Kelas : 2K4
Dosen : - Sukirman,S.St.,Mil.
2.3 Resep
- Pengental ( Tapioka ) : 10 %
- NaOH : 300 g/L
- Waktu : 20 menit
- Suhu : 28- 30°C
Proses pencapan
Angin-Angin (Didiamkan
selama 20 menit)
Keringkan
Proses Pencelupan
Cuci menggunakan
Evaluasi Dikeringkan air dingin
Proses Pencelupan
1 Besar
2 Kecil
2.8 Perhitungan
• Perhitungan Resep Kreping
10
- Pengental/Tapioka (10%) : 100 𝑥 100 = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
300
- NaOH Flakes (300 g/L) : 1000 𝑥 100 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
- Air : 100 ml
- Waktu (waktu pendiaman) : 20 menit
- Suhu : 28oC – 30oC
- Waktu : 30 menit
- Suhu : 80oC
BAB III
HASIL PERCOBAAN
3.1 Diskusi
Praktiukum kali ini adalah penyempurnaan untuk menghasilkan efek kreping
pada kain, Kain yang digunakan adalah kain dari serat kapas . Pada prinsipnya cara
kimia ini adalah dengan cara menggembungkan serat kapas sehingga diperoleh
mengkeret yang besar dan akan timbul efek gelombang yang diinginkan. Sedang
untuk bahan yang digunakan untuk menghasilkan efek kereping ini adalah NaOH
dan tapioka secara tidak merata sesuai dengan motif yang digunakan. Pemakaian
motifnya pun diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan kerut yang teratur. Dan
motif yang digunakan pada praktikmu kali ini adalah motif segitiga dengan variasi
ukuran yang berbeda.
NaOH juga sangat berpengaruh pada efek mengkeret semakin tinggi
konsentrasinya NaOH maka akan semakin tinggi nilai kekerutannya. Hal ini adanya
sifat penggelumbungan pada penampang melintang serat kapas oleh NaOH. Dengan
sifat penggembungan yang ditimbulkannya, dimana pada konsentrasi tinggi efek
penggelembunganakan meningkat, ketika penampang melintangnya bertambah besar
sedangkan volume serat tetap,maka kain akan menjadi mengkeret. Ketika bagian
yang diberi kontak dengan NaOH mengkeret maka akan timbul gaya tarik menarik
antar benang sehingga bagian yang tarik menarik tersebut akan meningkat tetalnya
sedangkan bagian yang tidak akan membentuk gelombang. Banyaknya efek
gelombang yang timbul tergantung dari gaya menariknya, semakin besar gaya
tariknya (mengkeret) maka semakin jelas pula efek gelombang yang Nampak
Pada hasi praktikum dilakukan evaluasi bahwa pada motif segitiga besar dengan
segitiga kecil efek mengkerut yang dihasilkan lebih besar motif segitiga besar hal
ini di sebabkan bukan terlepas dari NaOH saja tetapi pada jarak antar motif itu
sendiri. Pada motif kecil jarak antar motif lainya sangat jauh menyebabkan efek
kekerutanya sedikit tetepi pada motif besar jarak antar motif yang lainya pendek
yang menyebabkan efek kerut banyak.
3.2 Kesimpulan
Pada praktikum ini di simpulkan bahwa motif besar paling baik efek kerutnya
dibanding dengan motif kecil hal itu dikarenakan jarak motif mempengaruhi efek
kerut pada kain
DAFTAR PUSTAKA
Hipotesa
Hipotesa awal pada praktikum penyempurnaan anti kusut ini yaitu kain
kapas dan polyester yang menggunakan resin anti kusut dapat memperbaiki
sifat ketahanan kusut pada kain sehingga dapat mengatahui perbandingan
kain setelah dan sebelum proses anti kusut.
2.3 Resep
- Resin anti kusut (Glioksal) : 40 g/L
- Katalis : 20 % dari resin
- Air : 150 ml
- WPU Padding : 70 %
- Drying : 100°C
- Curring : 150 - 170°C
- Waktu : 2 menit
2.4 Langkah Kerja
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan.
2. Membuat larutan anti kusut, dengan mencampurkan katalis, resin anti
kusut dan di larutkan menggunakan air.
3. Melakukan redam dan peras (padding) sebanyak 2x.
4. Melakukan Dry 100°C, selama 2 menit
5. Melakukan Curring 170°C, 2 menit
6. Evaluasi.
Padding(peras) kain
dengan WPU 70%
Evaluasi dengan
pengukuran CRA
2.6 Skema Proses
•
Padding
WPU 70%
Rendam
Drying 100oC Curring 170oC
- Air : 150 ml
- WPU Padding : 70%
- Suhu Drying : 100oC
- Suhu Curring : 170oC
- Waktu Curring : 2 menit
BAB III
HASIL PERCOBAAN
3.1 Diskusi
Praktikum penyempurnaan anti kusut pada kain kapas dan poliester dimaksudkan
untuk mendapatkan efek tahan kusut dan kestabilan dimensi pada bahan. Pada proses
ini dilakukan perbedaan kosentrasi resin sehingga dapat diketahui pengaruhnya
terhadaphasil kain yang diuji. Praktikum Penyempurnaan tahan kusut pada kain
kapas dan poliester ini merupakan proses untuk menambah sifat baru kain sesuai
dengan tujuannya yaitu tahan kusut.
Pada pelaksanaan penyempurnaan ini menggunakan resin Glikosal dimana fungsi
dari resin adalah selain untuk tahan kusut tetapi juga stabilitas dimensi bahan,
sehingga mengurangi mengkeret dalam pencucian. Adapun resin yang efektif untuk
memperbaiki ketahanan kusut dan mengurangi mengkeret adalah resin-resin non-
nitrogen yaitu dimetilol tlourea dan dimetil uron.Dengan memvariasikan resin
reaktan dapat diketahui apabila semakin banyak jumlah resin reaktan yang
ditambahkan dapat menyebabkan turunnya kekuatan Tarikkain karena polimerisasi
resin reaktan akan rnembentuk ikatan antara serat dengan resin yang sifatnya kaku
dan pendek sehingga menyebabkan serat mudah rapuh dankekuatannya menjadi
menurun. Selain itu menambah berat serat sehingga terjadi ketidakseimbangan
dengan serat, yang akan menyebabkan turunnya kekakuan.
Pada prosesnya pembuatan larutan anti kusut diperlukan zat
pembantu,diantaranya yaitu katalis, zat ini bekerja mempercepat reaksi polimerisasi
dan pembentukan ikatan silang pada saat pemanasan (curring). Penambahan
katalispada larutan dilakukan paling akhir sesaat sebelum kain direndam. Hal ini
dilakukanuntuk menghindari terjadinya proses polimerisasi dini pada larutan resin
anti kusut sehingga kerja katalis lebih maksimal Pada saat pemanasan (curring).
Dari hasil praktikum dilakukan evaluasi kekusutan antara kain kapas dan juga
kain poliester dengan konsentrasi reaktan 40 g/l, pada uji derajat kekusutan kain
poliester di liat pada data blanko poliester dengan hasil rata-rata 114,75 ˚ dan pada
penambahan resin anti kusutnya dengan rata-rata 110˚, juga pada kain kapas pada
blanko dengan hasil rata-rata 80,5 ˚ dan pada penambahan resin anti kusut dengan
hasi rata-rata 92,5 ˚, hal ini menunjukan pada kain poliester lebih baik tingkat anti
kusutnya walapun pada datanya adanya penurunan data bila dibandingkan dengan
hasil blanko,
3.2 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dilakukan pengujian menggunakan dua jenis kain yaitu,
pada kain kapas dan juga kain poliester. Pada hasil praktikum ini diketahui bahwa
pada kain poliester lebih baik anti kusutnya karena pada uji derajat kekusustanya
kain polieter mendapatkan 110 ˚ hal itu lebih besar dibandingkan kain kapas dengan
92,5 ˚.
DAFTAR PUSTAKA