Anda di halaman 1dari 18

PROSES PENCELUPAN KAPAS

PADA ZAT WARNA REAKTIF PANAS


DENGAN CARA EXHAUST

I. MAKSUD DAN TUJUAN


A. Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan melakukan
proses pencelupan kain kapas pada zat warna reaktif panas dengan cara
exhaust.
B. Tujuan
1. Dapat melakukan proses pencelupan kain kapas pada zat warna reaktif
panas (cara exhaust) dengan metoda standar.
2. Dapat mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi zat warna
pencelupan terhadap hasil pencelupan kain kapas dengan zat warna
reaktif panas.

II. TEORI DASAR


2.1. Serat Kapas
Kandungan terbesar dari serat kapas adalah selulosa, zat lain selulosa
akanmenyulitkan masuknya zat warna pada proses pencelupan, oleh karena itu
zatselain selulosadihilangkan dalam proses pemasakan. Komposisi serat
kapasdicantumkan padatabel II.1. sebagai berikut:
Tabel II.1. Komposisi Serat Kapas
(Sumber: Teknologi Tekstil Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, hal. 7, 2013)
Susunan Persen terhadap berat kering
Selulosa 94
Pektat 1,2
Protein 1,3
Lilin 0,6
Debu 1,2
Pigmen dan zat-zat lain 1,7

Adapun sifat kimia dan sifat fisika dari serat kapas dicantumkan pada tabel II.2.
sebagai berikut:
Tabel II.2. Sifat Kimia dan Sifat Fisika Serat Kapas
Sifat Kimia Sifat Fisika
- Tahan terhadap - Warna tidak putih tetapi kecoklat-
penyimpanan,pengolahan dan coklatan.
pemakaian yang normal. - Kekuatan serat kapas dipengaruhi
- Kekuatan menurun oleh zat oleh kadar selulosa dalam serat.
pengoksidasi, karena terjadi oksi - Kekuatan dalam keadaan basah
selulosa, biasanya dalam pemutihan lebih kuat dari pada dalam
berlebihan, penyinaran dalam keadaan kering.
keadaan lembab atau pemanasan - Kekuatan mulur serat kapas 13-
yang lama pada suhu diatas 1400C. 14% rata-rata 7%.
- Kekuatan menurun oleh zat - Keliatan serat kapas relatif tinggi
penghidrolisa, asam dapat dibandingkan serat wol dan
menyebabkan terjadinya hidro- sutera.
selulosa. - Mempunyai moisture regain 7-8%.
- Alkali berpengaruh sedikit terhadap - Berat jenis 1.5-1.56.
serat, kecuali alkali kuat dengan - Indeks bias 1.58 dalam keadaan
konsentrasi yang tinggi dapat sejajar sumbu serat dan 1.53
menyebabkan penggelembungan melintang pada sumbu.
serat.
- Kapas mudah diserang jamur dan
bakteri dalam keadaan lembab dan
pada suhu hangat.

Kain kapas yang digunakan dalam praktikum ini merupakan kain kapas yang
telah diputihkan dan telah mengalami pre-treatment. Sehingga kain ini sudah
tidak mengandung kotoran alam dan luar. Kotoran alam adalah kotoran yang
timbul bersama tumbuhnya serat seperti malam, lemak/lilin, pigmen dan
lainnya. Kotoran luar adalah kotoran yang timbul karena proses pengerjaan
dari pengolahan serat sampai menjadi kain seperti noda minyak, potongan
daun, ranting, debu, dan kanji yang sengaja ditambahkan sebelum
pertenunan. Lemak, malam/lilin dan kanji bersifat menghalangi penyerapan
larutan (hidrofob).

2.2. Teori Pencelupan

Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat


warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil ke
dalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna ke dalam serat.
Penyerapan zat warna ke dalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan
reaksi keseimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali
atau lainnya ditambahkan ke dalam larutan celup dan kemudian pencelupan
diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.
Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap:
1. Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu
bergerak, pada suhu tinggi gerakan molekul lebih cepat kemudian bahan
tekstil dimasukkan ke dalam larutan celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat
negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua
kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak
menjauhi serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat-zat pembantu untuk
mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa
tahap pertama tersebut sering disebut zat warna dalam larutan.
2. Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga yang cukup
besar dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari permukaan serat, sehingga
molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan
serat.Peristiwa ini disebut adsorpsi.
3. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan
adalah penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat ke pusat. Tahap
ketiga merupakan proses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai
ukuran untuk menentukan kecepatan celup (Sunarto, 2008: 151).

2.2.1.Syarat-Syarat Proses Pencelupan

Bahan, zat warna, zat pembantu tekstil dapat digunakan pada pencelupan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Agar hasil celupnya rata, bahan harus bersih dari zat pengotor yag
mengganggu proses penyerapan zat warna.
2. Zat warna yang digunakan mempunyai warna dan tahan luntur warna yang
sesuai target.
3. Pemilihan zat pembantu, skema proses, dan resep harus tepat sesuai dengan
kondisi proses pencelupan dan sesuai dengan karakter mesin atau alat yang
dipakai sehingga proses pencelupannya menjadi lebih sempurna.
4. Secara keseluruhan, pada pelaksanaan proses pencelupan harus memenuhi
persyaratan aspek teknis, ekonomis, dan lingkungan yang ditetapkan.

2.2.2.Mekanisme Pencelupan

Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat


warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil ke
dalam larutan tersebut, sehingga terjadi penyerapan zat warna ke dalam serat.
Penyerapan ini terjadi karena reaksi eksotermik (mengeluarkan panas) dan
keseimbangan. Jadi pada pencelupan terjadi tiga peristiwa penting, yaitu:
1. Melarutkan zat warna dan mengusahakan agar larutan zat warna bergerak
menempel pada bahan. Peristiwa ini disebut migrasi.
2. Mendorong larutan zat warna agar dapat terserap menempel pada bahan.
Peristiwa ini disebut adsorpsi.
3. Penyerapan zat warna dari permukaan bahan ke dalam bahan. Peristiwa ini
disebut difusi, kemudian terjadi fiksasi.
4. Pada tahap ini diperlukan bantuan luar, seperti : menaikkan suhu, menambah
zat pembantu lain seperti garam dapur, asam dan lain-lain.
Baik tidaknya hasil pencelupan sangat ditentukan oleh ketiga tingkatan
pencelupan tersebut. Apabila zat warna terlalu cepat terfiksasi maka
kemungkinan diperoleh celupan yang tidak rata. Sebaliknya, apabila zat warna
memerlukan waktu yang cukup lama untuk fiksasinya, agar diperoleh waktu
yang sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan peningkatan suhu atau
penambahan zat-zat pembantu lainnya Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
maka dalam pencelupan faktor-faktor pendorong seperti suhu, penambahan zat
pembantu dan lamanya pencelupan perlu mendapatkan perhatian yang
sempurna. Zat warna dapat terserap ke dalam bahan sehingga mempunyai sifat
tahan cuci (Sunarto, 2008: 158).

2.3. Zat Warna Reaktif


Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian
dari serat. Zat warna reaktif yang pertama diperdagangkan dikenal dengan
nama Procion. Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup serat selulosa,
serat protein seperti wol dan sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini.
Selain itu serat poliamida (nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktif
untuk mendapatkan warna muda dengan kerataan yang baik (Noerati dkk, 2013:
293).
Adapun nama dagang zat warna reaktif adalah:
- Procion (I.C.I)
- Cibacron (Ciba Geigy)
- Remazol (Hoechst)
- Drimarine (Sandoz)
- Primazine (BASF)

2.3.1.Sifat-Sifat Zat Warna Reaktif

Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air. Karena
mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencelupan zat warna
reaktif mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Demikian pula karena
berat molekul kecil maka kilapnya baik. Berdasarkan cara pemakaiannya, zat
warna reaktif digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Zat warna reaktif dingin
Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan tinggi, dicelup pada suhu
rendah. Misalnya procion M, dengan sistem reaktif dikloro triazin.
b. Zat warna reaktif panas
Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan rendah, dicelup
padasuhu tinggi. Misalnya Procion H, Cibacron dengan sistem reaktif mono
klorotriazin, Remazol dengan sistem reaktif vinil sulfon. Di dalam air, zat
warna reaktif dapat terhidrolisa, sehingga sifat reaktifnya hilang dan hal
inimenyebabkan penurunan tahan cucinya. Hidrolisa tersebut menurut reaksi
sebagai berikut:
D-Cl + H2O → D-OH + H-Cl
(Noerati dkk, 2013: 293).

2.4. Mekanisme Pencelupan dengan Zat Warna Reaktif Panas

Dalam proses pencelupan reaksi fiksasi zat warna reaktif dengan serat terjadi
simultan dengan reaksi hidrolisis antara zat warna dengan air. Kereaktifan zat
warna reaktif meningkat dengan meningkatnya ph larutan celup. Oleh karena itu
pada dasarnya mekanisme pencelupan zat warna reaktif terdiri dari dua tahap.
Tahap pertama merupakan tahap penyerapan zat warna reaktif dari larutan
celup kedalam serat. Pada tahap ini tida terjadi reaksi antara zat warna dengan
serat karena belum ditambahkan alkali. Selain itu, karena reaksi hidrolisis
terhadap zat warna lebih banyak terjadi pada ph tinggi, maka pada tahap ini zat
warna akan lebih banyak terserap kedalam serat dari pada terhidrolisis.
Penyerapan ini dibantu dengan penambahan elektrolit.
Tahap kedua, merupakan fiksasi, yaitu reaksi antara zat warna yang sudah
terserap berada dalam serat bereaksi dengan seratnya. Reaksi ini terjadi
dengan penembahan alkali.
D-Cl + Selulosa-OH → D-O-Selulosa + HCl
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Reaksi antara gugus OH dari serat selulosa dengan zat warna reaktif dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Reaksi substitusi
Membentuk ikatan pseudo ester (ester palsu) misalnya pada pencelupan
serat selulosa dengan zat warna reakstif Procion, Cibacron dan Levatix.
b. Reaksi adisi
Membentuk ikatan eter, misalnya pada pencelupan serat selulosa dengan zat
warna reaktif remazol (Noerati dkk, 2013: 294).

2.5. Faktor-Faktor yang Berpengaruh

Pada pencelupan zat warna reaktif, 4 faktor utama perlu mendapatkan perhatian
agar dapat diperoleh hasil yag memuaskan. Keempat faktor tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a.    Pengaruh ph larutan
Fiksasi zat warna reaktif pada serat selulosa terjadi pada pH 10,5 – 12,0.
Pada pH tersebut zat warna reaktif yang sudah terserap didalam serat akan
bereaksi dengan serat. Seperti itulah diterangkan diatas bahwa reaksi zat
warna reaktif dengan serat selulosa terjadi pada pH tinggi oleh adanya
peambahan alkali. Walapun reaksi hidrolisis zat warna reaktif dengan air
terjadi pada pH yang tingi, namun reaksi hidrolisis tersebut sangat sedikit
kemungkinan terjadinya karena zat warna telah terserap kedalam serat.
Oleh karena itu, penambahan alkali dilakukan pada tahap kedua setelah zat
warna terserap oleh serat. Apabila alkali tersebut dilakukan pada proses
awal, maka kemungkinan besar akan tejadi hidrolisa.
b.    Pengaruh Perbandingan Larutan Celup
Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan
terhadap berat bahan tekstil yang diproses, penggunaan perbandingan
larutan yang kecil akan menaikan konsentrasi zat warna dalam larutan.
Kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan tersebut akan menambah
besarnya penyerapan. Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan
untuk memakai perbandingan larutan yang kecil.

c.    Pengaruh Suhu


Pada pencelupan dengan zat warna reaktif maka penambahan suhu akan
meyebabkan zat warna mudah sekali bereaksi dengan air, sehingga dapat
menyebabkan berkurangnya afinitas zat warna dan kemungkinan terjadi
penurunan daya serap (substantivitas) juga lebih besar sehingga dapat
menurunkan efisiensi fiksasi. Kerugian karena penurunan efisiensi fiksasi ini
dapat diatasi dengan pemakaian pH yang terlalu tingi, oleh karena itu faktor
suhu pencelupan dan pH larutan celup memegang peranan penting didalam
proses pencelupan dengan zat warna reaktif. Zat warna reaktif mempunyai
kereaktifan tinggi, dicelup pada suhu kamar akan tetapi zat warna reaktif
yang mempunyai kereaktifan rendah memerlukan suhu pencelupan minimal
70.
d.    Pengaruh Elektrolit
Pengaruh elektrolit pada pencelupan zat warna reaktif seperti halnya pada
zat warna direk. Makin tinggi pemakaian elektrolit, maka makin besar
penyerapannya. Jumlah pemakaia elektrolit hampir mencapai sepuluh kali
lipat dari pada pemakaian zat warna direk (Noerati dkk, 2013: 294-295).

2.6. Zat Pembantu Pencelupan Selulosa dengan Zat Warna Reaktif Panas

Zat pembantu yang perlu ditambahkan pada larutan celup antara lain elektrolit
(Na2SO4, NaCl), Na2Co3 dan Pembasah. Selain itu dapat juga ditambahkan zat
pelunak air, zat anti crease mark dan zat anti reduksi. Fungsi masing-masing zat
adalah sebagai berikut:
- NaCl berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna
- Na2Co3 berfungsi untuk fiksasi zat warna
- Pembasah berfungsi untuk meratakan dan mempercepat proses
pembasahan kain sabun untuk proses pencucian setelah proses pencelupan
guna menghilangkan zat warna reaktif yang terhidrolis yang ada dalam kain
hasil celupan (Handri, 2015).

III. PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
- Baker glass 500 mL
- Baker glass 100 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Pipet volume 10 mL
- Pengaduk kaca
- Thermometer
- Bunsen
- Kasa
- Mesin padder
- Mesin drying
2. Bahan
- Kain kapas
- Zat warna reaktif panas
- Pembasah
- Na2CO3
- Na2SO4
- Sabun netral
B. Diagram Alir Praktik
1. Diagram Alir Proses Pencelupan Kain Kapas pada Zat Warna Reaktif Panas
dengan Metoda Standar
Menghitung kebutuhan Persiapan bahan-bahan
resep pencelupan untuk proses celup

Kain kapas diproses celup pada Zat warna reaktif panas (Evercion Yellow H-E4R)
suhu 30°C selama 10 menit Pembasah dan air
dimasukkan dalam baker glass 500 mL

Na2SO4 dimasukkan Proses celup dilanjutkan pada


dalam larutan celup suhu 80°C selama 20 menit
tersebut

Proses celup dilanjutkan pada Na2CO3 dimasukkan dalam


suhu 80°C selama 20 menit larutan celup tersebut

Gambar III.1. Diagram Alir Proses Pencelupan Kain Kapas pada


Zat Warna Reaktif Panas dengan Metoda Standar
2. Diagram Alir Proses Pencelupan Kain Kapas pada Zat Warna Reaktif Panas
dengan Metoda Pemasukan Garam dan Alkali Bertahap

Menghitung kebutuhan Persiapan bahan-bahan


resep pencelupan untuk proses celup

Kain kapas diproses celup pada Zat warna reaktif panas (Evercion Yellow H-E4R)
suhu 30°C selama 10 menit Pembasah dan air
dimasukkan dalam baker glass 500 mL

Na2SO4 dimasukkan Proses celup dilanjutkan pada


dalam larutan celup suhu 80°C selama 20 menit
tersebut

Proses celup dilanjutkan pada Sebagian Na2CO3


suhu 80°C selama 10 menit dimasukkan dalam larutan
celup tersebut

Sebagian Na2CO3 Proses celup dilanjutkan pada


dimasukkan dalam larutan suhu 80°C selama 10 menit
celup tersebut
Gambar III.2. Diagram Alir Proses Pencelupan Kain Kapas pada Zat
Warna Reaktif Panas dengan Metoda Pemasukan Garam
dan Alkali Bertahap
3. Diagram Alir Proses Pencucian

Menghitung kebutuhan Bahan-bahan untuk proses Kain dimasukkan


resep pencucian pencucian dimasukkan dalam larutan
dalam baker glass 500 mL pencucian tersebut

Kain dikeringkan Kain dimasukkan pada Kain diproses cuci pada suhu
pada mesin drying mesin padder dengan dua 80°C selama 10 menit
kali padding

Gambar III.3. Diagram Alir Proses Pencucian

4. Diagram Alir Evaluasi Hasil Proses

Evaluasi hasil proses

Ketuaan warna Tahan luntur warna Kerataan warna

Gambar III.4. Diagram Alir Evaluasi Hasil Proses


C. Skema Proses
1. Skema Proses Pencelupan Kain Kapas pada Zat Warna Reaktif Panas
dengan Metoda Standar

Zat warna reaktif panas


pembasah, air dan kain Na2CO3
C)

80
es Na2SO
os 4
Pr
hu
Su 30

0 10 40 60 80 90
Waktu Proses (menit)
Gambar III.5. Skema Proses Pencelupan Kain Kapas pada Zat Warna
Reaktif Panas dengan Metoda Standar
D. Prosedur Kerja
 Proses Pembuatan Larutan Induk Zat Warna
1. Zat warna reaktif panas ditimbang 1,00 gram.
2. Zat warna reaktif panas tersebut dilarutkan dengan air sebanyak 100
mL dalam baker glass 100 mL dan diaduk hingga larut secara
homogen.
 Proses Pencelupan Kain Kapas pada Zat Warna Reaktif Panas
dengan Metoda Standar
1. Semua bahan untuk proses pencelupan dihitung sesuai perhitungan
resep.
2. Semua bahan untuk proses pencelupan dipersiapkan.
3. Zat warna reaktif panas, pembasah dan air dimasukkan ke dalam beaker
glass 500 mL dan diaduk hingga larutan tercampur secara homogen.
4. Kain kapas dimasukkan dalam larutan celup tersebut dan diproses celup
pada suhu 30°C selama 10 menit.
5. Kain kapas diangkat, kemudian Na2SO4 dimasukkan dalam larutan celup
tersebut dan diaduk hingga larut secara homogen.
6. Kain kapas diproses celup kembali dalam larutan celup tersebut dengan
suhu proses dinaikkan hingga 80°C selama 30 menit.
7. Proses celup dilanjutkan dengan suhu konstan 80°C selama 20 menit.
8. Kain kapas diangkat, kemudian Na2CO3 dimasukkan dalam larutan celup
tersebut dan diaduk hinga larut secara homogen.
9. Kain kapas diproses celup kembali pada suhu konstan 80°C selama 20
menit.
10. Suhu proses celup diturunkan pada suhu 30°C selama 10 menit.
 Proses Pencucian
1. Semua bahan untuk proses pencucian dihitung sesuai perhitungan
resep.
2. Semua bahan untuk proses pencucian dipersiapkan.
3. Kain kapas hasil proses celup dimasukkan dalam larutan cuci dan
diproses cuci pada suhu 80°C selama 10 menit.
4. Kain kapas diangkat dan larutan sisa pencucian disimpan dalam baker
glass 100 mL untuk uji evaluasi ketahan luntur warna.
5. Kain kapas dimasukkan dalam mesin padder dengan dua kali padding.
6. Kain kapas dikeringkan dalam mesin drying.
 Evaluasi Hasil Pencelupan
Kain hasil pencelupan dengan zat warna reaktif panas dievaluasi tingkat
ketuaan warna, tahan luntur warna, dan kerataan warnanya.
a. Evaluasi Tingkat Ketuaan Warna dengan Cara Visual:
1. Semua sampel uji kain hasil akhir dari keseluruhan proses diletakkan
secara berdampingan dengan arah yang sama (arah lusi/pakan)
dibawah penerangan sinar matahari.
2. Ketuaan warna pada semua sampel uji kain dibandingkan dan
diurutkan dari 1 hingga 3 dengan kriteria tingkat ketuaan warna: (1)
sangat tua, (2) tua, (3) cukup tua dan (4) kurang tua.
b. Evaluasi Tingkat Ketahanan Luntur Warna dengan Cara Visual:
1. Larutan sisa pencucian setiap sampel uji dimasukkan dalam baker
glass (100 mL) yang berbeda-beda.
2. Larutan sisa pencucian setiap sampel uji dalam setiap baker glass
tersebut diletakkan sejajar dan berdampingan dibawah penerangan
sinar matahari.
3. Ketahanan luntur warna pada setiap larutan sisa pencucian sampel uji
dibandingkan dan diurutkan dari 1 hingga 3 dengan kriteria tingkat
ketahanan luntur warna: (1) sangat baik, (2) baik, (3) cukup baik dan
(4) kurang baik.
c. Evaluasi Tingkat Kerataan Warna dengan Cara Visual:
1. Semua sampel uji kain kapas hasil akhir dari keseluruhan proses
diletakkan secara berdampingan dengan arah yang sama (arah
lusi/pakan) dibwah penerangan sinar matahari.
2. Kerataan warna pada semua sampel uji kain dibandingkan dan
diurutkan dari 1 hingga 3 dengan kriteria tingkat kerataan warna (1)
sangat rata, (2) rata, (3) cukup rata dan (4) kurang rata.
E. Resep
1. Resep Pencelupan dengan Zat Warna Reaktif Panas
Tabel III.1.Resep standar Pencelupan dengan Zat Warna Reaktif Panas
Sampel
1 2 3 4
Bahan
Zat warna reaktif panas 1% 1% 1% 1%
Pembasah 1 mL/L 1 mL/L 1 mL/L 1 mL/L
Na2CO3 10 gr/L 10 gr/L 10 gr/L 10 gr/L
Na2SO4 50 gr/L 60 gr/L 50 gr/L 60 gr/L
Vlot 1:20 1:20 1:20 1:20
Suhu 80°C 80°C 80°C 80°C
(2) Pemasukan garam dan
Metoda (1) Standar
alkali bertahap

2. Resep Pencucian
- Sabun netral = 1 gr/L
- Na2CO3 = 1 gr/L
- Vlot = 1:20
- Suhu = 80°C
- Waktu = 10 menit
F. Fungsi Zat
1. Na2CO3 berfungsi untuk memfiksasi zat warna.
2. Na2SO4 berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna
Sabun netral berfungsi sebagai bahan untuk proses pencucian setelah proses
pencelupan guna menghilangkan hidrolisis zat warna yang ada dalam hasil
pencelupan.
Tabel III.2. Perhitungan Resep praktikum Pencelupan Kain Kapas dengan Zat
Warna Reaktif Panas
Sampel
Bahan 1 2 3 4

Berat kain 4,9 gram 4,8 gram 4,4 gram 4,3 gram

Zat warna
1 1 1 1
reaktif panas × 4,9=0,062 gram=6,20
× 4,77=0,0477
mL gram=4,77
× 4,85=0,0485
mL gram=4,85
×6,38=0,0638
mL gram=6,
100 100 100 100
(1%)
20 x 4,4 = 88
Vlot (1:20) 20 x 4,9 =98mL 20 x 4,8= 96mL 20 x 4,3 = 86mL
mL
Pembasah 1 1 1 1
× 98=0,098 mL × 96=0,096 mL ×88=0,088 mL ×86=0,086 mL
(1 mL/L) 1000 1000 1000 1000
Na2CO3(5gr/ 5 5 5 5
× 98=0,45 gram × 96=0,48 gram ×88=0,44 gram ×86=0,43 gram
L) 1000 1000 1000 1000

NaCl (30 30 30 30 30
× 98=2,94 gram × 96=2,88 gram ×88=2,66 gram ×86=2,58 gram
gr/L) 1000 1000 1000 1000
124 mL – 6,20 95,4 mL – 4,77 97 mL – 4,85 127,6 mL – 6,38
Air mL – 0,124 mL mL – 0,0954 mL mL – 0,097 mL mL – 0,1276 mL
= 117,676 mL = 90,5346 mL = 92,053 mL = 121,092 mL

Perhitungan Resep Pencucian

Tabel III.3. Perhitungan Resep Pencucian


Sampel
1 2 3 4
Bahan
Berat
4,9 gram 4,8 gram 4,4 gram 4,3 gram
kain
Vlot
20 x 4,9 =98 mL 20 x 4,8 = 96 mL 20 x 4,4 = 88 mL 20 x 4,3 = 86 mL
(1:20)
Sabun
1 1 1 1
netral × 98=0,098 mL × 96=0,096 mL ×88=0,088 mL ×86=0,086 mL
1000 1000 1000 1000
(1 gr/L)
Na2CO3 1 1 1 1
× 98=0,098 mL × 96=0,096 mL ×88=0,088 mL ×86=0,086 mL
(1 gr/L) 1000 1000 1000 1000
Air 98 mL 96 mL 88 mL 86 mL

Data Praktikum

- Lampiran

VI. PEMBAHASAN
Pencelupan adalah proses mewarnai bahan tekstil secara merata dan
permanen. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan
zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil ke dalam
larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna ke dalam serat.
Penyerapan zat warna ke dalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan
reaksi keseimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau
lainnya ditambahkan ke dalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan
hingga diperoleh warna yang dikehendaki. Zat warna yang larut dalam air akan
berikatan dengan serat selulosa sehingga terjadinya ikatan kovalen yang kuat. Dan
memberikan efek tahan luntur warna yang bagus dan hasil warna celupannya lebih
baik daripada zat warna direk.

SO3Na N N

H H

N O N N

SO3Na
NaO3S

Telah dilakukan percobaan pencelupan kapas dengan zat warna reaktif panas dengan
variasi konsentrasi Zat warna dengan metoda pemberian garam pada awal pencelupan
(salt at start) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi zat warna terhadap ketuaan
serta kerataan warna hasil pencelupan kain kapas dengan zat warna reatif panas.
Zat warna reaktif panas merupakan zat warna yang larut dalam air panas dan
berikatan dengan selulosa, salah satunya kapas yang digunakan pada pengujian kali
ini melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna hasil celupannya baik.
Terdapat dua tahap pada proses pencelupan kain kapas dengan zat warna reaktif
panas. Tahap pertama yaitu penyerapan zat warna reaktif dari larutan celup ke dalam
serat dengan bantuan elektrolit yaitu NaCl. Zat warna reaktif memiliki molekul yang
kecil dan memiliki gugus pelarut, sehingga zat warna cenderung berada dalam air,
dengan bantuan NaCl air akan bertekanan tinggi sehingga zat warna akan masuh ke
daerah bertekanan rendah yaitu kain kapas. Kemudian tahap kedua ialah fiksasi.
Fiksasi adalah reaksi antara zat warna yang sudah terserap berada dalam serat
bereaksi dengan serat dan membentuk ikatan. Reaksi ini terjadi dengan penambahan
alkali.

Na2CO3 + H2O → NaOH + H2CO3



2Na+ + 2OH− ← fiksasi zat warna
D − Cl + sel − OH → D − O − sel + HCl
HCl + Na2CO3 → NaCl + H2O + CO2

Zat pembantu lainnya juga digunakan pada percobaan ini, yaitu pembasah yang
berfungsi untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain. Berdasarkan
hasil percobaan, kain yang dihasilkan memiliki ketuaan warna yang cukup baik
namun tidak pada kerataannya. Berdasarkan penilaian visual, sangat terlihat terdapat
belang pada 3 kain contoh uji. Hal ini disebabkan oleh penambahan NaCl pada awal
proses. Penambahan NaCl pada awal proses dapat menghambat kerja pembasah
sehingga kain hasil celup belang. Di dalam air, zat warna reaktif dapat terhidrolisa,
sehingga sifat reaktifnya hilang dan hal ini menyebabkan penurunan tahan cucinya.
Hidrolisa tersebut menurut reaksi sebagai berikut :
D-Cl+H D – OH + HCl
O
Kemudian dilakukan juga pengerjaan iring dengan penambahan fixing agent pada
kain hasil celup dengan warna yang paling tua, yaitu kain variasi 4. Hasil percobaan
tidak menunjukkan adanya perbedaan ketuaan warna pada kain yang diiring dengan
yang tidak. Tetapi, kemungkinan ketahanan luntur pada kain yang diiring lebih baik
dari kain yang tidak diiring. Setelah dicelup dan diiring kain hasil celup dicuci untuk
menghilangkan sisa-sisa zat warna yang menempel pada permukaan serat.

Perrbandingan antara besarnya laruta terhadap berat bahan tekstil yang diproses,
penggunaan perbandingan larutan yang kecil akan menaikan konsentrasi zat warna
dalam larutan. Kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan tersebut akan
menambah besarnya penyerapan. Maka untuk mencelup warna-warna tua
diusahakan untuk memakai perbandingan larutan yang kecil.

V. KESIMPULAN
1. Semakin banyak konsentrasi zat warna, maka hasil celup’ makin tua.
2. Penambahan fixing agent tidak mempengaruhi ketuaan warna hasil celup.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Karyana, Dede., Elly, K 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 1. Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Noerati., Gunawan., Ichwan, Muhammad., dan Sumiharti, Atin. 2013. Teknologi
Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.
Salihima, Astini., Hendrodyantopo., Soenarjo., dan Jufri, Rasyid. 1978.
Penggelantangan dan Pencelupan. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil.
Sunarto. Teknologi Pencelupan dan Pencapan Jilid 1. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Admin. 2013. Reactive Yellow-Shaoxing Biying Textile Technology Co.Ltd.
Daimbil dari http://www.worlddyevariety.com/reactive-dyes/reactive-yellow-
84.html.
Data hasil praktikum

No Kain Variasi 1 2 3 4
(konsentrasi
Zat Warna)

Anda mungkin juga menyukai