Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN I


PENYEMPURNAAN KREPING DAN ANTI KUSUT

Anggota Kelompok 4 : - Reynaldi Ega Hasyim (21420065)

- Dilla Dwi Pratiwi (21420066)

- Nandini Nurmalia A (21420067)

- Dena Feby Fransiska (21420078)

Kelas : 2K4

Dosen : - Sukirman,S.St.,Mil.

- Lestari W., S.Pd, M.Tr.

- Asiyah Nurrahmajanti, M.Si.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2023
PENYEMPURNAAN EFEK KREPING
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


• Maksud
- Memberikan efek kreping pada kain kapas dengan menggunakan
NaOH
- Untuk mengidentifikasi bagaimana sifat mengkeret kain kapas
dengan menggunakan NaOH
• Tujuan
- Untuk mengetahui efek mengkeret pada motif hasil kain
- Dapat membandingkan penggunaan NaOH pada proses kreping
- Mengetahui factor-faktor yang berpengaruh dalam proses kreping
pada kain kapas
- Memvariasikan besar kecil motif untuk mengetahui perbandingan
mengkeret pada kain
Hipotesa
Hipotesa awal pada praktikum penyempurnaan efek kreping melalui
pengembungan dengan pereaksi kimia yaitu NaOH.Kain kapas yang di cap
menggunakan pasta yang akan menghasilkan efek kreping.Variasi yang
digunakan pada praktikum ini yaitu besar kecil motif segitiga yang dimana
seharusnya motif berukuran besar memiliki hasil efek kreping lebih jelas
disbanding efek kreping yang berukuran kecil.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan bahan tekstil yang berasal dari serat alam.
Sekitar 90% komposisi serat kapas terdiri dari selulosa, sisanya adalah
protein, pektin, malam, lemak, pigmen alam, mineral, dan air.
Komposisi serat kapas dapat dilihat pada tabel berikut:
Konstitusi % terhadap berat kering
Selulosa 94
Protein 1,3
Pektat 1,2
Lilin 0,6
Abu 1,2
Pigmen dan zat zat lain 1,7

Serat kapas memegang peranan penting dalam bidang tekstil. Keunggualan


serat kapas diantaranya mempunyai daya serap yang baik terhadap air,
sehingga nyaman apabila dipakai. Serat kapas juga mempunyai beberapa
kekurangan seperti mudah kusut dan mengkeret dalam pencucian.
Morfologi Serat Kapas dilihat dari penampang melintang seratnya
berbentuk seperti ginjal. Sedangkan bentuk penampang membujur serat
kapas adalah pipih seperti bentuk pita yang terpilin. Bentuk
penampang melintang dan bentuk penampang membujur serat kapas
disajikan pada gambar berikut ini :

• Stuktur Kimia Serat Kapas


Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi murninya zat
yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus empiris
(C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari
besarnya molekul. Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n merupakan
suatu rantai polimer linier yang tersusun dari kondensat molekul- molekul
glukosa yang dihubungkan oleh jembatan oksigen pada posisi atom
karbon nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul selulosa
disusun dan diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van der Waals.
Struktur kimia dari selulosa dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH).


Gugus hidroksil pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer
(-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan 3 merupakan alkohol sekunder
(HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat kereaktifan
yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada
gugus hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus
fungsional yang sangat menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat
selulosa dinotasikan sebagai sel-OH dalam penulisan mekanisme reaksi.

Sifat-sifat Kimia serat kapas adalah serat kapas tahan terhadap


asam lemah, sedangkan dalam asam kuat akan mengurangi kekuatan serat
kapas karena dapat memutuskan rantai molekul selulosa (hidroselulosa).
Pengaruh alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen
dalam udara akan menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada
kondisi tertentu akan mengelembungkan serat kapas. Pengaruh Oksidator
dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang mengakibatkan
penurunan kekuatan serat. Derajat kerusakan serat bergantung pada
konsentrasi, pH dan suhu pengerjaan. Dalam keadaan lembab dan hangat,
serat kapas mudah terserang jamur dan bakteri. Tetapi pada kondisi kering,
serat kapas mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap jamur dan
mikroorganisma

• Susunan Fisika Serat Kapas


Komposisi fisika serat kapas terdiri dari bagian amorf dan kristalin,
dimana bagianamorf mempunyai daya serap yang lebih besar dari
pada bagian kristalin, tetapi kekuatannya lebih kecil. Pada bagian
kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan sejajar satu sama
lain. Sedangkan pada bagian amorf, susunan molekulnya tersusun secara
tidak pararel dan tidak teratur. Bagian kristalin dan amorfpada serat
kapas disajikan pada gambar dibawah ini :

Sifat-sifat Fisika serat kapas adalah kekuatan seratnya dalam


suasana basah akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dalam
keadaan kering. Hal ini disebabkan karena pada keadaan basah bentuk
serat akan mengelembung sehingga puntiran hilang. Mulur saat putus
serat kapas yaitu berkisar 4-13 % bergantung pada jenis serat kapasnya dan
rata-rata mulur sebesar 7%. Serat kapas mempunyai affinitas yang besar
terhadap air, serat kapas yang kering bersifat kasar, rapuh dan
kekuatannya rendah. Moisture regainserat kapas bervariasi sesuai dengan
perubahan kelembaban relatif, pada kondisi standar kandungan air serat
kapas berkisar antara 7-8,5%. Berat JenisBerat jenis serat kapas adalah 1,5
sampai 1,56.

1.2.2 Penyempurnaan Kreping


Penyempurnaan kreping adalah membuat kain menjadi tidak rata
(berkeriput). Benang dengan puntiran tinggi memiliki kecenderungan
besar untuk terbuka dan puntirannya bila dibebaskan dari penahanya,
akan tetapi bila kedua ujung benang tersebut dipegang, sehingga
pembukaan puntiran tidak dapat berlangsung sempurna, lalu saling
didekatkan maka akan terbentuk gelungan-gelungan (loops) kecil di
sepanjang benang akibat dari gaya torsional benang yang semula
bertahan dan kemudian terbebaskan saat kedua ujung benang
didekatkan. Kecenderungan pembukaan puntiran pada benang atau
energi torsionalnya sangat ditentukan oleh derajat puntirannya, sehingga
semakin tinggi puntiran suatu benang maka semakin besar pula
kecenderungannya untuk terbuka dari puntiran. Pada benang yang
terbuat dari serat hidrofil kecenderungan tersebut juga sangat
dipengaruhi oleh sifat penggelembungannya pada pembasahan, semakin
besar penggelembungan seratnya semakin besar pula kecenderungan
benang untuk terbuka dari puntirannya.
Penggelembungan serat yang terjadi pada pembasahan
mengakibatkan mengkeret kain kearah lebarnya, akan tetapi karena
pembukaan puntiran benang tertahan oleh pinggiran kain, maka energi
puntiran benang beralih dan terpakai untuk membentuk gelungan-
gelungan seperti yang telah dijelaskan diatas. Mengingat bahwa benang
pada kain tersusun dalam suatu anyaman tertentu maka pembentukan
gelungan tidak dapat berlangsung sempurna sehingga menimbulkan
suatu efek gelombang atau riak pada permukaan kain yang dikenal
dengan istilah krep (crepe). Dengan demikian prinsip penyempurnaan
krep adalah mengkeret benang dengan puntiran tinggi dan
kecenderungan untuk terbuka dari puntirannya, serta didasarkan pada
sifat penggelembungan serat. Berdasarkan prinsip ini maka serat dengan
penggelembungan besar di dalam air sangat baik begi pembuatan benang
ataupun krep. Selulosa yang diregenerasi banyal dipilih untuk proses ini
karena penggelembungannya yang besar didalam air (dalam keadaan
basah serat rayon memiliki volume dua kali daripada volumenya dalam
keadaan kering absolut).

1.2.3 Pengaruh NaOH pada Serat Kapas


Pengaruh NaOH pada serat kapas akan mengakibatkan
penggembungan serat. Bila konsentrasi NaOH cukup kuat maka bagian
kristalin akan menggembung dan terjadi perubahan kisi-kisi yang
permanen. Penggembungan ini terjadi karena pelepasan ikatan hidrogen
internal dalam serat yang efeknya sangat besar terutama pada keadaan
alkali kuat. Sehingga terjadi penyusunan kembali orientasi molekulnya
yang lebih teratur.
Selulosa yang menggelembung ini tidak mengalami degradasi
tetapi daya serap dan kereaktifannya menjadi lebih besar dari semula.
Reaksinya adalah sebagai berikut:

Selulosa-OH + NaOH --> Selulosa- ONa + H2O

Dengan adanya proses penggembungan serat maka bentuk kristalin


dari selulosa dan molekul-molekulnya relatif berpindah tempat satu sama
lain. Akibatnya banyak banyak gugus OH yang lebih mudah untuk dapat
diakses,maka absorpsi serat terhadap air atau zat warna bertambah.
Pengaruh dari pencapan pasta kostik soda adalah:
- Bahan menjadi mengkeret pada bagian motif yang dicapkan.
- Kekuatan tarik bertambah.
- Absorbsi bahan terhadap air dan zat wama bertambah.
- Mulur sebelum putus bertambah.
BAB II
PERCOBAAN

2.1 Alat dan bahan


Alat Bahan
- Gelas kimia - 2 kain kapas contoh uji
- Batang pengaduk - NaOH
- Timbangan digital - Tapioka
- Rakel - Zat Warna Reaktif dingin
- Screen kosong - NaCl
- Kompor - Na2CO3
- Stenter

2.2 Fungsi zat


- NaOH : memberikan efek krep pada serat selulosa.
- Zat pembasah : Memudahkan kain terbasahi dan memudahkan larutan
kostik masuk berpenetrasi ke dalam celah antar serat
- Pengental : sebagai medium pencapan untuk memberi motif berupa krep.
- Zat Warna Reaktif : untuk mewarnai serat selulosa.
- NaCl : untuk membantu penyerapan zat warna reaktif.
- Na2CO3 : untuk fiksasi zat warna reaktif.

2.3 Resep
- Pengental ( Tapioka ) : 10 %
- NaOH : 300 g/L
- Waktu : 20 menit
- Suhu : 28- 30°C

2.4 Langkah kerja


1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Melakukan pencapan dengan larutan kostik yang telah dikentalkan
sebagai pasta keatas bahan kain sesuai motif.
3. Kain setelah dicap didiamkan selama waktu yang telah ditentukan untuk
penetrasi.
4. Mencuci kain hasil pencapan tersebut dengan air dingin tanpa disertai
tegangan.
5. Membilas kain untuk kemudian dikeringkan

2.5 Diagram Alir

Pembuatan pasta cap

Proses pencapan

Angin-Angin (Didiamkan
selama 20 menit)

Cuci menggunakan air


panas

Bilas menggunakan Asam


asetat (penetralan)

Cuci menggunakan air


dingin

Keringkan

Proses Pencelupan

Evaluasi hasil kreping


2.6 Skema Proses

Cuci menggunakan Bilas/netralkan


Proses pencapan Angin-angin (didiamkan
Pembuatan pasta cap selama 20 menit) air panas menggunakan
menggunakan pasta cap
Asam asetat

Cuci menggunakan
Evaluasi Dikeringkan air dingin
Proses Pencelupan

2.7 Data Percobaan


- Variasi yang digunakan : Variasi Besar-Kecil motif
- Motif yang digunakan : Motif Segitiga
- Jarak antar motif : 4 cm

Hasil kreping setelah dicelup


Ukuran
No Gambar
Motif

1 Besar

2 Kecil
2.8 Perhitungan
• Perhitungan Resep Kreping
10
- Pengental/Tapioka (10%) : 100 𝑥 100 = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
300
- NaOH Flakes (300 g/L) : 1000 𝑥 100 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚

- Air : 100 ml
- Waktu (waktu pendiaman) : 20 menit
- Suhu : 28oC – 30oC

• Perhitungan Resep Pencelupan


- Rata-rata berat bahan : 7,8 gram
- Total Kain : 10 kain
Berat bahan total : 7,8 x 10 = 78 gram
- Vlot ( 1:20) : 78 x 20 = 1560
1
- Teepol (1 ml/L) : 1000 𝑥 1560 = 1,56 𝑚𝑙
5
- Na2CO3 (5 g/L) : 𝑥 1560 = 7,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000

- Waktu : 30 menit
- Suhu : 80oC
BAB III
HASIL PERCOBAAN

3.1 Diskusi
Praktiukum kali ini adalah penyempurnaan untuk menghasilkan efek kreping
pada kain, Kain yang digunakan adalah kain dari serat kapas . Pada prinsipnya cara
kimia ini adalah dengan cara menggembungkan serat kapas sehingga diperoleh
mengkeret yang besar dan akan timbul efek gelombang yang diinginkan. Sedang
untuk bahan yang digunakan untuk menghasilkan efek kereping ini adalah NaOH
dan tapioka secara tidak merata sesuai dengan motif yang digunakan. Pemakaian
motifnya pun diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan kerut yang teratur. Dan
motif yang digunakan pada praktikmu kali ini adalah motif segitiga dengan variasi
ukuran yang berbeda.
NaOH juga sangat berpengaruh pada efek mengkeret semakin tinggi
konsentrasinya NaOH maka akan semakin tinggi nilai kekerutannya. Hal ini adanya
sifat penggelumbungan pada penampang melintang serat kapas oleh NaOH. Dengan
sifat penggembungan yang ditimbulkannya, dimana pada konsentrasi tinggi efek
penggelembunganakan meningkat, ketika penampang melintangnya bertambah besar
sedangkan volume serat tetap,maka kain akan menjadi mengkeret. Ketika bagian
yang diberi kontak dengan NaOH mengkeret maka akan timbul gaya tarik menarik
antar benang sehingga bagian yang tarik menarik tersebut akan meningkat tetalnya
sedangkan bagian yang tidak akan membentuk gelombang. Banyaknya efek
gelombang yang timbul tergantung dari gaya menariknya, semakin besar gaya
tariknya (mengkeret) maka semakin jelas pula efek gelombang yang Nampak
Pada hasi praktikum dilakukan evaluasi bahwa pada motif segitiga besar dengan
segitiga kecil efek mengkerut yang dihasilkan lebih besar motif segitiga besar hal
ini di sebabkan bukan terlepas dari NaOH saja tetapi pada jarak antar motif itu
sendiri. Pada motif kecil jarak antar motif lainya sangat jauh menyebabkan efek
kekerutanya sedikit tetepi pada motif besar jarak antar motif yang lainya pendek
yang menyebabkan efek kerut banyak.

3.2 Kesimpulan
Pada praktikum ini di simpulkan bahwa motif besar paling baik efek kerutnya
dibanding dengan motif kecil hal itu dikarenakan jarak motif mempengaruhi efek
kerut pada kain
DAFTAR PUSTAKA

Selly Rosita. (2021). LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN PROSES


KREPING VARIASI WAKTU. Academia.edu.
https://www.academia.edu/24607902/LAPORAN_PRAKTIKUM_PENYEMPUR
NAAN_PROSES_KREPING_VARIASI_WAKTU

Kreping. (2023). Scribd. https://www.scribd.com/document/377663831/2-


Kreping

Yulia Anggraeni. (2021). Proses penyempurnaan mengkeret kreping pada kain


kapas dan rayon variasi konsentrasi naoh waktu kontak dan jarak motif.
Academia.edu.
https://www.academia.edu/32068565/Proses_penyempurnaan_mengkeret_kreping
_pada_kain_kapas_dan_rayon_variasi_konsentrasi_naoh_waktu_kontak_dan_jara
k_motif
PENYEMPURNAAN ANTI CREASE/KUSUT
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


• Maksud
- Melakukan penyempurnaan anti kusut pada kain kapas dengan
menggunakan variasi konsentrasi reaktan
- Membuat hasil penyempurnaan berdasarkan uji kekakuan,kekuatan
tarik dan dari kekusutannya
• Tujuan
- Mengatahui pengaruh variasi reaktan proses penyempurnaan anti
kusut pada kain kapas
- Mengetahui factor factor yang mempengaruhi proses
penyempurnaan anti kusut pada kain kapas

Hipotesa
Hipotesa awal pada praktikum penyempurnaan anti kusut ini yaitu kain
kapas dan polyester yang menggunakan resin anti kusut dapat memperbaiki
sifat ketahanan kusut pada kain sehingga dapat mengatahui perbandingan
kain setelah dan sebelum proses anti kusut.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan jenis kain yang terbuat dari serat selulosa. Serat
selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selubiosa,
dengan derajat polimerisasi (DP) bervariasi. Diantara sifat-sifat kapas adalah:
- Kekuatan kering 3-4 g/d dan kekuatan basahnya 3,3-6,4 g/d dengan
berat molekul kapas 1,50-1,56.
- Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
- Rusak oleh beberapa indikator dan penghidrolisa
- Rusak oleh asam kuat pekat dan encer.
- Terpengaruhnya sedikit oleh alkali.
- Mudah diserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Asam kuat akan menghidrolisa serat dan menyerang jembatan oksigen
sehingga serat terpotong dan DP menurun. Alkali Pekat akan
menggelembungkan serat pada dinding sekunder, sehingga penampang
melintang serat membulat, menyebabkan kilau serat dan kekuatan bertambah
karena terpilin atau menggelembung.
Kapas terdiri dari lapisan-lapisan antara lain:
- Kutikula yang berfungsi untuk melindungi serat dari oksidasi atmosfir
dan komponen ultraviolet.
- Dinding primer yang biasa disebut miofibril yang merupakan lapisan
yang tersusun sebagai lapisan benang-benang halus.
- Dinding sekunder merupakan lapisan yang terdiri dari fibril-fibril yang
bergabung membentuk spiral yang mengelilingi sumbu scrat, Fibril-
fibril ini arah puntirannya berubah-ubah dengan selang tertentu
sepanjang sumbu serat yaitu sebagian kearah S dan disambung oleh
fibril yang kearah Z..
- Lumen merupakan lubang ditengah serat yang ukurannya sesuai
dengan kedewasaan serat. Lumen berisi cairan protoplasma yang akan
menguap pada saat buah terbuka, sehingga ukuran lumen mengecil dan
mengkerut membentuk seperti ginjal.
- Struktur kimia kapas merupakan polimer linier yang tersusun dari
kondensasi molekul-molekul ẞ anhidro glukosa yang dihubungkan
dengan jembatan oksigen.

1.2.2 Serat Poliester


Serat polyester adalah serat sintetik yang terbentuk dari molekul
polimer poliester linear dengan susunan paling sedikit 85% berat
senyawa dari dihidroksi alkohol dan asam tereftalat. Poliester
merupakan polimer yang diperoleh dari reaksi senyawa asam dan
alkohol. Serat polyester merupakan serat yang popular diantara serat
lainnya karena sifat mudah penanganannya (ease of care), bersifat
cuci-pakai (wash and wear), tahan kusut, mempunyai kekuatan yang
baik, elastis, awet, ketahanan terhadap zat-zat kimia, mikrobiologi,
tahan panas yang baik dan lain-lain. Keuntungan yang dimiliki pada
serat polyester sukar dikotori oleh kotoran yang larut dalam air dan
juga cepat kering. Selain sifatnya yang baik dan keuntungan tersebut,
serat polyester mempunyai kekurangan yaitu sifatnya sangat hidrofob
dengan kandungan air (moisture regain) kurang lebih 0,4 %, sifatnya
keras dan kaku sehingga perlu dilakukan proses penyempurnaan untuk
memperoleh sifat yang lebih baik serta meningkatkan kenyamanan
dalam pemakaian, sukar dicelup dan mudah menimbulkan listrik
statik.

Poliester lebih mudah menimbulkan listrik static dibandingkan


dengan serat-serat lain yang bersifat peka terhadap panas. Listrik statis
tersebut bersifat mudah menarik bulu halus pada permukaan pakaian,
sehingga kain yang berwarna tua, sukar untuk lebih rapi atau bersih.
Kain-kain poliester yang baru masih sering mengandung zat anti statik,
tetapi zat tersebut dapat hilang saat pencucian. Kekuatan polyester
dalam keadaan basah hampir sama dengan keadaan saat kering.

Kekuatan polyester tinggi disebabkan oleh proses peregangan


dingin pada waktu pemintalannya akan menyebabkan terjadinya
pengkristalan molekul dengan baik, sehingga berat molekunya akan
tinggi. Poliester memiliki sifat yang khas, yaitu dalam pengerjaan
dengan larutan kaustik soda bagian kulitnya akan larut, sehingga
diperoleh kain, benang atau serat yang lebih tipis dengan tidak
mengubah serat secara hebat. Pengerjaan ini membuat kain polyester
mempunyai sifat pegangan seperti sutera. Pada umumnya kehilangan
berat sebesar 5% dianggap cukup baik. Serat polyester pada
umumnya tahan terhadap asam maupun basa yang lemah, tetapi
kurang tahan terhadap basa kuat dan dapat dikelantang dengan zat
pengelantangan kapas.
1.2.3 Penyempurnaan Anti Kusut
Penyempurnaan tahan kusut merupakan salah satu bentuk
aplikasi penyempurnaan resin yang ditujukan untuk memperbaiki
sifat ketahanan kusut kain- kain selulosa seperti kapas dan rayon
yang diketahui memang mudah kusut dalam pemakaian dan
berakibat mengurangi nilai estetikanya. Kain-kain tersebut dipilih
terutama karena kenyamanannya, namun demikian pada saat yang
sama orang juga menginginkan agar perawatannya lebih mudah
seperti halnya pada kain-kain yang terbuat dari serat-serat sintetik
semisal poliester.
Zat-zat kimia yang digunakan untuk keperluan ini sering
disebut sebagai resin, sehingga penyempurnaan kimia untuk kain-
kain selulosa, yang pada umumnya memang membutuhkan
penyempurnaan tahan kusut, sering pula disebut penyempurnaan
resin. Akan tetapi, sesungguhnya, tidak semua penyempurnaan
kimia, bahkan untuk selulosa sekalipun, merupakan penyempurnaan
resin karena tidak semuanya menggunakan resin untuk mendapatkan
efek penyempurnaan yang diinginkan.
Jadi, resin pada dasarnya adalah polimer, dan penyempurnaan
resin adalah istilah umum yang digunakan untuk merujuk kepada
pengerjaan-pengerjaan kimia yang melibatkan polimerisasi untuk
mendapatkan efek-efek baru yang diinginkan pada bahan. Meski
demikian, orang tidak menyebut penyempurnaan tolak air dengan
senyawa fluorokarbon, misalnya, sebagai penyempurnaan resin,
walaupun di sana berlangsung pembentukan polimer berupa lapisan
film tipis pada permukaan serat. Istilah "resin" dan "penyempurnaan
resin" sebetulnya lebih sering ditemui dalam teks-teks lama yang
berkaitan terutama dengan penyempurnaan tahan kusut.
Resin untuk penyempurnaan tahan kusut tidak digunakan dalam
bentuk polimernya, melainkan dalam bentuk prakondensat, yaitu
hasil reaksi polimerisasi kondensasi setengah jalan antara monomer-
monomer penyusun resin, yang memiliki ukuran cukup kecil untuk
berpenetrasi masuk melalui pori-pori ke bagian dalam serat, yaitu
bagian amorf.
Pada saat pemanasawetan prakondensat dari jenis reaktan akan
bereaksi membentuk ikatan-silang dengan rantai molekul serat dan
menjadi bagian dari polimer serat, sedangkan prakondensat dari jenis
self-crosslinking (swa-ikat- silang) membentuk polimer tiga-dimensi
yang mengisi ruang antar rantai molekul pada bagian amorf dan
mencegah pergeseran relatif rantai molekul dengan cara menutup
ruang geraknya (blocking).
BAB II
PERCOBAAN
2.1 Alat dan bahan
Alat Bahan
- Pengaduk kaca - Kain kapas dan Kain Poliester
- Kasa - Katalis
- Mesin padder - Resin Anti Kusut (Glioksal)
- Mesin stenter - Na2CO3
- Bak - Teepol

2.2 Fungsi Zat


- Resin : berfungsi untuk meningkatkan sifat ketahanan kusut bahan
tekstil, dengan membentuk ikatan silang anatara serat dengan resin.
- Katalis :berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi polimerisasi dan
pembentukan ikatan silang pada saat pemanasawetan antara serat
dengan resin, tanpa ikut serta dalam reaksi tersebut.
- Na2CO3 : berfungsi sebagai alkali lemah yang digunakan pada saat
pencucian sebagai bahan untuk mengurangi kesadahan air.
- Teepol : berfungsi sebagai bahan dalam proses penyabunan setelah
penyempurnaan dilakukan yang akan menghilangkan sisa resin yang
mungkin masih menempel dipermukaan.

2.3 Resep
- Resin anti kusut (Glioksal) : 40 g/L
- Katalis : 20 % dari resin
- Air : 150 ml
- WPU Padding : 70 %
- Drying : 100°C
- Curring : 150 - 170°C
- Waktu : 2 menit
2.4 Langkah Kerja
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan.
2. Membuat larutan anti kusut, dengan mencampurkan katalis, resin anti
kusut dan di larutkan menggunakan air.
3. Melakukan redam dan peras (padding) sebanyak 2x.
4. Melakukan Dry 100°C, selama 2 menit
5. Melakukan Curring 170°C, 2 menit
6. Evaluasi.

2.5 Diagram Alir

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan larutan anti


kusut

Rendam kain dalam


larutan anti kusut

Padding(peras) kain
dengan WPU 70%

Keringkan (Drying) kain


100oC

Curring kain 170oC

Evaluasi dengan
pengukuran CRA
2.6 Skema Proses

Padding
WPU 70%
Rendam
Drying 100oC Curring 170oC

2.7 Data Percobaan


- Resin yang digunakan : Glioksal 40 g/L
- Data Derajat Kekusutan kain yang diukur oleh CRA (Crease Recovery
Angel) dengan beban 500 gram selama 5 menit.

Blanko Penambahan Resin Anti Kusut


No Kain Lusi Pakan Lusi Pakan
Muka Belakang Muka Belakang Muka Belakang Muka Belakang
1 Poliester 130 120 103 106 121 111 108 100
Rata-rata 114,75 110
2 Kapas 64 84 79 95 97 90 92 91
Rata-rata 80,5 92,5

2.8 Perhitungan Resep


40
- Resin anti kusut (Glioksal 40 g/L) : 1000 𝑥 150 = 6 𝑔𝑟𝑎𝑚
20
- Katalis (20% dari resin) : 100 𝑥 40 = 8 𝑔𝑟𝑎𝑚 / 150 𝑚𝑙

- Air : 150 ml
- WPU Padding : 70%
- Suhu Drying : 100oC
- Suhu Curring : 170oC
- Waktu Curring : 2 menit
BAB III
HASIL PERCOBAAN

3.1 Diskusi
Praktikum penyempurnaan anti kusut pada kain kapas dan poliester dimaksudkan
untuk mendapatkan efek tahan kusut dan kestabilan dimensi pada bahan. Pada proses
ini dilakukan perbedaan kosentrasi resin sehingga dapat diketahui pengaruhnya
terhadaphasil kain yang diuji. Praktikum Penyempurnaan tahan kusut pada kain
kapas dan poliester ini merupakan proses untuk menambah sifat baru kain sesuai
dengan tujuannya yaitu tahan kusut.
Pada pelaksanaan penyempurnaan ini menggunakan resin Glikosal dimana fungsi
dari resin adalah selain untuk tahan kusut tetapi juga stabilitas dimensi bahan,
sehingga mengurangi mengkeret dalam pencucian. Adapun resin yang efektif untuk
memperbaiki ketahanan kusut dan mengurangi mengkeret adalah resin-resin non-
nitrogen yaitu dimetilol tlourea dan dimetil uron.Dengan memvariasikan resin
reaktan dapat diketahui apabila semakin banyak jumlah resin reaktan yang
ditambahkan dapat menyebabkan turunnya kekuatan Tarikkain karena polimerisasi
resin reaktan akan rnembentuk ikatan antara serat dengan resin yang sifatnya kaku
dan pendek sehingga menyebabkan serat mudah rapuh dankekuatannya menjadi
menurun. Selain itu menambah berat serat sehingga terjadi ketidakseimbangan
dengan serat, yang akan menyebabkan turunnya kekakuan.
Pada prosesnya pembuatan larutan anti kusut diperlukan zat
pembantu,diantaranya yaitu katalis, zat ini bekerja mempercepat reaksi polimerisasi
dan pembentukan ikatan silang pada saat pemanasan (curring). Penambahan
katalispada larutan dilakukan paling akhir sesaat sebelum kain direndam. Hal ini
dilakukanuntuk menghindari terjadinya proses polimerisasi dini pada larutan resin
anti kusut sehingga kerja katalis lebih maksimal Pada saat pemanasan (curring).
Dari hasil praktikum dilakukan evaluasi kekusutan antara kain kapas dan juga
kain poliester dengan konsentrasi reaktan 40 g/l, pada uji derajat kekusutan kain
poliester di liat pada data blanko poliester dengan hasil rata-rata 114,75 ˚ dan pada
penambahan resin anti kusutnya dengan rata-rata 110˚, juga pada kain kapas pada
blanko dengan hasil rata-rata 80,5 ˚ dan pada penambahan resin anti kusut dengan
hasi rata-rata 92,5 ˚, hal ini menunjukan pada kain poliester lebih baik tingkat anti
kusutnya walapun pada datanya adanya penurunan data bila dibandingkan dengan
hasil blanko,
3.2 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dilakukan pengujian menggunakan dua jenis kain yaitu,
pada kain kapas dan juga kain poliester. Pada hasil praktikum ini diketahui bahwa
pada kain poliester lebih baik anti kusutnya karena pada uji derajat kekusustanya
kain polieter mendapatkan 110 ˚ hal itu lebih besar dibandingkan kain kapas dengan
92,5 ˚.

DAFTAR PUSTAKA

Moch Iklil Hamdani. (2021). Laporan Praktikum Teknologi Penyempurnaan Anti


Kusut. Academia.edu.
https://www.academia.edu/36253274/Laporan_Praktikum_Teknologi_Penyempur
naan_Anti_Kusut

Andri-ariya-madridista. (2016, April 8). Laporan Penympurnaan Anti Kusut.


Dokumen.tips; DOKUMEN.TIPS. https://dokumen.tips/documents/laporan-
penympurnaan-anti-kusut.html?page=4

Anda mungkin juga menyukai