Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Serat Kapas[2,14]
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat bervariasi dari elips
sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur serat kapas
adalah pipih seperti pita yang terpuntir. Bentuk penampang melintang dan membujur serat
kapas dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Penampang
Melintang Penampang Membujur
Sumber : Arthur D Broadbent, Basic Principles of Textile Coloration, Manchester, 2001
Gambar 2.1 Bentuk Morfologi Serat Kapas

2.1.1 Struktur Molekul [15]

Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-β-
glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n merupakan derajat polimerisasi yang
tergantung dari besarnya molekul. Hubungan antara selulosa dan glukosa telah lama
dikenal yaitu pada peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida encer,
yang menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa.

Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin glukosa. Glukosa
diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti memilki enam segi (sudut), dan
struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki dua bentuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-
glukosa seperti pada Gambar 2.2 di halaman 7.

6
Sumber : Trotman, Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition, A Wiley
Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46.

Gambar 2.2 Struktur Molekul Glukosa


Selubiosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang dihubungkan oleh
jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari selubiosa ini berhasil ditemukan oleh W.N.
Haworth dan K. Freudenberg dengan tata nama sebagai 1-4 anhidro-β-glukosa seperti
pada Gambar 2.3 berikut ini :

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46.

Gambar 2.3 Struktur Molekul Selubiosa


Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka ditetapkan bahwa struktur kimia
dari selulosa adalah seperti pada Gambar 2.4 sebagai berikut.

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, fourth edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984,halaman 36.

Gambar 2.4Struktur Rantai Molekul Polimer Selulosa


2.2.1 Sifat Serat Kapas[14]
2.2.1.1 Sifat Fisika

1. Warna Kapas
Warna kapas pada umumnya sedikit krem. Beberapa kapas yang seratnya panjang,
warnanya lebih krem dari pada jenis kapas yang serat-seratnya lebih pendek. Warna krem
ini disebabkan oleh pengaruh cuaca yang lama, debu atau kotoran. Tumbuhnya jamur pada
kapas sebelum pemetikan menyebabkan warna putih kebiru-biruan yang tidak bisa
dihilangkan dalam pengelantangan.

2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh kadar selulosa yang dikandungnya. Dalam
keadaan basah serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan
serat ketika dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan basah, serat
akan menggelembung sehingga berbentuk silinder yang akan menyebabkan berkurangnya
bagian-bagian serat yang terpuntir, dalam kondisi seperti ini distribusi tegangan akan
diterima di sepanjang serat secara lebih merata. Kekuatan serat kapas dalam keadaan
kering berkisar 3,2 - 5,2 g/denier dan dalam keadaan basah lebih tinggi lagi.

3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat-serat selulosa alam yang
lainnya. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13% tergantung dari jenis serat kapasnya dan
rata-rata mulurnya adalah 7%.

4. Moisture Regain
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap air, dan air memiliki pengaruh yang nyata
pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya
rendah. Moisture Regain (MR) serat kapas bervariasi sesuai dengan perubahan
kelembaban relatif tertentu. MR kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 – 8,5%.

5. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,50 sampai 1,56.

2.2.1.2 Sifat Kimia

1) Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan menyebabkan
kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada jembatan
oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa).
Rantai molekul menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik selulosa.
Reaksi hidroselulosa dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini :
CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH

Hidrolisa

CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

CH2OH H OH
H O
OH OH H
H OH H
C
O OH H O O H
Sumber : Arifin Lubis, dkk, Teknologi Persiapan
H Penyempurnaan,
O
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung,
1994, halaman 85. H OH CH2OH

Gambar 2.5 Reaksi Hidroselulosa

2) Pengaruh alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan
menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi, sedangkan
pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya
oksiselulosa.

3) Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada suhu 120 OC
selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan.
Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.

3) Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi oksiselulosa, rantai molekul
selulosa terputus dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang
mengubah gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi sederhana dalam
suasana asam tidak terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi pembukaan cincin glukosa.
Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul
CH2OH H OH
sehingga kekuatan tarikH akan turun.
O Oksiselulosa terjadi
H
pada proses pengelantangan yang
H O OH H
berlebihan, penyinaran
O dalam
OH keadaan
H lembab
H atau O
pemanasan yang lama pada suhu
H H O
diatas 140OC. H OH CH2OH

Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H

CH2OH
O CH2OH
H O OH OH
H H
H O
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH
Sumber : Rasyid Djufri, dkk, Teknologi Pengelantangan. Pencelupan dan Pencapan, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, 1976, halaman 76.

Gambar 2.6 Reaksi Oksiselulosa

Anda mungkin juga menyukai