a. Asam Klorida (HCl) 1:1 : Suhu pengerjaan adalah suhu kamar. Pada
serat selulosa larutan ini hanya akan melarutkan serat rayon viskosa,
tetapi serat alam tidak larut. Untuk serat protein larutan ini melarutkan
sutera, melarutkan sutera dengan lambat. Wool dan serat protein
diregenerasi tidak larut.
b. Asam Sulfat (H2SO4) 70 % : serat yang larut dalam pelarut ini adalah
serat kapas, rami, rayon viskosa, rayon asetat, nilon dan sutera.
c. Asam Sulfat (H2SO4) 59,5 % : serat yang larut dalam pelarut ini adalah
serat kapas, rami, rayon viskosa, rayon asetat, nilon dan sutera.
d. Aseton : larutan ini hanya melarutkan serat rayon asetat.
e. NaOCl (Natrium Hipoklorit) : serat wool dan sutera akan larut dalam
larutan ini.
f. Metil Salisilat : larutan ini akan melarutkan serat polyester.
g. NaOH 45 % : Pada suhu mendidih larutan ini akan melarutkan polyester,
wool dan sutera.
h. NaOH 10 % : Pada suhu mendidih larutan ini akan melarutkan polyester,
wool dan sutera.
i. KOH 10 % : Suhu pengujian mendidih dan waktu pengujian 50 menit,
digunakan untuk membedakan serat protein dan serat selulosa. Semua
serat binatang dan sutera larut. Protein diregenerasi (Vicara) dan sutera
tussah hanya larut sebagian, serat selulosa dan serat buatan tidak larut.
j. HNO3 : melarutkan serat wool, sutera, rayon viskosa, nilon, dan
poliakrilat.
III. METODE PRAKTIKUM
1.4 ALAT
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum :
Tabung Reaksi
Batang pengaduk kaca
Rak Tabung Reaksi
Penjepit Kayu
Pembakar Bunsen gas
Pipet
Piala Gelas
Heater
1.5 BAHAN
Serat yang diuji dalam pelaksanaan praktikum:
Kapas Poliakrilat
Rayon Viskosa Poliamida / Nylon
Rami Poliester : Kapas
Sutera Poliester : wool
Wool Poliester : rayon
Poliester
Zat kimia pelarut yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum:
H2SO4 59,5% NaOH 10%
H2SO4 70% NaOH 45%
HCl 1 : 1 NaOCl
HNO3 Metil Salisilat
Asam Formiat Aseton
(HCOOH)
KOH 10%
1.6 CARA KERJA
Cara kerja praktikum serat tekstil Uji pelarutan adalah :
1. Pastikan Tabung reaksi dalam kondisi bersih
2. Masukkan pereaksi kedalam tabung reaksi ± 5 ml dengan hati-hati
menggunakan pipet tetes.
3. Masukkan beberapa helai serat yang akan diuji kedalam tabung
reaksi yang telah berisi pereaksi.
4. Aduk – aduk serat yang berada dalam larutan pereaksi dan amati
kelarutannya selama 5 menit.
5. Pada pereaksi KOH 10%, NaOH 10%, NaOH 45%, jika telah selesai
5 menit ternyata serat tersebut tidak larut, maka pereaksi yang berisi
serat dapat dipanaskan dan diamati kelarutannya selama 5 menit
dalam keadaan panas
6. Khusus metil salisilat jika dalam keadaan suhu standar tidak
melarutkan serat, maka dapat dilakukan pengamatan pelarutan
dalam suhu pereaksi yang mendidih.
7. Catat semua sifat kelarutan serat pada masing – masing jenis pelarut
pada lembar jurnal praktikum.
V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Kapas
Asam – asam menyebabkan hidrolisa ikatan ikatan glukosa dalam
rantai selulosa membentuk hidroselulosa.Asam kuat dalam larutan
menyebabkan degradasi cepat .Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada
kapas,kecual alkali kuat seperti NaOH yang dimanfaatkan pada proses
Merserisasi.
Pada Hasil Pengamatan :
Kapas lemah terhadap asam lemah maupun asam kuat . Larut oleh
asam sulfat 70 % .Tidak larut oleh basa kuat maupun lemah.
5.2 Rayon Viskosa
Rayon viskosa lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan
kapas terutama dalam keadaan panas.
Pada Hasil Pengamatan :
Rayon Viskosa larut terhadap asam kuat,larut sebagian oleh asam
lemah, basa kuat, dan sebagian basa lemah.
5.3 Rami
Serat Rami sangat higroskopis dan cepat kering.Karena kekuatanya
yang tinggi ,rami sangat baik untuk dipergunakan sebagai jala,kanvas, dan
tali temali.
Pada Hasil Pengamatan :
Pada asam kuat terjadi larut sebagian dan tidak larut oleh basa .
5.4 Sutera
Sutera bersifat amfoter dan menyerap asam dan basa dari larutan
encer.Sutera tidak mudah diserang larutan asam encer hangat tetapi larut
dan rusak didalam asam kuat.Dibandingkan dengan wol,sutera kurang tahan
terhadap asam tetapi lebih tahan alkali meskipun konsetrasi rendah pada
suhu tinggi akan terjadi kemunduran kekuatan.
Larut pada asam kuat dan tidak larut dalam basa kuat maupun lemah.
5.5 Wool
Wol bersifat amfoter ,tahan asam-asam ,kecuali asam pekat panas
depat memutus ikatan peptida.Didalam larutan alkali ,ikatan disulfida
mudah sekali putus ,sehingga wol mudah rusak oleh alkali .Didalam larutan
natrium hidroksida 5% mendidih wol seger larut.
Pada Hasil Pengamatan :
Pada asam kuat serat wool ada yang rusak dan tidak larut .Pada
kalium hidroksida terjadi kerusakan dan larut pada natrium hidroksida,
sodium hipoklorit dan metil salisilat
5.6 Poliester
Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu didih dan than asam
kuat dingin.Poliester tahan basa lemah ,tetapi kurang kuat pada basa kuat.
Pada Hasil Pengamatan :
Tidak larut pada asam kuat maupun asam lemah .Larut dan larut
sebagian pada basa kuat dan lemah.
5.7 Poliakrilat
Poliakrilat adalah polihidrokarbon disubtitusi denhan Nitril.Dibagi
menjadi 5 yaitu Orlon Pan Dralon ,Acrilan dan Courtelle,Creslan dan
Zefran, dan Darvan dan Travis.
Pada Hasil Pengamatan :
Larut pada asam kuat , larut sebagian pada asam lemah dan Tidak
larut pada basa kuat dan basa lemah .
5.8 Poliamida/Nylon
Nylon tahan terhadap pelarut pelarut dalam pencucian kering dan
tahan terhadap asam asam encer ,tetapi asam klorida pekat mendidih selam
beberapa jam , akan terurai menjadi asam adipat dan heksametilena
diamonium hidroklorida.
Larut pada asam kuat dan asam lemah. Tidak larut terhadap basa
lemah dan basa kuat .
Tidak larut dalam asam kuat dan tidak larut dalam basa kuat dan
basa lemah
VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, hal - hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan uji pelarutan pada serat diantaranya :
Pastikan tabung reaksi bersih kering, karena adanya zat pengotor dapat
mengubah konsentrasi larutan.
Pada uji pelarutan serat yang larut dalam pelarut akan hancur dan menyatu
atau homogen dengan pelarut, namun tidak semua serat yang larut
langsung hancur, ada beberapa serat yang harus menunggu beberapa menit
agar dapat larut ke dalam pelarut setelah dilakukan pengadukan. Serat
yang tidak larut dalam uji pelarutan adalah serat yang secara visual
bentuknya tetap dan tidak hancur meski telah dimasukkan ke dalam pelarut
selama beberapa menit dan telah dilakukan pengadukan.
Serat sutera sulit dilarutkan karena pada serat sutera mengandung zat
perekat disebut serisin.
Serat yang larut ke dalam pelarut berarti serat tersebut tidak tahan terhadap
sifat kimia dari pelarut tersebut misalnya serat kapas yang larut dalam
H2SO4 70% hal ini berarti serat kapas tidak tahan terhadap sifat kimia
Asam Sulfat yaitu Asam Sulfat sebagai asam kuat. Serat yang tidak larut
ke dalam pelarut artinya serat tersebut tahan terhadap sifat kimia dari
pelarut tersebut, misalnya rayon viskosa tidak larut ke dalam HNO3 hal ini
berarti rayon viskosa tahan terhadap sifat kimia HNO3 yaitu sebagai basa
kuat.
Pengaruh mekanik terhadap penyajian sangat berpengaruh sekali,
contohnya ketika sebuah serat dimasukan kedalam tabung yang berisi zat
pelarut dengan di puntir maka serat itu akan sulit untuk dilarutkan oleh zat
pelarut, namun jika serat dimasukan dengan keadaan tidak di puntir akan
lebih cepat dilarutkan oleh zat pelarut
Pada uji pelarutan dilakukan pengadukan. Tujuan dilakukannya
pengadukan adalah agar serat yang dimasukkan ke dalam pelarut dapat
larut sempurna, kemudian ada juga beberapa serat yang larut ke dalam
pelarut namun dalam jangka waktu yang lama sehingga dibutuhkan
bantuan dari luar yaitu dengan cara diaduk sehingga akan mempercepat
serat larut ke dalam pelarut. Jadi, tujuan dilakaukannya pengadukan adalah
mempercepat serat larut ke dalam pelarut.
Pengaruh suhu terhadap kelarutan serat sangat berpengaruh sekali karena
ada sebagian serat yang tidak larut dalam zat pelarut pada suhu
kamar,namun zat tersebut bisa larut pada zat pelarut ketika dipanaskan
dengan menggunakan bunsen. Jadi suhu terhadap serat larut atau tidak
larutnya sangat berpengaruh sekali. Pada uji pelarutan dilakukan
penambahan suhu untuk beberapa pelarut karena ada beberapa jenis serat
yang larut ke dalam pelarut tertentu namun pelarut tersebut harus dalam
suasana panas. Contohnya adalah poliester yang larut dalam basa kuat
yaitu NaOH namun NaOH dalam suasana panas. Jadi, tujuan dilakukannya
penambahan suhu adalah untuk membantu serat agar dapat larut ke dalam
suatu pelarut.
Pewaktuan serat harus sesuai dengan prosedur pada literature.
Dalam penentuan serat yang akan di uji harus diperhatikan kembali agar
tidak tertukar dengan serat yang lainnya karena serat yang akan kita uji
sangat banyak, yang dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dibuat
sesuai dengan yang diinginkan.
Menentukan jenis serat secara pasti , dalam pengerjaannya
memerlukan pengulangan agar diperoleh hasil yang akurat.
Bila ingin mengetahui jenis serat dari suatu kain yang tidak diketahui,
maka dapat dilakukan :
Lakukan uji pembakaran untuk menentukan jenis serat secara umum
apakah serat tersebut tergolong ke dalam serat selulosa, serat rambut atau
serat buatan yaitu serat poliester.
Lakukan uji mikroskop untuk melihat morfologi dari serat yang berasal
dari kain tersebut agar dapat memastikan jenis serat tersebut
Yang terakhir lakukan uji pelarutan untuk memastikan jenis serat hasil
pengamatan saat uji pembakaran dan mikroskop karena suatu serat hanya
akan larut ke dalam pelarut tertentu saja. Maka dari itu kita bisa
mengetahui dengan cara melihat serat tersebut bereaksi dengan zat pelarut
yang diujikan. Apabila serat tersebut larut dalam jenis zat pelarut yang
diujikan ketika praktek dan menyocokannya dengan teori yang sudah
dipelajari maka kita akan bisa mengetahui jenis serat tersebut. Begitu juga
sebaliknya bila serat tidak larut pada zat pelarut yang diujikan ketika
praktek dan menyocokan dengan teori yang sudah dipelajari, maka kita
juga bisa mengetahui jenis serat tersebut. Metode inilah yang bisa
membantu kita apabila kita tidak mengetahui sample serat yang diujikan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan dikomparasikan dengan referensi
atau literatur terdapat beberapa data yang tidak sesuai. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya :
Jumlah serat yang dimasukkan kedalam larutan tidak sebanding dengan
banyaknya larutan, sehingga serat yang seharusnya sudah larut menjadi
belum larut atau hanya larut sebagian.
Lamanya proses pengadukan dan pemanasan sehingga terjadi serat larut,
namun bukan karena pereaksi namun karena proses mekanik pengadukan
tersebut.
Nyala api jangan terlalu besar karena dapat menyebabkan serat yang
dilarutkan tidak rata.
Pengamat terlalu cepat menyimpulkan keadaan serat ; bila waktu
pelarutan serat sesuai yang telah ditentukan ( dalam arti menyerap cairan
penguji).
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa serat akan
larut terhadap pelarut tertentu yang sesuai dengan sifat kimia dari serat
tekstil tersebut. Kelarutan serat tekstil dengan melihat perbandingan dan
acuan dari refrensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Kelarutan Serat
No Nama Pelarut Jenis Serat yang Larut
1 H2SO4 59,9% Rayon Viskosa, Rami, Sutera,
Nylon/Polyamida
2 H2SO4 70% Kapas, Rayon Viskosa, Rami, Sutera,
Poliakrilat, Nylon/Polyamida
3 HCl 1:1 Nylon/Polyamida
4 HNO3 Poliakrilat, Nylon/Polyamida
5 Asam Formiat Polyamida/Nylon
6 KOH 10% Sutera, Wool
7 NaOH 10% Rayon Viskosa, Sutera (dipanaskan) ,
Wool
8 NaOH 45% Rayon Viskosa, Sutera (dipanaskan),
Wool, poliester (dipanaskan), Poliester
Rayon (dipanaskan)
9 NaOCl Sutera, Wool
10 Metil Salisilat Poliester
Selain serat yang larut dan larut sebagian pada Tabel 2 dan Tabel 3,
serat yang diujikan tidak larut pada pelarut – pelarut tersebut. Pelarut
Aseton tidak melarutkan serat –serat yang diujikan.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN
Oleh :
NPM 18020014
1K1
2019