Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGUKURAN WARNA

PERCOBAAN A, B, DAN C

Disusun oleh:

Rivanza Diel Primanda 21420044

Elsa Nur Aida 21420052

Maghfira Izzani Fadillah 21420058

Fadia Shabrina Karami 21420062

Dosen :

Octianne D., M.T.

Witri A. S., S.ST., M.Tr.T.

Andri S., Amd.

Grup : 2K3

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2023
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Percobaan A :
 Menentukan hubungan antara transmitansi dengan panjang
gelombang suatu zat warna dalam larutan tunggal.
 Menentukan hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang suatu zat warna dalam larutan tunggal.
 Menentukan persamaan regresi dan membuat kurva kalibrasi zat
warna dalam larutan tunggal.
 Menentukan konsentrasi larutan zat warna yang tidak diketahui
dengan menggunakan persamaan regresi sebagai dasar
perhitungan.
1.2 Percobaan B :
 Menentukan grafik warna dari larutan campuran dua zat warna.
 Menentukan komposisi zat warna di dalam larutan zat warna
campuran.
1.3 Percobaan C :
 Menentukan konsentrasi larutan sisa pencelupan
 Menentukan zat warna yang terserap pada bahan sebelum
pencucian
 Menentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan
setelah pencucian

II. DASAR TEORI


2.1 Percobaan A : Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna
2.1.1 Konsep Warna
Warna, dalam terminologi sains berarti radiasi cahaya
elektromagnetik. Warna lebih merupakan fenomena psikologis akibat
dari stimulasi visual cahaya pada panjang gelombang tertentu
terhadap retina mata yang kemudian diinterpretasi di dalam otak
manusia.
Suatu benda akan terlihat berwarna pada sat terjadi penyerapan
sebagian panjang gelombang cahaya tampak secara selektif, dan
memantulkan atau meneruskan sebagian lainnya. Warna-warna hasil
penyerapan dan pemantulan spectra cahaya tampak dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Panjang Warna Cahaya Warna Cahaya yang
Gelombang yang Diserap Dipantulkan dan Tampak
(nm) oleh Mata (Warna
Komplementer)
400-440 Violet Kuning kehijauan
440-480 Biru Kuning
480-510 Biru-hijau Oranye
510-540 Hijau Merah
540-570 Hijau Magenta
kekuningan
570-580 Kuning Biru
580-610 Oranye Biru kehijauan (sian)
610-700 Merah Biru-hijau
Tabel 2.1 Warna Hasil Penyerapan dan Pemantulan Spektra Cahaya
Tampak

2.1.2 Spektrofotometri Larutan


Pengukuran larutan zat warna dapat dilakukan dengan
menggunakan alat konvensional maupun yang sudah berbasis
komputer. Dalam praktikum awal ini, pengukuran larutan lebih
difokuskan pada penggunaan spektrofotometer larutan konvensional,
yaitu dengan menggunakan "Spectronic 20' (Gambar 1) untuk
memberikan pemahaman yang lebih konseptual. Pada percobaan
berikutnya, pengukuran dengan menggunakan bantuan piranti lunak
yang sudah tent lebih memudahkan dan cepat pengerjaannya, akan
diperkenalkan pula.

Gambar 2.1 Spectronic 20


Spectronic 20 merupakan single-beam spectrophotometer,
digunakan untuk mengukur absorbansi atau persen transmitansi
larutan zat wara pada rentang panjang gelombang 340-960 nm.
Namun demikian, untuk pengukuran pada rentang panjang
gelombang infra merah (600-960 nm), dipertukan alat tambahan
berupa filter khusus infra merah dan lampu yang berbeda).
Pada instrumen yang paling sederhana, digunakan sumber
cahaya dengan panjang gelombang tunggal seperti LED (Light
Emitting Diode), dilengkapi dengan tempt menaruh larutan yang
diukur, serta detektor fotodioda (photodiode detector).
Untuk pengukuran larutan zat warn pada panjang gelombang
kontinyu, instrumen bekerja dengan skema sebagaimana terlihat pada
Gambar 2.3 dimana alat dilengkapi dengan diffraction grating,
aperture (slits), sample compartment, dan defector. Sinar pada setiap
panjang gelombang dalam spectrum cahaya tampak diradiasikan dari
sumbernya (biasanya lampu tungsten dan deuterium), dilewatkan
pada sebuah monokromator. Monokromator menggunakan diffraction
grating, sebuah komponen optik yang dapat memisahkan sinar pada
panjang gelombang yang berbeda. Masing-masing sinar pada setiap
panjang gelombang akan dipancarkan melalui aperture, sebelum
kemudian diserap oleh contoh larutan berwarna. Selanjutnya,
intensitas dan jumlah cahaya yang terserap dapat diukur melalui
detektor.
Data yang diperoleh dari penqukuran larutan zat warna dapat
diinterpretasi secara kuantitatif, misalnya untuk menentukan
konsentrasi larutan (berapa banyak material terlarut dalam larutan)
melalui pendekatan hukum Lambert-Beer. Perbedaan panjang
gelombang yang terserap dapat menjadi informasi untuk
mengidentifikasi karakter warn material yang diukur.

Gambar 2.2 Skema Kerja Spektrofotometri Larutan


Spektrofotometer mengukur intensitas sinar sebelum dan setelah
melewati sampel, lalu membandingkan keduanya. Dengan Spectronic
20, penentuan panjang gelombang dan kalibrasi instrumen pada
panjang gelombang tersebut merupakan tahap penting sebelum
melakukan pengukuran. Dalam menggunakan cuvette, perlu
diperhatikan faktor-faktor penting seperti cara membersihkan dan
memegangnya agar hasil pengukuran dapat lebih akurat. Larutan
kalibrasi juga harus diperhatikan dengan memperhatikan material
yang diukur dan material lain yang terdapat pada larutan.

2.2 Percobaan B : Komposisi Komponen Zat Warna Dalam Larutan


Campuran Zat Warna
Pengukuran dan analisa warna suatu larutan zat warna campuran
didasarkan pada teori yang sama dengan pengukuran larutan zat
warna tunggal. Karena itu, uraian teori pendekatan untuk Percobaan A
dapat dibaca kembali sebagai landasan konseptual pengerjaan
Percobaan B.
Bagian teori yang perlu ditambahkan pada percobaan ini adalah
beberapa konsep tentang pencampuran warna dan kaitannya terhadap
karakter warna dalam larutan. Secara umum, pencampuran warna
dapat dibagi menjadi dua sistem, yaitu: (1) Pencampuran substraktif
yang terjadi dalam pencampuran warna substrat seperti cat dan zat
warna; dan (2) Pencampuran aditif yang terjadi dalam proses
pencampuran warna cahaya.
Warna primer dalam pencampuran cahaya adalah merah, hijau,
dan biru (RGB) dan biasa disebut dengan istilah additive primary
colours (warna primer aditif), sedangkan warna-warna primer dalam
pencampuran substrat adalah sian, magenta, dan kuning (CMY), dan
biasa disebut dengan istilah substractive primary colors (warna primer
substraktif).
Analisa larutan campuran dua atau lebih zat warna dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri selama syarat-syarat di
bawah ini dapat dipenuhi :
1. Kurva absorpsi masing-masing komponen warna dalam campuran
tidak sama.
2. Tidak terjadi interaksi antara masing-masing komponen zat warna,
sehingga absorbansi campuran pada setiap panjang gelombang
merupakan jumlah dari nilai absorbansi semua komponen zat warna.
3. Masing-masing komponen zat warna harus memenuhi hukum Beer
dan diketahui koefisien absorpsinya pada panjang gelombang
maksimum (optimum). Panjang gelombang maksimum masing-masing
komponen zat warna sebaiknya berbeda jauh.
Dengan perhitungan matematis, Komposisi komponen zat warn
dapat dianalisa. Untuk campuran dua komponen zat warna dalam
larutan yang diukur dalam cuvet 10mm (/= 1cm), maka nilai absorbansi
dapat ditentukan. Namun demikian, perlu diperhitungkan pula
kemungkinan adanya agregasi zat warna dalam campuran yang dapat
menurunkan akurasi nilal absorbansi campuran warna dalam larutan.
Apabila campuran dua atau lebih larutan zat warna diukur pada
cuvet dengan tebal 10 mm (/ = 1 cm), maka nilai absorbansi (Aa,m dan
Ab,m) untuk campuran pada panjang gelombang a dan b ditentukan
dengan persamaan (1) dan (2):
Pada a : Aa,m = Aa,1 + Aa,2 = ka,1 C1 + ka,2 C2 (1)
Pada b : Ab,m = Ab,1 + Ab,2 = kb,1 C1 + kb,2 C2 (2)
Dengan persamaan (1) dan (2), maka nilai konsentrasi (C1 dan C2)
dapat dianalisa. Akurasi hasil analisa sangat bergantung pada
ketelitian dalam mempersiapkan larutan contoh sebelum pengukuran
dan kalibrasi atau pengukuran larutan blanko (nilai referensi untuk
larutan bening).

2.3. Percobaan C : Analisa Zat Warna Yang Terserap Pada Bahan


Hukum Lambert-Beer mash digunakan sebagai konsep utama
alam kegiatan analisa pada Percobaan C, sehingga mahasiswa
disarankan untuk kembali mempelajari konsep yang diuraikan di bagian
teori pada Percobaan A.
Dalam proses pencelupan, terjadi tiga tahap perpindahan partikel, yaitu:
(1) migrasi;
(2) adsorpsi; dan
(3) difusi
Pada tahap pertama, partikel zat warna dalam larutan bergerak
(bermigrasi) ke dekat permukaan kain (serat) akibat adanya perbedaan
potensial kimia antara zat warna dan seat. Partikel zat warna kemudian
bergerak ke permukaan serat. Peristiwa tersebut disebut adsorpsi, yaitu
perpindahan partikel dari fasa yang berbeda. Setelah terjadi adsorpsi, zat
warna akan bergerak ke pusat serat dan bermigrasi secara merata untuk
memenuhi semua pusat-pusat interaksi (kimia dan/atau fisika) antara zat
warna dengan serat. Peristiwa perpindahan molekul pada fasa yang
sama tersebut disebut difusi.
Setelah terjadi difusi secara maksimum, zat warna akan terfiksasi
di dalam serat, sehingga diperoleh ikatan yang permanen. Banyaknya
zat warn yang terfiksasi sangat bergantung pada jenis zat warna dan
serat yang dicelup serta ikatan yang terbentuk antara zat warn dengan
serat. Fiksasi dapat terjadi melalui beberapa metode, bergantung pada
jenis seat dan zat warna serta metode pencelupannya. Pada tahap
fiksasi, diharapkan terjadi ikatan atau interaksi kuat yang terbentuk
antara zat warna dengan serat. Ikatan atau interaksi yang terbentuk bisa
secara kimia ataupun fisika, sehingga kekuatan ikatan atau interaksinya
pun berbeda. Secara mum, fiksasi zat warna dengan seat dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Fiksasi melalui ikatan kovalen. Ikatan kovalen terbentuk karena
adanya penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama,
sehingga kekuatan ikatannya sangat bear. Contoh fiksasi dalam
bentuk ikatan kovalen adalah yang terjadi antara zat warna reaktif
dengan seat selulosa. Kain selulosa yang sudah dicelup dengan zat
warn reaktif memiliki ketahanan luntur terhadap pencucian yang
sangat baik.
2. Fiksasi melalui ikatan ionik (elektrovalen). Ikatan ini terbentuk karena
adanya transfer elektron antara satu molekul atau atom ke molekul
atau atom lainnya. Kekuatan ikatan ionik juga sangat tinggi, namun
lebih lemah bila dibandingkan dengan ikatan kovalen. Contoh fiksasi
zat warna dengan serta melalui ikatan ionik adalah yang terjadi pada
pencelupan serat nilon (poliamida) dengan zat wara asam, poliakrilat
dengan zat warna basa, dan serat protein dengan zat warna asam
atau basa.
3. Fiksasi melalui ikatan hidrogen, yaitu adanya ikatan antra atom
hydrogen pada satu molekul dengan atom lainnya pada molekul
yang lain. Contoh fiksasi melalui ikatan hidrogen terjadi pada
pencelupan seat selulosa dengan zat warna direk. Dibandingkan
dengan dua jenis ikatan kimia lainnya, ikatan hidrogen memiliki
kekuatan yang lemah, namun lebih kuat dibandingkan dengan gaya-
gaya fisika. Hasil pencelupan melalui ikatan hidrogen memiliki
ketahanan luntur terhadap pencucian yang sedang hingga rendah.
4. Fiksasi melalui gaya-gaya fisika seperti gaya-gaya Van der Waals
(gaya dipol-dipol, gaya dispersi London, dan ikatan hidrofobik),
misalnya yang terjadi pada hasil pencelupan seat poliester dengan
zat warna dispersi dan serat selulosa dengan zat warna bejana.
Secara prinsip, dengan diketahuinya konsentrasi awal larutan
celup, larutan sisa pencelupan dan sisa pencucian, maka banyaknya zat
warna yang terserap ke dalam bahan dapat dianalisa melalui
pengukuran nilai absorbansi larutan berwarna tersebut. Namun harus
diperhatikan bahwa pengukuran dengan metode spektrofotometri dapat
menghasilkan analisa yang valid dan teliti selama warna yang dianalisa
bekerja pada panjang gelombang yang sama dan dengan konsentrasi
yang tepat.
Dalam proses pencelupan, pencucian merupakan tahap yang
sangat penting karena bertujuan untuk melepaskan zat warn yang tidak
berfiksasi dengan serat. Dengan mengukur jumlah zat warna yang
terdapat dalam larutan sisa pencucian, maka total jumlah zat warna yang
terserap ke dalam bahan akan dapat dianalisa secara spektrofotometri.
III. DIAGRAM ALIR
3.1 Percobaan A

Menyiapkan alat dan bahan

Menimbang 0,1 gram zat warna A

Membuat larutan induk zat warna A

Membuat larutan encer zat warna dengan 5 variasi konsentrasi yang berbeda

Mengukur %T dari masing-masing larutan pada panjang gelombang tertentu

Menghitung %T dari masing-masing larutan pada panjang gelombang tertentu

Menghitung absorbansi dari masing-masing larutan zat warna

Membuat kurva kalibrasi larutan zat warna

Menghitung konsentrasi zat warna yang belum diketahui


3.2 Percobaan B

Membuat larutan zat warna tunggal B dengan konsentrasi sama dengan salah
satu konsentrasi larutan zat warna A

Mengukur %T dari zat warna tunggal B

Menghitung %T larutan tunggal B

Menghitung absorbansi zat warna tunggal B

Membuat larutan campuran zw A dan B dengan berbagai perbandingan (3:4,


4:3, 5:2 )

Mengukur %T dari masing-masing larutan campuran

Menghitung %T dari masing-masing larutan campuran

Menghitung absorbansi dari masing-masing larutan campuran

Menghitung komposisi komponen zat warna dalam larutan


3.3 Percobaan C

Membuat resep pencelupan sesuai dengan zat warna dan bahan pencelupan

Pencelupan dengan menggunakan mesin HT/HP Dyeing

Tamping sisa larutan celup dan sisa larutan pencucian

Drying

Mengukur %T dan absorbansi larutan sisa pencelupan dan sisa pencucian

Menghitung konsentrasi larutan sisa celup dan larutan sisa pencucian

Tentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan sebelum dan
setelah pencucian

IV. ALAT DAN BAHAN


4.1 Percobaan A :
Alat Bahan
Spektrofotometer Zat warna (Erionyl Red A-2BF)
Tabung Kuvet Air destilasi
Labu ukur 100 ml
Gelas kimia 100 ml
Pipet gelas 10 ml
Pengaduk
Labu semprot
Neraca Analisis
4.2 Percobaan B :
Alat Bahan
Spektrofotometer Zat warna (Erionyl Yellow A-R)
Tabung Kuvet Air destilasi
Labu ukur 100 ml
Gelas kimia 100 ml
Pipet gelas 10 ml
Pengaduk
Labu semprot
Corong gelas

4.3 Percobaan C :
Alat Bahan
Spektrofotometer Zat warna (Erionyl Red A-2BF)
Tabung Kuvet Air destilasi
Labu ukur 100 ml
Gelas kimia 100 ml
Pipet gelas 10 ml
Pengaduk
Labu semprot
Corong gelas

V. LANGKAH KERJA
5.1 Percobaan A
5.1.1 Persiapan Larutan Induk Contoh
1. Membuat larutan induk dengan konsentrasi 1 g/L
2. Encerkan dengan konsentrasi yang berbeda (V1 x C1 = V2 x C2)
5.1.2 Penentuan Transmitansi dan Absorbansi Larutan zat warna
1. Ukur nilai % T larutan zat warna masing-masing pada (400 –700
ʎm)
2. Konvesikan % T → A dengan menggunakan alat atau dengan
perhitungan sebagai berikut : A = 2 –log % T
3. Buat grafik hubungan % T dan ʎ dan A dan ʎ
4. Tentukan panjang gelombang maksimum dan minimumnya.
5.1.3 Penentuan Kurva kalibrasi Zat warna.
1. Siapkan contoh larutan zat warna pada lima konsentrasi berbeda
dengan rentang konsentrasi yang sama.
2. Ukur nilai absorbansi kelima larutan tersebut pada panjang
gelombang maksimumnya
3. Buat grafik A dan konsentrasi pada panjang gelombang
maksimum tersebut.
4. Lakukan analisa regresi.
5.1.4 Penentuan Konsentrasi larutan zat warna
1. Buat suatu konsentrasi larutan zat warna
2. Ukur nilai absorbansi larutan tersebut
3. Tentukan konsentrasi larutan dengan persamaan regresi yang
sudah diperoleh
5.1.5 Pengoprasian Spektrofotometer
1. Periksa Voltage stabilizer dan spectronic 20
2. Panaskan alat selama 15 menit
3. Kalibrasi alat dengan menggunakan air suling (blanko), lakukan
kalibrasi ini pada setiap perubahan panjang gelombang.
4. Ukur nilai%T atau A larutan Zat warna.

5.2 Percobaan B
5.2.1 Penentuan Absorbansi Zat Warna Tunggal Kedua
1. Buat satu buah larutan induk zat warna dengan warna yang
berbeda dari jenis zat warna yang sama dengan percobaan A.
buat dengan konsentrasi tertentu (contoh 1 g/L) menggunakan
sistem pengenceran.
2. Dari larutan induk, buat suatu larutan zat warna dengan
konsentrasi tertentu ditentukan % transmitansinya pada panjang
gelombang 400 – 700 nm dengan selang nilai 1 nm.
3. Buat grafik hubungan antara % transmitansi dengan panjang
gelombang.
4. Konversikan nilai% T ke A dengan rumus A = 2 – log % T
5. Buat grafik hubungan antara absorbansi dan panjang gelombang
6. Tentukan panjang gelombang maksimumnya.
5.2.2 Penentuan Komposisi komponen zat warna dalam larutan
campuran
1. Siapkan larutan induk zat warna tunggal yang digunakan pada
percobaan A dan percobaan B
2. Dari kedua larutan induk tersebut, masing-masing dibuat larutan
yang terdiri dari campuran kedua warna tersebut dengan
komposisi tertentu. Buat 3 konsentrasi yang berbeda
komposisinya, misal :
a. ZW A : ZW B = 3:4
b. ZW A : ZW B = 4:3
c. ZW A : ZW B = 5:2
3. Ukur % T larutan campuran pada semua daerah panjang
gelombang dari 400 – 700 nm dengan interval 10 nm
4. Buat grafik % transmitansi dan panjang gelombang kelima
larutan tersebut
5. Konversikan nilai %T lima larutan tersebut ke dalam nilai
absorbansi.
6. Buat kurva absorbansi dan panjang gelombang kelima larutan.
7. Dari data hasil pengukuran diatas tentukan nilai-nilai ʎ1 , ʎ2 , A1 ,
A2 , B1 , B2 , D1, D2 untuk digunakan dalam perhitungan.

5.3. Percobaan C
5.3.1. Proses Pencelupan
1. Buat resep pencelupan sesuai dengan zat warna dan bahan
yang akan dicelup. (Jenis zat warna yang digunakan sama
dengan zat warna yang digunakan pada percobaan sebelumnya)
Konsentrasi zat warna: 0,4%, 0,42%, 0,5%, dan 1%
2. Catat konsentrasi larutan celup sebelum pencelupan dilakukan.
3. Lakukan pencelupan sesuai dengan resep yang Anda buat
dengan sistem pencelupan exhaustion (perendaman)
menggunakan mesin HT-Dyeing.
4. Tampung sisa larutan celup di akhir proses pencelupan.
5. Cuci bahan yang telah selesai dicelup dan tampung larutan sisa
pencucian di akhir proses pencucian.
6. Keringkan bahan yang telah dicuci untuk digunakan pada
percobaan bab selanjutnya.
5.3.2. Penentuan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan
1. Ukur % transmitansi atau absorbansi larutan sisa pencelupan dan
sisa pencucian pada maks.
2. Masukkan nilai absorbansi pada persamaan regresi percobaan A
untuk menghitung konsentrasi larutan sisa celup dan cuci.
3. Tentukan konsentrasi zat warn yang terserap pada bahan
sebelum pencucian, dengan rumus:
 Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan sebelum
pencucian = Konsentrasi larutan celup - konsentrasi larutan
sisa pencelupan
atau
 % zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian =
𝐾𝑜𝑛𝑠.𝐿𝑎𝑟.𝐶𝑒𝑙𝑢𝑝 − 𝑘𝑜𝑛𝑠.𝐿𝑎𝑟.𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
× 100%
𝐾𝑜𝑛𝑠.𝐿𝑎𝑟.𝐶𝑒𝑙𝑢𝑝

4. Tentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan


setelah pencucian, dengan rumus:
 Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah
pencucian = Konsentrasi larutan celup - (kons. Lar, sisa celup
+ kons. Lar. Pencucian)
 % zat warna yang terserap pada bahan setelah pencucian =
𝐾𝑜𝑛𝑠.𝐿𝑎𝑟.𝐶𝑒𝑙𝑢𝑝 −(𝑘𝑜𝑛𝑠.𝐿𝑎𝑟.𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝐾𝑜𝑛𝑠.𝐿𝑎𝑟.𝐶𝑢𝑐𝑖)
× 100%
𝐾𝑜𝑛𝑠.𝐿𝑎𝑟.𝐶𝑒𝑙𝑢𝑝
VI. DATA PENGAMATAN
6.1 Percobaan A
 Perhitungan Pengenceran Larutan Induk (merah)
Konsentrasi larutan induk = 1g/L
 Konsentrasi 0,03g/L
N1V1 = N2V2
1 x V1 = 0,03 x 100
V1 = 3ml
 Konsentrasi 0,04g/L
N1V1 = N2V2
1 x V1 = 0,04x 100
V1 = 4ml
 Konsentrasi 0,05g/L
N1V1 = N2V2
1 x V1 = 0,05 x 100
V1 = 5ml
 Konsentrasi 0,06g/L
N1V1 = N2V2
1 x V1 = 0,06 x 100
V1 = 6ml
 Konsentrasi 0,07g/L
N1V1 = N2V2
1 x V1 = 0,07 x 100
V1 = 7ml
 Nilai %Transmitansi Larutan Zat Warna “Erionyl Red A-2BF”

Panjang Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel


Gelombang 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07
400 83,78 78,75 74,30 67,51 56,00
410 83,53 78,34 73,80 66,85 54,98
420 82,87 77,48 72,81 65,66 53,33
430 81,57 75,87 71,04 63,49 50,45
440 80,14 74,12 69,05 61,17 47,48
450 78,22 71,80 66,50 58,16 53,65
460 75,49 68,57 62,93 54,00 38,43
470 72,28 64,80 58,78 49,20 32,60
480 68,89 6-,87 54,49 44,26 27,00
490 66,01 57,58 50,90 40,23 22,84
Panjang Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
Gelombang 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07
500 64,51 55,85 49,04 38,23 20,97
510 64,48 55,82 49,01 38,30 21,17
520 64,70 57,24 50,57 40,14 23,21
530 68,09 59,98 53,52 43,52 26,90
540 71,72 63,99 57,71 48,20 31,94
550 76,48 69,18 63,12 54,19 38,54
560 81,73 75,12 69,42 61,24 46,83
570 83,36 80,71 75,65 68,46 55,94
580 90,09 85,60 81,43 75,43 65,18
590 92,80 89,33 86,07 81,28 73,74
600 94,75 92,21 89,73 86,04 80,18
610 96,09 94,19 92,37 89,56 85,27
620 96,97 95,54 94,13 91,98 88,77
630 97,51 96,32 95,18 93,44 90,93
640 97,86 96,80 95,84 94,31 92,26
650 98,06 97,18 96,27 94,98 93,16
660 98,26 97,43 96,61 95,40 93,81
670 98,45 97,67 96,88 95,72 94,26
680 98,53 97,79 97,07 95,99 94,63
690 98,49 97,72 97,04 95,94 94,59
700 98,56 97,83 97,17 96,11 94,85

 Absorbansi Larutan Zat Warna “Erionyl Red A-2BF” Konsentrasi 0,03


- 0,07

Konsentrasi
Nomor Konsentrasi Absorbansi
sebenarnya
1 0,03 0,1904 0,034220297
2 0,04 0,2532 0,039771924
3 0,05 0,3097 0,04476662
4 0,06 0,4168 0,054234441
5 0,07 0,6742 0,076989038
 Grafik

Grafik Absorbansi
0.8
0.7 y = 11,312x - 0,1967
0.6 R² = 0,887

Absorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08
Konsentrasi

 Perhitungan Manual
No. Konsentrasi Panjang Gelombang % Transmitansi
1 0,03 510nm 64,48
2 0,04 510nm 55,82
3 0,05 510nm 49,01
4 0,06 510nm 38,30
5 0,07 510nm 21,17

 Perhitungan Absorbansi
1. 0,03
A = 2-log%T 4. 0,06
= 2-log(64,48) A = 2-log%T
= 0,1904 = 2-
2. 0,04 log(38,30)
A = 2-log%T = 0,4168
= 2-log(55,82) 5. 0,07
= 0,2532 A = 2-log%T
3. 0,05 = 2-
A = 2-log%T log(21,17)
= 2-log(49,01) = 0,6742
= 0,3097
 Tabel x dan y
No x y (xi-x) (yi-y) (xi-x)^2 (yi-y)^2 (xi-x)(yi-y)
1 0,03 0,1904 -0,02 -0,17846 0,0004 0,03185 0,003569
2 0,04 0,2532 -0,01 -0,11566 0,0001 0,01338 0,001157
3 0,05 0,3097 0 -0,05916 0 0,0035 0
4 0,06 0,4168 0,01 0,04794 0,0001 0,0023 0,000479
5 0,07 0,6742 0,02 0,30534 0,0004 0,09323 0,006107
Jumlah 0,25 1,8443 0 0 0,001 0,14426 0,011312
Rata-rata 0,05 0,36886 0 0 0,0002 0,02885 0,002262

 Analisa Regresi
a. Koefisien regresi (r)
∑(x − x̄ )(y1 − y2)
𝒓= 1
∑((x − x̄ )2(𝑦1 − 𝑦2)2)2
0,01131
1
(0,001𝑥0,14426)2
= 𝟎, 𝟗𝟒𝟎𝟖𝟏𝟖
b. Regresi linear
r2 = 0,9408182
= 0,8851

 Menentukan nilai a
∑(x − x̄ )(y1 − y2)
𝒂=
∑(x − x̄ )2
0,01131
=
0,001
= 𝟏𝟏, 𝟑𝟏𝟐

 Menentukan nilai b
(nilai x = 0,034 dan y = 0,1904)
y = ax+b
0,1904 = (11,312 x 0,034) + b
0,1904 = 0,3846b
b = 0,1904 – 0,3846
b = 0,1944
6.2 Percobaan B
 Perhitungan Pengenceran Larutan Induk (kuning)
Konsentrasi larutan induk = 1g/L
 Konsentrasi 0,07g/L
N1V1 = N2V2
1 x V1 = 0,07 x 100
V1 = 7ml

 Nilai %Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna “Erionyl


Yellow A-R”

Panjang
Sampel 0,07 Absorbansi
Gelombang
400 59,96 0,2221
410 60,22 0,2202
420 60,63 0,2173
430 60,59 0,2175
440 60,22 0,2202
450 60,29 0,2197
460 61,07 0,2141
470 62,67 0,2029
480 65,11 0,1863
490 68,27 0,1657
500 71,68 0,1446
510 75,15 0,124
520 78,70 0,104
530 82,24 0,0849
540 85,46 0,0682
550 88,25 0,0542
 Larutan A- E
Konsentrasi 0,07
λ (510nm) λ (400nm)
%T VA %T VA
Tunggal A 21,17 0,6742 56,00 0,2518
Tunggal B 75,15 0,1240 59,96 0,2221
Campuran 1 (C) 3:4 54,82 0,2610 58,17 0,2353
Campuran 2 (D) 4:3 51,62 0,2871 62,57 0,2036
Campuran 3 (E) 5:2 48,76 0,3119 65,02 0,1869
1. Komposisi Campuran C (A:B = 3:4)
𝑥 𝑦
𝐷1 = 𝐴1 + 𝐵1
𝑚 𝑛
𝑥 𝑦
0,2610 = 𝑥 0,6742 + 𝑥 0,1240
0,07 0,07
0,2610 = 9,6314𝑥 + 1,7742𝑦
𝑥 𝑦
𝐷2 = 𝐴2 + 𝐵2
𝑚 𝑛
𝑥 𝑦
0,2353 = 𝑥 0,2518 + 𝑥 0,2271
0,07 0,07
0,2353 = 3,5971𝑥 + 3,2442𝑦

Eliminasi :

0,2610 = 9,6314𝑥 + 1,7742𝑦


0,2610 = 9,6314𝑥 + 1,7742(0,0533)
0,2610 = 9,6314𝑥 + 0,0945
0,2610 − 0,0945 = 9,6314𝑥
0,1665 = 9,6314𝑥
0,1665
𝑥=
9,6314
= 0,0172

2. Komposisi Campuran D (A:B = 4:3)


𝑥 𝑦
𝐷1 = 𝐴1 + 𝐵1
𝑚 𝑛
𝑥 𝑦
0,2871 = 𝑥 0,6742 + 𝑥 0,1240
0,07 0,07
0,2871 = 9,6314𝑥 + 1,7742𝑦
𝑥 𝑦
𝐷2 = 𝐴2 + 𝐵2
𝑚 𝑛
𝑥 𝑦
0,2036 = 𝑥 0,2518 + 𝑥 0,2271
0,07 0,07
0,2036 = 3,5971𝑥 + 3,2442𝑦
Eliminasi :

0,2036 = 3,5971𝑥 + 3,2442𝑦


0,2036 = 3,5971𝑥 + 3,2442(0,0373)
0,2036 = 3,5971𝑥 + 0,1210
0,2036 − 0,1210 = 3,5971𝑥
0,0826 = 3,5971𝑥
0,0826
𝑥=
3,5971
= 0,0229

3. Komposisi Campuran E (A:B = 5:2)


𝑥 𝑦
𝐷1 = 𝐴1 + 𝐵1
𝑚 𝑛
𝑥 𝑦
0,3119 = 𝑥 0,6742 + 𝑥 0,1240
0,07 0,07
0,3119 = 9,6314𝑥 + 1,7742𝑦
𝑥 𝑦
𝐷2 = 𝐴2 + 𝐵2
𝑚 𝑛
𝑥 𝑦
0,1869 = 𝑥 0,2518 + 𝑥 0,2271
0,07 0,07
01869 = 3,5971𝑥 + 3,2442𝑦

Eliminasi :

0,3119 = 9,6314𝑥 + 1,7742𝑦


0,3119 = 9,6314𝑥 + 1,7742(0,0272)
0,3119 = 9,6314𝑥 + 0,0482
0,3119 − 0,0482 = 9,6314𝑥
0,2637 = 9,6314𝑥
0,2637
𝑥=
9,6314
= 0,0273

6.3 Percobaan C
Diketahui:
Berat kain 1 = 4,13 gram
Berat kain 2 = 4,20 gram
Berat kain 3 = 4,33 gram
Berat kain 4 = 4,33gram

 Sebelum Celup
Panjang Sampel Sampel Sampel Sampel
Gelombang 0,4% 0,42% 0,5% 1%
400 96,25 94,41 93,39 87,34
410 96,29 94,51 93,46 87,22
420 95,95 94,21 93,05 86,43
430 95,19 93,34 91,95 84,76
440 94,59 92,61 91,04 83,25
450 93,77 91,69 89,90 81,29
460 92,43 90,09 88,02 78,34
470 90,63 87,83 85,41 74,56
480 88,32 84,87 82,15 70,21
490 86,07 81,95 79,01 66,43
500 84,46 79,66 76,75 64,14
510 83,68 78,23 75,60 63,60
520 83,91 78,10 75,89 64,90
530 85,01 79,07 77,38 67,61
540 86,41 80,34 79,16 70,68
550 88,34 82,49 81,66 74,44
560 91,28 86,51 85,81 79,68
570 94,69 91,59 90,88 85,87
580 97,37 95,72 95,12 91,34
590 98,98 98,11 97,70 95,14
600 99,76 99,20 98,96 97,28
610 100,08 99,69 99,53 98,39
620 100,24 99,93 99,83 99,01
630 100,07 100,02 99,96 99,31
640 100,12 100,12 100,06 99,55
650 100,13 100,11 100,09 99,62
660 100,06 100,07 100,05 99,66
670 100,05 100,08 100,07 99,70
680 100,04 100,06 100,00 99,69
690 100,17 99,93 99,84 99,54
700 100,16 99,91 99,84 99,55

 Sisa Celup

Panjang Sampel Sampel Sampel Sampel


Gelombang 0,4% 0,42% 0,5% 1%
400 97,20 92,50 96,91 88,97
410 97,53 93,25 97,31 90,05
420 97,88 94,07 97,68 91,22
430 98,20 94,77 97,91 92,33
440 98,41 95,26 98,10 93,07
450 98,62 95,74 98,30 93,72
460 98,77 96,16 98,48 94,33
470 98,88 96,53 98,60 94,86
480 98,92 96,83 98,65 95,29
490 99,00 97,08 98,71 95,69
500 99,06 97,34 98,82 96,07
510 99,10 97,56 98,93 96,43
520 99,17 97,78 99,05 96,74
530 99,23 97,96 99,22 97,08
540 99,26 98,13 99,40 97,41
550 99,33 98,27 99,60 97,74
560 99,39 98,43 99,81 98,04
570 99,44 98,57 100,01 98,32
580 99,51 98,70 100,16 98,54
590 99,57 98,79 100,02 98,71
600 99,61 98,87 100,07 98,84
610 99,63 98,97 100,13 98,98
620 99,68 99,08 100,20 99,14
630 99,70 99,17 100,25 99,26
640 99,75 99,27 100,35 99,38
650 99,77 99,36 100,40 99,50
660 99,75 99,36 100,39 99,57
670 99,77 99,42 100,39 99,61
680 99,77 99,42 100,35 99,63
690 99,68 99,39 100,32 99,63
700 99,65 99,42 100,25 99,62

 Sisa Cuci

Panjang Sampel Sampel Sampel Sampel


Gelombang 0,4% 0,42% 0,5% 1%
400 96,70 97,68 97,29 87,95
410 97,13 97,99 97,58 89,11
420 97,53 98,26 97,81 90,31
430 97,92 98,50 98,00 91,54
440 98,17 98,66 98,14 92,34
450 98,40 98,81 98,24 93,04
460 98,61 98,95 98,31 93,66
470 98,76 99,03 98,34 94,23
480 98,87 99,04 98,31 94,71
490 98,99 99,08 98,30 95,13
500 99,10 99,15 98,33 95,55
510 99,19 99,24 98,41 95,95
520 99,27 99,32 98,47 96,32
530 99,37 99,49 98,53 96,69
540 99,46 99,64 98,64 97,03
550 99,55 99,81 98,79 97,38
560 99,63 99,96 98,91 97,69
570 99,71 100,09 99,04 97,96
580 99,77 100,19 99,12 98,18
590 99,82 100,02 99,22 98,39
600 99,84 100,05 99,24 98,56
610 99,89 100,10 99,26 98,68
620 99,69 100,17 99,31 98,81
630 100,00 100,19 99,33 98,94
640 100,04 100,22 99,39 99,05
650 100,05 100,29 99,43 99,16
660 100,06 100,28 99,42 99,26
670 100,12 100,31 99,44 99,31
680 100,19 100,32 99,50 99,43
690 100,18 100,31 99,48 99,43
700 100,22 100,33 99,50 99,52
Konsentrasi Sebelum Celup Sisa Celup Setelah Cuci
Zat Warna %T A %T A %T A
0,4% 83,68 0,0773 99,10 0,0039 99,19 0,0035
0,42% 78,23 0,1066 97,34 0,0117 99,24 0,0033
0,5% 75,60 0,1214 98,93 0,0046 98,41 0,0069
1% 63,60 0,1965 96,43 0,0157 95,95 0,0179
Persamaan regresi (percobaan A): y = 11,321x-0,1967
 Konsentrasi larutan sebelum celup

a. 0,4%
100
FP = = 25 𝑘𝑎𝑙𝑖
4

y = 11,321x-0,1967
0,0773 = 11,321x-0,1967
0,0773+0,1967 =11,321x
0,274 = 11,321x
0,0242 =x
0,0242 x 25 = 0,605 g/L

b. 0,42%
100
FP = = 25 𝑘𝑎𝑙𝑖
4

y = 11,321x-0,1967
0,1066 = 11,321x-0,1967
0,1066+0,1967 =11,321x
0,3033 = 11,321x
0,0267 =x
0,0267 x 25 = 0,6675 g/L

c. 0,5%
50,5
FP = 2,5
= 21 𝑘𝑎𝑙𝑖

y = 11,321x-0,1967
0,1214 = 11,321x-0,1967
0,1214+0,1967 =11,321x
0,3181 = 11,321x
0,0281 =x
0,0281 x 21 = 0,5901 g/L

d. 1%
50,5
FP = 2,5
= 21 𝑘𝑎𝑙𝑖

y = 11,321x-0,1967
0,1965 = 11,321x-0,1967
0,1965+0,1967 =11,321 x
0,3932 = 11,321x
0,0347 x 21 = 0,7299 g/L

 Konsentrasi larutan setelah celup


a. 0,4%
100
FP = 15
= 6,67 𝑘𝑎𝑙𝑖

y = 11,321x-0,1967
0,0039 = 11,321x-0,1967
0,0039+0,1967 = 11,321x
0,2006 = 11,321x
0,0177 =x
0,0177 x 6,67 = 0,1182 g/L

b. 0,42%
100
FP = = 6,67 𝑘𝑎𝑙𝑖
15

y = 11,321x-0,1967
0,0117 = 11,321x-0,1967
0,0117+0,1967 =11,321x
0,2084 = 11,321x
0,0184 =x
0,0184 x 6,67 = 0,1228 g/L
c. 0,5%
100
FP = 15
= 6,67 𝑘𝑎𝑙𝑖

y = 11,321x-0,1967
0,0046 = 11,321x-0,1967
0,0046+0,1967 =11,321x
0,2013 = 11,321x
0,0177 =x
0,0177 x 6,67 = 0,1186 g/L

d. 1%
100
FP = 15
= 6,67 𝑘𝑎𝑙𝑖

y = 11,321x-0,1967
0,0157 = 11,321x-0,1967
0,0157+0,1967 =11,321x
0,2124 = 11,321x
0,0187 =x
0,0187 x 6,67 = 0,1252 g/L

 Konsentrasi larutan setelah cuci


a. 0,4%
y = 11,321x-0,1967
0,0035 = 11,321x-0,1967
0,0035+0,1967 =11,321x
0,2002 = 11,321x
0,0176 =x
= 0,0176g/l
b. 0,42%
y = 11,321x-0,1967
0,0033 = 11,321x-0,1967
0,0033+0,1967 =11,321x
0,2 = 11,321x
0,0176 =x
= 0,0176g/l
c. 0,5%
y = 11,321x-0,1967
0,0069 = 11,321x-0,1967
0,0069+0,1967 =11,321x
0,2036 = 11,321x
0,0179 =x
= 0,0179g/l
d. 1%
y = 11,321x-0,1967
0,0179 = 11,321x-0,1967
0,0179+0,1967 =11,321x
0,2146 = 11,321x
0,0189 =x
= 0,0189g/l

 Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian


a. 0,4%
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,605 − 0,1182
= 𝑥 100%
0,605
= 80,46%
b. 0,42%
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,6703 − 0,1228
= 𝑥 100%
0,6703
= 81,6%
c. 0,5%
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,5905 − 0,1186
= 𝑥 100%
0,5905
= 79,91%
d. 1%
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,7299 − 0,1252
= 𝑥 100%
0,7299
= 82,8 %

 Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah pencucian


a. 0,4%
𝐾𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − (𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 + 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑢𝑐𝑖)
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,605 − (0,1182 + 0,0176)
= 𝑥 100%
0,605
= 77,5 %
b. 0,42%
𝐾𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − (𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 + 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑢𝑐𝑖)
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,6703 − (0,1228 + 0,0176)
= 𝑥 100%
0,6703
= 79,8 %

c. 0,5%
𝐾𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − (𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 + 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑢𝑐𝑖)
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,59 − (0,11 + 0,01)
= 𝑥 100%
0,59
= 79,661 %

d. 1%
𝐾𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − (𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 + 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑢𝑐𝑖)
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟. 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,7299 − (0,1252 + 0,0189)
= 𝑥 100%
0,7299
= 80,25%
VII. PEMBAHASAN
7.1 Percobaan A
Praktikum yang telah dilakukan adalah percobaan transmitansi dan
absorbansi zat warna. Zat warna yang digunakan berjenis asam dengan
nama dagang Erionyl Red A-B. Pada pengujian ini kami mengukur nilai
panjang gelombang zat warna merah. Warna merah memiliki rentan
panjang gelombang dari 500 hingga 600 nm. Dan untuk nilainya
berkisar dari 16-65.
Pada percobaan ini menggunakan 5 konsentrasi pada awalnya yaitu
konsentrasi 0,01 , 0,02 ,0,03 dan 0,05. Tetapi setelah dilakukan
pengujian panjang gelombang dengan menggunakan spektrofotometri
didapat nilai yang semakin tinggi. Oleh karena itu, kami menambahkan
konsentrasi pengujian yaitu 0,06 dan 0,07. Pada konsentrasi tersebut
stabil dipanjang gelombang 510 nm dan nilai terkecilnya adalah 21,17.
Dapat dilihat dari tabel yang terlampir pada data pengamatan bahwa
konsentrasi semakin tinggi nilai semakin rendah. Hal ini bisa aja
disebabkan karena saat melakukan pembuatan larutan zat warna tidak
teliti, tidak terlalu larut zat warna dalam labu ukur atau hal lainnya.

7.2 Percobaan B
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu menguji komponen zat
warna dalam larutan campuran. Zat warna yang digunakan adalah zat
warna asam dengan zat warna A berwarna merah dan zat warna B
berwarna kuning. Untuk setiap zat warna menggunakan konsentrasi
0,05 g/L yang diencerkan dari larutan standar masing masing
konsentrasi 1g/L untuk membuktikan komposisi larutan, maka dibuat
terlebih dahulu beberapa larutan dengan komposisi campuran kedua
zat warna dengan komposisi :
1. 3:4 ( merah : kuning)
2. 4:3 ( merah : kuning)
3. 5:2 ( merah : kuning)

Setelah campuran komposisi dibuat, lalu diukur dengan


spektrofotometri setelah didapat %T lalu tentukan absorbansi di setiap
larutan campuran. Setelah semua data didapat laukan perhitungan
menggunakan subtitusi atau eliminasi, hitung perbandingan komposisi.
Konsentrasi yang didapatkan pada percobaan B tidak sesuai dengan
perkiraan hal ini karena zat warna tidak terlalu larut dan kurang
diencerkan sehingga tidak sesuai.

7.3 Percobaan C
Praktikum yang telah dilakukan adalah percobaan transmitansi dan
absorbansi zat warna. Zat warna yang digunakan berjenis asam dengan
nama dagang Erionyl Red A-B. Pada pengujian ini kami mengukur nilai
panjang gelombang zat warna merah. Warna merah memiliki rentan
panjang gelombang dari 500 sampai 600 nm. Dan untuk nilainya
berkisar dari 16-65. %tercelup yang sedikit namun sisa air cuci jernih
dapat disebabkan oleh zat warna yang kemungkinan tak terfiksasi
terlarut kembali dalam larutan dalam molekul yang lebih kecil
disebabkan oleh gaya fisika dari mesin HTHP, air yang jernih pada
larutan setelah pencelupan dapat disebabkan oleh rusaknya zat warna
yang tidak terfiksasi pada kain, karena apabila dilakukan pengujian
spektrofotometri, hasil yang didapatkan tidak sepenuhnya jernih.zat
warna pada bahan yang terserap berkurang dengan rata-rata sekitar
2% setelah dilakukan pencucian, hal ini disebabkan oleh masih
didapatkan beberapa zat warna dispersi yang tak terfiksasikan sehingga
zat warna yang tak terfiksasi tersebut lepas dari kain yang
menyebabkan berkurangnya konsentrasi zat warna yang terserap,
namun dengan melakukan pencucian dapat mengurangi menumpuknya
zat warna pada satu area permukaan atau lebih sehingga dapat lebih
merata hasil celup pada kainnya.

VIII. KESIMPULAN
8.1 Percobaan A
Kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan A yaitu bahwa semakin
tinggi nilai konsentrasi larutan zat warna maka semakin kecil nilai yang
dihasilkan dan sebaliknya semakin rendah konsentasi larutan zat
warna maka semakin besar nilai yang dihasilkannya.
8.2 Percobaan B
Kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan B yaitu bahwa
konsentrasi dari komposisi zat warna campuran dapat ditentukan oleh
nilai absorbansi, konsentrasi larutan zat warna berpengaruh terhadap
besaran nilai absorbansi dan transmitansi, perhitungan komposisi zat
warna campuran dapat menggunakan matriks danmetoda eliminasi.
8.3 Percobaan C
Kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan C yaitu
- Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan sebelumpencucian:
a. 0,4% = 80,46%
b. 0,42% = 81,6%
c. 0,5% = 79,91%
d. 1% = 82,8%
- Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelahpencucian:
a. 0,4% = 77,5%
b. 0,42% = 79,8%
c. 0,5% = 79,66%
d. 1% = 80,25%
DAFTAR PUSTAKA
Nuramdhani, Ida., dkk. 2013. Bahan Ajar Praktikum Pengukuran Warna.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai