Anda di halaman 1dari 17

PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA DIREK

DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI VLOT

LAPORAN
(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Pencelupan I)

oleh :
Nama : Wilsen Wimpie
NPM : 19420091
Grup : 2K4

Dosen : Ir. Elly K., Bk. Teks., M.Pd.


Asisten Dosen : - David Christian,SST
- Fauji J.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


 Untuk mengetahui dengan baik prinsip dasar proses pencelupan kapas dengan zat
warna direk.
 Untuk memahami karakter kapas, zat warna direk, zat pembantu, dan alat celup yang
akan dipakai.
 Untuk dapat membuat perencanaan proses pencelupan.
 Untuk dapat menghitung kebutuhan bahan, zat warna, dan zat pembantu sesuai resep
pencelupan.
 Mampu melakukan proses pencelupan dengan hasil pencelupan yang rata dan tahan
luntur yang memadai sesuai target.
 Mampu mengevaluasi dan menganalisa hasil proses pencelupan.
 Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja.
1.2 Hipotesa
Untuk hipotesa pengaruh vlot pada pencelupan kain kapas dengan zat warna direk
semakin kecil vlotnya maka semakin tua warnanya dan semakin kecil vlot yang
deiberikan maka kerataannya semakin jelek.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Serat Kapas


Serat kapas merupakan salah satu bahan tekstil yang berasal dari serat alam, yaitu
serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di daerah lembab dan banyak disinari
matahari. Tanaman Gossypium termasuk keluarga Malvaceae. Pertumbuhan tanaman
kapas sangat bergantung pada tempat tumbuhnya. Tanaman ini tumbuh di daerah yang
beriklim subtropis seperti Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Komposisi
serat kapas tergantung pada jenis tanaman dan derajat kesadahannya.Sekitar 90%
komposisi serat kapas terdiri dari selulosa, sedangkan sisanya adalah protein, pektin,
malam, lemak, pigmen alam, mineral, dan air. Serat kapas memegang peranan
penting dalam bidang tekstil. Dengan berkembangnya serat sintetik tidak
menyebabkan serat kapas mulai ditinggalkan, namun dengan adanya perkembangan
serat buatan,meningkatkan penggunaan serat campuran yang memiliki sifat saling
melengkapi kedua sifat tersebut. Hal ini disebabkan karena serat kapas masih memiliki
beberapa keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh serat buatan. Keunggualan serat
kapas diantaranya mempunyai daya serap yang baik terhadap air, sehingga nyaman
apabila dipakai. Serat kapas juga mempunyai beberapa kekurangan seperti mudah kusut
dan mengkeret dalam pencucian.
Bentuk morfologi penampang melintang serat kapas sangat bervariasi dari bentuk
pipih sampai bentuk bulat, tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal yang terdiri
daribagian kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen. Sedangkan
bentuk penampang membujur serat kapas adalah pipih seperti bentuk pita yang terpilin
atau terpuntir membentuk puntiran dengan interval tertentu. Kearah memanjang, serat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian besar, bagian badan, dan bagyian ujung. Bentuk
penampang melintang dan bentuk penampang membujur serat kapas disajikan pada
gambar berikut ini :

Gambar 2.1.1 : Penampang Membujur (Kiri) dan Melintang (Kanan) Serat Kapas
Komposisi serat kapas dapat dilihat pada Tabel berikut :
Komposisi % pada serat % pada dinding serat
Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7 - 1,2 12
Lilin 0,4 - 1 7
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa organik 0,5 - 1 14
Sifat Fisika pada serat kapas :
 Warna  Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem.
Adanya warna ini disebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di
dalam serat kapas. Pigmen yang menimbulkan warna pada kapas
belum diketahui dengan pasti. Warna kapas akan semakin tua setelah
penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang
lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan warna keabu-abuan.
 Kekuatan  Kekuatan serat perbundelnya adalah 70.000 sampai
96.700 pon per inci persegi. Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh
kadar selulosa dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Dalam
suasana basah, serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar
dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan karena pada
keadaan basah bentuk serat akan mengelembung sehingga puntiran
hilang. Dengan demikian gaya tarik yang diderita akan tersebar
sepanjang serat.
 Mulur  Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat
selulosa yang lainnya yaitu berkisar 4-13 % dengan rata – rata 7%
bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata – rata mulur sebesar 7%
 Moisture Regain  Serat kapas mempunyai afinitas yang besar
terhadap air. Serat kapas yang kering bersifat kasar, rapuh dan
kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi sesuai dengan
perubahan kelembaban relatif, pada kondisistandar kandungan air serat
kapas berkisar antara 7-8,5%.
 Berat jenis  Berat jenis serat kapas adalah 1,5 - 1,56.
 Indeks bias  Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah
1,58. Sedangkan indeks bias melintang sumbu serat adalah 1,53.Sifat
Kimia
Sedangkan Sifat Kimia terdiri dari :
 Pengaruh asam  Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan
asam kuat akan mengurangi kekuatan serat kapas karena dapat
memutuskan rantai molekul selulosa (hidroselulosa).
 Pengaruh alkali  Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh
adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terbentuknya
oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu akan mengelembungkan serat
kapas.
 Pengaruh oksidator  Oksidator dapat menyebabkan terjadinya
oksiselulosa yang mengakibatkan penurunan kekuatan serat.
 Pengaruh mikroorganisme  Dalam keadaan lembab dan hangat, serat
kapas mudah terserang jamur dan bakteri. Tetapi pada kondisi kering,
serat kapas mempunyai ketahanan yang cukup baik.

2.2 Pencelupan
Menurut Sunarto (2008:3) Pencelupan adalah pemberian warna pada bahan tekstil.
Sedangkan menurut Herlison (1981:85) Pencelupan adalah memberi warna pada bahan
secara merata. Selain itu pencelupan merupakan proses pemberian warna pada bahan
tekstil, sehingga bahan memiliki warna tertentu (Noor 2007:1). Dalam proses pencelupan
air merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi mutu hasil
pencelupan.
Pada pencelupan ini biasa digunakan metode exhaust, pada pencelupan metode
perendaman zat warna, yang sebagian atau seluruhnya larut dalam larutan celup,
berpindah ke permukaan serat akibat gerakan larutan celup atau gerakan bahan yang
dicelup. Zat warna terserap ke permukaan serat dan idealnya berdifusi ke dalam serat
(seluruh bagian serat). Berdasarkan zat warna yang digunakan, ikatannya bisa fisika atau
kimia. Pencelupan cara perendaman biasanya dilakukan menggunakan larutan celup,
dengan waktu yang relatif lama dan menggunakan rasio perbandingan bahan dengan
larutan dari mulai 1:8 hingga 1:30. Metode exhaust sering pula disebut dengan metode
dis-kontinu atau imersi karena alat/mesinnya memiliki kapasitas yangterbatas, kain tidak
dilewatkan tetapi direndamkan seluruhnya selama proses.
Mekanisme Pencelupan Menurut teori pencelupan, perpindahan zat warna
dari larutan ke dalam serat terjadi secara bertahap :
 Difusi zat warna dalam larutan. Didalam larutan zat warna direk
berbentuk molekul tunggal dan beragregat. Molekul-molekul ini dalam
keadaan gerak dan tidak mempunyai arah tertentu. Gerakan secara terarah
akan terjadi jika ada gaya penggeraknya. Gaya penggerak ini dapat
disebabkan karena adanya gradien konsentrasi dalam larutan atau perbedaan
pontensial elektro statik dibagian-bagian tertentu di dalam larutan. Gerakan
yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan konsentrasi tersebut disebut difusi.
Difusi merupakan proses pemindahan dengan adanya proses difusi maka
akan terjadi proses pemindahan zat warna dari bagian larutan yang
berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah.
 Adsorpsi zat warna ke permukaan serat. serat dalam larutan cenderung
bermuatan negatif, demikian pula zat warna direk dalam larutan juga
bermuatan negatif. Dengan demikian akan terjadi gaya tlak menolak antara
zat warna dengan serat. Agar zat warna dapat menempel pada permukaan
serat, maka zat warna harus dapat melampaui beberapa rintangan, yaitu :
a. Rintangan muatan adalah rintangan yang dialami oleh butir zat warna
direk untuk melekat pada permukaan serat karena adanya gaya tolak
menolak antara butir zat warna dengan serat.
b. Rintangan entropi adalah rintangan yang dialami oleh butir zat warna
direk untuk melekat pada permukaan serat karena pengarahan molekul
zat warna kurang. Posisi butir zat warna direk dipermukaan serat harus
sejajar dengan sumbu serat.
 Difusi zat warna ke dalam serat Adsorpsi zat warna pada permukaan serat
menyebabkan konsentrasi dipermukaan serat menjadi tinggi, sedangkan di
dalam serat konsentrasi mula- mula adalah nol. Apabila butir-butir zat
warna tersebut mempunyai energi untuk masuk ke dalam serat maka akan
terjadi proses pemindahan zat warna dari permukaan serat ke dalam serat.
Mula-mula butir zat warna dalam bentuk molekul tunggal atau agregat kecil
masuk ke dalam serat melalui daerah amorf. Dengan bantuan panas serta
mengembangnya kapas, maka butir-butir zat warna akan masuk lebih cepat
dan bermigrasi ke bagian kristalin lewat antar molekul selulosa.
 Ikatan zat warna dengan serat. Setelah berada dalam serat, kemudian zat
warna tersebut mengadakan ikatan hidrogen dengan serat. Ikatan hidrogen
terjadi antara gugus-gugus yang bertindak sebagai pembri elektron atau
gugus-gugus yang mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan
hidrogen dalam zat warna dengan gugus-gugus hidroksil didalam serat.
Ikatan hidrogen antara serat dengan zat warna terjadi dalam dua bentuk,
yaitu :
a) Bentuk ikatan anatara gugus hidroksil serat dengan gugus pemberi
elektron dalam zat warna. Dalam hal ini gugus hidroksil serat
akan bertindak sebagai pemberi hidrogen.
b) Bentuk ikatan antara gugus hidroksil serat dengan gugus yang
mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan hidrogen yang
terdapat pada warna. Dalam hal ini unsur oksigen dari gugus hidroksil
serat akan bertindak sebagai pemberi elektron dan gugus zat warna
sebagai pemberi hidrogen.

2.3 Reaksi / Ikatan


Akan direaksikan dengan zat warna direk. Pada dasarnya zat warna direk
merupakan pewarna organic yang dalam system kromogennya terdapat gugus pelarut,
biasanya berupa gugus sulfonat. Struktur zat warna direk dapat digolongkan dalam jenis
azo, stilbena, tiazolum dan ftalosianin. Kebanyakan zat warna direk termasuk jenis azo
yang berupa monoazo, diazo, triazo dan poliazo, sehingga umumnya zat warna direk
tidak tahan reduktor.

Gambar 2.3.1 struktur zat warna direk triazo


Tahan Luntur dan Ikatan Zat warna Direk dengan selulosa. Zat warna direk
dapat dipakai mencelup serat selulosa karena dapat berikatan dengan gugus hidroksil dari
selulosa dengan ikatan hidrogen.

Kekuatan ikatan hidrogen umumnya tidak terlalu kuat dapat putus dalam suhu
tinggi oleh karenanya tahan luntur hasil pencelupan zat warna direk sangat rendah
terutama dalam pencucian panas. Selain ikatan hydrogen sebagai ikatan yang utama,
kekuatan ikatan zat warna direk dengan serat juga ditunjang dengan ikatan dari gaya Van
der Waals. Kekuatan ikatan dari gaya Van der Waals relative sangat lemah, namun cukup
berpengaruh bila ukuran partikel zat warna direknya makin besar. Dari hal tersebut
terlihat tahan luntur hasil celupan at warna direk bervariasi mulai dari rendah hingga yang
sedang.
Prinsip tersebut dipakai dalam proses iring (setelah pencelupan) dengan zat
pemfiksasi kationik, dimana dalam proses tersebut zat warna direk dalam serat berikatan
dengan zat pemfiksasi sehingga ukurannya menjadi besar, akibatnya tahan luntur hasil
celupannya menjadi lebih baik.
Kelarutan zat warna direk yang tinggi akan memudahkan pemakaiannya dalam
hasil celupannya relative lebih mudah rata, tetapi di lain pihak kelarutan yang terlalu
tinggi akan mengurangi substantifitas zat warna dan tahan luntur hasil celupannya lebih
rendah. Proses pelarutan zat warna direk :
AR1-N=N-AR2-SO3Na AR1-N=N-AR2-SO3- + Na+
AR1-N=N-AR2-SO3- + H2O AR1-N=N-AR2-SO3-.H2O
Faktor yang menentukan kelarutan zat warna direk adalah ukura partikel zat
warna direk dan jumlah gugus pelarut dalam struktur zat warnanya. Makin kecil ukuran
partikel zat warna makin tinggi kelarutannya, demikian pula bila jumlah gugus pelarutnya
makin banyak.

2.4 Pengaruh variasi


Dalam proses pencelupan, kelarutan zat warna direk dapat diperbesar dengan
cara memperbesar vlot, menurunkan kesadahan, menaikkan pH larutan celup,
memperbesar pengadukan atau sirkulasi larutan celup dan memperbesar suhu pencelupan.
Dengan cara memperbesar vlot hasil celupannya akan lebih rata dan lebih cerah namun
penyerapan zat warna akan berkurang. Substantifitas zat warna direk bervariasi
tergantung tipe zat warnanya. Untuk membesar penyerapan zat warna direk selama
pencelupan dapat dilakukan beberapa usaha antara lain dengan menambahkan garam
NaCl serta menurunkan suhu dan pH larutan pencelupan.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
- Timbangan /neraca
- Gelas ukur
- pipet ukur 10 ml
- pipet ukur 1 ml
- Termometer
- Gelas kimia 100 ml
- Pengaduk kaca
- Gelas kimia 250 ml/500 ml
Bahan
- Kain kapas - NaCl
- Zat warna direk - Sabun
- Pembasah/teepol
- Na2CO3
- Asam asetat

3.2 Diagram Alir Proses


PERSIAPAN

PENCELUPAN IRING

CUCI SABUN

BILAS DAN KERINGKAN

EVALUASI
(Ketuaan dan kerataan)

3.3 Resep dan Perhitungan


Resep Pencelupan :
Zat warna direk 20 % o.w.f
Pembasah 1 ml/l
Na2 CO 3 1 g/l
NaCl 40 g/l
Vlot (L/R) variasi  1 : 20 , 1:15, 1:10, 1:5
Suhu 90 ℃
Waktu 60 menit
Resep Cuci Sabun :
Sabun 1 g/l
Soda Ash 0,5 ml/l
Vlot 1 : 20
Suhu 60 ℃
Waktu 15 menit

Perhitungan (variasi vlot)


a) Vlot 1:5 (Wilsen)
Pencelupan :
- Jumlah total larutan  35 gram x 5 = 175 ml
1
- Kebutuhan Zat Warna Direk  x 175=0,175 ml
1000
40
- Kebutuhan NaCl  x 175=7 gram
1000
1
- Kebutuhan Pembasah/teepol  x 175=0,175 ml
1000
1
- Kebutuhan Na2CO3  x 175=0,175 gr am
1000
- Kebutuhan air  175 - 0,175 – 7 – 0,175 – 0,175 = 167,475 ml

Pencucian :
- Jumlah total larutan  35 gram x 20 = 700 ml
0,5 ml/ L
- Kebutuhan soda ash  x 700ml=0,35ml
1000
1 g /L
- Kebutuhan sabun  x 700 ml=0,7 gram
1000
- Kebutuhan air  700 – 0,35-0,7 = 698,95 ml

b) Vlot 1:10 (Yesi)


Pencelupan :
- Jumlah total larutan  35 gram x 10 = 350 ml
1
- Kebutuhan Zat Warna Direk  x 350=0,35 ml
1000
40
- Kebutuhan NaCl  x 350=14 gram
1000
1
- Kebutuhan Pembasah/teepol  x 350=0,35 ml
1000
1
- Kebutuhan Na2CO3  x 350=0,35 gr am
1000
- Kebutuhan air  350 - 0,35 – 14 – 0,35 – 0,35 = 334,95 ml

Pencucian :
- Jumlah total larutan  35 gram x 20 = 700 ml
0,5 ml/ L
- Kebutuhan soda ash  x 700ml=0,35ml
1000
1 g /L
- Kebutuhan sabun  x 700 ml=0,7 gram
1000
- Kebutuhan air  700 – 0,35-0,7 = 698,95 ml

c) Vlot 1:15 (Yola)


Pencelupan :
- Jumlah total larutan  35 gram x 15 = 525 ml
1
- Kebutuhan Zat Warna Direk  x 525=0,525 ml
1000
40
- Kebutuhan NaCl  x 525=21 gram
1000
1
- Kebutuhan Pembasah/teepol  x 525=0,525 ml
1000
1
- Kebutuhan Na2CO3  x 525=0,525 gr am
1000
- Kebutuhan air  525 - 0,525 – 21 – 0,525 – 0,525 = 502,425 ml

Pencucian :
- Jumlah total larutan  35 gram x 20 = 700 ml
0,5 ml/ L
- Kebutuhan soda ash  x 700ml=0,35ml
1000
1 g /L
- Kebutuhan sabun  x 700 ml=0,7 gram
1000
- Kebutuhan air  700 – 0,35-0,7 = 698,95 ml

d) Vlot 1:20 (Ziyan)


Pencelupan :
- Jumlah total larutan  35 gram x 20 = 700 ml
1
- Kebutuhan Zat Warna Direk  x 700=0,7 ml
1000
40
- Kebutuhan NaCl  x 700=28 gram
1000
1
- Kebutuhan Pembasah/teepol  x 700=0,7 ml
1000
1
- Kebutuhan Na2CO3  x 700=0,7 gr am
1000
- Kebutuhan air  700 - 0,7 – 28 – 0,7 – 0,7 = 669,9 ml

Pencucian :
- Jumlah total larutan  35 gram x 20 = 700 ml
0,5 ml/ L
- Kebutuhan soda ash  x 700ml=0,35ml
1000
1 g /L
- Kebutuhan sabun  x 700 ml=0,7 gram
1000
- Kebutuhan air  700 – 0,35-0,7 = 698,95 ml

3.4 Langkah Kerja dan Skema Proses


- Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama praktikum.
- Kain yang akan dicelup ditimbang terlebih dahulu.
- Setelah berat kain diperoleh, kebutuhan zat yang diperlukan untuk proses pencelupan
dihitung sesuai resep.
- Menimbang zat sesuai resep yang sudah dihitung tadi.
- Kemudian larutan untuk proses pencelupan dibuat sesuai dengan resep yang sudah
ditentukan.
- Proses pencelupan dilakukan secara konstan pada suhu 90°C selama 60 menit.
- Selama proses pencelupan berlangsung, harus dilakukan pengadukan agar kain hasil
celupannya tidak belang.
- Setelah proses pencelupan selesai dilakukan, kain hasil celup tadi dibagi menjadi dua
bagian. Satu kain langsung dicuci sabun selama 15 menit pada suhu 60°C, dan satu
kain lagi dilanjutkan dengan proses iring selama 15 menit pada suhu 60°C yang
kemudian diakhiri dengan pencucian menggunakan sabun seperti halnya kain pertama
tadi.
- Kain kemudian dikeringkan dengan menggunakan mesin stenter.
- Terakhir, dilakukan evaluasi terhadap kain hasil celup, baik itu mengenai ketuaan
warna maupun kerataan warnanya.

3.5 Skema Proses


Kain
Zat warna direk Pencucian :
Pembasah Soda ash
Na2CO3 Sabun
90OC
NaCl

60OC

30OC 30OC

15’
10’ 60’

3.6 Fungsi Zat


- Zat warna direk : sebagai zat pewarna pada kain
- Pembasah : meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain
- Na2CO3 : untuk memperbaiki kelarutan zat warna dan meningkatkan kelarutan zat
warna
- NaCl : mendorong penyerapan zat warna
- Sabun : memudahkan kain terbasahi, larutan masuk ke dalam bahan karena tegangan
permukaan yang ada pada bahan diturunkan sehingga bagian hidrofil dari sabun akan
mudah masuk ke dalam bahan
3.7 Tabel dan Grafik
No. Kain variasi Vlot skor 1 skor 2 skor 3 skor 4 skor 5 rata-rata score keterangan
1 vlot 1 : 5 4 4 4 4 4 4 sangat tua
2 vlot 1 : 10 3 3 3 3 3 3 tua
3 vlot 1 : 15 2 2 2 2 2 2 muda
4 vlot 1 : 20 1 1 1 1 1 1 sangat muda
Tabel score warna kain variasi vlot

Chart Title
4.5
44
3.5
3 3
2.5
2 2
1.5
1 1
0.5
0
vlot 1 : 5 vlot 1 ketuaan
Grafik : 10 vlotkain
warna pada 1 : 15variasi vlot 1 : 20

vlot
Grafik ketuaan waarna variasi Vlot

Variasi vlot Wilsen


No. Kain variasi Vlot skor 1 skor 2 skor 3 skor 4 skor 5 rata-rata score Kerataan warna
1 vlot 1 : 5 1 1 1 1 1 1 Sangat tidak rata
2 vlot 1 : 10 2 2 2 2 2 2 Tidak rata
3 vlot 1 : 15 3 3 3 3 3 3 rata
4 vlot 1 : 20 4 4 4 4 4 4 Sangat rata
Tabel kerataan warna

Chart Title
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
vlot 1 : 5 vlot 1 : 10 vlot 1 : 15 vlot 1 : 20

Grafik kerataan warna pada variasi vlot

Variasi wilsen

3.8 Evaluasi

Sampel hasil proses :

Variasi 1

A (vlot 1:5)

Variasi 2
B (vlot 1:10)

Variasi 3

C (vlot 1:15)

Variasi 4
D
(vlot 1:20)
- Evaluasi data ranking (ketuaan warna)
Keterangan : Rank warna mulai dari 1-5, dimana 1 artinya warna pekat sekali,
2 artinya agak pekat 3 artinya pekat menuju terang, 4 agak terang, 5 terang.
Dan jika dilihat dari sempel maka di dapat evaluasi data rank ketuaan warnanya :
Kain A Biru : 1
Kain B Biru : 3
Kain C Biru : 4
Kain D Biru : 5
- Evaluasi data ranking (kerataan warna)
Dilihat dari sampel yang didapat, kerataan warnanya pada setiap kain memiliki
tingkat kerataan warna yang baik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Diskusi
Dari hasil praktikum kain yang dicelup oleh zat warna direk menggunakan variasi
vlot, dengan menggunakan variasi vlot 1:5 dimana secara literatur diketahui dalam vlot
1:5 untuk kerataan warnanya sangatlah tidak rata dan untuk ketuaan warnanya sangatlah
tua. Sedangkan ketika vlot diperbesar maka penyerapan zat warna direk akan sulit, kecuali
selama pencelupan dapat dilakukan beberapa cara diantaranya dengan menurunkan suhu,
menambahkan garam NaCl, penurunan pH. Karena adanya penambahan NaCl juga, maka
membantu masuknya warna kedalam serat dengan mudah, sehingga membantu juga dalam
kerataan warnanya.

4.2 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian dan hasil evaluasi yang ada dapat disimpulkan variasi
vlot sangat berpengaruh terhadap hasil ketuaan dan kerataan warna. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa ketuaan dan kerataan warna pada vlot 1:5 untuk kerataan warnanya
jelek dan untuk ketuaan warnanya cukup tua.
DAFTAR PUSTAKA
Lusi,Adriani.2019. Perbedaan Hasil Pencelupan Bahan Linen Dan Katun Pada Zat Warna
Alam Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao L.) Dengan Mordan Air Kelapa.Padang :
Universitas Negeri Padang

Karyana, Dede, Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 1. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil

Soeprijono.1973.serat-serat tekstil.textbook ITT

Kemal, Noerati. 2012. SERAT-SERAT TEKSTIL I. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi


Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai