Disusun oleh :
Kelompok 6
2K4
3. Sifat kimia
a. tahan asam lemah, suhu mendidih, dan asam kuat dingin
b. tahan oksidator, alkohol, dan zat untuk pencucian kering
c. larut dalam metakresol panas
d. tahan serangga, jamur, dan bakteri
e. tidak tahan alkali kuat
Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward adalah sebagai berikut :
1. mempunyai berat molekul yang relatif kecil.
2. Kelarutannya dalam medium air kecil, tetapi kelarutannya dalam serat relatif besar.
3. Umumnya tidak mengion ( non ionik ) di dalam air.
4. Mempunyai titik leleh sekitar 1500 C.
5. Mempunyai tingkat kejenuhan 30 - 200 mg zat warna/gram serat.
III. Percobaan
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan:
- Gelas piala 100 cc
- Gelas ukur
- Pipet volume
- Tabung rapid
- Termometer
- Batang pengaduk
- Mesin Dyeing
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan:
- Kain poliester
- Zat warna dispersi (Terasil Red FBN Conc.)
- Zat pendispersi
- Carrier
- Asam asetat 30%
- Na2S2O4
- NaOH padat
- Detergen
3.3 Resep
Resep Pencelupan
- Zat warna dispersi : 0,5% owf
- Carrier : 1 ml;2 ml;3 ml
- Zat pendispersi : 0,5 m/L
- Asam asetat 30% : 0,5 m/L (pH 5)
- Vlot : 1:20
- Waktu : 1 jam
- Suhu : 100°C
Resep Pencucian
- Detergen : 1 ml/L
- Na2S2O4 : 2 g/L
- NaOH padat : 1 g/L
- Suhu : 80°C
- Waktu : 10 menit
- Vlot : 1:20
Pencelupan
Reduction Cleaning
Pengeringan
Heat Sett (170°c x 2 menit)
Evaluasi
Carrier
1 3
1
Carrier
2 3
2
Carrier
3 3
3
Analisa Sementara
Dari hasil praktikum pencelupan yang telah dlkukan pada kain poliester menggunakan zat
warna dispersi, kain dengan menggunakan konsentrasi carrier paling tinggi 3 ml menghasilkan
hasil pencelupan yang paling tua, sedangkan kerataan pada ketiga kain ui tersebut didapatkan
hasil kerataan yang sama.
3.5
3
2.5
LEVEL WARNA
2
1.5
1
0.5
0
1 2 3
SAMPEL
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pencelupan kain poliester dengan zat warna
dispersi . Pemilihan zat warna dispersi tipe ini dilakukan karena zat warna ini bersifat hidrofob
dan memiliki ukuran molekul yang paling ramping, sesuai dengan sifat kain poliester yang
sama hidrofob dan memiliki derajat kristalinitas yang besar sehingga penyerapan pada kain
rendah akibat struktur amorf yang sedikit. Selain itu, zat warna dispersi memiliki afinitas yang
lebih besar terhadap serat dibandingkan terhadap larutan sehingga zat warna dapat
bermigrasi ke dalam serat dan membentuk suatu larutan padat atau solid solution di dalam
serat poliester. Karena struktur poliester yang rapat, diperlukan suhu dan tekanan yang tinggi
(130ᵒC) pada proses pencelupan untuk membuka rongga pada serat sehingga zat warna
dispersi dapat masuk ke dalam serat dengan baik. Namun kali ini praktikan melakukan
pencelupan menggunakan metode carrier, dengan menambahkan zat pengemban untuk
membantu zat warna masuk kedalam serat karena zat pengemban berfungsi sebagai
pelumas yang akan berpenetrasi ke dalam serat dan merusak ikatan antar molekul serat
sehingga serat menjadi plastis dan mudah bergeser. Zat pengemban yang hidrofob bekerja
lebih baik dibanding hidrofil sehingga pada praktikum menggunakan zat pengemban hidrofob.
Yang mana dengan lebih mudahnya zat warna masuk ke dalam serat akibat dibantu oleh zat
pengemban sehingga pencelupan dapat dilakukan pada suhu 100ᵒC.
Fig. 22 contoh mekanisme pencelupan cara carrier
Carrier yang digunakan yaitu golongan carrier hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon aromatik
senyawa kimia yang hanya berisi hidrogen dan karbon dengan struktur benzena yang dikenal
sebagai senyawa aromatik. Senyawa benzena ini beracun sehingga praktikan tidak boleh
menghirup hingga menelan zat pengemban ini dan harus lebih berhati – hati dalam
menggunakannya.
Persiapan zat – zat yang perlu diperhatikan lainnya adalah saat sebelum kain dicelupkan
pada zat warna disperse. Perlu diingat sifat zat warna dispersi yang tidak larut dalam air,
sehingga diperlukan penambahan zat pendispersi pada zat warna untuk membuat zat warna
dispersi tersebar merata atau terdispersi pada larutan. Hal ini dilakukan untuk menghidari
agregasi zat warna yang dapat meyebabkan ketidakrataan pada hasil pencelupan. Zat
pendispersi yang digunakan harus sesuai dengan kondisi proses pencelupan supaya zat
pendispersi dapat bekerja optimal. Zat pendispersi yang digunakan sebaiknya surfaktan yang
tahan terhadap asam dan panas mengingat proses pencelupan dilakukan pada pH 5 atau pH
asam dan suhu tinggi. Penggunaan surfaktan nonionik tidak dianjurkan karena surfaktan jenis
ini membentuk ikatan hidrogen sehingga tidak tahan terhadap pemanasan meskipun
surfaktan jenis ini tahan terhadap suasana asam maupun alkali. Sedangkan surfaktan anionik
saja tidak cocok digunakan karena surfaktan anionik tidak tahan terhadap suasana asam
meskipun tahan terhadap panas. Oleh karena itu, praktikan menggunakan surfaktan jenis
modifikasi anionik. Surfaktan jenis ini mengandung gugus anionik dan nonionik sehingga lebih
tahan panas dan tahan asam.
Setelah penambahan zat pendispersi ditambahkan pula asam asetat untuk mencapai
suasana asam pada larutan proses pencelupan. Pemilihan asam asetat adalah karena asam
asetat adalah jenis asam yang tahan pada kondisi panas atau tidak mudah menguap. Selain
itu, asam asetat harganya relatif murah sehingga cocok digunakan pada skala industri
sehingga dapat menurunkan biaya proses produksi. pH yang digunakan pada proses
pencelupan adalah pH 4-5 untuk menjaga suasana larutan tetap asam bila terjadi kenaikan
pH (dihindari pH 6). Bila pH naik sampai pada suasana netral atau alkali akan mengganggu
proses pencelupan karena poliester dan zat warna dispersi dapat terhidrolisis oleh alkali. Bila
perlu ditambahkan buffer asam supaya kondisi proses tetap terjaga keasamannya.
Bila dilihat dari skema proses yang digunakan, dilakukan penambahan carrier dan asam
asetat terlebih dahulu pada suhu kamar kemudian didiamkan selama 10 menit supaya larutan
tersebut stabil. Setelah itu, zat warna dan zat pendispersi ditambahkan beserta kain
kemudian dilakukan proses pencelupan dengan menggunakan mesin dyeing.
Selama proses pencelupan yang berlangsung selama 65 menit, terjadi ikatan antara zat
warna dispersi dengan serat poliester. Ikatan yang terbentuk adalah ikatan hidrogen dan
ikatan hidrofobik. Ikatan hidrogen terbentuk akibat adanya lingkar benzena parsial bermuatan
negatif pada zat warna dispersi sehingga kaya akan elektron yang bermuatan negatif lalu
berikatan dengan atom hidrogen. Jenis ikatan ini lemah sehingga mudah putus bila terkena
panas. Akibatnya, hasil kain akan memiliki ketahanan luntur terhadap sinar matahari yang
rendah. Sedangkan, ikatan hidrofobik terbentuk karena serat poliester dan zat warna dispersi
merupakan senyawa hidrofob sehingga bersifat non polar. Hal ini mengakibatkan terjadinya
gaya fisika berdasarkan interaksi antara kedua molekul non polar yang berbeda atau disebut
juga gaya Dispersi
V. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu Pencelupan poliester dengan zat warna dispersi
terhadap konsentrasi carrier didapatkan hasil bahwa pada variasi kain ke 3 ( carrier 3ml)
memiliki warna yang paling tua, sedangkan kerataan warna didapatkan pada semua variasi
carrier dengan merk zat warma trustman.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ichwan,. M., dkk. 2013. Bahan Ajar Praktek Pencelupan II. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
2. Shore,John. 2002. Colorant &Auxilaries Vol.,2. SDC.