Disusun Oleh :
Grup 2K2
Keringkan
Keterangan
No Variasi Waktu Kain Hasil Praktikum
Efek
Ketuaan
krepping
1 15 Menit 3 3
2 30 Menit 3 2
3 45 Menit
2 1
VII. DISKUSI
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan proses kreping dengan
menggunakan tapioka, air dan NaOH sebagai bahan pengentalnya. Pada proses
kreping, pada kain kapas putih diterapkan pola terlebih dahulu, yang sudah dibuat
sebelumnya.
Bahan yang digunakan adalah tapioka yang dilarutkan dalam air sebagai
pengental. Kemudian ditambahkan NaOH sebagai zat yang menggembungkan
serat, penggembungan sesuai motif akan membuat kain disekitar motif
mengkerut. Penambahan NaOH bertujuan untuk penggembungan serat semakin
baik sehingga serat tertarik ke arah lebar dan penyerapan zat warna baik. Pada
hasil celup bagian yang terkena NaOH memiliki warna yang lebih tua.
Pada proses kreping ini menggunakan variasi waktu terhadap kain kapas putih.
Variasi waktu yang digunakan adalah 15 menit, 30 menit dan 45 menit . Hasil
dari kain dengan efek mengkeret terbaik adalah pada variasi waktu 15 menit.
Dimana terlihat sedikit jelas mengkeret dan motifnya pada kain dibandingkan
dengan menggunakan variasi waktu 30 dan 45 menit. Warna yang dihasilkan
pada kain kreping yang sudah dicelup pun terlihat berbeda, dimana kain yang
paling tua warnanya ada pada variasi waktu 15 menit warnanya pun lebih
terlihat, sedangkan pada variasi waktu 30 menit dan 45 menit warna kain hasil
pencelupan tampak lebih pudar dan tidak rata.
Dikarnakan pada kain contoh uji dengan variasi waktu 15, 30, dan 45 kurang
maksimal maka ditambahkanlah satu kain putih dengan menggunakan waktu 15
menit. Tetapi hasil yang di dapat pada kain yang di uji yaitu motif pada kain tidak
terlalu nampak, kemungkinan disebabkan karena:
• Pasta campuran NaOH,tapioka dan air sudah dibiarkan terlalu lama
• Tapioka yg sudah rusak karna terlalu banyak diaduk
• Campuran yang terlalu kental yag menyebabkan terhambatnya NaOH
masuk kedalam kain.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, terdapat perbedaan hasil kain kreping
yang berbeda. Hal ini disebabkan karena fungsi dari tapioka sendiri adalah sebagai
pengental yang tahan terhadap alkali kuat, dan membuat larutan kreping menjadi
pasta yang siap dicapkan untuk mendapatkan motif kreping yang sesuai dengan
kasa. Dimana penggunaan tapioka yang semakin banyak akan menyebabkan pasta
untuk kreping semakin kental yang akan menghambat atau menghalangi NaOH
pada proses kreping untuk masuk ke dalam kain, sehingga penggembungan pada
kain kapas akan berkurang. Dan pada proses pencelupan, penggunaan tapioka
yang semakin banyak ini akan membuat zat warna tertahan untuk masuk ke dalam
kain, sehingga hasil pencelupan dengan tapioka yang lebih banyak menghasilkan
kain celup yang berwarna pudar dan tidak rata.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum penyempurnaan efek kreping dapat kami simpulkan beberapa
faktor yang menyenbabkan tidak ratanya motif yang dihasilkan pada kain
disebabkan karna :
• Pasta campuran NaOH,tapioka dan air sudah dibiarkan terlalu lama
• Tapioka yg sudah rusak karna terlalu banyak diaduk
• Campuran yang terlalu kental yang menyebabkan terhambatnya NaOH
masuk kedalam kain.
Dari hasil pengamatan di dapatkan yang menghasilkan hasil terbaik terdapat pada
variasi waktu 15 menit, karena hasil celupnya paling tua warnanya dan rata.
sedangkan pada variasi waktu 30 menit dan 45 menit warna kain hasil pencelupan
tampak lebih pudar dan tidak rata.
DAFTAR PUSTAKA
P. Soeprijono S.Teks, dkk, SERAT SERAT TEKSTIL, ITT, Bandung,, 1974
Widayat S.Teks, Catatan Evaluasi Tekstil 3AGUS KUSTANTO, Bandung,2003- 2004
S.Hendrodyantopo,S.Teks.,MM.,dkk.”TeknologiPenyempurnaan”STTT,Bandung,1998
Soeparman S.Teks dkk. Teknologi Penyempurnaan, STTT, Bandung, 1998.
Supriyono, P. Serat-serat tekstil. Institut Teknologi Tekstil. Bandung. 1975.