Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENCELUPAN 2

ASAM JENIS LEVELLING, MILLING DAN SUPERMILLING

KELOMPOK 3 :

SHOHIFATUL FITRIYAH Z. N. (17020079)

SYAFIRA NARENDRADUHTA (17020083)

TANIA AZHARI (17020085)

VIERA BERLIANA A. (17020088)

GRUP : 3K4

NAMA DOSEN : Ir. ELLY K., Bk. Teks.,M.Pd.

ASISTEN : 1. EKA O., S.ST., MT.

2. YAYU E. Y., S.S.T

POLITEKNIK STT TEKSTIL

2019
I. Maksud dan tujuan
- Asam jenis levelling
 Maksud
Untuk mengetahui pengaruh pencelupan poliamida dengan zat
warna asam jenis levelling dengann metode exhaust.
 Tujuan
Melakukan proses pencelupan poliamida dengan zat warna asam
jenis levelling metode exhaust.
- Asam jenis milling
 Maksud
Melakukan proses pencelupan poliamida dengan zat warna asam
jenis milling metode exhaust.
 Tujuan
Menganalisis hasil pencelupan poliamida dengan zat warna asam
jenis milling metode exhaust.
- Asam jenis supermilling
 Maksud
Mempelajari perencanaan dan melakukan proses pencelupan
poliamida dengan zat warna asam supermilling.
 Tujuan
Mengetahui pengaruh pencelupan poliamida dengan zat warna
asam supermilling.

II. Teori Dasar


- Serat Poliamida
Poliamida atau nylon merupakan suatu keluarga polimer sintetik yang
diciptakan pada 1935 oleh Wallace Carothers di DuPont. Produk pertama
adalah sikat gigi ber-bulu nilon (1938), dilanjutkan dengan produk yang
lebih dikenal: stoking untuk wanita pada 1940. Nilon dibuat dari rangkaian
unit yang ditautkan dengan ikatan peptida (ikatan amida) dan sering
diistilahkan dengan poliamida (PA). Nilon merupakan polimer pertama
yang sukses secara komersial, dan merupakan serat sintetik pertama
yang dibuat seluruhnya dari bahan anorganik: batu bara, air, dan udara.
Elemen-elemen ini tersusun menjadi monomer dengan berat molekular
rendah, yang selanjutnya direaksikan untuk membentuk rantai polimer
panjang.
Bahan ini ditujukan untuk menjadi pengganti sintetis dari sutra yang
diwujudkan dengan menggunakannya untuk menggantikan sutra sebagai
bahan parasut setelah Amerika Serikat memasuki Perang Dunia II pada
1941, yang menyebabkan stoking sulit diperoleh sampai perang berakhir.
Serat nilon sekarang dipergunakan untuk kain dan tali. Nilon padat
digunakan untuk bagian mekanik dan rekayasa.
Polymer poliamida (nylon) adalah polimer yang dibentuk dari asam
karboksilat dan amino. Jenis asam karboksilat dan amino sangat
bervariasi sehingga terbentuk poliamida yang sangat bervariasi, misalnya
nylon 6, nylon 66, nylon 11 dll. Yang paling banyak diproduksi adalah 6
dan 66. Gugus penghubung (-OH-CO-), nylon 6 dibuat dari senyawa
kaprolaktom dan nylon 66 dibuat dari senyawa asam adipat dengan heksa
metilen diamina.
H2N – CONH – CONH – CONH – COOH
Ujung ujung polimer terdapat gugus fungsi NH 2 (amino) dan COOH
(karboksilat) dan sebagai penghubungnya adalah gugus amida (-CONH-).
Jumlah NH2 dan COOH tergantung pada banyaknya polimer yang
menyusun sebuah serat . RH standar 4,0 – 4,5 % karena serat poliamida
ini mempunyai gugus fungsional maka serat ini masih mungkin bereaksi
dengan zat-zat lain sedangkan poliester tidak mempunyai gugus
fungsional sehingga daya serapnya lebih besar dari poliester (sekitar 4,5).
Gugus NH2 bersifat basa lemah yang dapat menarik air dan gugus
karboksilat . Yang membedakan antara nylon 6 dan nylon 66 adalah sifat
fisikanya sedangkan sifat kimianya relatif kimia, misalnya titik leleh nylon 6
= 2150C < nylon 66 = 2500C, penyerapan nylon 6 > nylon 66 ini
disebabkan oleh perbedaan struktur fisik yaitu perbedaan DO dan DK.
Poliamida ini dapat dicelup dengan zat warna dispersi asam (kompleks
logam, mordan) dispersi – reaktif.
- Pembuatan Poliamida (Nylon)
Nilon atau poliamida yang dibuat dari heksa metilen diamina dan asam
adipat,
NH2(CH2)6NH2 + COOH(CH2)4COOH  NH2(CH2)6NHCO(CH2)4COOH + H2O
heksa metilena diamina asam adipat

Kemudian molekul-molekul tersebut bereaksi lagi membentuk


molekul yang panjang. Pembuatan nilon diawali dengan pembuatan
bahan baku yaitu asam adipat dan heksa metilena diamina. Asam adipat
dibuat dari fenol melalui pembentukan sikloheksanol dan sikloheksanon.
Sedangkan heksa metilena diamina dibuat dari asam adipat dengan
melalui pembentukan amida dan nitril. Setelah bahan baku diperoleh
maka dilakukan pembuatan polimer yang didahului dengan pembuatan
daram nilon, polimerisasi dan penyetopan panjang rantai. Pada
pembuatan garam nilon asam adipat dan heksa metilena diamina
dilarutkan dalam metanol secara terpisahdan setelah dicampurkan akan
terbentuk endapan heksametilena diamonium adipat (garam nilon).
Pada pemintalan nilon kehalusan filamen tidak bergantung pada
diameter lubang spineret, tetapi bergantung pada :
 Sifat polimer.
 Kecepatan penyemprotan polimer melalui spinneret
 Kecepatan penggulungan filamen
Untuk mendapatkan derajat orientasi tinggi, filamen yang
terbentuk ditarik dalam keadaan dingin. Panjangnya kira-kira menjadi
empat atau lima kali panjang semula.
- Sifat Polyamida/Nylon
1. Kekuatan mulurnya
Nilon mempunyai kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8 gram per
denier dan 18 %, sampai 4,3 gram per denier dan 45 %. Kekuatan
basahnya 80-90 % dari kekuatan kering.
2. Tahan gosokan dan tekukan
Tahan gosok dan tekukan nilon tinggi sekitar 4-5 kali dari tahan
gosok wol.
3. Elastisitas
Selain mulurnya tinggi (22 %), nilon juga mempunyai elastisitas
tinggi. Pada penarikan 8 % nilon elastis 100 % dan pada penarikan 16
%, nilon masih mempunyai elastisitas 91 %.
4. Berat jenis
Berat jenis nilon 1,14.
5. Titik leleh
Nilon meleleh pada suhu 263 oC dalam atmosfer mitrogen dan
diudara pada suhu 250oC.
6. Sifat kimia
 Nilon tahan terhadap pelarut dalam pencucian kering.
 Nilon tahan terhadap asam encer.
 Dalam HCl pekat mendidih dalam beberapa jam akan terurai
menjadi asam adaipat dan heksa metilena diamonium
hidroklorida.
 Nilon sangat tahan terhadap basa.
 Pelarut yang bisa melarutkan nilon diantaranya asam formiat,
kresol dan fenol.
7. Sifat biologi
Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
8. Moisture Regain
Pada kondisi standar (RH 65 % dan suhu 21 oC) moisture regain
nilon 4,2%.

- Zat Warna Asam


Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses
pencelupannya mempergunakan asam untuk membantu penyerapan zat
warna, atau zat warna yang merupakan garam natrium asam-asam oganik
dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna. Zat warna asam
mempunyai afinitas terhadap serat-serat protein dan poliamida misalnya
serat wol dan poliamida.
- Struktur kimia zat warna asam
Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk, merupakan
senyawa yang mengandung gugus-gugus sulfonat atau kaboksilat sebagai
gugus pelarut.
 Golongan 1
Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan misalnya Xylene
Blue VS (C.I. Acid Blue).

N(C2H5)2
NaO3S C +
N(C2H5)2
SO3Na

 Golongan 2
Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine
Rhodamine B (C.I. Acid Red 52).
+
(C2H5)2 N O
N (C2H5)2

SO3Na

SO3Na

 Golongan 3
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa
nitroaromatik, misalnya Naphtol Yellow 1 (C.I. Acid Yellow 1).

ON
a
NO2
NaO3S

NO2
 Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo
misalnya Azo-Garanine 2G (C.I. Acid Red 1).
CH NH.CO.CH3

Golongan 5
N=N
Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya
SO3Na SO3Na
Tartrazine

HO. C N=N SO3Na

NaO3S N=N C N
C

COOH

 Golongan 6
Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay
Blue B (C.I. Acid Blue 45).

O NH2
NaO3S

SO3Na
Menurut cara pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan
NH2 O OH
menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut :
 Golongan 1 (LEVELLING)
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam kuat dalam
pencelupannya misalnya dengan asam formiat atau asam sulfat agar
pH larutan celup dapat mencapai 3,5 - 4,5 sehingga penyerapan zat
warna lebih besar. Zat warna golongan ini sering disebut zat warna
asam terdispersi molekuler atau zat warna asam celupan rata, yang
pada umumnya mempunyai ketahanan sinar yang baik tetapi
ketahanan cucinya kurang.
 Golongan 2 ( MILLING )
Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan panambahan
asam dalam pencelupannya. Pada temperatur rendah zat warna ini
terdispersi koloidal, meskipun pada temperatur mendidih akan
terdispersi molekuler. Zat warna ini disebut zat warna asam milling, zat
warna asam celupan netral atau zat warna asam berketahanan baik.
Sifat Golongan Zat Warna Asam

Leveling Milling Super Milling


Tahan luntur
Kurang Baik Sangat baik
warna (basah)
Cara celup Asam sulfat Asam asetat Amonium asetat
pH pencelupan 2–4 4–6 6–7
Kerataan Baik Agak kurang Sangat kurang
BM rendah BM rendah BM tinggi
Sifat zat warna Larutan molekul Larutan molekul Larutan molekul
larut tinggi larut rendah larut rendah
Afinitas anion Rendah Tinggi Sangat tinggi

 Golongan 3 (SUPER MILING)


Yakni zat warna asam yang memerlukan asam lemah dalam
pencelupannya, misalnya asam asetat, untuk memperoleh pH antara
6-7 Penambahan elektrolit kedalam larutan celup akan memperbesar
penyerapan hingga sukar memperoleh celupan rata. Zat warna ini
mempunyai sifat lebih mudah membentuk larutan koloidal.

- Pencelupan Serat Poliamida Dengan Zat Warna Asam


Serat nilon/poliamida merupakan serat sintetik, zat warna asam dapat
digunakan untuk mencelup serat nilon. Zat warna asam yang mengandung
logam dapat digunakan untuk mencelup warna tua dengan ketahanan
yang cukup tinggi. Tetapi tidak dapat menutupi kekurangan molekul
poliamida dalam serat.
Dalam mekanisme pencelupan serat poliamida dengan zat warna
asam, gugusan amina primer pada molekul poliamida memegang peranan
penting. Gugusan amina tersebut mudah mengikat ion hidrogen untuk
membentuk gugusan amonium. Gugusan ini yang dapat mengikat anion
zat warna. Tetapi karena jumlah gugusan amina sangat sedikit maka
diperoleh penyerapan yang besar terutama pada pencelupan yang
menggunakan campuran zat warna yang mempunyai daya serap yang
berbeda.

- Mekanisme Pencelupan
Serat poliamida mempunyai gugus sebagai berikut :
Gugus ujung amino (NH4), gugus ujung karboksil (COOH) dan
gugusan amida. Dengan menghilangkan gugus-gugus lain yang tidak
penting dalam pencelupan ini maka struktur rantai molekul poliamida,
dalam suasana asam berbeda-beda, dapat ditulis sebagai berikut :
H2N ---- NH ---- COOH
keadaan netral keadaan asam lemah

NH3 – NH – COO-  NH3+ - NH – COOH  NH3+ - NH3+ - COOH


(asam lemah) (keadaan asam sangat kuat pH <2)

Ada 3 hal yang dapat dibedakan :


a. pH 9 – 6
Pada bagian ini asam diabsorbsi, serat menerima proton yang
ditangkap oleh gugus ujung amono.
NH2 – NH – COOH + H+
NH3+ - NH – COOH
NH3+ - NH COO- + H+

b. pH 6 – 2,5
Penambahan asam selanjutnya hanya mengecilkan pH larutan, serat
tidak menerima tambahan proton.
c. pH dibawah 2,5
Pada bagian ini serat mengabsorbsi asam lagi. Hal ini dapat diduga
bahwa proton ditangkap oleh gugus amino.
NH3+ - NH – COOH + H+  NH3+ - NH2+ - COOH
Muatan positif pada gugus-gugus tersebut dapat mengambil anion
dengan membentuk ikatan garam. Suatu zat warna asam mengandung
sebuah atau beberapa anion gugus asam, misalnya gugus asam sulfonic
(SO3H).
Bila gugus sisa molekul zat warna disebut F, maka beberapamacam
jenis zat warna asam dapat ditulis sederhana. Zat warna asam
mempunyai afinitas yang baik dalam daerah pH netral, dapat berikatan
dengan serat. Pemberian elektrolit yang menghambat penyerapan zat
warna asam pada serat nilon disebabkan karena anion elektrolit memiliki
struktur yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah bergerak dan
berikatan dengan serat. Atan tetapi karena ikatan tersebut lemah, pada
akhirnya ikatan tersebut dapat digantikan dengan ikatan antara zat warna
dengan seratnya.

III. Alat dan bahan


- Asam jenis levelling
 Alat
Piala gelas
Timbangan
Gelas ukur
Gunting
Pipet ukur
Pengaduk
Mesin HT dyeing
 Bahan
Kain nylon
Asam asetat 30%
Zat warna asam levelling
Zat pembasah
NaCl
- Asam jenis milling
 Alat
Piala gelas
Timbangan
Gelas ukur
Gunting
Pipet ukur
Pengaduk
Mesin HT dyeing
 Bahan
Kain nylon
Asam asetat 30%
Zat warna asam levelling
Zat pembasah
NaCl
- Asam jenis supermilling
 Alat
Piala gelas
Timbangan
Gelas ukur
Gunting
Pipet ukur
Pengaduk
Mesin HT dyeing
 Bahan
Kain nylon
Zat pembasah
Asam asetat
Retarder anionik
IV. Resep
- Asam jenis levelling
 Resep pencelupan
Zat warna asam levelling =x%
Asam asetat 30% = 1-3 ml/L
Vlot = 1 : 20
Suhu = 100oC
Waktu = 45 menit
 Resep Pencucian
Sabun = 1 ml/L
Vlot = 1 : 20
Suhu = 70oC
Waktu = 10 menit
- Asam jenis milling
 Resep Pencelupan
Zat warna asam milling =x%
Asam asetat 30% = 1-3 ml/L
Vlot = 1 : 20
Suhu = 100oC
Waktu = 45 menit

 Resep Pencucian
Sabun = 1 ml/L
Vlot = 1 : 20
Suhu = 80oC
Waktu = 10 menit
- Asam jenis supermilling
 Resep Pencelupan
Zat warna asam supermilling = x %
Asam asetat 30% = 1-3 ml/L
NaCl = 5 g/L
Vlot = 1 : 20
Suhu = 100oC
Waktu = 45 menit

 Resep Pencucian
Sabun = 1 ml/L
Vlot = 1 : 20
Suhu = 80oC
Waktu = 10 menit

V. Cara kerja
VI. Diagram alir
VII. Skema Proses
VIII. Fungsi Zat

IX. Hasil percobaan


- Asam jenis levelling
 Orang ke-1
 Orang ke-2
Resep Pencelupan
Berat bahan = 3,25 gram
Vlot = 1 : 20
= 65 ml
1 100
Zat warna = x 3,25=0,0325 gram x =3,25 ml
100 1
1
Wetting agent = x 65=0 , 0 65 ml
100 0
3
Asam asetat = x 65=0 , 195 gram
1000
1
Na asetat = x 65=0,065 gram
1000
20
NaCl = x 65=1,3 gram
1000
Kebuhutuhan larutan = 65 – (0,065 + 3,25 + 0,9195) = 61,425 ml
Suhu = 100oC
Waktu = 45 menit

Resep Pencucian
1
Detergen = x 65=0,065 gram
1000
Kebutuhan larutan = 65 ml
Suhu = 70oC
Waktu = 10 menit
 Orang ke-3
 Orang ke-4
- Asam jenis milling
 Orang ke-1
 Orang ke-2
Resep Pencelupan
Berat bahan = 3,24 gram
Vlot = 1 : 20
= 64,8 ml
1 100
Zat warna = x 3 , 24=0,032 4 gram x =3,2 4 ml
100 1
1
Asam asetat = x 64,8=0,0648 ml
1000
5
NaCl = x 64,8=0,324 gram
1000
1
Zat pembasah = x 64,8=0 , 0648 ml
1000
1
Na Asetat = x 64,8=0 0648 gram
1000
Kebuhutuhan larutan = 64,8 – (0,0648 + 0,0648 + 0,0648 + 3,24) =
61,3656 ml
Suhu = 100oC
Waktu = 45 menit

Resep Pencucian
1
Detergen = x 64,8=00648 gram
1000
Kebutuhan larutan = 64,73 ml
Suhu = 80oC
Waktu = 10 menit
 Orang ke-3
 Orang ke-4
- Asam jenis supermilling
 Orang ke-1
 Orang ke-2
Resep Pencelupan
Berat bahan = 2,96 gram
Vlot = 1 : 20
= 59,2 ml
1 100
Zat warna = x 2,96=0,0 296 gram x =2,96 ml
100 1
1
Asam asetat = x 59,2=0,0 592ml
1000
5
NaCl = x 59,2=0 ,296 gram
1000
1
Wetting Agent = x 59,2=0,0592ml
1000
1
Perata = x 59,2=0,0592ml
1000
1
Na Asetat = x 59,2=0,0592 gram
1000
Kebuhutuhan larutan = 59,2 – ( 0,0592 + 0,0592 + 0,0592 + 2,96) =
56,06 ml
Suhu = 100oC
Waktu = 45 menit

Resep Pencucian
1
Detergen = x 59,2=0,0592ml
1000
Kebutuhan larutan = 59,2 ml
Suhu = 80oC
Waktu = 10 menit

 Orang ke-3
 Orang ke-4

X. Lampiran
XI. Diskusi
- Asam jenis levelling
Pada pencelupan kain nylon dengan zat warna asam levelling dengan
variasi konsentrasi zat warna dan asam asetat 3 ml/L didapatkan hasil
bahwa semakin banyak konsentrasi zat warna asam levelling semakin tua,
karena semakin banyak zat warna yang terserap. Tetapi karena
penambahan konsentrasi asam asetat yang lebih banyak, perbedaan
warna pada setiap konsentrasi zat warna tidak terlalu terlihat. Dan
kerataan yang dimiliki setiap konsentrasi zat warna memiliki kerataan yang
baik.
- Asam jenis milling
Pada praktikum pencelupan ini dilakukan pada kain poliamida dengan
zat warna jenis milling dimana zat warna ini memiliki partikel yang sedang.
Pada percobaan ini dilakukan variasi NaCl dimana zat ini membantu untuk
mendorong zat warna masuk kedalam serat. Teorinya semakin banyak
NaCl makan akan semakin tua kain hasil pencelupannya.
Zat warna asam jenis milling ini stabil pada pH 5-6 (tidak terlalu asam)
dan zat warna yang sedang maka warnanya akan kearah sedang.
Hasil dari percobaan praktikum ini terlihat, semakin banyak NaCl yang
ditambahkan semakin tua walaupun tidak signifikan, tetapi terlihat setelah
dibandingkan satu sama lain. Hal ini berarti semakin banyak NaCl semakin
banyak zat warna yang terdorong kedalam serat, maka akan semakin tua.
Sementara kerataan, hasilnya rata. Karena pencelupan dengan mesin
memiliki hasil yang baik.
- Asam jenis supermilling
Pada praktikum pencelupan poliamida dengan zat warna asam jenis
supermilling digunakan variasi zat perata yaitu 0, 1, 2, 3, ml/L. Dimana
diantara seluruh zat warna asam, ukuran molekul zat warna asam yang
paling besar, sehingga afinitas terhadap serat relatif besar dan sukar
bermigrasi. Tetapi tahan lunturnya tinggi. Dalam pencelupan dengan zat
warna asam supermilling sukar untuk menghindarkan terjadinya ketidak
rataan, maka ditambahkan zat perata.
Hasil yang didapat dan variasi zat perata, semakin besar konsentrasi
zat perata yang ditambahkan, maka kerataan zat warna pada kain
poliamida semakin rata, karena semakin menyebar zat asam yang masuk
ke gugus amida dan amina, sedangkan untuk ketuaan didapatkan dari
hasil semakin banyak konsentrasi zat perata, warna hasil pencelupan
semakin muda karena zat warna tidak semua masuk kedalam kain,
bukannya menyerap. Hasil paling tua dikarenakantidak ditambahkan zat
perata sehingga zat warna masuk atau menyerap kedalam serat.
XII. Kesimpulan
- Asam jenis levelling
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, mendapatkan hasil yang
paling baik dan evaluasi ketuaan dan kerataan adalah kan dengan
konsentrasi zat warna 4% owf.
- Asam jenis milling
Pada praktikum pencelupan poliamida dengan zat warna asam millling
dengan variasi NaCl, semakin banyak NaCl yang ditambahkan, warma
pada kain akan semakin tua walaupun tidak signifikan.
- Asam jenis supermilling
Beradasarkan praktikum pencelupan poliamida dengan zat warna
asam jenis supermilling, didapatkan hasil pada kerataan yang paling
optimum adalah pada konsentrasi zat perata 3 ml/L. Dan untuk ketuaan
warna yang paling optimum adalah pada konsentrasi 0 ml/L
DAFTAR PUSTAKA
Karyana, Dede, dkk. Bahan Ajar Praktek Pencelupan. 2005. Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nilon
http://firtanahadi.blogspot.com/2011/03/zat-warna-tekstil.html

Anda mungkin juga menyukai