Anda di halaman 1dari 14

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud : Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara melakukan
proses kreping pada kain kapas putih dengan baik dan benar
Tujuan : mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi proses kreping dan mekanisme
dari proses kreping
II. TEORI DASAR
2.1 Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang dihasilkan dari tanaman Gossypium.
Tanaman ini tumbuh dengan baik didaerah lembab dan banyak disinari matahari. Sifat
dan kualitas kapas tergantung pada tempat kapas itu tumbuh dan berkembang.

Komposisi % pada serat % pada dinding primer


Selulosa 88 – 96 52
Pektin 0,7 – 1,2 12
Lilin 0,4 – 1 7,0
Protein 1,1 – 1,9 12
Abu 0,7 – 1,6 3
Senyawa organic 0,5 – 1,0 14
% Komposisi Serat Kapas

Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-unit
anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n merupakan derajat
polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul. Hubungan antara selulosa dan
glukosa telah lama dikenal yaitu pada peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan
asam klorida encer, yang menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk
glukosa.

Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin glukosa.
Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti memilki enam
segi (sudut), dan struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki dua bentuk tautomeri yaitu
α-glukosa dan β-glukosa seperti pada Gambar dibawah ini

CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H

H
OH H HO OH
HO OH H

H OH H OH

α- Glukosa β- Glukosa
Selulosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari selubiosa ini
berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K. Freudenberg dengan tata nama sebagai
1-4 anhidro-β-glukosa seperti pada Gambar berikut ini :

CH 2 OH H OH

H O H
H O OH H

OH H H
HO H H OH
O
H OH CH 2 OH

Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka ditetapkan


bahwa struktur kimia dari selulosa adalah seperti pada Gambar sebagai berikut.

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

2.1.1 Karakteristik Serat Kapas

Morfologi serat

Penampang Melintang Penampang Membujur


 Penampang membujur, seperti pipa terpilin
 Penampang melintang, seperti ginjal

Sifat Fisika

a. Warna
Warna kapas tidak betul-betul putihi, biasanya sedikit cream.
b. Kekuatan serat
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata-rata adalah
96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound
per inci2.
c. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantaranya serat-serat selulosa
alam, kira-kira dua kali mulur rami.
d. Kekuatan
Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terdapat perubahan bentuk, dan
untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuataan saat
putus dengan mulur seat putus. Kekuatan dipengaruhi oleh berat molekul,
kekuatan rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama derajat orientasi rantai
selulosa.
e. Keliatan
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja, dan merupakan sifat yang penitng untuk serat-serat selulosa
alam, keliatan serat kapas relatif tinggi tetapi dibanding dengan serat-serat
selulosa yang diregenerasi, sutera dan wol keliatannya rendah tinggi.
f. Moisture regain
Moisture regain serat kapas pada kondisi standar adalah 7 – 8,5 %.
g. Berat jenis
Berat jenis serat kapas berkisar 1,50 – 1,56.
h. Indeks bias
Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat adalah 1,58 sedangkan yang
tegak lurus adalah 1,53.

Sifat Kimiah

a. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan
menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang
mengambil tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih
pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik selulosa. Reaksi
hidroselulosa dapat dilihat pada Gambar berikut ini :
CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH

Hidrolisa

CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

CH2OH H OH
H O
OH OH H
H OH H
C
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

Reaksi Hidroselulosa

b. Pengaruh alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan
menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi,
sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan
menyebabkan terjadinya oksiselulosa.
c. Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada
suhu 120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan
penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan
pada suhu 240OC

2.2 penyempurnaan kreping


Yang dimaksud dengan penyempurnaan kreping adalah membuat kain
menjadi tidak rata (berkeriput). Benang dengan puntiran tinggi memiliki
kecenderungan besar untuk terbuka dari puntirannya bila dibebaskan dari
penahanya, akan tetapi bila kedua ujung benang tersebut dipegang, sehingga
pembukaan puntiran tidak dapat berlangsung sempurna, lalu saling didekatkan
maka akan terbentuk gelungan-gelungan (loops) kecil di sepanjang benang akibat
dari gaya torsional benang yang semula bertahan dan kemudian terbebaskan saat
kedua ujung benang didekatkan. Kecenderungan pembukaan puntiran pada
benang atau energi torsionalnya sangat ditentukan oleh derajat puntirannya,
sehingga semakin tinggi puntiran suatu benang maka semakin besar pula
kecenderungannya untuk terbuka dari puntiran. Pada benang yang terbuat dari
serat hidrofil kecenderungan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh sifat
penggelembungannya pada pembasahan, semakin besar penggelembungan
seratnya semakin besar pula kecenderungan benang untuk terbuka dari
puntirannya. Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan
mengakibatkan megkeret kain kearah lebarnya, akan tetapi karena pembukaan
puntiran benang bertahan oleh pinggiran kain, maka energi puntiran benang beralih
dan terpakai untuk membentuk gelungan – gelungan seperti yang telah dijelaskan
diatas. Mengingat bahwa benang pada kain tersusun dalam suatu anyaman
tertentu maka pembentukan gulungan tidak dapat berlangsung sempurna, sehingga
menimbulkan suatu efek gelombang atau riak pada permukaan kain yang dikenal
dengan istilah krep (crepe). Dengan demikian prinsip penyemmpurnaan krep
adalah mengkeret benang dengan puntiran dan kecenderungan untuk terbuka dari
puntirannya, serat didasarkan pada sifat penggelembungan serat. Berdasarkan
prinsip ini maka serat dengan penggelembungan besar di dalam air sangat baik
begi pembuatan benang ataupun krep. Selulosa yang diregenerasi banyal dipilih
untuk proses ini karena penggelembungannya yang besar didalam air (dalam
keadaan basah serat rayon memiliki volume dua kali daripada volumenya dalam
keadaan kering absolut). (Susyami:2005)
2.3 Penyempurnaan krep pada kapas
Pada dasarnya terdapat 2 cara untuk membuat kain krep kapas, yaitu sebagai berikut :
1. Membuat kain dengan benang-benang krep atau yang mempunyai antihan tinggi. Pada cara
ini efek krep yang terjadi tergantung dari relaksasi dari antihan benang.
2. Penggunaan suatu zat kimia yang dapat menyebabkan penggelembungan serat kapas.

Pembuatan kain krep kapas cara pertama sama seperti pada cara pembuatan kain krep pada
rayon atau lainnya.

Pembuatan efek krep dapat juga menggunakan benang krep, namun efek kerutan yang
dihasilkan tidak spesifik tetapi berupa gelombang-gelombang khusus dan elastisitas sama seperti
kain krep. Kain krep yang demikian cenderung dihasilkan dengan proses kimia yaitu dengan cara
penggelembungan serat oleh suatu zat atau reagen. Cara tersebut banyak dilakukan dengan
menggunakan larutan kostik soda ,asam sulfat, seng klorida, dll. Penggembungan setempat
melalui teknik pencapan (pencapan langsung maupun rintang) merupakan prinsip dari pembuatan
krep dengan menggunakan zat kimia. Pada perendaman dalam air serat pada bagian yang
mengandung soda kostik akan menggelembung dan mengkeret, serta menyebabkan bagian kain
lainnya kusut, sehingga menimbulkan efek berkerut – kerut pada permukaan kain.
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Kasa cap
- Gelas ukur dan piala gelas
- Pipet dan pengaduk
- Baume-meter
- Termometer
3.2 Bahan
- Kain kapas putih
- Soda kostik keripik
- Resin tolak air (pH 4-5)
- Pembasah tahan alkali
- Tapioka
IV. Langkah Kerja
1. Siapkan kain contoh dan zat – zat yang diperlukan untuk membuat pasta cap soda
kostik.
2. Buat pasta cap dengan viskositas yang sesuai.
3. Cap kain sesuai variasi resep dan diagram alir.
4. Bilas kain dengan air panas dan dingin, sesuai variasi resep dan jangan digosok
agar motif tidak hilang.
5. Keringkan kain dengan cara diangin – angin.
6. Celup kain dengan zat warna reaktif sesuai resep.
7. Kondisikan kain pada kondisi ruangan dan amati kerutan yang timbul pada
permukaan kain.
V. Diagram Alir Proses
Timbang bahan dan zat yang
diperlukan

Buat pasta cap sesuai resep

Sablon dengan NaOH dan tapioka

Angin - angin

Cuci panas

Cuci dingin

Netralisasi

Drying dan Curing

Pencelupan

VI. Resep ,Fungsi zat,Skema proses


6.1 pasta cap krep
pengental : tapioca 5% 10% 15%
NaOH : 40g/kg
Pembasah : 1ml/L
Waktu : 20 menit
6.2 pencelupan
zw reaktif panas: 1%
NaCl :40 g/L
Na2CO3 :10 g/L
Suhu :60℃
Vlot :1:20
6.3 pencucian
teepol : 1ml/l
Na2CO3: 1g/l
6.4 fungsi zat
Zw reaktif : untuk mewarnai serat kapas
Pembasah: menurunkan tegangan permukaan
NaCl : mendorong penyerapan zat warna
Na2CO3 :untuk fiksasi zw reaktif
6.5 skema proses

80 Na2CO3

70
Kain Kapas
60 Zat Warna
Reaktif
50
Suhu oC

Zat Pembasah
Pencelupan
40
30
20
10
0
Waktu 30 Menit

70

60

50
Suhu (°C)

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
VII. PERHITUNGAN
7.1 pencelupan dan kreping
kain = BB x 21
= 6 x 21
= 126 gram
Vlot = BB x 20
=126 X 20
= 2520 Ml
1
Zw = 100 x 126
= 1,26 gram
30
NaCl = 1000 x 252
= 75,6 gram
10
Na2CO3 = 1000 x 2520
= 25,2 gram
7.2 Pencucian
1
Teepol = 1000 x 2520 = 2,52 ml
1
Na2CO3 = 1000 x 2520 = 2,52 gram

VIII. DATA PRAKTIKUM


Variasi : konsentrasi tapioca 5%,10%,15%
8.1 contoh uji
5% 10% 15%

8.2 tabel percobaan


konsentrasi Nilai Ketuaan warna secara visual Nilai kerutan secara visual
5% 1 1
10% 2 2
15% 3 3

IX. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum proses krep pada kain kapas putih dengan menggunakan
NaOH dan tapioka sebagai pasta cap dan variasi konsentrasi tapioca dapat
didiskusikan beberapa hal terkait hasil yang didapat, diantaranya:
 Efek krep

Proses krep adalah proses yang membuat kain menjadi tidak rata
(berkeriput) karena perbedaan tetal secara parsial, baik arah lusi maupun pakan
ataupun kedua-duanya. Berkerut kain hasil pencapan disebabkan karena
semakin besarnya konsentrasi tapioca maka semakin besar penggelembungan
rantai molekul serat yang mengakibatkan pendeknya rantai molekul. Dengan
bertambah pendeknya rantai molekul maka mengkeret kain akan besar, dimana
semakin besarnya mengkeret kain maka semakin besar efek kerut yang
dihasilkan. Namun jika konsentrasi tapioca terlalu tinggi maka akan
menghasilkan larutan yang sangat kental sehingga sulit untuk digunakan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan resep 1 memiliki kerut yang
sangat banyak daripada 2 resep lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
kekentalan pada resep satu tidaklah terlalu kental. Kekentalan dari pasta sendiri
akan mempengaruhi kontak pada kain kapas. Jika terlalu kental maka akan
susah untuk diratakan. Jika terlalu encer maka akan lewat begitu saja.
 Ketuaan warna
Pengujian efek kerut hasil pencapan kain kapas dan pencelupan dengan
zat warna direk dapat dilihat pada sampel hasil percobaan, dimana
pengujiannya dilakukan secara visual. Berdasarkan visual resep 1 dengan
konsentrasi tapioca sebesar 5% merupakan yang terbaik dikarenakan pasta
tidak terlalu kental seperti resep 2&3.

X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum proses krep pada kain kapas dengan NaOH dan tapioka
sebagai pasta cap, maka dapat disimpulkan bahwa variasi konsentrasi tapioka dapat
mempengaruhi mengkeret kain dan ketuaan warna pada kain, dimana resep terbaik
adalah resep ke 1 dengan konsentrasi tapioka sebesar 5%.
DAFTAR PUSTAKA

Hitariyat Susyami N.M dkk.2005.Teknologi Penyempurnaan Kimia.Bandung:STTT

Soeparman, Dkk.1977.Teknologi Penyempurnaan Tekstil.Bandung:ITT


Nugraha Jakariya.2013.Laporan Praktikum Penyempurnaan Tekstil Proses Penyempurnaan
Mengkeret (Kreping) Pada Kain Kapas Dan Rayon Variasi Konsentrasi Naoh, Waktu Kontak
Dan Jarak Motif.Bandung.STTT
LAPORAN PRAKTIKUM
Teknologi Penyempurnaan Tekstil 1
KREPPING KAIN KAPAS DENGAN VARIASI KONSENTRASI
TAPIOKA
disusun oleh

Nama : Dimas Ario P (17020025)


Dwitya Satyawira P. (17020027)
Erpa Luthfia Hanifah (17020030)
Hana Nurfadhilah R. (17020037)
Hisaka Rafi B (17020040)
Group : 2K2
Dosen : Sukirman,S.ST.,MIL
Khairul U.,S.ST.,MT
Desiriana

POLITEKNIK STTTBANDUNG
2019

Anda mungkin juga menyukai