KIMIA TEKSTIL
2023
I. Judul
Identifikasi Zat Warna Pada Selulosa Golongan I
Identifikasi Zat Warna Pada Selulosa Golongan II
Identifikasi Zat Warna Pada Selulosa Golongan III
II. Maksud dan Tujuan
Maksud
Pada praktikum ini praktikan bisa mengidentifikasi zat warna pada selulosa dengan
mengetahui dari empat golongan zat warna tersebut dengan cara melakukan pelunturan zat
warna pada contoh uji.
Tujuan
Melunturkan zat warna yang terdapat pada selulosa sebagai contoh uji dengan
menggunakan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya atau
kharakteristik khusus untuk mengetahui golongan zat warna yang sesuai terhadap contoh
uji
III. Dasar teori
Serat selulosa
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas. Tanaman kapas termasuk dalam
jenis Gossypium. Tanaman yang berhasil dikembangkan adalah jenis Gossypium hirsutum
dan Gossypium barbadense. Kedua tanaman berasal dari Amerika, Gossypium hirsutum
kemudian terkenal dengan nama kapas ”Upland” atau kapas Amerika dan Gossypium
barbadense kemudian dikenal dengan nama kapas ”Sea Island”. Kapas upland merupakan
kapas yang paling banyak diproduksi dan digunakan untuk serat tekstil, sedangkan kapas
sea island meskipun produksinya tidak terlalu banyak, tetapi kualitasnya sangat baik
karena seratnya halus dan panjang. Oleh karena itu kapas sea island digunakan untuk
tekstil kualitas tinggi.
- Komposisi Pada Kapas
Kandungan terbesar dari serat kapas adalah selulosa, zat lain selulosa akan
menyulitkan masuknya zat warna pada proses pencelupan, oleh karena itu zat selain
selulosa dihilangkan dalam proses pemasakan. Komposisi serat kapas dicantumkan
pada tabel.
Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disufonasi, zat warna ini disebut
juga zat warna substatif karena mempunyai afinitas yang besar terhadap selulosa.
Beberapa zat warna direk dapat mencelup serat binatang berdasarkan ikiatan hydrogen.
Zat warna direk umumnya mempunyai ketahanan terhadap sinar cukup, tidak tahan
terhadap oksidasi danrusak oleh zat pereduksi. Pencelupan kembali pada kain kapas
didalam larutanamonia dengan penambahan gram dapur yang menghasilkan warna
yang samadengan warna contoh asli, menunjukkan zat warna direk.
Zat warna direk bersifat larut dalam air, sehingga dapat langsung dipakai dalam
pencelupan serat selulosa seperti katun, rayon dan rami. Zat warna direk relatif murah
harganya dan mudah pemakaiannya, tetapi warnanya kurang cerah dan tahan luntur
hasil celupannya kurang baik.
Zat warna Direk mempunyai daya afinitas yang besar tehadap serat selulosa,
beberapa zat warna direk dapat mencelup serat binatang berdasarkan ikatan hidrogen.
Kebanyakan zat warna direk merupakan senyawa azo yang disulfonasi.
Kelarutan zat warna direk merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan
karena zat warna direk yang kelarutannya tinggi akan memudahkan dalam
pemakaiannya, dan pada proses pencelupannya relatif lebih mudah rata, tetapi dilain
pihak kelarutan yang tinggi akan mengurangi substantifitas zat warna dan tahan luntur
warna terhadap pencucian hasil celupnya lebih rendah. Contoh struktur zat warna direk
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya
harus dirubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut amemiliki
substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau
oksigen dari udara, bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi
kembali ke bentuk semula yaitu pigmen zat warna bejana. Senyawa leuko zat warna
bejana golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan golongan antrakwinon
hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah warnanya dalam larutan
hipiklorit. Umunya zat warna turunan tioindigo dan karbasol warna hampir hilang
dalam uji hipoklorit dan di dalam larutan pereduksi warnanya menjadi kuning.
Ikatan zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan hidrogen dan ikatan sekunder
seperti gaya-gaya Van Der Wall. Tetapi karena bersifat hidrofob maka ketahanan
cucinya lebih tinggi daripada zat warna yang berikatan ionik dengan serat.
Zat warna bejana larut adalah leuco zat warna bejana yang distabilkan dalam
suasana alkali, sehingga dalam pemakaiannya lebih mudah karena larut dalam air dan
tidak memerlukan proses pembejanaan.
Zat warna bejana yang berasal dari zat warna bejana jenis indigo dikenal dengan
nama dagang indigosol sedang yang berasal dari zat warna bejana jenis antrakuinon
dikenal dengan nama dagang antraso.
Zat warna bejana yang dirubah menjadi zat warna bejana larut umumnya adalah
zat warna bejana jenis IK yang molekulnya relatif kecil, sehinggaafinitas zat warna
bejana larut relatif kecil tetapi pencelupannya mudah rata dantahan luntur warna
terhadap pencuciannya tinggi karena pada akhir proses pencelupannya zat warna
bejana larut dirubah kembali menjadi zat warna bejana yang tidak larut
Zat warna bejana larut harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk
pencelupan bahan katun kualitas tinggi. Selain untuk mewarnai katun, zat warna
bejana larut juga digunakan terutama untuk pencelupan sutra atau wol.
Sifat-sifat umum :
- larut dalam air
- berikatan kovalen dengan serat
Contoh struktur molekul zat warna bejana dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
-
- Zat Warna Belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor. Sturktur molekulnya merupakan molekul yang kompleks dan
tidak larut dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan reduktor
natrium sulfide dan soda abu untuk melarutkannya. Unutk membentuk zat warna
semula maka perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan bantuan
oksidator-oksidator lainnya.
Zat warna belerang terbatas dan suram, tetapi ketahanan lunturnyatinggi
kecuali terhadap khlor (kaporit). Harganya relatf murah, dan warna yangpaling
banyak digunakan adalah warna hitam. Zat warna belerang banyak digunakan
untuk pencelupan serat kapas kualitas menengah kebawah.
Struktur molekul zat warna belerang terdiri dari kromogen yang mengandung
belerang yang dihubungkan dengan kromogen lainnya melalui jembatan
disulfida ( -S-S-), sehingga strukturnya menjadi relatif besar.
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor. Struktur molekulnya merupakan molekul yang kompleks dan
tidak larut dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan reduktor
natrium sulfide dan soda abu untuk melarutkannya. Untuk membentukzat warna
maka perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan bantuan
oksidator-oksidator lainnya. Contoh struktur zat warna belerang dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
garam diazonium (kopling). Sifat dari zat warna naftol yaitu: tidak larut dalam air,
luntur dalam piridin pekat mendidih, bersifat poligenetik dan monogenetik, karena
mengandung gugus azo maka tidak tahan terhadap reduktor.
Zat warna ini juga disebut zat warna es atau ”ice colours”, karena pada reaksi
diazotasi dan kopling diperlukan bantuan es. Penggunaannya terutama untuk
pencelupan serat selulosa. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mencelup serat
protein (wol, sutera) dan serat poliester.
Zat warna naftol termasuk golongan zat warna azo yang tidak larut dalam air.
Untuk membedakan dengan jenis zat warna azo lainnya sering juga disebut zat warna
azoic. Daya serapnya (substantivitas) terhadap serat selulosa kurang baik dan
bervariasi, sehingga dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaituyang mempunyai
substantivitas rendah, misalnya Naftol AS, substantivitas sedang, misalnya Naftol
AS – G dan substantivitas tinggi, misalnya Naftol AS
– BO.
Sifat utama dari zat warna naftol ialah tahan gosoknya yang kurang, terutama
tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan tahan sinarnya sangat baik. Zat warna
naftol baru mempunyai afinitas terhadap serat selulosa setelahdiubah menjadi
naftolat, dengan jalan melarutkannya dalam larutan alkali.
Garam diazonium yang dipergunakan sebagai pembangkit tidak mempunyai
afinitas terhadap selulosa, sehingga cara pencelupan dengan zat warna naftol selalu
dimulai dengan pencelupan memakai larutan naftolat, kemudian baru dibangkitkan
dengan garam diazonium.
Zat warna yang sukar dilunturkan dalam berbagai pelarut seperti ammonia, asam
asetat dan piridina. Termasuk dalam golongan ini adalah zat warna pigmen dan reaktif.
Zat Warna Pigmen
Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor saja
sehingga pada pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang disebut binder.
Unsur-unsur yang terdapat didalam zat warna pigmen antara lain garam-garam
organic, oksida organic, gugus azo, logam berwarna dan lain-lain. Zat warna ini
luntur dalam dimetil formadida pekat dan dimetil formmida 1:1. Kecuali untuk zat
warna pigmen ftalosianin atau yang berasal dari zat warna pigmen anorganik.
Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor saja
sehingga pada pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang disebut
binder/penggikat karena tidak dapat berikatan dengan serat. Unsur- unsur yang
terdapat didalam zat warna pigmen antara lain, garam-garam organik, oksida organik,
gugus azo, logam berwarna dan lain-lain. Zat warna ini luntur dalam
dimetilformamida pekat dan dimetilformamida 1:1 kecuali untuk zat warna pigmen
ftalosianin atau yang berasal dari zat warna pigmen anorganik.
Tidak seperti zat warna lainnya yang digunakan pada pencelupan bahan
tekstil, maka zat warna pigmen yang tidak mempunyai auksokrom ini digunakan juga
untuk mewarnai tekstil. Pada umumnya dilakukan dengan cara pencapan, akan tetapi
seringkali juga digunakan untuk mencelup bahan dengan kualitas kasar sampai
sedang.
Untuk pencelupan, karena tidak memiliki auksokrom maka tidak dapat
digunakan untuk mencelup benang dengan cara exhaust. Untuk mencelup kain
digunakan cara padding dan pada umumnya hanya mewarnai pada permukaan saja.
Sifat ketahanan lunturnya sangat ditentukan oleh kekuatan pelapisan zat warna oleh
binder yang digunakan. Binder ini dapat membentuk lapisan film dengan bantuan
asam yang diperoleh dari katalis dan adanya panas padawaktu curing. Contoh struktur
molekul zat warna pigmen dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Untuk memperbaiki tahan luntur hasil pencelupan zat warna pigmen, kedalam resep
larutan pad zat warna pigmen dapat ditambahkan zat pemiksasi (fixer) atau resin anti kusut
yang bersifat reaktan sehingga setelah proses thermofiksasi zat warna pigmen akan diikat
oleh lapisan film dari binder dan dari resin. Sedangkan untuk mengurangi kekakuan kain
hasil pencelupan dengan zat warna pigmen, kedalam resep pencelupan zat warna pigmen
dapat ditambahkan zat pelembut (softener).
Zat warna reaktif yang pertama di perdagangkan di kenal dengan nama procion. Zat warna
ini terutama dipakai untuk mencelup serat selulosa, serat protein seperti wol dan sutera dapat
juga dicelup dengan zat warna ini
IV. Alat dan Bahan
Bahan :
Contoh uji
Larutan amonia 10%
Larutan NaCl
Larutan asam asetat 10%
Larutan asam asetat glasial
Larutan natrium hidroksida
Bahan
Contoh uji
NaOH 10%
Na2S2O4
Na2CO3
HCl 16%
SnCl2 10%
Kertas timbal asetat
Air
NaOCL10%
Parafin
Bahan :
Contoh uji
NaOCl
H2SO4
DMF 1:1
DMF 100%
NaOH
Parafin
HCl
V. Langkah kerja
Pengujian golongan I
1) Netralkan larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan amonia dengan asam asetat
10 % (periksa dengan kertas lakmus atau kertas pH).
2) Tambahkan lagi 1 ml asam asetat 10 %.
3) Masukkan kain-kain kapas, wol dan akrilat, didihkan selama satu menit.
4) Ambil kain-kain tersebut, cuci dengan air, amati warnanya.
5) Pencelupan kembali wol putih oleh larutan ekstraksi dalam suasana asam
menunjukkan adanya zat warna asam.
Uji Penentuan 1
1. Didihkan CU dalam 3 ml larutan NaOH 10 % kemudian cuci bersih (2 kali dengan air
mengalir)
2. Masukkan CU (bersih) tambahkan 2 ml HCl 16 %
3. Didihkan selama 0,5-1 menit biarkan dingin
4. Tambahkan 3 ml SnCl2 10 %
5. Letakkan kertas timbal asetat pada mulut tabung (kertas Pb asetat : kertas saring
dibasahi dengan larutan Pb asetat 10 %)
6. Warna coklat atau hitam pada kertas Pb asetat menunjukkan zw belerang.
Uji Penentuan 2
Uji Penentuan 1
Uji Penentuan 1
Uji Penentuan 1
1) Masukkan CU dalam 3 ml larutan HCl 1 % didihkan selama 5 menit
2) Cuci bersih
3) Ambil seratnya, amati dibawah mikroskop
4) * Bila terdapat partikel-partikel zw pada permukaan serat menunjukkan zw
pigmen dengan zat pigmen
5) Bila partikel warna terdapat diseluruh serat menunjukkan zw pigmen dengan
pencelupan polimer
Uji Penentuan 2
Apabila :
Uji Penentuan 1
1) Masukkan CU ke dalam tabung reaksi, tambahkan 3 ml larutan NaOH 5 %
2) Didihkan selama 2 menit
3) Asamkan dengan larutan H2SO4 pekat ( 2-3 tetes)
4) Masukkan serat wol dan didihkan
5) Pewarnaan serat wol menunjukkan zw reaktif
Uji Penentuan 2
1) Masukkan CU ke dalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan (asam sulfat 0,2
% dan 6 mg Na2SO4)
2) Didihkan beberapa menit
3) Masukkan serat wol dan didihkan
4) Pewarnaan pada serat wol menunjukkan zw reaktif
VII. Diskusi
Sel-OH
Jadi hasil pengujian zat warna direk akan terwarnai tua pada kain kapas
dibandingkan pada wol dan akrilat. Pada hasil praktikum, sampel no 26 terlihat
lebih tua dibandingkan dari ketiga kain dari kelompok kami yang menghasilkan
sampel no 26 adalah zat warna direk.
Pada pengujian zat warna asam, praktikan menggunakan larutan ekstrak
lunturan NH4OH. Pada ekstraksi lunturan tersebut ditambah asam asetat 10%
untuk menghilangkan sifat alkali. Pengecekan pH bisa dilakukan dengan kertas
lakmus. Tambahan lagi asam asetat jika suasana pencelupan belum mencapai
suasana asam. Masukkan kapas, wol dan akrilat lalu didihkan. Hasil praktikum
menunjukkan bahwa wol terwarnai tua. Hal ini disebabkan zat warna asam
sangat dipengaruhi oleh kondisi pH sehingga penambahan asam asetat sangat
membantu penyerapan pada wol. Zat warna asam dan serat wol akan
menghasilkan ikatan ionik seperti reaksi berikut:
ZW – SO3H ZW SO3- + H+
Ikatan ionik
Pada hasil praktikum, sampel no 94 adalah sampel yang dicelup dengan zat warna
asam.
Saat pengujian untuk zat warna basa, kain dilunturkan dengan asam
asetat glasial lalu dididihkan. Hasil lunturan dalam asam asetat glasial akan
dibagi dua. Pada uji zat warna basa ini, hanya ditambahkan serat akrilat saja. Zat
warna basa termasuk zat warna yang tidak larut, tetapi dalam larutan yang
bersifat asam zat warna akan berubah menjadi bentuk garam yang mudah larut.
Zat warna basa secara alami bersifat kationik, sehingga dapat digunakan untuk
mencelup serat akrilat, dimana zat warna basa akan berikatan secara ionik
dengan gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang ada dalam serat sehingga
tahan lunturnya cukup baik.
(tidak larut)
DAFTAR PUSTAKA