LAPORAN
ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Praktikum Teknologi Pencelupan 3
oleh
Gadis Rahayu Hidayat 15020 100
Hartanty Theresia 15020 104
Restu Adhitia 15020 112
Ryan Suryadi 15020 116
Grup : 3K4
Dosen : Ir. Elly K., Bk. Teks,M.Pd.
Asisten : Witri A. S., S.ST.
Anna S.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum :
melaksanakan proses pencelupan pada kain T/C dengan menggunakan zat warna
Dispersi-Direk (2:1) metoda Carrier cara Exhaust dengan variasi 1 bath 1 stage, 1
bath 2 stage dan variasi cuci sabun dengan RC.
memvariasikan metoda (1 bath 1 stage dengan 1 bath 2 stage) dan variasi cuci sabun
dengan RC.
mengetahui pengaruh variabel tersebut terhadap hasil proses.
mengidentifikasi penggunaan metoda celup dan metoda pencucian yang optimum
terhadap ketuaan warna dan efek yang dihasilkan.
mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil proses.
Sehingga praktikan dapat memahami pengaruh metoda celup dan pencucian yang
digunakan terhadap hasil celup serta dapat menentukan metoda celup dan metoda
pencucian yang optimal berdasarkan percobaan.
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Pendahuluan
Pencelupan Poliester tidak mempunyai daya serap terhadap zat warna direk
sedangkan serat selulosa tidak tercelup oleh zat warna dispersi, akan tetapi dapat ternodai.
Untuk warna sedang atau tua perlu penambahan zat pengemban, apabila pencelupan
dilaukan pada suhu diatas 1000C perlu dilakukan pemilihan terhadap zat warna direk yang
tahan terhadap suhu tinggi.
Untuk memperoleh tahan cuci yang baik, maka digunakan zat warna direk dengan
kerja iring logam-logam. Serat poliester dicelup dahulu dengan zat warna dispersi yang
kemudai dikerjakan pencucian reduksi dengan larutan 1 g/L NaOH dan 2 g/L Na 2S2O4. Dan
ditambahkan zat pendispersi pada suhu 70-750C. Selulosa kemudian dicelup dengan zat
warna direk yang dikerjakan dengan logam.
Cuci reduksi pada celupan poliester dengan zat warna dispersi berfungsi untuk
memaksimalkan sifat tahan luntur warna hasil celup, dengan cara menghilangkan zat warna
yang tidak terfiksasi sempurna dipermukaan serat (ring dyeing). Pada umumnya zat yang
digunakan adalah NaOH dan Na2S2O4 yang akan menghasilkan Hn yang berfungsi untuk
mereduksi zat warna yang menempel dipermukaan serat.
NaOH + 2 Na2S2O4 2H2O Na2S2O4 + Hn
NaOH berfungsi untuk mengaktifkan Na2S2O4 agar menghasilkan Hn yang dapat
mereduksi zat warna dispersi pada permukaan serat, maka dalam proses cuci reduksi
penggunaan NaOH harus tepat, karena NaOH dapat menghidrolisa permukaan serat
poliester. Sedangkan fungsi dari penyabunan adalah untuk menghilangkan sisa-sisa zat
warna direk yang tidak terfiksasi dengan sempurna.
2.2. Serat
2.2.1. Serat Poliester
Serat poliester merupakan hasil reaksi antara monomer asam tereftalat dengan
monomer etilena glikol.
Golongan B
Yaitu jenis zat warna direk yang mempunyai daya perata yang rendah, sehingga
penyerapan zat warna harus diatur dengan penambahan suatu elektrolit. Bila pada
permulaan pencelupan zat warna memberikan hasil yang tidak rata, maka akan
sukar diperbaikinya.
Golongan C
Yaitu jenis zat warna direk dengan daya perata yang rendah tetapi memiliki daya
tembus yang baik meskipun tidak dengan penambahan elektrolit. Penetrasinya dapat
diatur dengan meningkatkan suhu larutan celup.
2.4.1.3. Pendispersi
Zat warna dispersi memiliki kelarutan yang sangat kecil sehingga zat warna
harus didispersikan dalam larutan secara homogen, untuk menjamin pendispersia
dan mencegah agregasi zat warna pada suhu tinggi, maka dibantu dengan zat
pendispersi.
2.4.2.2. Suhu
Pada umumnya peristiwa pencelupan terjadi pada eksotermis. Maka dalam
keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu tinggi akan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan suhu rendah. Akan tetapi dalam prakteknya memerlukan suhu
tinggi untuk mempercepat reaksi.
Apabila suhu dinaikan maka jumlah zat warna yang terserap dalam waktu
yang singkat akan pesat hingga titik tertentu. Kemudian berkurang kembali,
peristiwa tersebut akan menyebabkan perubahan ketuaan warna bila pencelupan
dilakukan pada suhu tinggi.
2.4.2.3. pH
Zat warna direk biasa digunakan pada pH netral, penambahan alkali dapat
mengurangi laju penyerapan, meskipun demikian kerap kali diguakan soda abu
hingga 3% untuk mengurangi kesadahan air yang dipakai serta memperbaiki
kelarutan zat warna.
Ikatan Hidrofobik
Zat warna dispersi dan poliester merupakan senyawa yang bersifat
hidrofobik dan cenderung bersifat non-polar. Ikatan yang terjadi pada senyawa
hidrofob yang bersifat non-polar disebut dengan ikatan hidrofobik.
Gaya yang berperan pada ikatan ini adalah gaya dispersi London yang
termasuk kedalam gaya Van der waals (gaya fisika) yang terjadi berdasarkan
interaksi antara kedua molekul yang berbeda.
Ikatan Van der waals terdiri dari dua komponen, yaitu ikatan dipol
(dwikutub) dan dispersi London. Akan tetapi sifat zat warna dispersi cenderung non
polar, sehingga gaya yang lebih berperan dalam terbrntuknya ikatan antara zat
warna dispersi dan serat poliester adalah gaya dispersi London.
PERCOBAAN
3.1. Diagram Alir
Pencelupan
Pengerjaan Iring
Pengeringan
Evaluasi
3.2.2. Bahan
Zat warna Dispersi (Terasil Rubine 2G-FI)
Zat Warna Direak (Solophenyl Yellow Ark 154%
Carrier
NaCl
CH3COOH
Pemfiksasi Kationik (Fixing Agent)
Na2CO3
Teepol
Na2S2O4
NaOH 380Be
Pencelupan serat polyester dengan zat warna disperse dan direk 1 bath 2 stage
ZW dispersi (merah) : 1.33 %
Terasil Rubine 2G-FL
Carrier : 1.33 %
Pendispersi : 1ml/L
Asam asetat : pH 6
Suhu : 100°C
Waktu : 30 menit
Vlot : 1:20
ZW direk (kuning) : 0.67 5
Solophentil Yellow
Arle 154 %
NaCl : 15 g/L
Suhu : 80°C
Waktu : 20 menit
Pencelupan serat polyester dengan zat warna disperse dan direk 1 bath 1 stage
ZW dispersi (merah) : 1.33 %
Terasil Rubine 2G-FL
Carrier : 1.33 %
Pendispersi : 1ml/L
Asam asetat : pH 6
Suhu : 100°C
Waktu : 30 menit
Vlot : 1:20
ZW direk (kuning) : 0.67 5
Solophentil Yellow
Arle 154 %
NaCl : 15 g/L
Iring
Zat pemfiksasi kationik : 0.67 %
Asam asetat : 1 ml/L
Suhu : 70°C
Waktu : 15 menit
Vlot : 1:20
Penyabunan
Detergent : 1ml/L
Na2CO3 : 1 g/L
Vlot : 1:20
Suhu : 70°C
Waktu : 15 menit
R/C
Na2S2O4 : 1 g/L
NaOH 38°Be : 1 ml/L
Suhu : 70°C
Vlot : 1:20
Waktu : 15 menit
3.2.3.2. Fungsi Zat
Zat warna Dispersi : untuk mencelup serat poliester pada bahan
Zat warna Direk : untuk mencelup serat selulosa pada bahan
Pendispersi : mendispersikan zat warna dispersi secara monomolekuler
Carrier : menggembungkan serat pada pencelupan poliester dengan
zat warna dispersi
NaCl : menambah penyerapan zat warna direk pada serat selulosa
CH3COOH 30% : dalam proses Iring berguna untuk memperbaiki kelarutan
fixing agent (pemfiksasi kationik)
Fixing Agent : mengikat zat warna direk yang berada didalam serat
sehingga memiliki molekul yang lebih besar dan
meningkatkan sifat tahan cuci zat warna direk
Sabun : menghilangkan sisa zat warna yang tidak terfiksasi secara
sempurna
Na2CO3 : pemberi suasana alkali dalam proses penyabunan
Na2S2O4 : untuk mereduksi zat warna dispersi yang tidak terfiksasi
secara sempurna dan menghilangkan zat pengemban
NaOH : untuk mengaktifkan Na2S2O4.
Kain 2
Berat bahan : 6.04 gram
Vlot : 121 ml
1.33 100
ZW dispersi : x 6.04 x =8.03 ml
100 1
0.67 100
ZW direk : x 6.04 x =4.04 ml
100 1
1.33 100
Carrier : x 6.04 x =8.03 ml
100 1
1
Pendispersi : x 121=0.121 gram
1000
15
NaCl : x 121=1.81 gram
1000
Kain 3
Berat bahan : 6.04 gram
Vlot : 121 ml
1.33 100
ZW dispersi : x 6.04 x =8.03 ml
100 1
0.67 100
ZW direk : x 6.04 x =4.04 ml
100 1
1.33 100
Carrier : x 6.04 x =8.03 ml
100 1
1
Pendispersi : x 121=0.121 gram
1000
15
NaCl : x 121=1.81 gram
1000
Kain 4
Berat bahan : 6. 12 gram
Vlot : 122 ml
1.33 100
ZW dispersi : x 6.1 x =8.1 ml
100 1
0.67 100
ZW direk : x 6.1 x =4.08 ml
100 1
1.33 100
Carrier : x 6.1 x =8.1 ml
100 1
1
Pendispersi : x 122=0.122 gram
1000
15
NaCl : x 122=1.83 gram
1000
Iring
Kain 1
Berat bahan : 6.1 gram
Vlot : 122 ml
0.67
Pemfiksasi Kationik : x 6.1=0.04 ml
100
1
Asam asetat : x 122=0.122ml
1000
Kain 2
Berat bahan : 6.04 gram
Vlot : 121 ml
0.67
Pemfiksasi Kationik : x 6.04=0.04 ml
100
1
Asam asetat : x 121=0.121ml
1000
Kain 3
Berat bahan : 6.04 gram
Vlot : 121 ml
0.67
Pemfiksasi Kationik : x 6.04=0.04 ml
100
1
Asam asetat : x 121=0.121ml
1000
Kain 4
Berat bahan : 6. 12 gram
Vlot : 122 ml
0.67
Pemfiksasi Kationik : x 6.12=0.04 ml
100
1
Asam asetat : x 122=0.122ml
1000
R/C
Kain 2
Berat bahan : 6.04 gram
Vlot : 121 ml
1
Na2S2O4 : x 121=0.121 gram
1000
1
NaOH 38°Be : x 121=0.121ml
1000
Kain 4
Berat bahan : 6. 12 gram
Vlot : 122 ml
1
Na2S2O4 : x 122=0.122 gram
1000
1
NaOH 38°Be : x 122=0.122ml
1000
Penyabunan
Kain 1
Berat bahan : 6.1 gram
Vlot : 122 ml
1
Na2CO3 : x 122=0.122 gram
1000
1
Detergent : x 122=0.122ml
1000
Kain 3
Berat bahan : 6.04 gram
Vlot : 121 ml
1
Na2CO3 : x 121=0.121 gram
1000
1
Detergent : x 121=0.121ml
1000
0.097932 5.7199
0.307596 5.960833
0.043257 4.817
0.322898 5.050367
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 bath 1 stage 1 bath 1 stage `1 bath 2 stage `1 bath 2 stage
(Penyabunan) (R/C) (Penyabunan) (R/C)
Metoda
Grafik Hubungan Antara Nilai K/S
Dengan Metoda
7
6
5
4
3
K/S
2
1
0
1 bath 1 stage 1 bath 1 stage `1 bath 2 stage `1 bath 2 stage
(Penyabunan) (R/C) (Penyabunan) (R/C)
Metoda
Standar sampel
L* = 52,14
a* = 28,34
b* = 27,17
1. Sampel 1
L* = 0,18
a* = 0,26
b*= 0,5
2. Sampel 2
L* = -0,42
a* = 0,48
b*= -1,62
3. Sampel 3
L* = -2,4
a* = 4,83
b*= 5,46
4. Sampel 4
L* = -1,99
a* = 5,49
b*= 4,66
5.1. Kerataan
Berdasarkan percobaan dan pengolahan data nilai kerataan dapat disajikan pada
tabel berikut :
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 bath 1 stage 1 bath 1 stage `1 bath 2 stage `1 bath 2 stage
(Penyabunan) (R/C) (Penyabunan) (R/C)
Metoda
Dari secara keseluruhan menunjukan bahwa kerataan yang palin baik adalah pada
sampel 3 (1 bath 2 stage dengan pencucian), sampel 1 (1 bath 1 stage dengan penyabunan),
sampel 2 (1 bath 1 stage dengan cuci reduksi), dan sampel 4 (1 bath 2 stage dengan cuci
reduksi). Secara berurutan memi;iki nilai kerataan sebesar 0.04, 0.097, 0.307, dan 0.322.
5.1.1. Perbandingan antara 1 bath 1 stage dan 1 bath 2 stage dengan cuci sabun
Dari data tersebut menunjukan bahwa untuk variasi metoda kerataan yang
paling baik adalah menggunakan metoda 1 bath 2 stage, dimana pada sampel 3 (1
bath 2 stage dengan cuci sabun) memiliki nilai kerataan yang paling baik dibanding
dengan metoda 1 bath 1 stage dengan cuci sabun pula. Perlu digarus bawahi dalam
har ini variabel yang kita amati adalah metoda, antara 1 bath 1stage dan 1 bath 2
stage.
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukan bahwa kerataan yang paling
baik diperoleh oleh metoda 1 bath 1 stage dengan cuci sabun (sampel 3), dengan
nilai 0.043, sedangkan pada metoda 1 bath 2 stage dengan cuci sabun (sampel 1)
menempati urutan kedua dengan nilai 0.097. dalam hal ini jelas perbedaan metoda
yang digunakan menghasilkan nilai kerataan yang berbeda.
Hal ini dapat terjadi karena pada metoda 1 bath 1 stage semua zat dimasukan
di awal, kemudian dinaikan hingga suhu 1000C. dalam hal ini perlu diperhatikan
dalam pemilihan zat warna direk, dimana zat warna yang digunakan harus memiliki
sifat tahan panas yang tinggi, sehingga zat warna tidak akan mengalami kerusakan,
sedangkan untuk zat warna dispersi dapat digunakan zat warna yang sangat
hidrofob untuk meminimalisir penodaan pada serat kapas.
Pertanyaannya adalah mengapa pada metoda 1 bath 1 stage memiliki nilai
kerataan yang lebih rendah dibanding metoda 1 bath 2 stage. Hal ini dapat terjadi
karena pemilihan zat warna direk yang kurang tepat, dimana zat warna direk yang
digunakan tidak memiliki sifat tahan suhu tinggi, dengan demikian zat warna akan
rusak dan afinitas zat warna direk terhadap serat kapas akan menurun terutama
apabila dilakukan dengan cara 1 bath 1 stage, zat warna direk akan ikut terpanaskan
dalam suasana/suhu celup zat warna dispersi untuk serat poliester sehingga akan
memiliki kerataan yang lebih rendah dibanding denga nmetoda 1 bath 2 stage.
Sedangkan pada metoda 1 bath 2 stage, tentu akan memiliki kerataan uang baik
meski zat warna direk yang digunakan tidak tahan suhu tinggi,, mengapa demikian,
karena penambahan zat warna direk dilakukan setelah proses pencelupan serat
poliester dengan zat warna dispersi, sehingga zat warna direk tidak aka mengalami
kerusakan akibat suhu tinggi, oleh karena itu pada saat pencelupan serat selulosa
dengan zat warna direk akan memiliki afinitas pada bahan yang lebih baik
dibanding 1 bath 1 stage, sehingga memiliki nilai kerataan yang lebih baik.
5.1.2. Perbandingan antara 1 bath 1 stage dan 1 bath 2 stage dengan cuci reduksi
Berdasarkan percobaan secara umum terlepas dari metoda yang digunakan
menunjukan bahwa cuci reduksi pada hasil celup T/C dengan zat warna dispersi-direk
menunjukan kerataan yang lebih rendah dibanding dengan cuci sabun. Hal ini dapat terjadi
karena sifat dari zat warna direk yang kurang tahan terhadap reduktor, akibatnya terjadi
kerusakan pada zat warna direk yang telah mencelup seart kapas, kerusakan tersebut tentu
akan menurunkan ketuaan warna pada serat kapas, sehingga akan memiliki nilai kerataan
yang lebih rendah, karena tidak terjadi kerusakan pada zat warna dispersi yang telah
mencelup serat poliester, tentu menghasilkan kesenjangan akibat kerusakan pada zat warna
direk yang telah mencelup serat kapas, sehingga pada cuci reduksi akan menghasilkan nilai
kerataan yang lebih rendah dibanding dengan cuci sabun.
Pada kondisi pencucian yang sama (cuci reduksi) antara metoda 1 bath 1 stage
(sampel 2) dan metoda 1 bath 2 stage (sampel 4) dari segi kerataan menunjukan bahwa
dengan metoda 1 bath 1 stage (sampel 2) memiliki kerataan yang lebih tinggi dengan nilai
0.307 dibanding dengan metoda 1 bath 2 stage (sampel 4) dengan nilai kerataan 0.322.
Jika dibandingkan dengan teori seharusnya dengan metoda 1 bath 2 stage akan
menghasilkan kerataan yang lebih baik dibanding dengan metoda 1 bath 1 stage, karena
pengerjaan pencelupan kapas dengan zat warna direk tidak pada kondisi yang dapat
merusak zat warna direk, yaitu suhu 100 0C saat pencelupan serat poliester dengan zat
warna dispersi. Akan tetapi hasilnya menunjukan ketidak sesuaian dengan teori, hal ini bisa
saja terjadi akibat pemilihan zat wanra dispersi yang kurang tepat, sehingga zat warna
dispersi akan menodai serat kapas, sehingga nilai kerataan pada metoda 1 bath 1 stage
memiliki kerataan yang lebih baik, seharusnya digunakan zat warna dispersi dengan sifat
hidrofobik yang lebih tinggi untuk mencegah penodaan pada serat kapas.
5.2. Ketuaan
Nilai ketuaan diperoleh dari nilai K/S pada masing-masing sampel, semakin besar
nilai K/S maka semakin besar tingkat ketuaan warna pada bahan. Berdasarkan pengolahan
data, secara umum nilai K/S yang paling tinggi terjadi pada sampel 2 (1 bath 1 stage
dengan cuci reduksi) dengan nilai K/S 5.96, kemudian sampel 1 (1 bath 1 stage dengan cuci
sabun) dengan nilai K/S 5.71, kemudian sampel 4 (1 bath 2 stage dengan cuci reduksi)
dengan nilai K/S 5.05, dan sampel 3 (1 bath 2 stage dengan cuci sabun) diurutan terkhir
dengan nilai K/S 4.81. Untuk variasi metoda, ketuaan yang paling tinggi adalah
menggunakan metoda 1 bath 1 stage, sedagkan untuk variasi penyabunan atau cuci reduksi,
ketuaan yang baik menggunakan cuci reduksi
2
1
0
1 bath 1 stage 1 bath 1 stage `1 bath 2 stage `1 bath 2 stage
(Penyabunan) (R/C) (Penyabunan) (R/C)
Metoda
5.2.1. Perbandingan Ketuaan antara 1 Bath 1 Stage dan 1 Bath 2 Stage dengan
Penyabunan
Berdasarkan percobaan menunjuka bahwa ketuaan pada metoda 1 bath 1
stage dan 1 bath 2 stage dengan cuci sabun/penyabunan menunjukan bahwa ketuaan
yang paling tinggi diperoleh pada metoda 1 bath 1 stage. Hal ini dapat terjadi karena
akibat penambahan/pencelupan kapas dengan zat warna direk bersamaan dengan
pencelupan poliester dengan zat warna dispersi diawal.
Mengapa demikian, karena salahsatu cara untuk menambah penyerapan zat
warna adalah dengan menaikan energi potensial zat warna dengan cara menambah
kenaikan suhu, pada praktiknya biasanya pencelupan serat kapas dengan zat warna
direk dilakukan pada suhu 800C untuk menghidari kerusakan zat warna, namun
pada metoda 1 bath 1 stage pengerjaan terjadi pula pada suhu 100 0C saat
pencelupan poliester oleh zat warna dispersi, sehingga pada suhu tersebut dapat
mendorong penyerapan zat warna direk kedalam kapas, dengan energi potensial
yang lebih besar, maka penyerapan zat warna akan semakin tinggi dan
menghasilkan ketuaan warna yang lebih tinggi pula.
Sedangkan pada metoa 1 bath 2 stage, pencelupan poliester dengan zat
warna dispersi terjadi pada kondisi yang sama, akan tetapi memiliki kondisi yang
berbeda pada saat pencelupan kapas dengan zat warna direk, dimana pada metoda 1
bath 1 stage terjadi sejak awal prose dengan suhu 100 0C dan pada metoda 1 bath 2
stage pencelupan kapas dengan zat warna direk dilakukan diakhir proses dengan
suhu yang lebih rendah, yaitu 800C, sehingga energy potensial zat warna yang
terjadi lebih rendah debanding dengan metoda 1 bath 1 stage.
5.2.2. Perbandingan Ketuaan antara 1 Bath 1 Stage dan 1 Bath 2 Stage dengan
Cuci Reduksi
Berdasarkan percobaan menunjukan bahwa pada metoda 1 bath 1 stage dan 1 bath 2
stage dengan cuci reduksi menunjukan bahwa ketuaan yang paling tinggi terjadi pada
metoda 1 bath 1 stage.
Sebagaimana telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya, lagi-lagi faktor
utama yang mempengaruhi nilai Ketuaan hasil celup adalah energi potensial zat warna yang
berbedan pada masing-masing metoda, dimana potensial zat warna ini sangat dipengaruhi
oleh kenaikan suhu.
Pada penceupan poliester dengan zat warna dispersi baik dengan metoda 1 bath 1
stage ataupun 1 bath 2 stage memiliki energy potensial zat warna yang sama, karena sama-
sama dikerjakan pada suhu yang sama, yaitu 1000C. sedangkan perbedannya adalah pada
kondisi pencelupan kapas dengan zat warna direk, pada metoda 1 bath 1 stage pencelupan
kapas dengan zat warna direk akan ikut terjadi pada saat pencelupan poliester dengan zat
warna dispersi, sehingga penetrasi zat warna direk kedalam serat selulosa akan lebih besar
dibanding dengan metoda 1 bath 2 stage, dimana pada metoda ini pencelupan kapas
dilakukan pada suhu 800C. pada suhu tersebut merupakan suhu yang umum untuk
pencelupan zat warna direk pada kapas, akan tetapi karena memiliki energy potensial zat
warna yang lebih rendah menyebabkan metoda 1 bath 2 stage memiliki kerataan yang lebih
rendah dibanding metoda 1 bath 1 stage
BAB VI
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan berdasarkan percobaan adalah sebagai berikut :
Untuk nilai kerataan yang baik pada variasi metoda, adalah metoda 1 bath 2 stage,
dengan nilai kerataan 0.04
Untuk nilai kerataan yang baik pada variasi pencucian adalah dengan cuci sabun
dengan nilai kerataan 0.04
Untuk nilai ketuaan yang baik pada variasi pencucian adalah dengan cuci reduksi
dengan nilai ketuaan 5.96
Untuk nilai ketuaan yang baik pada variasi metoda adalah dengan metoda 1 bath 1
stage dengan nilai ketuaan 5.96
Pada beda warna untuk setiap sampel didapat hasil sebagai berikut :
o E a*b* ( sampel 1) = 0,5003
o E a*b* ( sampel 1) = 3,2748
o E a*b* ( sampel 1) = 55,5405
o E a*b* ( sampel 1) = 53,83
DAFTAR PUSTAKA
M. Ichwan dkk. (2013). Bahan Ajar Pencelupan II. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tesktil Bandung.