Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1
PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS DAN CAMPURAN
POLIESTER-KAPAS MENGGUNAKAN FINESOFT 35

Oleh :
Kelompok 1
Nama : M. Wahyudi (16020005)
Yessy Arya Saputri (16020013)
Ririn Anjasni Surya Dewi (16020015)
Monika Pebriani (16020023)
Asri Indriyani(16020029)
Grup : 2-K1
Dosen : Wulan S. S.ST., MT.
Asisten : Sukirman S.ST., MIL.
Desti M., S.ST.

KIMIA TEKSTIL
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2018
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Mampu melakukan penyempurnaan pelemasan pada kain kapas dan
campuran poliester kapas menggunakan finesoft 35.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh resin finesoft 35 pada penyempurnaan pelemasan
pada kain kapas dan campuran poliester kapas terhadap kekakuan dan
gramasi setelah maupun sebelum dilakukan pencucian.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu bahan tekstil yang berasal dari serat
alam, yaitu serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di daerah lembab dan
banyak disinari matahari. Tanaman Gossypium termasuk keluarga Malvaceae.
Pertumbuhan tanaman kapas sangat bergantung pada tempat tumbuhnya.
Tanaman ini tumbuh di daerah yang beriklim subtropis seperti Asia, Afrika,
Amerika Selatan dan Amerika Utara. Serat kapas memegang peranan penting
dalam bidang tekstil. Sifat dan kualitas kapas tergantung pada tempat tumbuh
dan berkembang. Walaupun saat ini telah banyak serat regenerasi selulosa
maupun serat buatan yang memiliki sifat mirip dengan selulosa telah banyak
diproduksi, kapas tetap memegang peranan penting dalam perindustrian
tekstil ±51%. Dengan adanya perkembangan serat buatan, hal ini
meningkatkan penggunaan serat campuran yang memiliki sifat saling
melengkapi. Hal ini disebabkan karena serat kapas masih memiliki beberapa
keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh serat buatan antara lain mempunyai
daya serap yang baik terhadap air, sehingga nyaman apabila dipakai. Serat
kapas juga mempunyai beberapa kekurangan seperti mudah kusut dan
mengkeret dalam pencucian.
Serat kapas mentah memiliki kandungan utama berupa selulosa, selain
itu terdapat pektin, lemak/malam, pigmen alam, mineral dan air. Komposisi
serat kapas berbeda-beda tergantung dari berbagai hal, antara lain jenis
tanaman kapasnya, kondisi tanah, cuaca, kualitas air untuk irigasi, dan pupuk
yang digunakan. Komposisi serat kapas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Persen Komposisi Serat Kapas

Komposisi % pada serat % pada dinding primer


Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7 - 1.2 12
Lilin 0,4 - 1,0 7,0
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa Organik 0,5 - 1,0 14

Serat kapas memiliki morfologi penampang melintang dan membujur


yang sangat bervariasi. Namun, pada umumnya penampang membujur serat
ini berbentuk pita berpilin sedangkan penampang melintangnya berbentuk
seperti ginjal. Penampang melintang yang berbentuk ginjal ini terdiri dari
kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen.

Gambar 1. Penampang Membujur dan Melintang Serat Kapas

2.1.1 Struktur Kimia Molekul Serat Kapas


Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi diketahui sebagai
zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus
empiris (C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang
tergantung dari besarnya molekul. Selulosa dengan rumus empiris
(C6H10O5)n merupakan suatu rantai polimer linier yang tersusun dari
kondensat molekul-molekul glukosa yang dihubungkan oleh jembatan
oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Stuktur
rantai-rantai molekul selulosa disusun dan diikat satu dengan yang
lainnya melalui ikatan Van der Waals. Struktur kimia dari selulosa dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini :
Gambar 2. Struktur Selulosa Serat Kapas

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH).


Gugus hidroksil pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol
primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan 3 merupakan alkohol
sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat
kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif
daripada gugus hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan
gugus fungsional yang sangat menentukan sifat kimia serat kapas,
sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH dalam penulisan
mekanisme reaksi.
Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan
membentuk cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada
ujung rantai yang mengandung aldehida yang mempunyai gugus
pereduksi, sedangkan pada rantai bagian tengah mempunyai gugus
hidroksil. Bila rantai tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan
suatu proses kimia maka ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk
gugusan aldehida atau karboksilat.

2.1.1 Struktur Fisika Molekul Serat Kapas


Serat kapas tersusun dari suatu rantai panjang anhidrida glukosa
yang diorientasikan dan diikat satu dengan lainnya melalui ikatan atau
gaya hidrogen danvan der Waals. Orientasi rantai molekul seluosa
tersebut tidak semuanya sempurna, karena dipisahkan oleh
bagian-bagian disorientasi secara berselang-seling. Sesunan rantai
molekul selulosa yang teririentasi teratur disebut kristalin, sedangkan
yang tidak teratur (disorientasi) disebut amorf. Dari difraksi sinar X
diketahui bahwa selulosa terdiri dari 75 % bagian kristalin dan sisanya
bagian amorf. Bagian amorf mempunyai daya serap yang lebih besar dan
kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan kristalin.
Pada bagian kristalin letak dan jarak antara molekul-molekul
selulosa tersusun sangat teratur dan sejajr satu sama lain. Pada bagian
amorf letak dan jarak antara molekul-molekul selulosa tidak teratur (ada
jarak antara masing-masing molekul selulosa yang besar dan kecil). Pada
jarak yang besar inilah molekul-molekul air dapat masuk sehingga
volume seat akan bertambah. Bentuk kristalin dan amorf serat kapas
dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3. Bagian Kristalin dan Amorf


2.1.3 Sifat Kimia Serat Kapas
 Pengaruh Asam
Dengan adanya asam, selulosa akan terhidrolisis dan
menghasilkan rantai-rantai molekul yang lebih pendek karena
pecahnya ikatan glukosida antara satuan glukosa dalam rantai
selulosa. Larutan encer asam klorida dan asam sulfat dapat
mengurangi kekuatan tarik serat kapas, sedangkan asam asetat
mempunyai pengaruh yang lebih kecil daripada asam-asam tersebut
diatas. Larutan asam pekat seperti asam klorida 40% dalam keadaan
dingin akan merusak serat kapas secara total karena terjadinya
hidrolisis selulosa. Contoh terjadinya kerusakan terutama pada
proses penghilangan kanji.
 Pengaruh Alkali
Kapas tahan terhadap alkali, alrutan alkali encer tidak
mempengaruhi kapas meskipun pada suhu mendidih. Larutan alkali
pekat pada suhu kamar hanya akan menggelembungkan serat kapas
dan tidak merusak seratnya, tetapi pada suhu tinggi dapat merusak
serat karena terbentuk oksiselulosa. Contoh terjadinya kerusakan ini
terutama pada proses pemasakan dan mersersasi.
 Pengaruh Oksidator
Oksidator seperti hipoklorit dan permanganat dapat menurunkan
kekuatan tarik serat. Penurunan kekuatan serat ini terjadi karena
terbentuknya oksiselulosa oleh zat pengoksidasi. Hal ini sering
terjadi pada proses pengelantangan.
 Pengaruh panas
Serat kapas tahan terhadap proses pada suhu mendidih. Hal
tersebut dapat dibuktikan bila kapas dipanaskan pada suhu kurang
lebih 120 selama 5 jam tidak menunjukkan perubahan kekuatan
serat kapas.

2.1.4 Sifat Fisika Serat Kapas


 Warna
Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem.
Adanya warna inidisebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di
dalam serat kapas. Pigmenyang menimbulkan warna pada kapas
belum diketahui dengan pasti. Warna kapas akan semakin tua
setelah penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun. Karena pengaruh
cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan warna
keabu-abuan.
 Kekuatan
Kekuatan serat perbundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon
per inci persegi. Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar
selulosa dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Dalam suasana
basah, serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar
dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan karena pada
keadaan basah bentukserat akan mengelembung sehingga puntiran
hilang. Dengan demikian gaya tarik yang diderita akan tersebar
sepanjang serat
 Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat
selulosa yang lainnya yaitu berkisar 4-13 % dengan rata – rata 7%
bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata-rata mulur sebesar
7%.
 Kekakuan (stiffness)
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau
perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
 Keliatan (toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu
benda untuk menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang
relatif tinggi jika dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang
diregenerasi.
 Mouisture regain
Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat
kapas yang kering
bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat
kapas bervariasi sesuai
dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi
standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-8,5%.
 Berat jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,5-1,56.
 Indeks bias
Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58.
Sedangkan indeks bias melintang sumbu serat adalah 1,53.

2.2.Serat Poliester
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester
dan memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai
mampu saling berdekatan, sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat
bekerja membentuk struktur yang teratur. Serat ini dibuat dari asam tereftalat
dan etilena glikol.
Gambar 3. Reaksi Pembentukan Poliester

Sifat Fisika Serat Poliester :


 Berat jenis polyester adalah 1,38 g/cm3.
 Kekuatan tarik serat polyester sekitar 4.5 – 7.5 g/denier, sedangkan
mulurnya berkisar antara 25 % sampai 75 %.
 Serat poliester berbentuk silinder dengan penampang melintang bulat.
 Pada kondisi standar, yaitu RH 65  2 % dan suhu 20 oC  1 % moisture
regain serat polyester hanya 0.4 % sedangkan RH 100 % moisture
regainnya mencapai 0.6 % - 0.8 %
 Derajat kristalinitas adalah faktor penting untuk serat poliester, karena
derajat kristalinitas serat sangat berpengaruh pada serap zat warna ,mulur,
kekuatan tarik, stabilitas dimensi serta sifat-sifat lainya.
 Serat poliester tahan terhadap panas sampai pada suhu 220 oC, diatas
suhu ini akan mempengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi
kekuningan. Suhu 230-240 oC menyebabkan poliester melunak, suhu 260
o
C menyebabkan poliester meleleh.
 Poliester memiliki sifat elastisitas yang baik dan ketahanan kusut yang
baik.
Sifat Kimia Serat Poliester :
 Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih.
 Tahan asam kuat dingin. Polieater tahan basa lemah tapi kurang tahan
basa kuat.
 Poliester tahan zat oksidator, alkohol, keton, sabun, dan zat-zat untuk
pencucian kering.
 Poliester larut dalam meta-kresol panas, asam
trifouroasetat-orto-clorofenol.

2.3 Penyempurnaan Pelemasan


Setiap kain mempunyai cara penyempurnaan tersendiri yang prosesnya
dipengaruhi oleh jenis serat, anyaman, sifat-sifat fisika dan kimia serat serta
tujuan penyempurnaan. Untuk memberikan efek pegangan yang lebih lembut
dan lemas pada kain tertentu, terutama untuk kebutuhan garmen/konfeksi
diperlukan penyempurnaan dengan penambahan zat pelemas tertentu seperti:
gliserin, TRO, minyak-minyak dan lain-lain.
Penyempurnaan pelemas ini termasuk proses penyempurnaan kimia,
karena dalam pengerjaannya dipergunakan zat-zat kimia. Sifat yang dihasilkan
ada yang bersifat sementara dan permanen. Bersifat sementara apabila
hasilnya hanya tahan beberapa kali pencucian, yaitu kurang dari 4 kali
pencucian, bersifat semi permanen apabila hasilnya tahan 4-10 kali pencucian
dan bersifat permanen apabila hasilnya tahan lebih dari 10 kali pencucian.
2.3.1 Zat Pelemas
Zat pelemas adalah zat yang biasa dipergunakan dalam
penyempurnaan untuk memperoleh kelemasan, kehalusan, pegangan
yang penuh dan lembut serta kesupelan bahan tekstil. Sifat yang
dihasilkan pada bahan tekstil dari penyempurnaan tersebut adalah
terjadinya penurunan koefisien gesekan antara serat atau filamen-filamen
dalam benang. Zat pelemas yang biasa digunakan merupakan suatu zat
yang mengandung lemak atau minyak.
Zat pelemas ini dapat dipergunakan sebagai zat penyempurnaan
sendiri atau ditambahkan dengan zat penyempurnaan lain.Pada dasarnya
pelemas dibuat dari bahan alam, malam, minyak dan berbagai jenis
sabun. Sejalan dengan perkembangan teknologi, bahan pelemas dibuat
dari bahan sintetik yang penggunaannya lebih praktis dan memberikan
hasil yang lebih baik dari zat pelemas alam.
Zat yang dibuat dalam bentuk minyak-minyak sulfonat, yang lebih
stabil dalam air sadah, sekarang telah berhasil dibuat suatu senyawa
lemak yang lebih substantif dan dapat digunakan dalam bentuk larutan
yang diencerkan dengan cara pengerjaan secara perendaman. Dua jenis
utama dari asam-asam lemak adalah CnH2n+1 dan CnH2n-1COOH, pada
umumnya alkohol lemak, adalah senyawa jenuh dengan rumus
CnH2n+1OH.
2.3.2 Sifat-sifat Zat Pelemas
Zat pelemas sebagai zat aktif permukaan mempunyai sifat umum
seperti sifat-sifat koloid, kelarutan dan lain-lain. Molekul zat aktif
permukaan terdiri dari dua gugus penting yaitu gugus liofil (menarik
pelarut) dan gugus liofob (menolak larutan). Gugus liofob biasanya
terdiri dari rantai alifatik atau aromatik, atau gugus alkil yang biasanya
terdiri dari paling sedikit 10 atom karbon. Dalam air sebagai media
pelarut gugus liofil disebut hidrofil dan gugus liofob disebut hidrofob.
Pada waktu terjadi peristiwa penyerapan pada serat, gugus hidrofob
memberikan sifat-sifat tertentu yang baik, seperti pegangan lemas dan
lembut. Sedangkan gugus hidrofil lebih banyak menentukan sifat-sifat
kimia fisika zat aktif permukaan dari gugus hidrofob tersebut. Pada
konsentrasi tinggi partikel koloid akan menggumpal membentuk suatu
agregat yang disebut misel. Ada dua macam misel, yaitu misel sferik dan
misel lamelar.
Sebagian zat aktif permukaan mempunyai sifat khusus yaitu
pembentukan film pada permukaan. Suatu molekul yang mempunyai
struktur polar-non polar seperti juga zat pelemas cenderung membentuk
lapisan film pada permukaan.
2.3.3 Penggolongan Zat Pelemas
Zat pelemas pada pokoknya adalah minyak atau lemak dengan rantai
panjang yang memiliki daya penetrasi. Zat pelemas dapat dibagi menjadi
beberapa golongan, sebagai berikut:
 Emulsi minyak, lemak dan lilin
 Sabun
 Minyak sulfonat
 Sulfat alkohol
 Kondensasi asam lemak
 Rangkaian amonium kuaterner
Melalui penelitian para ahli ternyata bahwa zat pelemas yang paling
baik adalah jenis zat aktif permukaan. Berdasarkan sifat pengionan zat
aktif permukaan di dalam air, zat pelemas terbagi menjadi empat
golongan, yaitu: zat pelemas anionik, kationik, non-ionik, dan amfoterik.
Zat pelemas sendiri berdasarkan muatan ionnya dapat dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Zat pelemas anionik
Zat aktif anion didalam medium air mengion membawa muatan
negative dengan rantai panjang.
2. Zat pelemas kation
Zat aktif kation didalam medium air mengion dengan rantai panjang
membawa muatan positif.
3. Zat pelemas non ion
Zat aktif nonion tidak terjadi pengionan didalam larutan/medium.
4. Zat pelemas amfoter
Zat aktif amfoter terjadi pengionan didalam medium dengan rantai
panjang membawa muatan negative atau positif, tergantung pH larutan.
2.3.4 Mekanisme Pelemasan
Prinsip pelemasan : memberikan lapisan lemak atau minyak
hidrofob membentuk suatu lapisan tipis pada bahan yang mengakibatkan
pengecilan gesekan antara elemen bahan yang berdampingan. Lapisan
lemak yang terbentuk dihasilkan oleh adsorpsi zat pelemas pada
permukaan bahan.
Bahan + zat pelemas  bahan terlapisi lemak /minyak  Film
tipis  pengecilan gesekan  bahan lebih lemas dan lembut

Struktur zat pelemas : amfifilik yang terdiri dari dua jenis gugus
dengan sifat yang berlawanan yaitu gugus polar yang suka air (hidrofil)
dan gugus non polar yang tak suka air (hidrofob). Bentuk fisik
kedudukan zat pelemas yang teradsorpsi mengadakan ikatan fisik dengan
serat :
Serat

Serat

Faktor – faktor yang mempengaruhi mekanisme adsorpsi zat


pelemas :
- Struktur molekul zat pelemas dan penyusunnya
- Sifat alamiah dan struktur gugus pada permukaan padatan
- Lingkungan fasa air
III. PERCOBAAN
3.1 Alat
 Gelas plastik
 Nampan plastik
 Pengaduk
 Gelas ukur 100 ml
 Mesin padder
 Mesin stenter
 Stifness tester
 Neraca analitik

3.2 Bahan
 Zat pelemas Finesoft 35
 Kain kapas
 Kain T/C
 Air

3.3 Diagram Alir


Persiapan alat, bahan dan larutan

Padding

Drying
Pencucian
Evaluasi
Kekakuan dan Gramasi
3.4 Skema Proses
3.5 Cara Kerja
 Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Lakukan perhitungan resep
 Lakukan penimbangan Finesoft 35
 Larutan leguard Finesoft 35 kedalam 100 ml air dingin dan aduk hingga
larut sempurna
 Pad/rendam kain lalu peras pada mesin padder dengan wet pick up 70%
 Keringkan kain pada mesin stenter pada suhu 140°C hingga kering
 Guntig kain yang telah diproses menjadi dua bagian
 Lakukan pada kain 1 evaluasi kekakuan kain (uk. 20 x 2,5 cm) dan
gramasi (5 x 5 cm)
 Cuci kain 2 selama 10 menit menggunakan teepol dan natrium karbonat
pada suhu 60°C
 Keringkan kain pada mesin stenter
 Lakukan evaluasi yang sama pada kain 2

3.6 Resep
3.6.1 Resep Pelemasan
Finesoft 35 = 10 g/l
3.6.2 Resep Pencucian
Teepol = 1 ml/l
Na2CO3 = 1 gr/l

3.7 Fungsi Zat


Finesoft 35 : zat pelemas yang memberikan efek lemas, halus dan
pegangan penuh pada kain
Teepol : menyabunkan sisa-sira resin yang tidak berpolimerisasi
pada permukaan serat
Na2CO3 : membantu proses saponifikasi pada saat pencucian
3.8 Perhitungan Resep
3.8.1 Resep Pelemasan
R
Finesoft 35 = RRR t
RR th th

Air = 100 ml
3.8.2 Resep Pencucian
t
Teepol = RRR t
RRR th t

Na2CO3 = RRR t
RRR th

IV. HASIL
4.1 Panjang Lengkung

Bagian Sebelum Pencucian Setelah Pencucian


T/C Kapas T/C Kapas
1 2,45 2,6 2,2 2,25 2,4 2,45 2,25 2,2
2 2,4 2,65 2,3 2,2 2,35 2,4 2,25 2,15
3 2,4 2,5 2,2 2,15 2,4 2,45 2,2 2,15
4 2,5 2,55 2,2 2,2 2,45 2,5 2,2 2,125
∑ 20,07 17,7 19,4 17,55
Rata-rata 2,5087 2,2125 2,425 2,1937

4.2 Gramasi
RR RR
Gramasi T/C = R R
‴th㤴 hh th u

Sebelum Pencucian
RR RR RR RR
Gramasi T/C = Rt Gramasi K = Rt
= 112 g/m2 = 116 g/m2

Setelah Pencucian
RR RR RR RR
Gramasi T/C = Rt Gramasi K = Rt
= 112 g/m2 = 108 g/m2
4.3 Kekakuan
Kekakuan = 0,1 x Gramasi (g/m2) x Panjang lengkung3

Kekakuan Sebelum Pencucian


T/C = 0,1 x 112 x 2,50873 Kapas = 0,1 x 116 x 2,21253
= 11,2 x 15,79 = 11,6 x 10,8
= 176,83 mgcm = 125,63 mgcm

Kekakuan Setelah Pencucian


T/C = 0,1 x 112 x 2,42503 Kapas = 0,1 x 108 x 2,19373
= 112 x 14,74 = 10,8 x 10,56
= 165,11 mgcm = 114,01 mgcm

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan penyempurnaan pelemasan menggunakan zat
pelemas finesoft 35 terhadap kain kapas dan campuran keduanya (T/C). Proses
ini juga dilakukan dengan pencucian dan tanpa pencucian. Variasi penggunaan
kain dan proses pencucian ini dilakukan untuk mengetahui performa terbaik zat
pelemas pada tiap-tiap kain dengan melakukan evaluasi kekakuan dan gramasi.
Zat pelemas adalah zat yang digunakan dalam penyempurnaan untuk
memperoleh kelemasan, kehalusan, pegangan yang penuh dan lembut serta
kesupelan bahan tekstil. Sifat yang dihasilkan pada bahan tekstil dari
penyempurnaan tersebut adalah terjadinya penurunan koefisien gesekan antara
serat atau filamen-filamen dalam benang. Zat pelemas yang biasa digunakan
merupakan suatu zat yang mengandung lemak atau minyak. Zat pelemas ini dapat
dipergunakan sebagai zat penyempurnaan sendiri atau ditambahkan dengan zat
penyempurnaan lain.
SBC : Sebelum Pencucian
STC : Setelah Pencucian

Pada hasil evaluasi didapatkan bahwa kapas dan T/C mempunyai penurunan
kekakuan setelah dilakukan penyempurnaan pelemasan. Namun, setelah
dilakukan pencucian, kekakuannya juga menurun. Sedangkan hanya gramasi kain
kapas saja yang mengalami penurunan. Zat pelemas yang dipakai pada percobaan
ini adalah zat aktif permukaan jenis anionik. Zat pelemas pada larutan akan
bermuatan negatif. Meskipun serat kapas dan T/C juga bermuatan negatif pada
larutan, zat pelemas tetap akan dapat berpenetrasi kedalam serat karena ditekan
oleh rol-rol mangel. Selain itu, prinsip pelemasan ini adalah memberikan lapisan
lemak atau minyak yang hidrofob membentuk suatu lapisan tipis pada bahan yang
mengakibatkan pengecilan gesekan antara elemen bahan yang berdampingan.
Lapisan lemak yang terbentuk dihasilkan oleh adsorpsi zat pelemas pada
permukaan bahan. Zat pelemas adalah surfaktan yang dapat mengaktifkan
permukaan, cenderung untuk berkonsentrasi pada permukaan atau antar muka.
Suatu molekul pada permukaan atau antar muka mengalami ketidakseimbangan
gaya, maka untuk mendapatkan keseimbangan gaya molekul menarik molekul
lain. Teradsorpsinya molekul lain pada antar muka menyebabkan penurunan
tegangan permukaan sehingga adsorpsi akan berlangsung terus sampai energi
bebas minimum.
Kain T/C memiliki kekakuan yang lebih tinggi sebab ia memiliki struktur
molekul yang lebih rapat (derajat kristalinitas tinggi) dibandingkan dengan kain
kapas.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum penyempurnaan pelemasan menggunakan
finesoft 35, diperoleh kesimpulan bahwa hasil evaluasi gramasi dan kelemasan
paling baik/kekakuan paling rendah diperoleh kain kapas yang diproses dengan
pencucian.

VII.DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Diktat Teknologi Penyempurnaan. Institut Teknologi Tekstil :
Bandung
Seoprijono, P., Poerwanti, Widayat, & Jumaeri. 1974. Serat-serat Tekstil.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil
Susyami, N.M., Mohamad Widodo dan Hardianto. Bahan Ajar Praktek
Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Susyami, N.M. 2017. Teknologi Penyempurnaan 1. Bandung : Politeknik
STTT Bandung.
Susyami, N.M.,Widayat dan Totong. Bahan Ajar Praktek Teknologi Evaluasi
Kain. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai