Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI KERUSAKAN SERAT SELULOSA


SECARA KUALITATIF

Nama : Allyaisna Novia R


NPM : 18020014
Grup : 2K1
Dosen : Maya K., S.SiT., M.T.
Asisten Dosen : - Luciana, S.Teks, M.Pd.
- Fauzi J.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL
2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud
Mengidentifikasi jenis-jenis kerusakan serat selulosa, penyebab
kerusakan serat selulosa, dan gugus yang terkandung dalam jenis
kerusakan serat selulosa dengan berbagai pengujian secara mikroskop
dan pewarnaan.

I.2 Tujuan
Tujuan praktikum diantaranya :
1.2.1 Pengujian pewarnaan dengan Cara uji Harrizon,Perak Nitrat
Amoniakal dan dengan pereaksi fehling
Pengujian dilakukan untuk menunjukan adanya gugus
pereduksi pada serat yang rusak karena zat kimia.
1.2.2 Pengujian pewarnaan dengan Cara Pencelupan Tolak , Cara biru
trunbuli , Na –Kromat dan dengan Metilen Blue
Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya
karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
1.2.3 Pengujian penggelembungan dengan NaOH dan Pengujian
pewarnaan dengan Congo red
Pengujian dilakukan untuk membedakan kerusakan serat
kapas karena zat kimia dan mekanika.

2. DASAR TEORI
2.1 Serat Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas yang
termasuk ke dalam jenis Gossypium ,yaitu:
a. Gossypium aeboreum
b. Gossypium herbarium
c. Gossypium barbadense
d. Gossypium hirsutum
Gossypium hirsutum berhasil dikembangkan
menjadi tanaman Industri.

2.2 Morfologi Serat kapas

Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang


sangat bervariasi dari elips sampai bulat. Tetapi pada umumnya
berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur serat kapas adalah pipih
seperti pita yang terpuntir. Bentuk penampang melintang dan membujur
serat kapas dapat dilihat pada Gambar 1.

Penampang Melintang Penampang Membujur


Sumber : Arthur D Broadbent, Basic Principles of Textile Coloration,
Manchester, 2001
Gambar 1. Bentuk Morfologi Serat Kapas

a. Memanjang
Bentuk memanjang serat kapas, pipih seperti pita yang
terpuntir. Bentuk memanjang serat,dibagi menjadi tiga bagian,
ialah :
 Dasar
Berbentuk kerucut pendek yang selama
pertumbuhan serat tetap tertanam diantara sel-sel
epidermis
 Badan
Kira-kira ¾ sampai 15/16 panjang serat.Mempunyai
diameter yang sama ,dinding yang tebal dan lumen
yang tipis.
 Ujung
Mempunyai sedikit konvolusi dan mempunyai
lumen.
b. Melintang
Bentuk penampang serat secara melintang sangat
bervariasi dari pipih sampai bulat tetapi pada umumnya
berbentuk seperti ginjal. Serat kapas dewasa , penampang
melintangnya terdiri dari 6 bagian yaitu:
 Kutikula
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin ,
pectin dan protein.
 Dinding primer
 Lapisan antara
Merupakan bagian pertama dari dinding sekunder
 Dinding sekunder
 Dinding lumen
Lebih tahan terhadap pereaksi pereaksi tertentu
dibandingkan dinding sekunder.
 Lumen
Merupakan ruangan kosong di dalam serat.
2.3 Struktur Molekul

Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang


terdiri dari unit-unit anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C 6H10O5)n ,
dimana n merupakan derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya
molekul. Hubungan antara selulosa dan glukosa telah lama dikenal yaitu
pada peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida
encer, yang menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk
glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan
cincin glukosa. Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa
yang berarti memilki enam segi (sudut), dan struktur kimia dari glukosa
sendiri memiliki dua bentuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-glukosa
seperti pada Gambar 2.

CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H
6
H
OH H HO OH
HO OH H

H OH H OH

α- Glukosa β- Glukosa

Sumber : Trotman, Dyeing and Chemical Technology of Textile


Fibres, 4th edition, A Wiley Interscience Publication, New
York, 1984, halaman 46.
Gambar 2. Struktur Molekul Glukosa
Selubiosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa
yang dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan
dari selubiosa ini berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K.
Freudenberg dengan tata nama sebagai 1-4 anhidro-β-glukosa seperti
pada Gambar 3 berikut ini.

CH 2 OH H OH

H O H
H O OH H

OH H H
HO H H OH
O
H OH CH 2 OH

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of


Textile Fibres, 4th edition, A Wiley Interscience
Publication, New York, 1984, halaman 46.
Gambar 3. Struktur Molekul Selubiosa
Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka
ditetapkan bahwa struktur kimia dari selulosa adalah seperti pada
Gambar 4 sebagai berikut.

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Sumber : Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile


Fibres, fourth edition, A Wiley Interscience Publication,
New York, 1984,halaman 36.

Gambar 4. Struktur Rantai Molekul Polimer Selulosa

2.4 Sifat Serat Kapas


a. Sifat Fisika

1. Warna Kapas
Warna kapas pada umumnya sedikit krem.
Beberapa kapas yang seratnya panjang, warnanya lebih krem
dari pada jenis kapas yang serat-seratnya lebih pendek.
Warna krem ini disebabkan oleh pengaruh cuaca yang lama,
debu atau kotoran. Tumbuhnya jamur pada kapas sebelum
pemetikan menyebabkan warna putih kebiru-biruan yang tidak
bisa dihilangkan dalam pengelantangan.

2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh
kadar selulosa yang dikandungnya. Dalam keadaan basah
serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar
dibandingkan dengan serat ketika dalam keadaan kering. Hal
ini disebabkan karena dalam keadaan basah, serat akan
menggelembung sehingga berbentuk silinder yang akan
menyebabkan berkurangnya bagian-bagian serat yang
terpuntir, dalam kondisi seperti ini distribusi tegangan akan
diterima di sepanjang serat secara lebih merata. Kekuatan
serat kapas dalam keadaan kering berkisar 3,2 - 5,2 g/denier
dan dalam keadaan basah lebih tinggi lagi.

3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di
antara serat-serat selulosa alam yang lainnya. Mulur serat
kapas berkisar antara 4 – 13% tergantung dari jenis serat
kapasnya dan rata-rata mulurnya adalah 7%.

4. Moisture Regain
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap
air, dan air memiliki pengaruh yang nyata pada sifat-sifat
serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar, rapuh
dan kekuatannya rendah. Moisture Regain (MR) serat kapas
bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban relatif
tertentu. MR kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 –
8,5%.

5. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,50 sampai 1,56.

b. Sifat Kimia
1. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan
terhadap asam kuat akan menyebabkan kerusakan. Asam
kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat
pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai
molekul menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan
kekuatan tarik selulosa. Reaksi hidroselulosa dapat dilihat
pada Gambar 5 berikut ini.
CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH

Hidrolisa

CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

CH2OH H OH
H O
OH OH H
H OH H
C
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

Sumber : Arifin Lubis, dkk, Teknologi Persiapan


Penyempurnaan, Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil, Bandung, 1994, halaman 85.
Gambar 5. Reaksi Hidroselulosa

2. Pengaruh Alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat
pada suhu rendah akan menggelembungkan serat kapas
seperti yang terjadi pada proses merserisasi, sedangkan
pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam
udara akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa.
3. Pengaruh Panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan
kekuatan bila dipanaskan pada suhu 120OC selama 5 jam,
tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan
penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir
hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
4. Pengaruh oksidator
5. Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi
oksiselulosa, rantai molekul selulosa terputus dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang
mengubah gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada
oksidasi sederhana dalam suasana asam tidak terjadi
pemutusan rantai, hanya terjadi pembukaan cincin glukosa.
Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali akan mengakibatkan
pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan tarik akan
turun. Oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan yang
berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.

CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH

Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H

CH2OH
O CH2OH
H O OH OH
H H
H O
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH

Sumber : Rasyid Djufri, dkk, Teknologi Pengelantangan.


Pencelupan dan Pencapan, Institut Teknologi
Tekstil, Bandung, 1976, halaman 76.

Gambar 6. Reaksi Oksiselulosa

2.5 Identifikasi Kerusakan Serat Selulosa ( Kapas )


Kerusakan bahan tekstil dapat terjadi pada setiap tingkat proses
bahan tekstil, mulai dari bahan baku (serat) sampai menjadi bahan jadi
(kain), dengan demikian kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap
tingkat pengolahan, sedangkan jenis kerusakannya bergantung pada
jenis pengolahannya. Kerusakan ini dapat terjadi pada serat selulosa
(kapas), serat protein (wool), serat buatan (poliamida).
Analisa kerusakan serat ini yakni bertujuan untuk mengetahui
jenis kerusakan yang terjadi dan penyebab kerusakan tersebut.
Kerusakan bahan tekstil dapat terjadi pada setiap tingkat proses
pengolahan bahan tekstil, dari bahan baku (serat) sampai menjadi bahan
jadi (kain), sehingga kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap tingkat
pengolahan, sedangkan jenis kerusakannya tergantung pada jenis
pengolahannya.
Jenis kerusakan pada bahan tekstil dibagi dua golongan, yaitu :
1. Kerusakan mekanika.
a. serangan serangga.
b. Gesekan..
c. Tusukan.
d. Putus karena tarikan dan potongan
2. Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
b. Pengolahan kimia.
c. Cahaya.
d. Panas.
Zat-zat penyempurnaan pada bahan tekstil akan mempengaruhi
hasil analisa. Oleh karena itu sebelum analisa dilakukan, zat-zat tersebut
harus dihilangkan dahulu dengan diekstraksi. Sedapat mungkin diketahui
jenis serat dan jenis proses yang dialami, sehingga lebih memudahkan
dalam menentukan penyebab kerusakan tersebut.
Kerusakan mekanika.
a. serangan serangga.
Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya bekas
gigitan dan jaring sarang serangga pada bagian serat yang rusak.
b. Gesekan.
Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang
sampai menjadi kain. Pengamatan dibawah mikroskop
menunjukkan benang yang tergesek permukaannya lebih berbulu,
serat tampak terpotong-potong, tersikat atau terkoyak-koyak.
c. Tusukan.
Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil
pada kain. Dibawah mikroskop terlihat adanya serat yang
terpotong-potong atau hancur.
d. Putus karena tarikan dan potongan
Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat
dibawah mikroskop. Kerusakan karena tarikan ujung serat
biasanya tercabik-cabik dan terdiri dari campuran seratputus dan
tidak putus. Sedangkan serat terpotong biasanya ujungnya rata.

Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
Kerusakan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan
enzim yang menyebabkan kerusakan kimia. Degradasi selulosa
oleh enzim sama dengan degradasi oleh asam, hanya enzim
terregenerasi secara tetap. Adanya zimasa dapat mengubah
selulosa menjadi glukosa. Selulosa yang terregenerasi (misal
rayon viskosa atau rayon kupro) lebih mudah terkena jasad renik
daripada selulosa alam (makin rendah polimer makin mudah
diserang).
b. Pengolahan kimia.
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator.
Asam menyebabkan terjadinya hidroselulosa yang mempunyai
gugus pereduksi. Proses oksidasi baik dalam suasana asam
maupun basa menimbulkan oksiselulosa yang mempunyai gugus
pereduksi maupun karboksilat.
c. Cahaya.
Kerusakan disebabkan oleh terjadinya pemutusan ikatan primer
pada selulosa.
d. Panas.
Kerusakan karena panas dapat dilihat dengan terjadinya
perubahan pada dinding primer selulosa.

Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah


disusun beberapa cara pengujian yang masing-masing cara mempunyai
derajat ketelitian hasil pengujian yang berbeda. Contoh uji harus bebas
dari zat lain seperti zat penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat
tersebut kadang-kadang mempengaruhi hasil pengujian atau memberi
hasil sama dengan oksiselulosa dan hidroselulosa. Dalam beberapa hal,
pencelupan juga berpengaruh terhadap pengujian ini, karena pengujian
kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan, sedangkan zat warna
yang ada pada selulosa, pada umumnya tidak dapat dihilangkan tanpa
merusak selulosa.
Kerusakan serat kapas yang disebabkan oleh zat kimia dapat
dibedakan dari kerusakan mekanika, dengan cara pewarnaan dengan zat
warna Congo Red (C.I. Direct Red) dan penggelembungan oleh natrium
hidroksida. Pengujian untuk gugus pereduksi antara lain dengan
menggunakan larutan fehling, perak nitrat amonikal dan uji horizon. Untuk
pengujian gugus karbonil antara lain digunakan uji trunbull dan
pencelupan tolak (resist dyeing). Uji trunbull memberikan hasil yang
terbaik untuk perbedaan kadar karboksil. Untuk membedakan antara
oksiselulosa dan hidroselulosa, uji Muller memberikan hasil yang
memuaskan.
BAB II
PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Selulosa I
A. Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Alat :
- Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
- Larutan NaOH 18%
B. Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red
Alat :
- Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
- Larutan zat warna Congo Red 1%
2.1.2 Selulosa II
A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
Alat :
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
- Pelarut A : (AgNO3 80 g/l)
- Pelarut B : ( Na tiosulfat 200g/l dan NaOH 200 g/l)
B. Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amonikal
Alat :
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
- AgNO3 Amonikal
- NH4OH 10%

C. Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling


Alat :
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
- Fehling A : (60 g/l CuSO4)
- Fehling B : (346 g kalium natrium tartrat dan 100 g NaOH /L air)
2.1.3 Selulosa III
A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencelupan Tolak
Alat :
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
- Larutan Chlorazol Sky Blue FF 5 g/l (C.I Direct Blue 1)
B. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull
Alat :
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
- Ferro sulfat 10 g/l
- Kalium ferri sianida 10 g/l
C. Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat
Alat :
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
- Natrium khromat 10 g/l
- Pb asetat 10 g/l
D. Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru
Alat : Tabung reaksi
Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh reduktor
- Kapas rusak oleh oksidator (H2O2)
Pereaksi :
Larutan Metilen biru 10 g/l yang diasamkan dengan H2SO4 2N
(10ml/l)

2.2 Cara Kerja


2.2.1 Selulosa I
A. Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
- Potong kapas pendek-pendek kira-kira 0,5 mm.
- Letakan diatas objek; tetesi dengan NaOH sebagai medium, tutup
dengan kaca penutup.
- Biarkan beberapa menit.
- Amati dibawah mikroskop.

B. Pengujian Pewarnaan dengan Congored


- Rendam contoh uji dengan NaOH 2% selama 5 menit.
- Cuci sampai bebas NaOH (uji dengan lakmus).
- Keringkan dengan kertas penghisap.
- Rendam dalam larutan Congo Red selama 5 menit.
- Cuci bersih dengan air.
- Rendam didalam NaOH 18% selama 3-5 menit.
- Amati dibawah mikroskop.

2.2.2 Selulosa II
A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
- Campurkan 1 ml larutan A dalam 20 ml air dengan 2 ml larutan B
dalam 20 ml
- Didihkan contoh uji didalam campuran satu mi larutan A ditambah
20 ml air dengan dua ml larutan B dalam 20 ml air selama lima
menit.
- Cuci didalam larutan B (1 ml dalam 10ml).
- Cuci dengan air panas suhu 70oC.
- Adanya endapan abu-abu hitam menunjukkan adanya gugus
aldehida (kerusakan karena zat kimia).

B. Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amonikal


- Contoh uji dikerjakan dalam larutan AgNO3 amonikal pada suhu
80oC selama 3-5 menit.
- Cuci dengan air dingin.
- Cuci dengan larutan amoniak 10%.
- Serat rusak akan berwarna kuning atau coklat, serat yang baik
warna akan hilang setelah pencucian.

C. Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling


- Campurkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B encerkan dengan 10
ml air suling.
- Bagi menurut kebutuhan dan masukkan contoh uji ke dalamnya
didihkan selama 5 menit.
- Cuci dengan air panas 70oC selama 10 menit.
- Adanya endapan kupro oksida yang berwarna merah muda-
merah, menunjukkan adanya gugus pereduksi.

2.2.3 Selulosa III


A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencelupan Tolak
- Contoh uji direndam dalam larutan Chlorazol Sky Blue FF pada suhu
mendidih selama 5 menit.
- Cuci dengan air panas pada suhu 70oC.
- Amati warna yang terjadi.
- Adanya gugus karbonil ditunjukkan dengan adanya titik warna muda
didaerah yang rusak.

B. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull


- Contoh uji direndam dalam larutan fero sulfat selama 5 menit pada
suhu kamar.
- Cuci dengan air pada suhu 70oC.
- Pindahkan contoh uji dalam larutan kalium ferri sianida kemudian
rendam dalam larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air pada suhu 70oC.
- Keringkan.
- Amati warna yang terjadi ; warna biru tua menunjukkan adanya
gugus karbonil pada bahan.

C. Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat


- Contoh uji direndam dalam larutan Pb asetat selama 5 menit pada
suhu kamar.
- Bilas dengan air dingin.
- Pindahkan contoh uji dalam larutan Na khromat kemudian rendam
dalam larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air dingin dan keringkan.
- Amati warna yang terjadi ; adanya pereduksi menyebabkan Pb asetat
terserap sedikit sehingga warnanya cream, warna kuning tua
menunjukkan adanya gugus karboksilat.

D. Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru


- Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi metilen biru selama 5-10
menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air mengalir.
- Amati warna yang terjadi ; warna biru tua menunjukkan adanya
gugus karboksil.

2.3 Evaluasi
2.3.1 Selulosa I
A. Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Adanya kepala jamur atau dumble pada ujung serat
menunjukkan serat baik atau serat yang mengalami kerusakan
mekanik sedangkan tidak ada kepala jamur pada ujung serat
menunjukkan kerusakan kimia yang hebat. Besar kecil kepala jamur
menunjukkan derajat kerusakan kimia serat,
B. Pengujian Pewarnaan dengan Congored
- Pada kapas yang rusak karena mekanika akan terlihat adanya serat
yang sobek dan putus, terbentuk dumbel dan serat berwarna merah.
- Pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan
memanjang, tidak terjadi dumbel dan adanya bagian serat warna
merah.
- Kerusakan karena panas akan menghasilkan noda spiral pada serat
tapi dapat tampak pula kerusakan oleh zat kimia.
- Serat yang rusak karena jasad renik akan terlihat permukaan serat
akan aus, atau filamen-filamen dari jasad renik akan terlihat.

2.3.2 Selulosa II
A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
Adanya endapan abu-abu atau hitam menunjukkan adanya gugus
aldehida.
B. Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amonikal
Serat yang rusak akan berwarna kuning dan coklat bergantung
tingkat kerusakannya, sedangkan serat yang baik warna akan hilang
setelah dilakukan pencucian.
C. Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling
Adanya endapan berwarna merah muda atau merah menunjukkan
adanya gugus pereduksi.

2.3.3 Selulosa III


A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencelupan Tolak
Adanya gugus hidroksil ditunjukkan dengan tidak terjadinya
pencucian atau adanya titik warna muda pada daerah yang rusak.

B. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull


Warna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksilat pada
bahan.
C. Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat
Adanya gugus karboksilat ditunjukkan dengan warna kuning tua
sedangkan adanya gugus pereduksi memberikan warna cream.
D. Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru
Warna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksilat pada
bahan.
BAB III
DATA PERCOBAAN

3.1 Identifikasi Kerusakan Serat Selulosa 1


Tabel 3.1. Pengujian Kerusakan Selulosa 1

N Pengamatan Mikroskopik
Contoh Uji Penggelembungan NaOH Pewarnaan Congo Red
O Keterangan Hasil Uji Keterangan Hasil Uji
Ada dumble di Ada retakan
ujung serat = dan tidak ada
1. Kapas Baik serat baik Terlampir dumble = Terlampir
kapas rusak
oleh kimia
Tidak ada Permukaan
dumble = serat aus atau
kerusakan kimia tampak
Kapas Rusak
2. yang hebat Terlampir filamen = Terlampir
Oleh Asam
kapas rusak
oleh jasad
renik
Tidak ada Ada serat yang
Kapas Rusak dumble = sobek dan
3. Terlampir Terlampir
Oleh Alkali kerusakan kimia putus = rusak
yang hebat oleh mekanika
Tidak ada Permukaan
dumble = tampak
Kapas Rusak
4. kerusakan kimia Terlampir filamen = Terlampir
Oleh H2O2
rusak oleh
jasad renik
5. Kapas Rusak Ada dumble = Terlampir Ada retakan Terlampir
kerusakan kimia dan terbentuk
yang hebat dumble =
Oleh Kaporit
rusak oleh
kimia
Ada dumble = Ada noda
Kapas Rusak Rusak oleh spiral = rusak
6. Terlampir Terlampir
Oleh Hipoklorit mekanik atau karena panas
serat baik
Tidak ada Tidak ada
dumble = rusak dumble dan
Kapas Rusak
7. oleh kimia Terlampir ada retakan = Terlampir
Oleh KMnO4
Rusak karena
kimia

N Pengamatan Mikroskopik
Contoh Uji Penggelembungan NaOH Pewarnaan Congo Red
O Keterangan Hasil Uji Keterangan Hasil Uji
Tidak ada Tidak ada
dumble = serat dumble dan
Kapas Rusak
8. rusak oleh kimia Terlampir ada retakan = Terlampir
Oleh Jamur
Rusak karena
kimia
Ada dumble = Ada dumble
Kapas Rusak rusak oleh dan retakan =
9. Terlampir Terlampir
Oleh Pukulan mekanik atau rusak karena
serat baik mekanik
Ada dumble = Permukaan
rusak oleh aus atau
Kapas Rusak mekanik atau tampak
10. Terlampir Terlampir
Oleh Panas serat baik filamen =
rusak oleh
jasad renik
3.2 Identifikasi Kerusakan Serat Selulosa 2
Tabel 3.2. Pengujian Kerusakan Selulosa 2

N Contoh Pengujian
Horrizon Perak Amoniakal Fehling
O Uji Keterangan Hasil Uji Keterangan Hasil Uji Keterangan Hasil Uji
Berwarna Warna Tidak ada
abu = punya pudar endapan
gugus setelah merah/pink
Kapas Terlampi
1. aldehida Terlampir pencucian = = tidak Terlampir
Baik r
serat baik punya
gugus
aldehida
Berwarna Berwarna Ada
hitam = coklat = endapan
Kapas
punya serat rusak warna
Rusak Terlampi
2. gugus Terlampir merah/pink Terlampir
Oleh r
aldehdia = punya
Asam
gugus
aldehida
Berwarna Warna Tidak ada
abu = punya pudar endapan
Kapas
gugus setelah merah/pink
Rusak Terlampi
3. aldehdia Terlampir pencucian = = tidak Terlampir
Oleh r
serat baik punya
Alkali
gugus
aldehida
Berwarna Warna Tidak ada
abu = punya coklat = endapan
Kapas
gugus serat rusak merah/pink
Rusak Terlampi
4. aldehdia Terlampir = tidak Terlampir
Oleh r
punya
H2O2
gugus
aldehida
5. Kapas Berwarna Terlampir Berwarna Terlampi Tidak ada Terlampir
Rusak putih = tidak kuning = r endapan
Oleh punya serat rusak merah/pink
N Contoh Pengujian
Horrizon Perak Amoniakal Fehling
O Uji Keterangan Hasil Uji Keterangan Hasil Uji Keterangan Hasil Uji
gugus = tidak
aldehida punya
Kaporit
gugus
aldehida
Berwarna Berwarna Tidak ada
Kapas abu = punya coklat = endapan
Rusak gugus serat rusak merah/pink
Terlampi
6. Oleh aldehdia Terlampir = tidak Terlampir
r
Hipoklori punya
t gugus
aldehida
Berwarna Berwarna Tidak ada
abu = punya coklat = endapan
Kapas
gugus serat rusak merah/pink
Rusak Terlampi
7. aldehdia Terlampir = tidak Terlampir
Oleh r
punya
KMnO4
gugus
aldehida
Berwarna Berwarna Tidak ada
abu = punya coklat = endapan
Kapas
gugus serat rusak merah/pink
Rusak Terlampi
8. aldehdia Terlampir = tidak Terlampir
Oleh r
punya
Jamur
gugus
aldehida
Berwarna Warna Tidak ada
abu = punya pudar endapan
Kapas
gugus setelah merah/pink
Rusak Terlampi
9. aldehdia Terlampir pencucian = = tidak Terlampir
Oleh r
serat baik punya
Pukulan
gugus
aldehida
10. Kapas Berwarna Terlampir Berwarna Terlampi Tidak ada Terlampir
N Contoh Pengujian
Horrizon Perak Amoniakal Fehling
O Uji Keterangan Hasil Uji Keterangan Hasil Uji Keterangan Hasil Uji
putih = tidak coklat = endapan
punya serat rusak merah/pink
Rusak
gugus = tidak
Oleh r
aldehida punya
Panas
gugus
aldehida

3.3 Identifikasi Kerusakan Serat Selulosa 3


Tabel 3.3. Pengujian Kerusakan Selulosa 3
Pengujian
Conto Metilen Blue Pencelupan Tolak Biru Tunbull Natrium Kromat
NO Hasi Keteranga Hasi Keteranga Hasi Keteranga Hasi
h Uji Keterangan
l Uji n l Uji n l Uji n l Uji
Berwarna Tidak ada Tidak ada Ada gugus
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir
biru muda = gugus gugus karboksilat
Kapas
1. tidak ada karboksilat karboksilat
Baik
gugus
karboksilat
Berwarna Tidak ada Tidak ada Ada gugus
Kapas
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir
biru tua = gugus gugus karboksilat
Rusak
2. ada gugus karboksilat karboksilat
Oleh
karboksilat
Asam
Berwarna Tidak ada Ada gugus Ada gugus
Kapas
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir

biru muda = gugus karboksilat karboksilat


Rusak
3. tidak ada karboksilat
Oleh
gugus
Alkali
karboksilat
Berwarna Ada gugus Tidak ada Tidak ada
Kapas
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir

biru muda = karboksilat gugus gugus


Rusak
4. tidak ada karboksilat karboksilat
Oleh
gugus
H2O2
karboksilat
Pengujian
Conto Metilen Blue Pencelupan Tolak Biru Tunbull Natrium Kromat
NO Hasi Keteranga Hasi Keteranga Hasi Keteranga Hasi
h Uji Keterangan
l Uji n l Uji n l Uji n l Uji
Berwarna Berwarna Ada gugus Ada gugus
Kapas

Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir
biru tua = kuning = karboksilat karboksilat
Rusak
5. ada gugus serat rusak
Oleh
karboksilat
Kaporit
Kapas Berwarna Tidak ada Ada gugus Ada gugus
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir
Rusak biru tua = gugus karboksilat karboksilat
6. Oleh ada gugus karboksilat
Hipoklo karboksilat
rit
Berwarna Tidak ada Tidak ada Ada gugus
Kapas
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir
biru muda = gugus gugus karboksilat
Rusak
7. tidak ada karboksilat karboksilat
Oleh
gugus
KMnO4
karboksilat
Berwarna Tidak ada Tidak ada Ada gugus
Kapas
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir
biru muda = gugus gugus karboksilat
Rusak
8. tidak ada karboksilat karboksilat
Oleh
gugus
Jamur
Kapas karboksilat
Berwarna Tidak ada Tidak ada Ada gugus
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir
Rusak biru muda = gugus gugus karboksilat
9. Oleh tidak ada karboksilat karboksilat
Pukula gugus
n karboksilat
Berwarna Tidak ada Tidak ada Ada gugus
Kapas
Terlampir

Terlampir

Terlampir

Terlampir

biru muda = gugus gugus karboksilat


Rusak
10. tidak ada karboksilat karboksilat
Oleh
gugus
Panas
karboksilat
BAB IV
DISKUSI
4.1 Selulosa I
A. Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Pengujian penggelembungan dengan NaOH dilakukan dengan tujuan
untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika.
Dari hasil pengamatan mikroskop terlihat bahwa serat kapas yang tidak
rusak atau kapas yang mengalami kerusakan mekanik, dinding sekunderya
akan menggelembung dan menonjol keluar dan membentuk kepala jamur
atau dumble, penggelembungan tersebut disebabkan oleh perbedaan
tekanan osmotik yang dihasilkan dari perbedaan konsentrasi ion bergerak
antara bagian dalam gel dan larutan eksterior. Fitur mendasar dalam gel,
menyebabkan distribusi yang tidak merata, adalah adanya gugus asam
pengion yang melekat pada jaringan makromolekul. Sedangkan apabila
dinding primer rusak karena zat kimia, maka dinding tersebut akan lemah
dan tidak tahan terhadap tekanan yang disebabkan oleh dinding yang
menggelembung, sehingga seluruh serat menggelembung. Indikator yang
digunakan pada pengamatan kerusakan serat kapas untuk menentukan
derajat kerusakan kimia pada serat kapas adalah besar kecilnya kepala
jamur pada ujung potongan serat.
Berdasarkan hasil praktikum, kapas baik menunjukkan dinding
sekundernya masih baik sehinggga dinding primernya kuat menahan
tekanan yang ditimbulkan oleh dinding sekundernya begitupun kapas yang
mengalami kerusakan mekanik juga memiliki karakter seperti serat baik
namun menunjukkan kerusakannya karena mekanik diantaranya kapas
baik, kapas rusak oleh asam, kapas rusak oleh pukulan, dan kapas rusak
oleh panas. Sedangkan serat yang rusak oleh kimia ditunjukkan oleh tidak
adanya dumble atau kepala jamur hal tersebut disebabkan karena dinding
primernya tidak kuat menahan tekanan yang ditimbulkan oleh dinding
sekundernya akibat perbedaan konsentrasi tekanan osmosis diantaranya
kapas rusak oleh KMnO4, kapas rusak oleh alkali, kapas rusak oleh H2O2,
kapas rusak oleh kaporit, kapas rusak oleh hipoklorit, dan kapas rusak oleh
jamur. Kapas yang paling rusak oleh kimia adalah kapas rusak oleh KMnO4
hal tersebut ditunjukkan oleh serat yang tidak menunjukkan
penggelembungan atau retakan sedikitpun hal tersebut karena kalium
permanganat merupakan suatu agen pengoksidasi atau oksidator sehingga
dapat mengoksidasi selulosa dimana terjadi oksiselulosa, rantai molekul
selulosa terputus dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya oksiselulosa
lanjutan yang mengubah gugus aldehid menjadi gugus karboksilat.
Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali akan mengakibatkan pemutusan
rantai molekul sehingga kekuatan tarik akan turun.

Hal yang harus diperhatikan ketika praktikum adalah ketika


emotongan serat harus setipis mungkin, ketika menyiapkan preparat
penetesan NaOH pada kaca objek dilakukan tepat sebelum melakukan
pengamatan dengan mikroskop agar serat tidak menjadi kaku.

B. Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red


Pengujian pewarnaan dengan congo red dilakukan dengan tujuan
untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika.
Pada kapas yang rusak karena mekanika akan terlihat adanya serat yang
sobek dan putus, terbentuk dumbel dan serat berwarna merah. Pada kapas
yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan memanjang, tidak
terjadi dumbel dan adanya bagian serat warna merah. Serat yang rusak
karena jasad renik akan terlihat permukaan serat akan aus, atau filamen-
filamen dari jasad renik akan terlihat.
Berdasarkan hasil praktikum, Kerusakan serat dengan congo red
terlihat adanya serat yang sobek dan putus, terbentuk dumbel dan serat
berwarna merah pada kapas baik, kapas rusak oleh asam, kapas rusak oleh
H2O2, kapas rusak oleh alkali, kapas rusak oleh jamur, hal tersebut
menunjukkan kapas tersebut rusak secara mekanik. Sedangkan adanya
retakan memanjang, tidak terjadi dumbel dan adanya bagian serat warna
merah ditunjukkan oleh kapas rusak oleh kaporit, kapas rusak oleh hipoklorit,
kapas rusak oleh KMnO4, kapas rusak oleh pukulan, dan kapas rusak oleh
panas dimana kapas tersebut rusak secara kimia. Namun, kejanggalan
terdapat pada kerusakan serat pukulan dimana seharusnya rusak karena
mekanika dan kapas rusak oeh panas, hal tersebut disebabkan karena
pencucian yang tidak baik. Kapas yang paling rusak adalah kapas rusak
oleh jamur.
Hal yang harus diperhatikan ketika praktikum adalah ketika
pemotongan serat harus setipis mungkin, ketika menyiapkan preparat
penetesan NaOH pada kaca objek dilakukan tepat sebelum melakukan
pengamatan dengan mikroskop agar serat tidak menjadi kaku.

4.2 Selulosa II
A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
Pada uji Harrison ini adanya endapan abu-abu atau hitam
menunjukkan adanya gugus aldehida (kerusakan karena zat kimia). Cara
ini juga dapat digunakan untuk membedakan antara kerusakan kimia dan
kerusakan mekanika,karena gugus pereduksi selalu ada pada serat selulosa
yang rusak karena zat kimia, dan tidak terdapat pada serat selulosa yang
rusak secara mekanika. Besar kecilnya endapan abu yang ada pada serat
tersebut menentukan seberapa besar kerusakan kimia yang di alami
serat.Serat-serat kapas yang mengandung gugus aldehida adalah serat
serat yang mengalami kerusakan.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa kapas baik, kapas rusak oleh
alkali, kapas rusak oleh H2O2, kapas rusak oleh hipoklorit, kapas rusak oleh
KMnO4, kapas rusak oleh Jamur, kapas rusak oleh panas, dan kapas rusak
oleh pukulan terdapat endapan berwarna abu-abu hal tersebut
menunjukkan adanya gugus aldehid yang bereaksi dengan larutan horizon.
Kapas yang paling banyak mengandung gugus aldehid adalah kapas rusak
oleh asam ditandai dengan warna serat menjadi hitam setelah dietetesi
larutan horizon. Kapas yang rusak karena pukulan dan kaporit tidak terlihat
endapan berwarna abu-abu kecoklatan.
Adanya perbedaan hasil pewarnaan dengan lit er at ur mungkin
disebabkan karena pada waktu pencucian serat kurang bersih atau
larutan yang digunakan sudah tidak stabil konsentrasinya.

B. Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amonikal


Pengujian ini dilakukan dengan mengidentifikasi serat,
diantaranya serat yang tidak rusak maka warna kuning yang terjadi
akan hilang, sedangkan pada bagian serat yang rusak akan tampak
adanya warna kuning atau coklat (coklat muda sampai coklat tua) dan
tergantung derajat kerusakan seratnya.
Hasil percobaan memperlihatkan bahwa kapas rusak oleh
H2O2, kapas rusak oleh hipoklorit, kapas rusak oleh KMnO4, kapas
rusak oleh jamur menunjukkan warna coklat yang agak tua. Sedangkan
kapas rusak oleh asam dan kapas rusak oleh pulukan seratnya
berwarna coklat lebih tua. Derajat kerusakan serat yang paling tinggi
adalah kapas yang rusak karena kaporit karena warna yang ditimbulkan
adalah coklat tua.Tingkat kerusakan terendah ditunjukan pada kapas rusak
oleh panas, karena tingkatan warnanya masih kuning dibanding kapas rusak
lain.
Adanya perbedaan hasil pewarnaan dengan lit er at ur mungkin
disebabkan karena pada waktu pencucian serat kurang bersih atau
larutan yang digunakan sudah tidak stabil konsentrasinya.
C. Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling
lndikator dalam pengujian ini adalah adanya endapan kupro
oksida yang berwarna pink atau merah menunjukkan adanya gugus
pereduksi. Semakin banyak warna merah muda atau merah yang terbentuk
semakin banyak gugus pereduksi yang terdapat pada serat, yang berarti
serat selulosa tersebut semakin rusak oleh zat kimia. Hasil pengamatan
menunjukkan kapas yang rusak karena asam berwarna pink tua.
Namun pada hasil pengamatan tidak terlihat karena hilang akibat
pencucian. Oleh karena itu, literatur menunjukkan bahwa hasil percobaan
belum memberikan hasil yang akurat yang disebabkan karena pencucian
atau pereaksi yang digunakan konsentrasinya sudah tidak stabil.

4.3 Selulosa III


A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencelupan Tolak
Pada pengujian pewarnaan dengan cara pencelupan tolak gugus
dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa
yang rusak karena kimia yaitu ditunjukkan dengan indikator titik warna muda
pada daerah yang rusak. Makin muda warnanya maka serat tersebut makin
besar kerusakannya. Selain itu pada saat pengujian hendaknya
perendaman contoh uji pada larutan Chlorazol Sky blue FF mendidih tidak
lebih dari 5 menit karena jika terlalu lama akan merusak warna yang
seharusnya dihasilkan. Dan serat serat yang mengandung gugus karboksilat
terdapat pada kapas dengan jenis kerusakan yaitu kapas rusak oleh kaporit
dan kapas rusak oleh H2O2, dimana kapas yang memiliki gugus karboksilat
paling tinggi ditunjukkan dengan warna biru muda pada titik tertentu adalah
kapas rusak oleh H2O2.
Literatur menunjukkan bahwa hasil percobaan belum memberikan
hasil yang akurat yang disebabkan karena pencucian atau pereaksi yang
digunakan konsentrasinya sudah tidak stabil.

B. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull


Pada pengujian pewarnaan dengan cara biru trunbuli dilakukan
untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat serat yang di uji,
yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan menjadi warna biru tua pada
bahan. Pada pengujian ini yang menunjukkan adanya gugus karboksilat
terdapat pada kapas dengan jenis kerusakan yairu rusak karena alkali
,rusak karena hipoklorit, dan rusak karena kaporit. Kapas yang
mengandung paling banyak gugus karboksilat adalah kapas rusak oleh
alkali ditunjukkan dengan warna hasil serat sangat biru.
Literatur menunjukkan bahwa hasil percobaan belum memberikan
hasil yang akurat yang disebabkan karena pencucian atau pereaksi
yang digunakan konsentrasinya sudah tidak stabil.

C. Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat


lndikator dalam pengujian ini adalah adanya pereduksi
menyebabkan Pb asetat terserap sedikit sehingga warnanya cream,
sedangkan warna kuning tua menunjukkan adanya gugus karboksilat.
Kapas yang rusak karena asam, panas, dan kaporit berwarna kuning yang
derajat kerusakannya hampir sama. Namun serat yang rusak karena
asam, alkali, pukulan h2o2 warna kuningnya sedikit lebih muda. Kapas
yang rusak oleh panas dan oleh pereaksi KMn04 berwarna coklat
tua. Disini terdapat kejanggalan karena kapas baik setelah diberi
pereaksi Khromat berwarna kuning, hal ini mungkin saja terjadi karena
pencucian yang kurang bersih atau serat kapas baik yang telah
terkontaminasi zat zat kimia sehingga mempengaruhihasilpewarnaannya.
Literatur menunjukkan bahwa hasil percobaan belum memberikan
hasil yang akurat yang disebabkan karena pencucian atau pereaksi
yang digunakan konsentrasinya sudah tidak stabil.
D. Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru
Pengujian pewarnaan dengan metilen blue dilakukan untuk
menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat serat yang di uji.
lndikator dalam pengujian ini ditunjukkan denagn adanya perubahan
menjadi warna biru tua . Pada pengujian ini yang menunjukkan adanya
gugus karboksilat terdapat pada kapas dengan jenis kerusakan yairu
rusak karena asam, rusak karena hipoklorit, rusak karena kaporit. Kapas
yang menunjukkan kandungan gugus karbksilat paling tinggi adalah kapas
rusak oleh kaporit.
Literatur menunjukkan bahwa hasil percobaan belum memberikan
hasil yang akurat yang disebabkan karena pencucian atau pereaksi
yang digunakan konsentrasinya sudah tidak stabil.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Selulosa I
A. Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas
yang paling rusak karena penggelembungan NaOH adalah kapas rusak
oleh KMnO4. Kapas yang rusak adalah kapas rusak oleh alkali, kapas
rusak oleh H2O2, kapas rusak oleh kaporit, kapas rusak oleh hipoklorit,
kapas rusak oleh KMnO4, dan kapas rusak oleh jamur.

B. Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red


Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas
yang paling rusak adalah kapas rusak oleh jamur. Kapas yang rusak
karena mekanika adalah kapas baik, kapas rusak oleh asam, kapas ruak
oleh alkali, kapas rusak oleh H2O2, dan kapas rusak oleh jamur. Kapas
yang rusak karena kimia adalah kapas rusak oleh kaporit, kapas rusak
oleh hipoklorit, kapas rusak oleh KMnO4, kapas rusak oleh pukulan, dan
kapas rusak oleh panas.

5.2 Selulosa II
A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas
yang mengandung gugus aldehid adalah kapas baik, kapas rusak oleh
asam, kapas rusak oleh alkali, kapas rusak oleh h2o2, kapas rusak oleh
hipoklorit kapas rusak oleh KMnO4, kapas rusak oleh jamur, kapas rusak
oleh panas, kapas rusak oleh pukulan.
B. Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amonikal
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas
yang mengandung gugus pereduksi adalah kapas rusak oleh H2O2,
kapas rusak oleh hipoklorit, kapas rusak oleh KMnO4, kapas rusak
oleh jamur, kapas rusak oleh asam, kapas rusak oleh pulukan, kapas
yang rusak karena kaporit, dan kapas rusak oleh panas.

C. Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling


Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas
yang mengandung gugus pereduksi adalah kapas rusak oleh asam.
5.3 Selulosa III
A. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencelupan Tolak
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas yang
mengandung gugus karboksilat adalah H2O2.
B. Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas
yang mengandung gugus karboksilat adalah kapas rusak oleh alkali,
kaporit, hipoklorit. Dimana kapas yang yang mengandung gugus
karbosilat terbanyak ada pada kapas rusak oleh alkali.
C. Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas
yang mengandung gugus karboksilat adalah kapas baik, kapas rusak oleh
asam, panas, KMnO4, dan kaporit. Dimana kapas yang yang
mengandung gugus karbosilat terbanyak ada pada kapas rusak oleh
KMnO4.
D. Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapas
yang mengandung gugus karboksilat adalah kapas rusak oleh asam,
kaporit, hipoklorit. Dimana kapas yang yang mengandung gugus
karbosilat terbanyak ada pada kapas rusak oleh kaporit.

DAFTAR PUSTAKA

Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975.


Penuntun Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil I, Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil, Bandung, 1993.

Anda mungkin juga menyukai