Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTEK PENCELUPAN I

Pencelupan Zat Warna Reaktif Sistem Exhaust


Disusun oleh:
Handika Setiawan (204003)
Tasya Syiva Sulistyowati (204004)
Laras Fajar Rahmadani (204007)

Program Studi Kimia Tekstil


Sekolah Tinggi Teknologi Warga Surakarta
Tahun Ajaran 2021
I. TUJUAN PRAKTEK
 Melakukan pencelupan pada kain katun, shantung, dan bamberg dengan
menggunakan zat warna reaktif (DCT) dengan metode tidak kontinyu sistem
exhaust
 Membandingkan hasil pencelupan pada kain katun, shantung, dan bamberg
dengan menggunakan zat warna reaktif (DCT) dengan metode tidak kontinyu
sistem exhaust

II. DASAR TEORI


A. Serat Kapas/Katun
Serat selulosa merupaka serat yang bersifat hidrofil yang strukturnya berupa
polimer selulosa, dengan derajat polimerisasi yang bervariasi. Makin rendah DP
maka daya serap serat makin besar contoh : (MR) rayon 11-13% dan kapas 7-8%
Struktur serat selulosa adalah sebagai berikut:

Gugus hidroksil primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen. Serat
selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan asam, sehingga pengerjaan
proses persiapan penyempurnaan dan pencelupannya lazim dilakukan dalam
suasana netral atau alkali. Bahan yang akan dicelup biasanya sudah melalui proses
pre-treatment.
Sifat kimia kapas
Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
1. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
2. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
3. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
4. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
5. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik gugus
hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus hidroksil
dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus hidroksil akan
lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya molekul-molekul air
terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat mudah dicelup.
Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali kuat akan dengan
konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat.

B. Serat Rayon Viskosa


Sebagai bahan dasar serat rayon viskosa adalah kayu yang dimurnikan dan
dengan mengubah natrium hidroksida menjadi selulosa alkali kemudian dengan
mengubah karbon disulfuda dirubah menjadi natrium selulosa xantat dan
selanjutnya dilarutkan didalam larutan natrium hidroksida encer. Larutan ini
kemudian diperan dan akhirnya dengan cara pemintalan basah dengan
menggunakan larutan asam. Filamen hasil pemintalan masih belum murni
sehingga perlu dimurnikan dengan cara dicuci dengan air, kemudian digunakan
larutan natrium sulfide untuk menghilangkan belerang dan mungkin juga
senyawa-senyawa yang mengandung belerang, kemudian diputihkan dengan
natrium hipoklorit dan akhirnya dicuci dengan air dan dikeringkan.
Sifat serat rayon viskosa:
1. Kekuatan dan mulur
Kekuatan serat rayon viskosa kira-kira 2,6 gram/denier dalam keadaan kering
dan kekuatan basahnya kira-kira 1,4 gram/denier. Mulurnya kira-kira 15%
dalam keadaan kering dan kira-kira 25% dalam keadaan basah.
2. Moisture regain
moisture regain serat rayon dalam kondisi standar adalah 12-13%.
3. Elastisitas
Elastisitasnya tidak baik.
4. Berat jenis
Berat jenis rayon viskosa adalah 1,52.
5. Sifat listrik
Dalam keadaan kering rayon viskosa merupakan isolator listrik yang baik,
tetapi uap air yang diserap oleh rayon akan mengurangi daya isolasinya.
6. Sinar
Penyinaran dapat menyebabkan kekuatan rayon viskosa berkurang.
Berkurangnya kekuatan lebih sedikit dibandingkan sutra, tetapi lebih tinggi
dari asetat.
7. Panas
Rayon viskosa tahan terhadap penyetrikaan tetapi pemanasan dalam waktu
lama menyebabkan rayon berubah menjadi kuning.
8. Sifat kimia
Rayon viskosa lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas,
terutama dalam keadaan panas. Pengerjaan dengan asam encer dingin dalam
waktu yang singkat biasanya tidak berpengaruh, tetapi pada suhu tinggi akan
merusak serat rayon viskosa. Rayon viskosa tahan terhadap pelarut-pelarut
untuk pencucian kering.
9. Sifat biologi
Jamur menyebabkan kekuatan rayon viskosa berkurang serta berwarna.
Biasanya jamur mula-mula tumbuh pada kanji telah dihilangkan kemungkinan
diserang jamur berkurang.

C. Rayon Kuproamonium
Bahan baku untuk rayon kupramonium adalah linter kapas, kadang-kadang
juga digunakan pula pulp yang telah dimurnikan sehingga mempunyai kadar
selulosa yang tinggi. Linter kapas dimasak pada kier pada suhu 150OC dengan
larutan natrium hidroksida encer. Kemudian diputihkan dengan natrium
hipokhlorit.
Selulosa yang telah dimurnikan ini kemudian dicampur dengan ammonia,
kupro sulfat dan natrium hidroksida, kemudian diaduk-aduk sehingga menjadi
larutan yang berwarna biru jernih, diencerkan sehingga mengandung selulosa 9-
10%, dihilangkan udaranya dan disaring. Larutan kupramonium dipintal dengan
cara pemintalan basah.
Larutan disemprotkan melalui spinneret kedalam air untuk menghilangkan
sebagian besar ammonia dan sebagian kupro, kemudian ditarik, dilewatkan
kedalam larutan asam, rangkaian bak pencucidiberi pelumas, dikeringkan dan
akhirnya digulung.
Serat rayon kupramonium mirip dengan rayon viskosa, perbedaan sifat pokoknya
ialah :
1. Filamen rayon kupramonium sangat halus rata-rata 1,2 denier per filament.
Untuk keperluan khusus dapat dibuat sampai 0,4 denier per filament.
2. Kekuatannya dalam keadaan kering 2,3 gram/denier dengan mulur 15%
sedangkan dalam keadaan basah kekuatanya 1,2 gram/denier dengan mulur
25%.
3. Moisture contentnya 11%.
4. Dapat terbakar pada suhu 180OC akan rusak; dan kekuatannya berkurang oleh
sinar matahari
Rayon kupramonium bayak digunakan untuk bahan pakaian wanita, kaos kaki
wanita dan pakaian dalam. Kebanyakan untuk kain-kain mutu baik. Kehalusan
filamennya memberikan sifat lemas dan drape yang baik. Kain wanita yang dibuat
dengan benang rayon kupramonium banyak di dagangkan dengan nama Bemberg
rayon.

D. Zat Warna Reaktif


Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari
serat. Zat warna reaktif yang pertama diperdagangkan dikenal dengan nama
Procion. Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup serat selulosa, serat
protein seperti wol dan sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini. Selain itu
serat poliamida (nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktif untuk
mendapatkan warna muda dengan kerataan yang baik.
Nama dagang zat warna reaktif adalah :
- Procion (I.C.I)
- Cibacron (Ciba Geigy)
- Remazol (Hoechst)
- Levafix (Bayer)
- Drimarine (Sandoz)
- Primazine (BASF)
 Sifat –sifat
Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air.
Karena mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencelupan zat
warna reaktif mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Demikian pula
karena berat molekul kecil maka kilapnya baik.
Berdasarkan cara pemakaiannya, zat warna reaktif digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Zat warna reaktif dingin Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai
kereaktifan tinggi, dicelup pada suhu rendah. Misalnya procion M,
dengan sistem reaktif dikloro triazin.
2. Zat warna reaktif panas Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai
kereaktifan rendah, dicelup pada suhu tinggi. Misalnya Procion H,
Cibacron dengan sistem reaktif mono kloro triazin, Remazol dengan
sistem reaktif vinil sulfon.
Di dalam air, zat warna reaktif dapat terhidrolisa, sehingga sifat
reaktifnya hilang dan hal ini menyebabkan penurunan tahan cucinya.
Hidrolisa tersebut menurut reaksi sebagai berikut : D - Cl + H 2O → D -
OH + HCl
 Mekanisme Pencelupan
Dalam proses pencelupan reaksi fiksasi zat warna reaktif dengan serat
terjadi simultan dengan reaksi hidrolisis antara zat warna dengan air.
Kereaktifan zat warna reaktif meningkat dengan meningkatnya pH larutan
celup. Oleh karena itu pada dasarnya mekanisme pencelupan zat warna
reaktif terdiri dari dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap penyerapan
zat warna reaktif dari larutan celup ke dalam serat. Pada tahap ini tidak
terjadi reaksi antara zat warna dengan serat karena belum ditambahkan
alkali. Selain itu, karena reaksi hidrolisis terhadap zat warna lebih banyak
terjadi pada pH tinggi, maka pada tahap ini zat warna akan lebih banyak
terserap ke dalam serat dari pada terhidrolisis. Penyerapan ini dibantu
dengan penambahan elektrolit. Tahap kedua, merupakan fiksasi, yaitu reaksi
antara zat warna yang sudah terserap berada dalam serat bereaksi dengan
seratnya. Reaksi ini terjadi dengan penambahan alkali.
Reaksi antara gugus OH dari serat selulosa dengan zat warna reaktif dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Reaksi substitusi Membentuk ikatan pseudo ester (ester palsu) misalnya
pada pencelupan serat selulosa dengan zat warna reaktif Procion,
Cibacron dan Levafix.
2. Reaksi adisi Membentuk ikatan eter, misalnya pada pencelupan serat
selulosa dengan zat warna reaktif Remazol.
 Faktor-faktor yang Berpengaruh
Pada pencelupan dengan zat warna reaktif, 4 faktor utama perlu
mendapatkan perhatian agar dapat diperolah hasil yang memuaskan.
Keempat faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh pH Larutan
Fiksasi zat warna reaktif pada serat selulosa terjadi pada pH 10,5 –
12,0. Pada pH tersebut zat warna reaktif yang sudah terserap di dalam
serat akan bereaksi dengan serat. Seperti telah diterangkan diatas bahwa
reaksi zat warna reaktif dengan serat selulosa terjadi pada pH tinggi oleh
adanya penambahan alkali. Walaupun reaksi hidrolisis zat warna reaktif
dengan air terjadi pada pH yang tinggi, namun reaksi hidrolisis tersebut
sangat sedikit kemungkinan terjadinya karena zat warna telah terserap
kedalam serat. Oleh karena itu, penambahan alkali dilakukan pada tahap
kedua setelah zat warna terserap oleh serat. Apabila penambahan alkali
tersebut dilakukan pada awal proses, maka kemungkinan besar akan
terjadi hidrolisa.
2. Pengaruh Perbandingan Larutan Celup
Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya
laruta terhadap berat bahan tekstil yang diproses, penggunaan
perbandingan larutan yang kecil akan menaikan konsentrasi zat warna
dalam larutan. Kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan tersebut
akan menambah besarnya penyerapan. Maka untuk mencelup warna-
warna tua diusahakan untuk memakai perbandingan larutan yang kecil.
3. Pengaruh Suhu
Pada pencelupan dengan zat warna reaktif maka penambahan suhu
akan menyebabkan zat warna mudah sekali bereaksi dengan air,
sehingga dapat menyebabkan berkurangnya afinitas zat warna dan
kemungkinan terjadi penurunan daya serap (substantivitas) juga lebih
besar sehingga dapat menurunkan efisiensii fiksasi. Kerugian karena
penurunan efisiensi fiksasi ini dapat diatasi dengan pemakaian pH yang
terlalu tinggi, oleh karena itu faktor suhu pencelupan dan pH larutan
celup memegang peranan penting di dalam proses pencelupan dengan zat
warna reaktif. Zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan tinggi,
dicelup pada suhu kamar. akan tetapi zat warna reaktif yang mempunyai
kereaktifan rendah memerlukan suhu pencelupan minimal 700C.
4. Pengaruh Elektrolit
Pengaruh elektrolit pada pencelupan dengan zat warna reaktif seperti
halnya pada zat warna direk. Makin tinggi pemakaian elektrolit, maka
makin besar penyerapannya. Jumlah pemakaian elektrolit hampir
mencapai sepuluh kali lipat dari pada pemakaian pada zat warna direk.

E. Metode Exhaust
Pada pencelupan metode perendaman zat warna, yang sebagian atau
seluruhnya larut dalam larutan celup, berpindah ke permukaan serat akibat
gerakan larutan celup atau gerakan bahan yang dicelup. Zat warna terserap ke
permukaan serat dan idealnya berdifusi ke dalam serat (seluruh bagian serat).
Berdasarkan zat warna yang digunakan, ikatannya bisa fisika atau kimia.
Pencelupan cara perendaman biasanya dilakukan menggunakan larutan celup,
dengan waktu yang relatif lama dan menggunakan rasio perbandingan larutan-
bahan dari mulai 8:1 hingga 30:1. Metode exhaust sering pula disebut dengan
metode dis-kontinu atau imersi karena alat/mesinnya memiliki kapasitas yang
terbatas, kain tidak dilewatkan tetapi direndamkan seluruhnya selama proses.

III. PERALATAN DAN BAHAN


1. Alat
- Beaker glass
- Gelas plastik
- Timbangan analitik
- Kompor
- Pengaduk
- Pipet
- Thermometer
2. Bahan
- Zat warna reaktif Chloranyl Orange P-2R
- NaCl
- NaOH
- Pembasah

IV. RESEP DAN PERHITUNGAN


Resep
- Zat warna Chloranyl Orange P-2R : 30%
- NaCl : 8 g/L
- NaOH : 3 g/L
- Pembasah : 1 cc/L
- Suhu : kamar
- Vlot : 1 : 30
Perhitungan
Diketahui berat bahan = 43,63 gr
- Kebutuhan air = 43,63 gr × 30
= 1,3 L
- Zat warna = 30% × 43,63 gr
= 13 gr
- NaCl = 8 gr × 1,3 L
= 10,4 gr
- NaOH = 3 gr × 1,3 L
= 3,9 gr
- Pembasah = 1 cc/L × 1,3 L
= 1,3 cc

V. SKEMA
VI. PROSEDUR
1. Hitung berat kain dan kebutuhan zat yang akan digunakan untuk proses
pencelupan zat warna sistem exhaust
2. Larutkan zat warna dan pembasah dengan air dingin di dalam beaker glass
3. Masukkan kain kedalam larutan zat warna dikerjakan selama 10 menit, kemudian
larutan zat warna ditambahkan NaCl pemcelupan diteruskan selama 30 menit
4. Selanjutnya larutan zat warna ditambahkan alkali dan pencelupan dilanjutkan
hingga total pengerjaan selama 1 jam
5. Kain hasil proses tersebut kemudian dilakukan pencucian dingin, panas, sabun,
panas dan dingin kemudian dikeringkan.

VII. ANALISA DAN DISKUSI

VIII. KESIMPULAN

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Subiyati. BPK Praktek Teknologi Pencelupan I. Surakarta : STTW, 2021
2. https://pdfcoffee.com/makalah-celup-3-pet-rayondocx-pdf-free.html
3. https://text-id.123dok.com/document/myjjwjk5y-pencelupan-dengan-zat-warna-
reaktif.html
4. http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/
JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/195110081989031-
SUPANDI/FILE_24.pdf
5. https://www.academia.edu/37453882/
Laporan_Pencelupan_Kapas_dengan_Zat_Warna_Direk
6. https://epaper.myedisi.com

Anda mungkin juga menyukai