Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENCELUPAN 2

PENCELUPAN POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI METODE


CARRIER

Disusun oleh :

Kelompok 6

Reynaldi Ega Hassyim (21420065)

Dzikri Abdul Fatah (21420075)

Rizal Irfansyah (21420077)

2K4

Dosen : Rr. Wiwiek G.M.,S.ST.,MT

AsistenDosen : - Delicia P., A.T

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2023
I. Maksud dan tujuan
1.1 Maksud
Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami proses pencelupan meliputi pemilihan
zat warna dan zat pembantu yang dipakai, serta mampu memproses dan mengevaluasi
hasil proses pencelupan.
1.2 Tujuan
Untuk melakukan pencelupan pada kain polyester dengan menggunakan zat warna
disperse dengan metoda carrier.

II. Teori dasar

2.1 Serat Poliester


Serat poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Dacron terbuat dari
asamnya dengan reaksi sebagai berikut:
Sedangkan terylene dibuat dari dimetil ester tereftalat dengan etilena glikol.
Karakteristik dari serat poliester adalah sebagai berikut :
1. Morfologi
Penampang membujur membentuk silinder dengan penampang melintangnya berbentuk
bundar.
2. Sifat fisika
a. warna serat umumnya putih
b. kekuatan terylene 4,5 - 7,5 g/denier dan dacron 4 - 6,9 g/denier
c. mulur terylene 2,5 - 7,5 %, dan dacron 4 - 11 %
d. moistur regain (MR) 0,45%
e. berat jenisnya 1,38
f. titik leleh 2500C

3. Sifat kimia
a. tahan asam lemah, suhu mendidih, dan asam kuat dingin
b. tahan oksidator, alkohol, dan zat untuk pencucian kering
c. larut dalam metakresol panas
d. tahan serangga, jamur, dan bakteri
e. tidak tahan alkali kuat

2.2 Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi adalah zaat warna yang kelarutannya dalam air hanya sedikit, akan
tetapi mudah didispersikan atau disuspensikan dalam air, serta mempunyai daya
substantivitas terhadap serat-serat yang bersifat hidrofob.
Zat warna dispersi merupakan zat warna non iionik yang tidak atau sedikit larut dalam air dan
mempunyai molekul yang relatif kecil, sederhana dan tidak mempunyai gugus pelarut. Oleh
karena itu zat warna dispersi sedikit larut dalam air dan sering digunakan untuk mencelup
serat-serat hidrofob seperti poliester.
Beberapa jenis zat warna dispersi yaitu antrakuinon, azo dan difenilamina

Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward adalah sebagai berikut :
1. mempunyai berat molekul yang relatif kecil.
2. Kelarutannya dalam medium air kecil, tetapi kelarutannya dalam serat relatif besar.
3. Umumnya tidak mengion ( non ionik ) di dalam air.
4. Mempunyai titik leleh sekitar 1500 C.
5. Mempunyai tingkat kejenuhan 30 - 200 mg zat warna/gram serat.

Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi dapat digolongkan menjadi:


1. Zat warna dispersi golongan A
Zat warna ini mempunyai berat molekul yang terkecil, tingkat ketahanan
sublimasinya rendah, tersublimasi penuh ( 90 - 100 % ) pada suhu sekitar 130 0 C dan
mempunyai sifat kerataannya yang baik sekali. Zat warna golongan ini umumnya digunakan
pada pencelupan dengan menggunakan zat pengembang (carrier).
2. Zat warna dispersi golongan B
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang sedang, tersublimasi penuh
pada suhu sekitar 1500 C - 1700 C, dan mempunyai sifat kerataan yang baik. Zat warna ini
dapat digunakan untuk mencelup serat poliester dengan menggunakan bantuan zat
pengembang dan pada pencelupan suhu tinggi dan pemberian tekanan.
3. Zat warna dispersi golongan C
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi penuh
pada suhu sekitar 1900C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester
dengan menggunakan metode suhu tinggi dan pemberian tekanan dan metode termosol.
4. Zat warna dispersi golongan D
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi penuh
pada suhu 2200 C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester dengan
menggunakan metode pada suhu tinggi dan metode termosol.
Untuk membedakan sifat pencelupan zat warna dispersi terhadap serat poliester,
maka zat warna dispersi digolongkan berdasarkan ukuran berat molekulnya. Besar kecilnya
berat molekul zat warna dispersi sangat erat kaitanya dengan ketahanan sublimasi zat
warna. Semakin besar berat molekul yang dimiliki zat warna dispersi, maka ketahanan
sublimasinya semakin besar, begitu pula sebaliknya.

2.3 Pencelupan poliester


Serat poliester mempunyai kristalinitas yang tinggi dan bersifat hidrofob, hal ini
menyababkan serat poliester sukar untuk dicelup. Serat poliester memppunyai struktur yang
kompak dan tidak mempunyai gugus kimia yang aktif dan tidak dapat berikatan dengan
anion atau kation zat warna.
Kesulitan ini dapat diatasi dengan adanya zat warna dispersi. Zat warna dispersi mencelup
serat tidak dalam fase larutan tetapi dalam fase dispersi. Zat warna dispersi mempunyai
afinitas terhadap serat poliester karena keduanya bersifat hidrofob.
Sistem pencelupan poliester dengan zat warna dispersi dapat dilakukan dengan
menggunakan 3 cara, yaitu:
1. Sistem pencelupan dengan bantuan zat pengemban
pencelupan dilakukan dengan pada suhu 85 - 1000C dalam suasana asam (pH 4,5 - 5,5)
menggunakan zat pengemban. Dalam proses pencelupan zat pengemban berdifusi ke
dalam serat menyebabkan serat mengembang sehingga diameter serat membesar
sehingga mengakibatkan molekul zat warna dispersi dapat masuk ke dalam serat.
2. Sistem pencelupan suhu dan tekanan tinggi
pada pencelupan suhu tinggi selalu disertai tekanan tinggi. Tekanan selain berfungsi
menaikan ssuhu larutan celup juga berfungsi membantu penyerapan zat warna ke dalam
serat. Pencelupan dilakukan dalam mesin tertutup tanpa zat pengemban.
3. Sistem pencelupan Thermosol
Urutan proses pencelupan sistem termosol adalah sebagai berikut:
- penyerapan zat warna ke permukaan serat
- pengeringan pendahuluan pada suhu 1350C
- termofiksasi pada suhu 180 - 2200C
- pencucian kontinyu yang meliputi pencucian reduksi dan penyabunan untuk menghilangkan
zat pembantu dan zat warna pada permukan serat

2.4 Pencelupan cara carrier


Prinsip dan karateristik pencelupan carrier
Pencelupan Carrier memungkinkan untuk mencelup serat polyester secara
konvensional dengan peralatan celup pada tekanan atmosfer dan itu dapat diterapkan untuk
pencelupan metoda lain dengan temperature tinggi yang tidak bisa digunakan untuk
mencelup bahan lain yang mempunyai sifat fisika berbeda yang dicampurkan dengan
polyester, seperti campuran polyester/wool, polyester/nylon dan campuran polyester/akrilat,
tenun campuran dan rajut campuran dan lain-lain.
Disisi lain, disana maish meninggalkan beberapa masalah untuk dipecahkan tentang
pencelupan carrier: zat warna yang cocok yang efektif digunakan untuk pencelupan cara
carrier yaitu zat warna yang kecil; sangatlah sulit menggunakan zat warna bersublimasi
tinggi karena mereka kurang dalam perendaman; baud dan racun material carrier membuat
lingkungan kerja tercemar, karena baud dan racun dibuang ke sungai setelah pencelupan,
dan meningkatkan muatan COD dan BOD didalamnya dan lain-lain.
Pada gambaran kekurangan pencelupan carrier, dianjurkan untuk digunakan pada
metoda pencelupan temperature tinggi kapanpun dimungkinkan terkecuali pada keadaan
tertentu. Bagaimanapun, pencelupan cara carrier jarang digunakan karena keterbatasan
perlengkapan pencelupan. Pada keadaan yang seperti itu, sangatlah penting untuk memilih
carrier yang cocok dengan mengambil pertimbangan peralatan yang digunakan, jenis serat
yang akan dicelup, konsentrasi pencelupan, corak warna, kebutuhan ketahanan luntur
warna, pengoperasian lingkungan, karakteristik carrier, dan lain-lain.
Mekanisme kerja carrier
1. Penggelembungan serat
Cara kerja carrier diterangkan dengan efek penggelembunga terhadap serat. Serat yang
menggelembung memudahkan molekul zat warna berdifusi lebih cepat ke dalam serat.
E. Waters, J.S.D.C. 66, 614 (1950)
2. Teori pendekatan embibisi air
Carrier mengandung gugus hidrofob menyebabkan difusi yang cepat kedalam serat
polyester.
Bagian aromatik dari molekul zat pengemban mempunyai daya van der wals dengan
serat hidrofob dan gugus hidrofil dapat menarik air untuk meningkatkan pergerakan larutan
zat warna sehingga terjadi peningkatan kecepatan celup.
T. Vickesstaff, Halogen Digest.20, 7, ICI Bulletin, (1954)
3. Teori Pemindahan
Carrier membentuk suatu kompleks dengan zat warna, dan kombinasi zat warna-
carrier terabsorbsi kedalam serat lebih cepat daripada zat warna dalam pelarut air.
T. Vickerstaff, Halogen Diggest.20./. ICI Buletin, (1954)
4. Teori Peningkatan kelarutan zat warna
Dengan adanya carrier memberikan peningkatan kelarutan zat warna dalam air dan
kecepatan celup diharapkan meningkat.
C.L. Zimmerman, J.M. Mecco dan A.J. Carlino A.D>R. 44. 301 (1995)
5. Teori Lapisan Film
Carrier mengelilingi serat dengan lapisan film.
Dalam lapisan film carrier konsentrasi zat warna yang terkandung lebih banyak
daripada pada larutan celup.
H.E. Millson, A.D.R. 44, 436 (1955)
6. Teori Pelarutan Serat
Carrier terabsorbsi ke dalam serat. Di dalam serat carrier bertindak sebagai “co-fiber”
yang larut dan mendorong zat warna.
7. Teori Peningkatan Tempat Melekat
Carrier meningkatkan perbandingan bagian amorf yang dapat dicelup dengan daerah
kristalin yang sulit dicelup. Dengan menurunkan kristalinitas, daerah yang dapat dicelup
meningkat.
AATCC Piedoment Section, A.D.R 48, No. 22. 34 (1959)
8. Teori Pelumasan
Zat pengemban bertindak sebagai pelumas, menggeser rantai polimer serat dan
memutuskan ikatan silang yang ada, sehingga difusi molekul akan lebih mudah.
J.J. Schuler: Textile Research J. 27, 358 (1957)
9. Teori Plastisasi Struktur Serat
Carrier berdifusi kedalam serat serat dengan cepat karena ukuran carrier yang lebih
kecil. Carrier terabsorbsi kedalam rantai polimer dengan mengurangi gaya Van Der Waals’
dalam ikatan hydrogen. Carrier larut dalam molekul serat, dan mengurangi gaya intra-
molekuler pada ikatan antara serat dengan serat dengan menggantikan ikatan tersebut
menjadi ikatan serat-carrier yang lebih lemah untuk membuat banyak “lubang”, sehingga
mempercepat difusi zat warna.

Zat Warna untuk carrier dyeing


Diantara warna-warna sumikaron, ada zat warna yang paling baik memperlihatkan
sifat pencelupannya pada pencelupan temperature tinggi dan pencelupan carrier.
Disamping untuk pencelupan temperature tinggi juga menunjukkan sifat pencelupan yang
baik untuk pencelupan thermosol dan pencapan. Hal itu direkomendasikan untuk digunakan
pada pencelupan cara carrier. Misalnya zat warna seharusnya dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu.
1. Zat warna harus menunjukkan sifat perendaman yang baik dan build-up untuk pencelupan
carrier.
2. Zat warna harus memberikan corak warna sesuai yang diinginkan.
3. Zat warna harus memiliki ketahanan luntur yang baik.
4. Zat warna harus sesuai dengan carrier yang digunakan dan tidak terjadi pengendapan dan
sebagainya.
5. Zat warna harus ekonomis/murah.

Zat Pembantu untuk pencelupan cara carrier


 Pengatur pH
pH diatur dengan cara yang sama seperti pada pencelupan dengan temperature tinggi.
Hal tersebut direkomendasikan menggunakan Amonium Sulfat-Asam Formiat dalam
mengatur pH untuk mencegah dekomposisi zat warna oleh reduksi pada wool dalam
masalah pencelupan campuran polyester/wool.
Zat pengaturan pH dengan ammonium sulfat-asam formiat
Amonium sulfat................................... 2,0 g/l
Asam formiat...................................... x g/l
(x ditambahkan sampai pH larutan pencelupan 5)
 Zat pendispersi, dan zat perata
Sama halnya pada pencelupan dengan temperature tinggi zat pendispersi dan perata juga
digunakan pada pencelupan cara carrier. Masalah pada pencelupan carrier, kebanyakan
carrier memiliki komposisi non-ionic atau nonionic+pengemilsi anionic, yang dapat
menyulitkan dalam kesesuaian zat warna. Hal ini direkomendasikan untuk menambahkan
zat pendispersi kedalam bak celup tipe auxiliaries daripada tipe leveling.
 Carrier
a. Bahan yang memiliki efek carrier
Banyak senyawa yang dilaporkan memiliki efek carrier. Yang paling banyak digunakan
diklasifikasikan pada table 16. (Nemoto, Sakai, Katsumata, Theory and practice of carrier
dyeing, Senikenkyusha, 1970)
2.5 Ikatan antara zat warna dispersi dengan serat poliester
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat poliester
ada 2 macam yaitu:
1. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen melibatkan ikatan hidrogen dengan atom lain yang bersifat
elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan hidrogen dengan
serat poliester karena zzat warna dispersi dan serat poliester bersifat non polar.
Hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti -OH atau -NH2.
2. Ikatan Hidrofobik
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar.
Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Non polar ini disebut
ikatan hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan hidrofobik antara serat
poliester dan zat warna dispersi adalah gaya dispersi london yang termasuk ke dalam gaya
Van Der Waals ( gaya fisika ). Ikatan dari gaya Van Der Waals sesungguhnya terdiri dari
dua komponen yaitu ikatan dipol dan gaya dispersi london. Akan tetapi sifat zat warna
dispersi cenderung non polar, sehingga gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan
antara zat warna dispersi dan serat poliester adalah gaya dispersi london.
2.6 Difusi zat warna dispersi pada serat poliester
Proses difusi adalah suatu kemampuan zat warna untuk menembus masuk kedalam serat
dan mewarnai serat. Difusi zat warna kedalam serat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. ukuran partikel zat warna
2. suhu pencelupan
3. struktur serat
4. penambahan zat penggelembung serat

III. Percobaan
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan:
- Gelas piala 100 cc
- Gelas ukur
- Pipet volume
- Tabung rapid
- Termometer
- Batang pengaduk
- Mesin Dyeing
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan:
- Kain poliester
- Zat warna dispersi (Terasil Red FBN Conc.)
- Zat pendispersi
- Carrier
- Asam asetat 30%
- Na2S2O4
- NaOH padat
- Detergen
3.3 Resep
 Resep Pencelupan
- Zat warna dispersi : 0,5% owf
- Carrier : 1 ml;2 ml;3 ml
- Zat pendispersi : 0,5 m/L
- Asam asetat 30% : 0,5 m/L (pH 5)
- Vlot : 1:20
- Waktu : 1 jam
- Suhu : 100°C
 Resep Pencucian
- Detergen : 1 ml/L
- Na2S2O4 : 2 g/L
- NaOH padat : 1 g/L
- Suhu : 80°C
- Waktu : 10 menit
- Vlot : 1:20

3.4 Fungsi Zat


- Zat warna dispersi : Memberi warna pada kain poliester
- Asam asetat : Pengatur pH larutan dan pemberi suasana asam
- Zat pendispersi : Mendispersikan zat warna, meratakan dan mempercepat
pembasahan dengan cara menurunkan tegangan permukaan
- Carrier : Menambahkan absorpsi zat warna ke dalam serat dan
mempertinggi kelarutan zat warna dan mengembangkan serat
- Na2S2O4 : Menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi dipermukaan serat
dan zat pengemban yang masih tertinggal di dalam serat pada
proses cuci reduksi
- NaOH : Membantu mengaktifkan Natrium Hidrosulfit
- Detergen : Membantu menghilangkan carrier

3.5 Diagram Alir

Pembuatan larutan celup dan persiapan


bahan

Pencelupan

Reduction Cleaning

Pengeringan
Heat Sett (170°c x 2 menit)

Evaluasi

3.6 Skema Proses

3.7 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pilihlah zat warna dispersi yang sesuai untuk metoda carrier.
3. Buatlah rencana proses pencelupan dan penyusunan resep.
4. Hitung kebutuhan zat warna, air, zat pembantu yang digunakan.
5. Lakukan proses pencelupan.
6. Evaluasi dan Analisa kain hasil pencelupan seperti kerataan dan ketuaan warnanya.

3.8 Perhitungan Resep


 Resep 1
- Berat bahan = 9,20 g
0,5
- Zat warna dispersi = x 9,20 x 100=3,1 ml
100
- Kebutuhan larutan = vlot x berat bahan
= 20 x 9,20
= 184 ml
1
- Carrier = x 184=0,184 ml
1000
0,5
- Zat pendispersi = x 184=0,092 ml
1000
 Resep 2
- Berat bahan = 9,39 g
0,5
- Zat warna dispersi = x 9,39 x 100=4,7 ml
100
- Kebutuhan larutan = vlot x berat bahan
= 20 x 9,39
= 187,8 ml
2
- Carrier = x 187,8=0,375 ml
1000
0,5
- Zat pendispersi = x 187,8=0,094 ml
1000
 Resep 3
- Berat bahan = 9,66 g
0,5
- Zat warna disperse = x 9,66 x 100=4,8 ml
100
- Kebutuhan larutan = vlot x berat bahan
= 20 x 9,66
= 193,2 ml
3
- Carrier = x 193,2=0,579 ml
1000
0,5
- Zat pendispersi = x 193,2=0,096 ml
1000

3.9 Hasil Percobaan

Ketuaan Warna Kerataan Warna


Variasi Rangkin Rangkin
Kain Kain
g g

Carrier
1 3
1
Carrier
2 3
2

Carrier
3 3
3

Analisa Sementara
Dari hasil praktikum pencelupan yang telah dlkukan pada kain poliester menggunakan zat
warna dispersi, kain dengan menggunakan konsentrasi carrier paling tinggi 3 ml menghasilkan
hasil pencelupan yang paling tua, sedangkan kerataan pada ketiga kain ui tersebut didapatkan
hasil kerataan yang sama.

Gambar grafik ketuaan dan kerataan warna konsentrasi carrier

3.5
3
2.5
LEVEL WARNA

2
1.5
1
0.5
0
1 2 3
SAMPEL

KETUAAN WARNA KERATAAN WARNA


IV. Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pencelupan kain poliester dengan zat warna
dispersi . Pemilihan zat warna dispersi tipe ini dilakukan karena zat warna ini bersifat hidrofob
dan memiliki ukuran molekul yang paling ramping, sesuai dengan sifat kain poliester yang
sama hidrofob dan memiliki derajat kristalinitas yang besar sehingga penyerapan pada kain
rendah akibat struktur amorf yang sedikit. Selain itu, zat warna dispersi memiliki afinitas yang
lebih besar terhadap serat dibandingkan terhadap larutan sehingga zat warna dapat
bermigrasi ke dalam serat dan membentuk suatu larutan padat atau solid solution di dalam
serat poliester. Karena struktur poliester yang rapat, diperlukan suhu dan tekanan yang tinggi
(130ᵒC) pada proses pencelupan untuk membuka rongga pada serat sehingga zat warna
dispersi dapat masuk ke dalam serat dengan baik. Namun kali ini praktikan melakukan
pencelupan menggunakan metode carrier, dengan menambahkan zat pengemban untuk
membantu zat warna masuk kedalam serat karena zat pengemban berfungsi sebagai
pelumas yang akan berpenetrasi ke dalam serat dan merusak ikatan antar molekul serat
sehingga serat menjadi plastis dan mudah bergeser. Zat pengemban yang hidrofob bekerja
lebih baik dibanding hidrofil sehingga pada praktikum menggunakan zat pengemban hidrofob.
Yang mana dengan lebih mudahnya zat warna masuk ke dalam serat akibat dibantu oleh zat
pengemban sehingga pencelupan dapat dilakukan pada suhu 100ᵒC.
Fig. 22 contoh mekanisme pencelupan cara carrier
Carrier yang digunakan yaitu golongan carrier hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon aromatik
senyawa kimia yang hanya berisi hidrogen dan karbon dengan struktur benzena yang dikenal
sebagai senyawa aromatik. Senyawa benzena ini beracun sehingga praktikan tidak boleh
menghirup hingga menelan zat pengemban ini dan harus lebih berhati – hati dalam
menggunakannya.
Persiapan zat – zat yang perlu diperhatikan lainnya adalah saat sebelum kain dicelupkan
pada zat warna disperse. Perlu diingat sifat zat warna dispersi yang tidak larut dalam air,
sehingga diperlukan penambahan zat pendispersi pada zat warna untuk membuat zat warna
dispersi tersebar merata atau terdispersi pada larutan. Hal ini dilakukan untuk menghidari
agregasi zat warna yang dapat meyebabkan ketidakrataan pada hasil pencelupan. Zat
pendispersi yang digunakan harus sesuai dengan kondisi proses pencelupan supaya zat
pendispersi dapat bekerja optimal. Zat pendispersi yang digunakan sebaiknya surfaktan yang
tahan terhadap asam dan panas mengingat proses pencelupan dilakukan pada pH 5 atau pH
asam dan suhu tinggi. Penggunaan surfaktan nonionik tidak dianjurkan karena surfaktan jenis
ini membentuk ikatan hidrogen sehingga tidak tahan terhadap pemanasan meskipun
surfaktan jenis ini tahan terhadap suasana asam maupun alkali. Sedangkan surfaktan anionik
saja tidak cocok digunakan karena surfaktan anionik tidak tahan terhadap suasana asam
meskipun tahan terhadap panas. Oleh karena itu, praktikan menggunakan surfaktan jenis
modifikasi anionik. Surfaktan jenis ini mengandung gugus anionik dan nonionik sehingga lebih
tahan panas dan tahan asam.
Setelah penambahan zat pendispersi ditambahkan pula asam asetat untuk mencapai
suasana asam pada larutan proses pencelupan. Pemilihan asam asetat adalah karena asam
asetat adalah jenis asam yang tahan pada kondisi panas atau tidak mudah menguap. Selain
itu, asam asetat harganya relatif murah sehingga cocok digunakan pada skala industri
sehingga dapat menurunkan biaya proses produksi. pH yang digunakan pada proses
pencelupan adalah pH 4-5 untuk menjaga suasana larutan tetap asam bila terjadi kenaikan
pH (dihindari pH 6). Bila pH naik sampai pada suasana netral atau alkali akan mengganggu
proses pencelupan karena poliester dan zat warna dispersi dapat terhidrolisis oleh alkali. Bila
perlu ditambahkan buffer asam supaya kondisi proses tetap terjaga keasamannya.
Bila dilihat dari skema proses yang digunakan, dilakukan penambahan carrier dan asam
asetat terlebih dahulu pada suhu kamar kemudian didiamkan selama 10 menit supaya larutan
tersebut stabil. Setelah itu, zat warna dan zat pendispersi ditambahkan beserta kain
kemudian dilakukan proses pencelupan dengan menggunakan mesin dyeing.
Selama proses pencelupan yang berlangsung selama 65 menit, terjadi ikatan antara zat
warna dispersi dengan serat poliester. Ikatan yang terbentuk adalah ikatan hidrogen dan
ikatan hidrofobik. Ikatan hidrogen terbentuk akibat adanya lingkar benzena parsial bermuatan
negatif pada zat warna dispersi sehingga kaya akan elektron yang bermuatan negatif lalu
berikatan dengan atom hidrogen. Jenis ikatan ini lemah sehingga mudah putus bila terkena
panas. Akibatnya, hasil kain akan memiliki ketahanan luntur terhadap sinar matahari yang
rendah. Sedangkan, ikatan hidrofobik terbentuk karena serat poliester dan zat warna dispersi
merupakan senyawa hidrofob sehingga bersifat non polar. Hal ini mengakibatkan terjadinya
gaya fisika berdasarkan interaksi antara kedua molekul non polar yang berbeda atau disebut
juga gaya Dispersi

V. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu Pencelupan poliester dengan zat warna dispersi
terhadap konsentrasi carrier didapatkan hasil bahwa pada variasi kain ke 3 ( carrier 3ml)
memiliki warna yang paling tua, sedangkan kerataan warna didapatkan pada semua variasi
carrier dengan merk zat warma trustman.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ichwan,. M., dkk. 2013. Bahan Ajar Praktek Pencelupan II. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
2. Shore,John. 2002. Colorant &Auxilaries Vol.,2. SDC.

Anda mungkin juga menyukai