rekan-rekannya telah mengembangkannya dengan
menggunkan bahan kimia yang berbeda dari upaya sebelumnya, mereka
mengandalkan Lithium hidroksida (LiOH) bukan lithium peroksida (Li2O2).
Dengan penambahan air dan penggunaan lithium iodida sebagai mediator
mampu membuat baterai tersebut jauh lebih stabil setelah mengalami siklus
pengisian dan pengosongan.

Dengan rekayasa struktur elektroda yang tepat, mereka mengubahnya ke dalam


bentuk yang berpori dari graphene, menambahkan lithium iodida, dan
mengubah susunan elektrolitnya. Mereka juga mampu mengurangi kesenjangan
tegangan antara biaya dan debit untuk 0,2 volt. Sebuah celah tegangan kecil
memiliki efisien yang lebih tinggi daripada versi sebelumnya.
Masalah lain yang harus dibenahi adalah menemukan cara untuk melindungi
elektroda logam sehingga tidak membentuk serat logam yang dikenal dengan
nama dendrit yang dapat menyebabkan baterai meledak jika mereka tumbuh
terlalu banyak atau ketika mengalami arus pendek.

Bahan bahan dasar pembuat kaca


4 September 2012 loembok46 51 Komentar

20 Votes
Bahan bahan dasar pembuat kaca

Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita
sehari-hari. Namun tidak banyak yang kita ketahui mengenai kaca tersebut.
Dipandang dari segi fisika kaca merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian
karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair
namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang
sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri secara teratur.
Dari segi kimia, kaca merupakan gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah
menguap , yang dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali serta alkali tanah,

pasir serta berbagai penyusun lainnya. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan
golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan
silika (SiO2) serta proses pembentukannya.
Bahan Baku Pembuatan Kaca
Untuk membuat berbagai jenis kaca, digunakan pasir kaca dalam jumlah yang besar. Sebagai
fluks bagi silika ini, dipakai soda abu, kerak garam, batu gamping serta gamping. Di samping
itu, banyak pula dipakai oksida timbal, abu mutiara (kalsium karbonat), saltpeter, boraks,
asam borat, asam trioksida, feldspar, dan fluorspar bersama berbagai jenis oksida, karbonat
serta garam-garam logam lain untuk membuat kaca berwarna. Dalam operasi penyelesaian,
banyak pula dipakai berbagai produk lain seperti abrasif serta asam fluorida.
Pasir
Pasir yang digunakan untuk membuat kaca haruslah kuarsa yang hampir murni. Oleh karena
itu, lokasi pabrik kaca biasanya ditentukan oleh lokasi endapan pasir kaca. Kandungan
besinya tidak boleh melebihi 0,45% untuk barang gelas pecah belah atau 0,015% untuk kaca
optic, sebab kandungan besi ini bersifat merusak warna kaca pada umumnya.
Soda (Na2O) terutama didapat dari soda abu padat (Na2CO3). Sumber lainnya
merupakan bikarbonat, kerak garam, dan natriun nitrat. Yang tersebut terakhir ini sangat
berguna untuk mengoksidasi besi dan untuk mempercepat pencairan. Sumber gamping (CaO)
yang terpenting ialah batu gamping serta gamping bakar dari dolomite (CaCO3. MgCO3)
yang berfungsi untuk memberikan MgO pada campuran.
Fledspar
Feldspar mempunyai rumus umum R2O. Al2O3.6SiO2, dimana R2O dapat berupa Na2O atau
K2O atau campuran keduanya. Sebagai sumber Al2O3, feldspar mempunyai banyak
keunggulan dibanding produk lain, karena murah, murni, dan dapat dilebur. Dan seluruhnya
terdiri dari oksida pembentuk kaca. Al2O3 sendiri digunakan hanya bila biaya tidak
merupakan masalah. Feldspar juga merupakan sumber Na2O atau K2O dan SiO2.
Kandungan aluminanya dapat menurunkan titik cair kaca serta memperlambat terjadinya
devitrifikasi.
Borax
Borax atau Natrium Tetra Borate ialah bahan campuran yg menambahkan Na2O dan boron
oksida pada kaca. Walaupun tidak sering dipakai dalam kaca jendela atau kaca lembaran,
natrium tetraborate sekarang banyak digunakan didalam berbagai jenis kaca pengemas. Kaca
borat berindeks tinggi dan mempunyai nilai dispersi lebih rendah dan indeks refraksi yang
lebih tinggi dari semua kaca yang dikenal. Kaca ini biasa digunakan untuk kaca optik. selain
daya fluksnya yang kuat, boraks tak hanya bersifat menurunkan koefisien ekspansi tapi juga
meningkatkan ketahanan terhadap aksi kimia. Asam borat digunakan dalam tumpak yang
memerlukan hanya sedikit alkali. Harganya hampir dua kali boraks.
3 bahan lainnya berlanjut di halaman 2
Kerak garam
Kerak garam (salt cake), sudah lama di gunakan sebagai campuran tambahan pada
pembuatan kaca, demikian juga beberapa sulfat lain seperti ammonium sulfat dan barium
sulfat, dan sering ditentukan pada segala jenis kaca. Kerak garam diperkirakan bisa
membersihkan buih yang mengganggu pada tanur tangki. Sulfat harus digunakan bersama
karbon agar tereduksi menjadi sulfite. Arsen trioksida bisa juga ditambahkan untuk
menghilangkan gelombang dalam kaca. Nitrat, baik dari natrium maupun kalium di gunakan
untuk mengoksidasi besi hingga tak terlalu terlihat pada kaca produk. Kalium nitrat atau
karbonat dipakai pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi, serta kaca optik.
Kulet

Kulet (cullet) ialah kaca hancuran yg dikumpulkan dari berbagai macam barang rusak,
pecahan beling serta berbagai kaca limbah. Bahan ini dapat dipakai 10% atau bahkan sampai
80% dari muatan bahan baku.
Blok refraktori
Blok refraktori untuk industri kaca dikembangkan khusus berhubung dengan kondisi yang
hebat yang harus dialami dalam penggunaannya. Zirkon, alumina, mulit (mullite), mulit
aluminasinter serta zirkonia alumina-silika, alumina, krom-alumina elektrokast banyak
digunakan sebagai refraktor pada tangki kaca.
Bahan bahan diatas ialah bahan yang digunakan untuk pembuatan kaca yang selama ini kita
buat untuk bercermin.
Sumber:http://pewezone.blogspot.com/2008/07/bahan-baku-pembuatan-kaca-untukmembuat.html
http://yandi-sage.blogspot.com/2009/09/kaca-dan-porselin.html

Bagikan ini:

Macam Zat Kimia yang Sering Digunakan dalam


Industri Tekstil
Posted on March 9, 2013 by yunieggim

Standard

Bahan-bahan kimia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita, menjadi
bagian dari aktifitas kita terutama di bidang industri tekstil.Banyak macam zat kimia yang
digunakan dalam industri tekstil, zat kimia tersebut sangat berperan penting dalam proses
penyempurnaan. Berikut adalah beberapa macam zat kimia yang sering digunakan dalam
industri tekstil:
2.2.1 Soda Api (NaOH)
Sodium hidroksida tersedia dalam bentuk serpihan-serpihan (konsentrat 100%) atau dalam
bentuk cair dengan konsentrasi yang bermacam-macam.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a) Untuk mengontrol nilai pH;
b) Fiksasi pewarna-pewarna reaktif;
c) Pewarnaan dengan Indigo dan Naftol;
d) Proses pengelantangan dengan hidrogen peroksida;
e) Sebagai zat penghilang kanji;
f) Digunakan untuk proses pemasakan kain kapas, rayon dan poliester;
g) Proses merserisasi pada kain kapas;
h) Proses pengurangan berat pada kain poliester;
i)

Penyempurnaan krep pada kain kapas, dll.

2.2.2 Asam Klorida (HCl)


HCl adalah cairan kekuning-kuningan dengan aroma kuat yang menusuk, bersifat sangat korosif.
Penggunaan dalam industri tekstil
a) Sebagai unsur saponifikasi bagi zat warna Indigosol;
b) Sebagai zat penghilang kanji pada jenis kanji alam, dll.

2.2.2 Sodium Nitrit (NaNO)


Sodium nitrit adalah bubuk kristal putih kekuning-kuningan yang dapat dilarutkan dalam air.
Senyawanya adalah agen oksidasi yang kuat.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a) Sebagai unsur oksidasi untuk pembentukan pewarna tangki (
vat dye) Leuco menjadi bentuk yang tidak dapat dilarutkan (fiksasi), dll.
2.2.3 Hidrogen Peroksida (HO)
Hidrogen peroksida memiliki sifat oksidasi yang kuat dan merupakan agen pengelantangan yang
hebat. Hidrogen peroksida juga mudah terbakar.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a) Untuk pengelantangan oksidatif pada katun;
b) Oksidasi pewarnaan dengan Indigo dan pewarna tangki (vat dyes), dll.
2.2.4 Sodium Ditionit (NaSO)
Sodium ditionit (juga dikenal dengan sodium hidrosulfit) adalah bubuk kristal putih dengan
aroma belerang. Senyawa ini adalah garam yang larut dalam air, dan dapat digunakan sebagai
agen pereduksi dalam bentuk larutan encer.
Penggunaan dalam industri tekstil:
a) Untuk pengelantangan reduktif pada katun;
b) Reduksi pewarna tangki (vat dyes) dan Indigo ke dalam bentuk yang dapat larut dalam air,
dll.

Zat Kimia Tekstil


Pengertian dari zat warna tekstil
Zat warna tekstil adalah semua zat berwarna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serap
tekstil dan mudah dihilangkan kembali. Di Indonesia, belum ada Undang-Undang yang mengaturnya
tentang penggunaan zat pewarna sehingga masih ada penyalahgunaan pemakaian zat pewarna
untuk sembarang bahan pangan; misal zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai
bahan makanan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat
pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut disebabkan oleh
ketidaktahuan rakyat mengenai zat pewarna untuk makanan (winarno, 1984).
Suatu zat dapat berlaku sebagai zat warna apabila mempunyai gugus yang dapat menimbulkan
warna (kromofor) dan dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil Kromofor berasal dari kata
Chromophore yang bersal dari bahasa yunani yaitu Chroma yang berarti warna dan phoros yang
berarti mengemban (Fessenden dan fessenden, 1982 ).
Dari berbagai referensi hasil penelitian tentang zat warna alam yang telah dibaca oleh tim peneliti,
pemanfaatan zat warna alam pada umumnya masih menggunakan teknik pencelupan untuk
mewarnai bahan tekstil. Oleh karena itu tim peneliti merasa perlu untuk mengembangkan
penggunaan zat warna alam dengan teknik pencapan sablon. Hal ini didasari bahwa teknik pencapan
sablon telah memasyarakat sehingga mudah dipelajari disamping itu akan dapat memperpendek
waktu produksi jika digunakan untuk membuat motif batik pada kain oleh para pengrajin. Dari hasil
penelitian ini diharapkan meningkatkan produktivitas penggunaan zat warna alam untuk batik dan
produk kerajinan.
Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Zat Pewarna Alat(ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari
hasil 130% tumbuhan atau hewan.
Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan
bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan

hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena.Pada awalnya proses pewarnaan
tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat
warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Keunggulan zat
warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh , ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam
macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam
telah tergeser oleh keberadaan zat warna sintesis namun penggunaan zat warna alam yang
merupakan kekayaan budaya warisan nenek moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya
pada proses pembatikan dan perancangan busana. Rancangan busana maupun kain batik yang
menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai
seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Dalam tulisan ini
akan dijelaskan teknik eksplorasi zat warna alam dari tanaman di sekitar kita sebagai upaya
pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah satu upaya pelestarian
budaya. Zat Warna Alam untuk Bahan Tekstil
Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian
tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak
mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah :
daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina
javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal
(Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan
Susanto,1973).
Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat
alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester , nilon
dan lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam sehingga bahan-bahan ini
sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling
bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan variasi
warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan
proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil. Oleh karena itu zat warna alam
dianggap kurang praktis penggunaannya.
Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai
komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik
yang unik, etnik dan eksklusif. Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna
alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan
eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah.
Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai
tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin
memperkaya jenisjenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam
selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alam ini bisa
diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga,
batang, kulit ataupun akar. Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat
pewarna alam adalah bagian tanamatanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu
digoreskan ke permukaan putih meninggalkan bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat warna alam
untuk pewarnaan bahan tekstil dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan
sederhana.Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto (1999) sebagian besar warna dapat
diperoleh dari produk tumbuhan, pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul warna
yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Golongan pigmen tumbuhan dapat berbentuk
klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon. Untuk itu pigmen pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi
dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk pencelupan bahan
tekstil. Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen pigmen
penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji
ataupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi.
Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air. Bagian tumbuhan yang di
ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen warna misalnya bagian
daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya. Untuk proses ekplorasi ini dibutuhkan bahan
sebagai berikut:
Kain katun (birkolin) dan sutera
Ekstrak adalah bahan yang diambil dari bagian tanaman di sekitar kita yang ingin kita jadikan
sumber pewarna alam seperti : daun pepaya, bunga sepatu, daun alpokat, kulit buah manggis, daun
jati, kayu secang, biji makutodewo, daun ketela pohon, daun jambu biji ataupun jenis tanaman lainnya

yang ingin kita eksplorasi


Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4) , tawas, natrium karbonat/soda abu
(Na2CO3) , kapur tohor (CaCO3), bahan ini dapat di dapatkan di toko-toko bahan kimia. Peralatan
yang digunakan adalah timbangan, ember, panci, kompor, thermometer , pisau dan gunting.. Proses
Ekstraksi Zat Warna Alam
Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat warna alam perlu disesuaikan dengan
berat bahan yang hendak diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan dapat
mencukupi untuk mencelup bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna alam yang diperlukan
tergantung pada jumlah bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan larutan zat warna dengan
bahan tekstil yang biasa digunakan adalah 1: 30. Misalnya berat bahan tekstil yang diproses 100
gram maka kebutuhan larutan zat warna alam adalah 3 liter. Beikut iniadalah langkah-langkah proses
ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala laboratorium:
Potong menjadi ukuran kecil kecil bagian tanaman yang diinginkan
misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung diekstrak.
Ambil potongan tersebut seberat 500 gr.
Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10.
Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter.
Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan zat warna
jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya. Sebagai
indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah
perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan
tidak mengandung pigmen warna.
Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan
sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna
alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.
Persiapan Pencelupan Dengan Zat Warna Alam
Sebelum dilakukan pencelupan dengan larutan zat warna alam pada kain katun dan sutera perlu
dilakukan beberapa proses persiapan sebagai berikut:
1. Proses mordantingBahan tekstil yang hendak diwarna harus diproses mordanting terlebih dahulu.
Proses mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan
tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. Proses
mordanting dilakukan sebagai berikut:
a. Potong bahan tekstil sebagai sample untuk diwarna dengan ukuran 10 X 10 Cm atau sesuai
keinginan sebanyak tiga lembar.
b. Rendam bahan tekstil yang akan diwarnai dalam larutan 2gr/liter sabun netral (sabun sunlight
batangan) atau TRO (Turkey Red Oil). Artinya setiap 1 liter air yang digunakan ditambahkan 2 gram
sabun netral atau TRO. Perendaman dilakukan selama 2 jam. Bisa juga direndam selama semalam.
Setelah itu bahan dicuci dan dianginkan.
c. Untuk bahan kain kapas : Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dan 2 gram soda abu
(Na2CO3) dalam setiap 1 liter air yang digunakan. Aduk hingga larut. Rebus larutan hingga mendidih
kemudian masukkan bahan kapas dan direbus selama 1jam. Setelah itu matikan api dan kain kapas
dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Setelah direndam semalaman dalam larutan
tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu dikeringkan dan disetrika. Kain kapas
tersebut siap dicelup
d. Untuk bahan sutera at: Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dalam setiap 1 liter air yang
digunakan, aduk hingga larut. Panaskan larutan hingga 60C kemudian masukkan bahan sutera atau
wol dan proses selama 1 jam dengan suhu larutan dijaga konstan (40 60C ). Setelah itu hentikan
pemanasan dan kain dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Setelah direndam
semalaman dalam larutan tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu dikeringkan dan
disetrika. Kain sutera yang telah dimordanting tersebut siap dicelup dengan larutan zat warna alam.
2. Pembuatan larutan fixer (pengunci warna)
Pada proses pencelupan bahan tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi (fixer) yaitu
proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar warna memiliki
ketahanan luntur yang baik. Ada 3 jenis larutan fixer yang biasa digunakan yaitu tunjung (FeSO4),
tawas, atau kapur tohor (CaCO3).. Untuk itu sebelum melakukan pencelupan kita perlu menyiapkan
larutan fixer terlebih dengan dengan cara :
a. Larutan fixer tunjung : Larutkan 50 gram tunjung dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan
mengendap dan ambil larutan beningnya
b. Larutan fixer Tawas : Larutkan 50 gram tawas dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan

mengendap dan ambil larutan beningnya


c. Larutan fixer Kapur tohor : Larutkan 50 gram kapur tohor dalam tiap liter air yang digunakan.
Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.
3. Proses Pencelupan Dengan Zat Warna Alam
Setelah bahan dimordanting dan larutan fixer siap maka proses pencelupan bahan tekstil dapat
segera dilakukan dengan jalan sebagai berikut:
a. Siapkan larutan zat warna alam hasil proses ekstraksi dalam tempat pencelupan .
b. Masukkan bahan tekstil yang telah dimordanting kedalam larutan zat warna alam dan diproses
pencelupan selama 15 30 menit.
c. Masukkan bahan kedalam larutan fixer bisa dipilih salah satu antara tunjung , tawas atau kapur
tohor. Bahan diproses dalam larutan fixer selama 10 menit. Untuk mengetahui perbedaan warna yang
dihasilkan oleh masing masing larutan fixer maka proses 3 lembar kain pada larutan zat warna alam
setelah itu ambil 1 lembar difixer pada larutan tunjung, 1 lembar pada larutan tawas dan satunya lagi
pada larutan kapur tohor.
d. Bilas dan cuci bahan lalu keringkan. Bahan telah selesai diwarnai dengan larutan zat warna alam.
e. Amati warna yang dihasilkan dan perbedaan warna pada bahan tekstil setelah difixer dengan
masing-masing larutan fixer. Pada umumnya hampir semua jenis zat warna alam mampu mewarnai
bahan dari sutera dengan baik , namun tidak demikian dengan bahan dari kapas katun. (berdasar
beberapa eksperimen yang telah dilakukan penulis).
f. Lakukan pengujian-pengujian kualitas yang diperlukan (ketahanan luntur warna dan lainnya
g. Simpulkan potensi tanaman yang diproses (diekstrak) sebagai sumber zat pewarna alam untuk
mewarnai bahan tekstil.
Dengan banyak melakukan eksperimentasi untuk mengeksplorasi kandungan pigmen warna dalam
tanaman maka akan sangat memperkaya jenis zat warna alam yang kita miliki. Eksperimen dapat
dimulai dari memilih jenis tanaman di lingkungan sekitar anda yang sekiranya belum dimanfaatkan
untuk kepentingan lain (untuk obat,tanman hias dan lainnya). Potensi sumber daya alam Indonesia
yang melimpah merupakan faktor pendukung yang dapat dimanfaatkan. Produk tekstil dengan zat
pewarna alam ini banyak disukai karena keunggulannya selain ramah lingkungan juga warna warna
yang dihasilkan sangat khas dan etnik sehingga memiliki nilai jual yang tinggi .
Produk tekstil dengan zat warna alam dapat dijadikan potensi unggulan produk daerah di pasar
global. Untuk pengembangan penggunaan zat warna alam perlu dilakukan melalui penelitian
penelitian untuk mendapatkan hasil yang semakin baik.
Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai adalah:
KAROTEN, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan untuk mewarnai
produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari wortel,
papaya dan sebagainya.
BIKSIN, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana
yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak
jagung dan salad dressing.
KARAMEL, berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan) karbohidrat,
gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel tahan asam yang sering
digunakan untuk minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti dan biskuit, serta karamel kering. Gula
kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan pada
minuman es kelapa ataupun es cendol
KLOROFIL, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan.
Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat
pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan daun pandan, daun
katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan
warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.
ANTOSIANIN, penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga dan
buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih/kana, krisan,
pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada buah manggis
dan umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur
menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen antosianin masih
terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu).
KURKUMIN, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus pemberi warna kuning
pada masakan yang kita buat.

Pembuatan bahan warna alami sebenarnya sangatlah mudah. Bahan-bahan yang dapat digunakan
sebagai pewarna alami ditumbuk, dapat pula menggunakan blender atau penumbuk biasa dengan
sedikit ditambah air, lalu diperas dan saring dengan alat penyaring. Agar warnanya cerah dapat
ditambahkan sedikit air kapur atau air jeruk nipis. Setelah diperoleh air perasan pewarna, lalu
disimpan di dalam lemari es atau freezer jika menginginkan disimpan lebih lama.
Jika pewarna yang digunakan berasal dari gula kelapa yang digunakan pula sebagai pewarna
pemanis, maka pilih gula kelapa yang kualitasnya bagus sehingga tidak perlu menyaring, lalu larutkan
dengan air dingin atau air panas bila ingin cepat. Sedangkan untuk membuat pewarna hijau sekaligus
pengharum dapat digunakan kombinasi daun suji dan pandan. Keduanya sekaligus ditumbuk
bersama sedikit air, peras, lalu saring. Contoh Zat Aditif Alami bahan tambahan makanan adalah
bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan
untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan

Kimia tekstil
adalah salah satu cabang terapan dari ilmu kimia.
Kimia tekstil adalah salah satu cabang terapan dari ilmu kimia. Kimia tekstil
merupakan bidang yang sangat khusus dalam hal penerapan prinsip-prinsip ilmu
kimia untuk memahami bahan-bahan tekstil, juga dalam hal memodifikasi bahan
tekstil tersebut untuk mencapai fungsi (kegunaan) dan estetika yang diinginkan.
Misalnya untuk mendapatkan bahan tekstil dengan warna tertentu serta memiliki
sifat lembut, anti kusut, easy care, anti bakteri, tolak air, tahan api, anti ngengat
dan sebagainya. Selain itu, kimia tekstil juga dapat diterapkan untuk membuat
bahan-bahan tekstil yang bermanfaat untuk bidang medis, militer, lingkungan
dan sebagainya.
Pelajaran kimia tekstil dimulai dengan pengetahuan mengenai serat tekstil
(fibres) baik itu serat alam maupun serat buatan, juga mempelajari bagaimana
proses mewarnai bahan tekstil sampai proses finishing. Serat-serat buatan atau
sintetis sangat banyak diperdagangkan di seluruh dunia oleh karena itu seorang
ahli kimia tekstil juga dibekali pengetahuan mengenai polimer. Kimia tekstil dan
ilmu bahan (material science) memiliki interaksi yang cukup besar dan terus
berkembang.
Ilmu kimia tekstil juga menerapkan prinsip kimia permukaan (surface chemistry)
untuk proses-proses pencucian dan pada proses pencelupan maupun
penyempurnaan. Dalam hal ini seorang ahli tekstil harus memahami kimia
organik untuk mensintesa dan memformulasi produk-prosuk yang digunakan
pada proses tersebut.
adalah dinamis
Dulu seorang ahli kimia tekstil hanya memiliki pengetahuan tentang struktur dan
sifat-sifat dari serat alam dan sintetik serta mengenai pencelupan, pencapan,
dan penyempurnaan tekstil. Namun saat ini tidak hanya itu, seorang ahli tekstil
juga harus memiliki pengetahuan mengenai bagaimana membuat proses tekstil
yang ramah lingkungan, misalnya dengan membuat serat yang biodegradable.
Saat ini juga berkembang mengenai biotextile, yaitu serat yang dikembangkan
untuk drug delivery systems. Hal lainnya adalah aplikasi tekstil dibidang
aeronautika, yaitu penggunaan material tekstil yang dikenal dengan textile

composite untuk bahan pesawat terbang dan bahan lainnya yang menginginkan
bahan yang kuat tapi ringan.
Jadi ilmu tekstil akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi
dan kebutuhan manusia.
terasa
Dalam bidang tekstil, Anda bekerja dengan sesuatu yang dapat dipegang dan
dirasakan. Keahliannya mencakup proses manufaktur, evaluasi tekstil,
pertenunan, perajutan, persiapan penyempurnaan, pencelupan, pencapan,
penyempurnaan sampai garmen.
Spesialisasi dalam bidang kimia tekstil memberikan kesempatan aplikasi ilmu
kimia yang kreatif dan dinamis. Kombinasi teori dan praktek membuatnya
memungkinkan dalam mengembangkan bermacam-macam textile chemicals
yang dibutuhkan untuk membuat bahan tekstil yang baik yang dapat bersaing
dipasaran.

Pendidikan pertekstilan tentu saja memiliki banyak cabang dan bagian yang disesuaikan
dengan fungsinya, seperti untuk membuat benang perlu proses teknik, setelah menjadi
benang perlu bagian Teknik Tekstil untuk membuatnya menjadi sehelai kain, setelah menjadi
kain kita butuh kimia tekstil untuk proses pewarnaannya dan setelah menjadi kain kita
membutuhkan bagian Garmen konsentrasi Fashion Design untuk merubah kain tersebut
menjadi sehelai pakaian yang indah juga dan tentu saja kita membutuhkan bagian Teknologi
Bisnis Garmen untuk menjual kepada konsumen pakaian jadi tersebut, Namun jika dilihat
dari fungsinya dunia kimia lebih banyak berperan dalam hal tersebut.
Dunia kimia adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan zat-zat atau pun
bahan kimia baik yang berbahaya maupun tidak. Di dalam kimia banyak sekali praktekprakteknya terutama yang berhubungan dengan cairan atau zat kimia. Untuk semester 1
memang baru ada satu praktek kimia tapi kalau sudah semester dua praktek kimianya sudah
terbagi bagi menjadi beberapa bagian. Lagi pula zat-zat kimia juga sangat berbahaya bagi
tubuh, sehingga setelah praktek kimia dianjurkan kita untuk minum susu agar tubuh kita bisa
menetralisir zat-zat kimia yang kita hirup serta menghindari pusing. Banyak orang yang tidak
tahu pasti apa yang dikerjakan dalam dunia kimia, seperti di dalam perindustrian tekstil
sangat erat kaitannya dengan ilmu kimia, dimulai dari proses awal hingga proses akhir semua
menggunakan prinsip kimia, dari mulai yang sederhana samapai yang rumit itu juga sama
menggunakan prinsip kimia, contohnya saja sebelum menjadi benang kita harus tahu terlebih
dahulu serat itu terbuat dari wol, rami, poliester atau kapas dan semua itu harus di uji dengan
bahan kimia, ditimbang ataupun diketahui dari aromanya. Sejauh mana kimia berpengaruh
terhadap pertekstilan karena untuk menjadi kain yang sempurna dibutuhkan proses kimia
didalamnya yang tentu saja memiliki daya ukur seberapa besar ia berpengaruh dalam proses

tersebut. Didalam proses kimia banyak hal-hal resiko yang akan terjadi contohnya saja
apabila seseorang yang sedang menguji serat dan melakukan kesalahan dalam mengenal serat
maka untuk melanjutkan ke proses berikutnya akan terus terjadi kesalahan dari proses
pembuatan benang, benang menjadi kain dan kain diolah menjadi kain tenun dan rajut akan
mengalami kesalahan dalam pengolahan dan pembuatannya. Maka dari itu didalam dunia
kimia membutuhkan keahlian karena sangat besar pengaruhnya atas apa yang akan dihasilkan
nantinya, walaupun mungkin banyak orang yang menganggap enteng dalam hal ini dan ini
tergantung dari sudut pandang orang tersebut menyikapinya namun sebenarnya ini sangat
penting.
Pertekstilani merupakan industri terbesar di Indonesia. Di Indonesia sangat banyak
perusahaan tekstil yang didirikan dimulai dari perusahaan negeri sampai perusahaan swasta,
selain itu, pertekstilan juga merupakan lapangan kerja terluas, sebagian besar warga
Indonesia bekerja di pabrik-pabrik tekstil, apa lagi orang-orang yang berpendidikan
menengah kebawah. Walaupun kadang upah di pabrik tekstil tidak sepadan dengan kebutuhan
sehari-hari mereka. Dengan sumber daya yang melimpah kreatifitas yang dimiliki oleh di
Indonesia bukan hal yang tidak mungkin bila pertekstilan Indonesia dapat berkembang pesat,
dapat menguasai pasar tekstil dunia dan dapat menjadikan tekstil sebagai penghasil devisa
terbesar bagi keuangan Negara, saat ini tinggal bagaimana cara kita semua memanfaatkan
semua kelebihan yang ada tanpa merusaknya.

Anda mungkin juga menyukai