Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi dengan serat selulosa
secara kovalen. Oleh karenanya mempunyai ketahanan luntur yang sangat
baik. Zat warna ini terdiri dari dua jenis yaitu reaktif panas dan reaktif dingin.
Reaktif dingin mempunyai gugus reaktif yang lebih banyak sehingga kurang
memerlukan suhu tinggi (jenis triklorotriazin) sedang reaktif panas memerlukan
suhu tinggi dalam penggunaannya.
Proses fiksasi zat warna ini berlangsung dengan bantuan alkali, untuk itu dipilih
medium pengental yang tahan terhadap alkali.
Kain dicap menggunakan pasta cap yang mengandung zat perintang dan zat
warna yang tahan zat perintang. Pembangkitan untuk warna dasar dan warna
motif dapat dilakukan dengan pengukusan atau udara panas. Pada
pembangkitan ini warna dasar akan terjad fiksasi, pada motif warna dasar ini
akan terhalangi fiksasinya oleh zat perintang, sehingga pada motif hanya
terjadi fiksasi yang dicapkan semula. Proses ini terjadi pada pencapan rintang
kimia.
Ada dua jenis pencapan rintang secara kimia :
1. Pencapan rintang putih
Maksud pencapan rintang putih adalah menghalangi terjadinya warna
pada bagian motif dengan jalan mecap bahan putih dengan pasta
perintang. Setelah pencelupan atau pencapan tumpang maka bagian
yang dicap rintang akan tetap berwarna putih.
2. Pencapan rintang berwarna
Maksud pencapan rintang berwarna adalah menghalangi terjadinya
warna dasar pada bagian motif dengan jalan mencap dengan pasta cap
yang mengandung zat warna dan zat perintang, sehingga warna tidak
dapat timbul pada bagian motif.
Pencapan rintang secara mekanik telah lama dikenal di Indonesia, yang
dikenal sebagai proses pembatikan yang menggunakan perintang lilin atau
malam.
Pencapan motif menggunakan pasta yang terdiri dari zat warna dan zat
perintang fisika seperti resin, kemudian difiksasi. Pada proses fiksasi ini juga
akan terjadi polimerisasi dari resin. Kemudian kain selulosa dilakukan
pencapan atau cap blok untuk warna dasr dengan zat warna lainnya atau
sejenis dengan zat warna.
2.4. PENGENTAL
1000 gr
1000 gr
Resep blok :
- Zat higoskropis : 20 gr
- Zat warna reaktif : 20 gr
- Air : 100 gr
- Pengental tapioca : 700 gr
- Zat anti reduksi : 10 gr
RESE 1 2 3
P
T 16 18 160
(suhu 0 0
)
RINTA Pu Pu Wa
NG tih tih rna
V. DIAGRAM ALIR
VII. DISKUSI
Ket
Ketahan Rata
Resep/ aha
Ketajaman Kerata an –
Ketera nan Ketuaan
Motif an terhadap Rata
ngan Lun
sinar Nilai
tur
1 7 7 7 8 8 7,4
2 7 6 7 8 8 7,2
3 8 8 8 8 8 8
Resep 1 & 2 :
Pada resep 1 1600 C , pasta (blok) biru lebih banyak yang luntur dibandikang
resep 2 karena suhu yang digunakan lebih rendah yaitu 1600 C dibanding resep
1800 C, sehingga warna yang menempel pada kain lebih banyak pada resep 1.
Kemudian rintang putih pada kain masih dapat tertembus oleh bloknya, hal ini
dikarenakan zat perintang yang digunakan kurang baik sehingga tidak dapat
merintangi kain pada proses bloknya.
Resep 2 & 3 Pada resep 3 160 0 C , pasta (blok) biru lebih banyak yang luntur
dibandikang resep 2 karena suhu yang digunakan lebih rendah yaitu 160 0 C
dibanding resep 1800 C, sehingga warna yang menempel pada kain lebih banyak
pada resep 2. Pada resep 3 tidak tertembus oleh pasta blok. Pada resep 2
tertembus oleh pasta blok. Selain itu pada resep 2 pasta rintang putih masih dapat
tertembus oleh pasta blok, tetapi pada resep 3 pasta rintang putih tidak tertembus
oleh pasta blok (kuat). Karena pegadukan pasta kurang homogen sehingga zat
perintang yang berikatan dengan kain hanya berikatan disebagian tempat.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan pencapan yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa:
Ketuaan yang paling baik diperoleh dengan pencapan resep 3
Kerataan yang paling baik diperoleh dengan menggunakan semua resep
Ketajaman motif yang paling baik diperoleh dengan menggunakan resep 3
Disusun Oleh :
Ayu Rahmawati (12020101)
Dosen : Sasmaya,.S.Teks
Assisten : Sukirman,S.ST.
Drs.Solehudin