Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-unit
anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n merupakan derajat
polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul. Hubungan antara selulosa dan
glukosa telah lama dikenal yaitu pada peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan
asam klorida encer, yang menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk
glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin glukosa.
Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti memilki enam
segi (sudut), dan struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki dua bentuk tautomeri yaitu
α-glukosa dan β-glukosa seperti pada Gambar dibawah ini
CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H
H
OH H HO OH
HO OH H
H OH H OH
α- Glukosa β- Glukosa
Selulosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari selubiosa ini
berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K. Freudenberg dengan tata nama sebagai
1-4 anhidro-β-glukosa seperti pada Gambar berikut ini :
CH 2 OH H OH
H O H
H O OH H
OH H H
HO H H OH
O
H OH CH 2 OH
H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H
H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH
Morfologi serat
Sifat Fisika
a. Warna
Warna kapas tidak betul-betul putihi, biasanya sedikit cream.
b. Kekuatan serat
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata-rata adalah
96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound
per inci2.
c. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantaranya serat-serat selulosa
alam, kira-kira dua kali mulur rami.
d. Kekuatan
Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terdapat perubahan bentuk, dan
untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuataan saat
putus dengan mulur seat putus. Kekuatan dipengaruhi oleh berat molekul,
kekuatan rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama derajat orientasi rantai
selulosa.
e. Keliatan
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja, dan merupakan sifat yang penitng untuk serat-serat selulosa
alam, keliatan serat kapas relatif tinggi tetapi dibanding dengan serat-serat
selulosa yang diregenerasi, sutera dan wol keliatannya rendah tinggi.
f. Moisture regain
Moisture regain serat kapas pada kondisi standar adalah 7 – 8,5 %.
g. Berat jenis
Berat jenis serat kapas berkisar 1,50 – 1,56.
h. Indeks bias
Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat adalah 1,58 sedangkan yang
tegak lurus adalah 1,53.
Sifat Kimiah
a. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan
menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang
mengambil tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih
pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik selulosa. Reaksi
hidroselulosa dapat dilihat pada Gambar berikut ini :
CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH
Hidrolisa
CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
CH2OH H OH
H O
OH OH H
H OH H
C
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
Reaksi Hidroselulosa
b. Pengaruh alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan
menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi,
sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan
menyebabkan terjadinya oksiselulosa.
c. Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada
suhu 120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan
penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan
pada suhu 240OC
Pembuatan kain krep kapas cara pertama sama seperti pada cara pembuatan kain krep pada
rayon atau lainnya.
Pembuatan efek krep dapat juga menggunakan benang krep, namun efek kerutan yang
dihasilkan tidak spesifik tetapi berupa gelombang-gelombang khusus dan elastisitas sama seperti
kain krep. Kain krep yang demikian cenderung dihasilkan dengan proses kimia yaitu dengan cara
penggelembungan serat oleh suatu zat atau reagen. Cara tersebut banyak dilakukan dengan
menggunakan larutan kostik soda ,asam sulfat, seng klorida, dll. Penggembungan setempat
melalui teknik pencapan (pencapan langsung maupun rintang) merupakan prinsip dari pembuatan
krep dengan menggunakan zat kimia. Pada perendaman dalam air serat pada bagian yang
mengandung soda kostik akan menggelembung dan mengkeret, serta menyebabkan bagian kain
lainnya kusut, sehingga menimbulkan efek berkerut – kerut pada permukaan kain.
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Kasa cap
- Gelas ukur dan piala gelas
- Pipet dan pengaduk
- Baume-meter
- Termometer
3.2 Bahan
- Kain kapas putih
- Soda kostik keripik
- Resin tolak air (pH 4-5)
- Pembasah tahan alkali
- Tapioka
IV. Langkah Kerja
1. Siapkan kain contoh dan zat – zat yang diperlukan untuk membuat pasta cap soda
kostik.
2. Buat pasta cap dengan viskositas yang sesuai.
3. Cap kain sesuai variasi resep dan diagram alir.
4. Bilas kain dengan air panas dan dingin, sesuai variasi resep dan jangan digosok
agar motif tidak hilang.
5. Keringkan kain dengan cara diangin – angin.
6. Celup kain dengan zat warna reaktif sesuai resep.
7. Kondisikan kain pada kondisi ruangan dan amati kerutan yang timbul pada
permukaan kain.
V. Diagram Alir Proses
Timbang bahan dan zat yang
diperlukan
Angin - angin
Cuci panas
Cuci dingin
Netralisasi
Pencelupan
80 Na2CO3
70
Kain Kapas
60 Zat Warna
Reaktif
50
Suhu oC
Zat Pembasah
Pencelupan
40
30
20
10
0
Waktu 30 Menit
70
60
50
Suhu (°C)
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
VII. PERHITUNGAN
7.1 pencelupan dan kreping
kain = BB x 21
= 6 x 21
= 126 gram
Vlot = BB x 20
=126 X 20
= 2520 Ml
1
Zw = 100 x 126
= 1,26 gram
30
NaCl = 1000 x 252
= 75,6 gram
10
Na2CO3 = 1000 x 2520
= 25,2 gram
7.2 Pencucian
1
Teepol = 1000 x 2520 = 2,52 ml
1
Na2CO3 = 1000 x 2520 = 2,52 gram
IX. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum proses krep pada kain kapas putih dengan menggunakan
NaOH dan tapioka sebagai pasta cap dan variasi konsentrasi tapioca dapat
didiskusikan beberapa hal terkait hasil yang didapat, diantaranya:
Efek krep
Proses krep adalah proses yang membuat kain menjadi tidak rata
(berkeriput) karena perbedaan tetal secara parsial, baik arah lusi maupun pakan
ataupun kedua-duanya. Berkerut kain hasil pencapan disebabkan karena
semakin besarnya konsentrasi tapioca maka semakin besar penggelembungan
rantai molekul serat yang mengakibatkan pendeknya rantai molekul. Dengan
bertambah pendeknya rantai molekul maka mengkeret kain akan besar, dimana
semakin besarnya mengkeret kain maka semakin besar efek kerut yang
dihasilkan. Namun jika konsentrasi tapioca terlalu tinggi maka akan
menghasilkan larutan yang sangat kental sehingga sulit untuk digunakan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan resep 1 memiliki kerut yang
sangat banyak daripada 2 resep lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
kekentalan pada resep satu tidaklah terlalu kental. Kekentalan dari pasta sendiri
akan mempengaruhi kontak pada kain kapas. Jika terlalu kental maka akan
susah untuk diratakan. Jika terlalu encer maka akan lewat begitu saja.
Ketuaan warna
Pengujian efek kerut hasil pencapan kain kapas dan pencelupan dengan
zat warna direk dapat dilihat pada sampel hasil percobaan, dimana
pengujiannya dilakukan secara visual. Berdasarkan visual resep 1 dengan
konsentrasi tapioca sebesar 5% merupakan yang terbaik dikarenakan pasta
tidak terlalu kental seperti resep 2&3.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum proses krep pada kain kapas dengan NaOH dan tapioka
sebagai pasta cap, maka dapat disimpulkan bahwa variasi konsentrasi tapioka dapat
mempengaruhi mengkeret kain dan ketuaan warna pada kain, dimana resep terbaik
adalah resep ke 1 dengan konsentrasi tapioka sebesar 5%.
DAFTAR PUSTAKA
POLITEKNIK STTTBANDUNG
2019