Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGUKURAN WARNA

PERCOBAAN A, B dan C

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Pengukuran warna

Disusun Oleh : Kelompok 4

Dilla Dwi Pratiwi 21420066

Dina Setyorini 21420069

Dila Azzahra Hayati 21420070

Rizky Intan Putra 21420073

Grup : 2 K4

Dosen : - Octianne D., M.T.

- Witri A.S.,S.ST.,M.Tr.T

- Andri S., Amd.

POLITEKNIK STTT BANDUNG

KIMIA TEKSTIL

2023
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Percobaan A
1. Menentukan hubungan antara transmitansi dengan panjang
gelombang suatu zat warna dalam larutan tunggal.
2. Menentukan hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang
suatu zat warna dalam larutan tunggal.
3. Menentukan persamaan regresi dan membuat kurva kalibrasi zat
warna dalam larutan tunggal.
4. Menentukan konsentrasi larutan zat warna yang tidak diketahui
dengan menggunakan persamaan regresi sebagai dasar perhitungan.

1.2. Percobaan B
1. Melakukan pengukuran larutan zat warna campuran
2. Menentukan grafik warna dari larutan campuran dua zat warna.
3. Menentukan komposisi zat warna di dalam larutan zat warna
campuran.

1.3. Percobaan C
1. Menentukan konsentrasi larutan sisa celup
2. Menentuka zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian
3. Menentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah
pencucian

II. DASAR TEORI


2.1. Percobaan A
2.1.1 Spektrofotometri Sinar Tampak (visible)
Spektrofotometri Sinar Tampak disebut juga spektrofotometri sinar tampak.
Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia.
Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang
gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol. Elektron
pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah
disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu
membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang
memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi. Cahaya yang
diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-
hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila
menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna
hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak
Tabel 1 Warna Hasil Penyerapan dan Pemantulan Spektra Cahaya Tampak

Warna Cahaya yang


Panjang gelombang Warna Cahaya yang Dipantulkan dan Tampak
(nm) Diserap oleh Mata (Warna
Komplementer)
400-440 Violet Kuning kehijauan
440-480 Biru Kuning
480-510 Biru-hijau Oranye
510-540 Hijau Merah
540-570 Hijau kekuningan Magenta
570-580 Kuning Biru
580-610 Oranye Biru kehijauan (sian)
610-700 Merah Biru-hijau

2.1.2 Hubungan antara Absorbansi terhadap Konsentrasi

apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering
disebut sebagai daerah berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang
diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi.

✓ Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan).

Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan
cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya
bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen
pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh reagen pembentuk warna:

1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam


waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan
bila disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang
baru harus dibuat saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara
stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan
pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang
dianalisa, sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran
bagi komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain
dalam larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen
komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak
berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak
sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna
yang dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang
dipakai.

2.1.3 Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi


Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan
rumus yang diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b
. c). Namun ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan yakni dengan cara
kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum
Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat


dengan kurva kalibarasi:

1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya
makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar
yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti.
Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih
besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai
panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang
gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang
gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling
tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada
panjang gelombang maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian
alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu
kurva yang disebutkurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika
absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan
berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.
6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya.
Setelah diperoleh absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik
yang diperoleh pada langkah 5. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6.
Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel akan sama dengan
konsentrasi larutan standar 10 ppm.

2.2. Percobaan B
2.2.1 Konsep Pencampuran Warna
Pengukuran dan analisa warna suatu larutan zat warna campuran didasarkan
pada teori yang sama dengan pengukuran larutan zat warna tunggal. Karena itu,
uraian teori pendekatan untuk Percobaan A dapat dibaca kembali sebagai
landasan konseptual pengerjaan Percobaan B.
Bagian teori yang perlu ditambahkan pada percobaan ini adalah beberapa
konsep tentang pencampuran warna dan kaitannya terhadap karakter warna
dalam larutan. Secara umum, pencampuran warna dapat dibagi menjadi dua
sistem, yaitu: (1) Pencampuran substraktif yang terjadi dalam pencampuran
warna substrat seperti cat dan zat warna; dan (2) Pencampuran aditif yang terjadi
dalam proses pencampuran warna cahaya.Warna primer dalam pencampuran
cahaya adalah merah, hijau, dan biru (RGB) dan biasa disebut dengan istilah
additive primary colours (warna primer aditif), sedangkan warna-warna primer
dalam pencampuran substrat adalah sian, magenta, dan kuning (CMY), dan
biasa disebut dengan istilah substractive primary colors (warna primer
substraktif).

2.2.2 Syarat – syarat metode spektrofotometri


1. Kurva absorpsi masing-masing komponen warna dalam campuran tidak
sama.
2. Tidak terjadi interaksi antara masing-masing komponen zat warna, sehingga
absorbansi campuran pada setiap panjang gelombang merupakan jumlah dari
nilai absorbansi semua komponen zat warna.
3. Masing-masing komponen zat warna harus memenuhi hukum Beer dan
diketahui koefisien absorpsinya pada panjang gelombang maksimum
(optimum). Panjang gelombang maksimum masing-masing komponen zat
warna sebaiknya berbeda jauh.
Dengan perhitungan matematis, Komposisi komponen zat warn dapat
dianalisa. Untuk campuran dua komponen zat warna dalam larutan yang diukur
dalam cuvet 10mm (/= 1cm), maka nilai absorbansi dapat ditentukan. Namun
demikian, perlu diperhitungkan pula kemungkinan adanya agregasi zat warna
dalam campuran yang dapat menurunkan akurasi nilal absorbansi campuran
warna dalam larutan
Apabila campuran dua atau lebih larutan zat warna diukur pada cuvet
dengan tebal 10 mm (/ = 1 cm), maka nilai absorbansi (Aa,m dan Ab,m) untuk
campuran pada panjang gelombang a dan b ditentukan dengan persamaan (1)
dan (2):

Pada a : Aa,m = Aa,1 + Aa,2 = ka,1 C1 + ka,2 C2 (1)

Pada b : Ab,m = Ab,1 + Ab,2 = kb,1 C1 + kb,2 C2 (2)

Dengan persamaan (1) dan (2), maka nilai konsentrasi (C1 dan C2) dapat
dianalisa. Akurasi hasil analisa sangat bergantung pada ketelitian dalam
mempersiapkan larutan contoh sebelum pengukuran dan kalibrasi atau
pengukuran larutan blanko (nilai referensi untuk larutan bening).

2.3. Percobaan C
2.3.1 Hukum Lambert Beer
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa hubungan linear antara
absorbansi dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.

A = ε.b.c
Dimana :

A = absorban (serapan)

ε = absorbtivitas molar (L/mol cm)

b = lebar kuvet (cm)

c = konsentrasi larutan (mol/cm)

Saat senyawa kimia menyerap ultraviolet (UV) atau visible (Vis), maka
akan terjadi proses absorbansi. Saat radiasi elektromagnetik dari sumber radiasi
(PO) dilewatkan ke sampel maka radiasi tersebut akan melewati sampel tersebut
dan keluar sebagai PT. Rasio dari sumber radiasi (PO) dan radiasi keluar
(PT) disebut dengan transmitansi.

T = PT/Po

Jika transmitansi itu dikalikan dengan 100, maka akan memberikan persen
transmitansi (%T), dimana diartikan sebagai 100% (tidak ada absorbansi) dan
0% (absorbansi sempurna).

Gambar 1. Transmisi Hukum Lambert Beer

2.3.2 Pengelompokkan Fikasasi Zat Warna


1. Fiksasi melalui ikatan kovalen. lkatan kovalen terbentuk karena adanya
penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama, sehingga kekuatan
ikatannya sangat besar. Contoh fiksasi dalam bentuk ikatan kovalen
adalah yang terjadi antara zat warna reaktif dengan serat selulosa. Kain
selulosa yang sudah dicelup dengan zat warna reaktif memiliki ketahanan
luntur terhadap pencucian yang sangat baik.
2. Fiksasi melalui ikatan ionik (elektrovalen). Ikatan ini terbentuk karena
adanya transfer elektron antara satu molekul atau atom ke molekul atau
atom lainnya. Kekuatan ikatan ionik juga sangat tinggi, namun lebih
lemah bila dibandingkan dengan ikatan kovalen. Contoh fiksasi zat warna
dengan sertamelalui ikatan ionik adalah yang terjadi pada pencelupan
serat nilon(poliamida) dengan zat warna asam, poliakrilat dengan zat
warna basa, dan serat protein dengan zat warna asam atau basa.
3. Fiksasi melalui ikatan hidrogen, yaitu adanya ikatan antara atom
hydrogen pada satu molekul dengan atom lainnya pada molekul yang
lain. Contoh fiksasi melalui ikatan hidrogen terjadi pada pencelupan serat
selulosa dengan zat warna direk. Dibandingkan dengan dua jenis ikatan
kimia lainnya, ikatan hidrogen memiliki kekuatan yang lemah, namun
lebih kuat dibandingkan dengan gaya-gaya fisika. Hasil pencelupan
melalui ikatanhidrogen memiliki ketahanan luntur terhadap pencucian
yang sedang hingga rendah.
4. Fiksasi melalui gaya-gaya fisika seperti gaya-gaya Van der Waals (gaya
dipol-dipol, gaya dispersi London, dan ikatan hidrofobik), misalnya yang
terjadi pada hasil pencelupan serat poliester dengan zat warna dispersi
dan serat selulosa dengan zat warna bejana.
III. PERCOBAAN A
1.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Spektrofotometer
b. Tabung cuvette
c. Labu ukur 100ml
d. Gelas piala 100ml
e. Corong gelas
f. Pipet gelas
g. Labu semprot
h. Timbangan analitis
i. Tissue
3.1.2 Bahan
a. Zat warna Direk Biru
b. Air destilasi

1.2 Langkah kerja


1. menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat lanrutan induk 1g dilarutkan dengan 100 ml air
3. Membuat larutan standar 0,02 g/l : 0,03 g/l : 0.04 g/l : 0.05 g/l : 0,06 g/l
4. Memipet larutan standar, lalu masukan kedalam labu ukur
5. Menghitung larutan dengan spektrofotometer
6. konversikan nilai %T vs. panjang gelombang dan A vs. panjang gelombang
7. tentukan panjang gelombang maksimum, minimum, dan dari zat
warna yang diukur

1.3 Data Pengamatan

Transmitansi (%) Absorbansi


Sempel Sempel Sempel Sempel
λ Sempel Sempel Sempel Sempel Sempel Sempel
0,02 0,04 0,05 0,06
0,03 g/L 0,02 g/L 0,03 g/L 0,04 g/L 0,05 g/L 0,06 g/L
g/L g/L g/L g/L
400 92,6 89,36 86,42 83,34 80,38 0,03339 0,04886 0,06339 0,07915 0,09485
410 92,68 89,38 86,3 83,15 80,07 0,03301 0,04876 0,06399 0,08014 0,09653
420 92,4 89,01 85,89 82,63 79,43 0,03433 0,05056 0,06606 0,08286 0,10002
430 91,96 88,56 85,33 82 78,68 0,03640 0,05276 0,06890 0,08619 0,10414
440 91,74 88,22 84,94 81,5 78,1 0,03744 0,05443 0,07089 0,08884 0,10735
450 91,47 87,83 84,4 80,85 77,28 0,03872 0,05636 0,07366 0,09232 0,11193
460 91,13 87,33 83,77 80,07 76,35 0,04034 0,05884 0,07691 0,09653 0,11719
470 90,55 86,54 82,8 78,93 75,35 0,04311 0,06278 0,08197 0,10276 0,12292
480 89,36 84,93 80,8 76,75 72,56 0,04886 0,07094 0,09259 0,11492 0,13930
490 87,6 82,62 78,07 73,54 69,01 0,05750 0,08291 0,10752 0,13348 0,16109
500 85,68 80,07 75,05 70,04 65,16 0,06712 0,09653 0,12465 0,15465 0,18602
510 83,55 77,27 71,71 66,24 61,03 0,07805 0,11199 0,14442 0,17888 0,21446
520 80,89 73,81 67,68 61,69 56,15 0,09211 0,13188 0,16954 0,20979 0,25065
530 77,72 69,8 63,07 56,51 50,62 0,10947 0,15614 0,20018 0,24787 0,29568
540 74,53 65,81 58,49 51,39 45,19 0,12767 0,18171 0,23292 0,28912 0,34496
550 71,41 61,96 54,09 46,51 40,1 0,14624 0,20789 0,26688 0,33245 0,39686
560 68,31 58,19 49,8 41,8 35,25 0,16552 0,23515 0,30277 0,37882 0,45284
570 65,5 54,78 45,95 37,63 31,04 0,18376 0,26138 0,33771 0,42447 0,50808
580 63,2 51,97 42,82 34,28 27,7 0,19928 0,28425 0,36835 0,46496 0,55752
590 61,8 50,28 40,95 32,31 25,78 0,20901 0,29860 0,38775 0,49066 0,58872
600 61,29 49,73 40,36 31,79 25,29 0,21261 0,30338 0,39405 0,49771 0,59705
610 61,59 50,17 40,91 32,46 26,01 0,21049 0,29956 0,38817 0,48865 0,58486
620 62,65 51,49 42,42 34,11 27,65 0,20308 0,28828 0,37243 0,46712 0,55830
630 64,61 53,62 45,01 36,81 30,3 0,18970 0,27067 0,34669 0,43403 0,51856
640 67,95 57,66 49,24 41,19 34,62 0,16781 0,23913 0,30768 0,38521 0,46067
650 72,99 63,54 55,68 48,05 41,58 0,13674 0,19695 0,25430 0,31831 0,38112
660 78,89 70,63 63,66 56,71 50,63 0,10298 0,15101 0,19613 0,24634 0,29559
670 84,94 78,26 72,43 66,43 61,04 0,07089 0,10646 0,14008 0,17764 0,21439
680 90,21 85,34 80,88 76,1 71,62 0,04475 0,06885 0,09216 0,11862 0,14497
690 94 90,78 87,72 84,34 80,98 0,02687 0,04201 0,05690 0,07397 0,09162
700 96,22 94,13 92,13 89,82 87,46 0,01673 0,02627 0,03560 0,04663 0,05819

Grafik Percobaan A
0,700
y = 9,63x + 0,0158
0,600 R² = 0,9991 0,597

0,500 0,498

0,400 0,394
0,300 0,303

0,200 0,213

0,100

0,000
0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07

λ %T A
0,02 61,290 0,2126
0,03 49,730 0,3034
0,04 40,360 0,3940
0,05 31,790 0,4977
0,06 25,290 0,5971

1.4 Data perhitugan


1. Perhitungan larutan variasi konsentarsi yang dibutuhkan
a. Konsentrasi 0,02 g/l
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 100.0,02
V1 = 2 ml
b. Konsentrasi 0,03 g/l
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 100.0,03
V1 = 3 ml
c. Konsentrasi 0,04 g/l
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 100.0,04
V1 = 4 ml
d. Konsentrasi 0,05 g/l
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 100.0,05
V1 = 5 ml
e. Konsentrasi 0,06 g/l
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 100.0,06
V1 = 6 ml
2. Penentuan Nilai Absorbansi
a. = 2 – log % T
= 2 – log 61,290
= 0,2126
b. = 2 – log % T
= 2 – log 49,730
= 0,3033
c. = 2 – log % T
= 2 – log 40,360
= 0,3940
d. = 2 – log % T
= 2 – log 31,790
= 0,4977
e. = 2 – log % T
= 2 – log 25,290
= 0,5970
3. Penentuan Nilai x
y = 9,63 x + 0,0158
0,213 = 9,63 x + 0,0158
0,213-0,0158 = 9,63 x
0,1972
𝑥= 𝒙 = 𝟎, 𝟎𝟐𝟎𝟒
9,63

1.5 Pembahasan
Pada pengujian transmisi dan absorbansi zat warna direk biru didapat data
bahwa panjang gelombang maksimum zat warna tersebut di 600 nm. Dimana,
alat spektrofotometer yang digunakan yaitu single beam, pada alat
spekrtofotometer single beam cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai
yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Mengingat
unsur pembentuk warna itu terdiri dari tiga unsur yaitu sumber cahaya, objek,
dan pengamat. Sumber cahaya itu berupa cahaya tampak yang dapat dilihat oleh
mata dengan panjang gelombang 400-700 nm maka hasil warna yang terliat pun
memiliki ukurannya tersendiri dengan rentang ukuran antara 400-700 nm.pa.
Pada praktikum kali ini larutan induk zat warna direk biru ditimbang
sebanyak 1 gram yang dilarutkan dalam 100 mL air. Dari larutan induk dilakukan
pengukuran dengan spektofotometer dengan sistem pengenceran, variasi
konsentrasi 0,02 g/l ; 0,03 g/l ; 0,04 g/l ; 0,05 g/l ; 0,06 g/l. Dan didapat kan hasi
%T yaitu 61,290 (0,02 g/l) ; 49,730 (0,03 g/l) ; 40,360 (0,04 g/l) ; 31,790 (0,05
g/l) ; 25,290 (0,06 g/l). Dari data tersebut dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai absorbansi dan didapat hasilnya yaitu 0,2126 (0,02 g/l) ;
0,3033 (0,03 g/l) ; 0,3940 (0,04 g/l) ; 0.4977 (0,05 g/l) ; 0,5970 (0,06 g/l).
Dapat dilihat dari grafik, diperoleh bahwa semakin tinggi variasi konsentrasi
atau semakin pekat zat warna yang dipakai maka semakin rendah nilai
transmitasi yang di dapat dan nilai absorbansinya semakin tinggi. Kerena
hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi adalah linier. Hal ini sesuai
dengan gabungan Hukum Lambert Beer. Hal ini di sebabkan karena banyaknya
partikel-partikel cahaya yang berinteraksi dengan cahaya dan partikel tersebut
menyerap cahaya yang datang. Jika nilai absorbansinya tinggi, maka cahaya yang
diteruskan akan sedikit sehingga nilai transmitansinya akan semakin rendah
seiring bertambahnya konsentrasi yang dipakai.
Kelima variasi konsentrasi tersebut didapatkan data persamaan regresi yang
dapat digunakan untuk menghitung ukuran warna yang dimaksud, persamaan
regresi yang didapat yaitu y = 69,63x + 0,0158. Dari persamaan regresi tersebut
kita dapat menghitung konsentrasi zat warna yang kita gunakan dengan data
absoransi yang telah diketahui sebelumnya dengan cara pengukuran
spektrofotometer.
Percobaan ini sangat diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi karena
perbedaan konsentrasi dapat berpengaruh pada hasil akhir.

1.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan A :Transmisi dan absorbansi
zat warna didapat data sebagai berikut.

- Nilai Absorbansi
1. Pada konsentrasi 0,02 menghasilkan nilai Absorbansi 0,2126
2. Pada konsentrasi 0,03 menghasilkan nilai Absorbansi 0,3033
3. Pada konsentrasi 0,04 menghasilkan nilai Absorbansi 0,3940
4. Pada konsentrasi 0,05 menghasilkan nilai Absorbansi 0,4977
5. Pada konsentrasi 0,06 menghasilkan nilai Absorbansi 0,5970
- Nilai x
Nilai x pada percobaan ini sebesar 0,0204
Pada perhitungan menggunakan spektrofometer dan manual di
dapatkan hasil yang sama.
IV. PERCOBAAN B
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a. Spektrofotometer
b. Tabung cuvette
c. Labu ukur 100ml
d. Gelas piala 100ml
e. Corong gelas
f. Pipet gelas
g. Labu semprot
h. Timbangan analitis
i. Tissue
4.1.2 Bahan
a. Zat warna Direk Biru
b. Zat Warna Direk Kuning
c. Air destilasi

4.2. Langkah kerja


a. menyiapkan alat dan Bbahan
b. Membuat larutan zat warna tunggal B dengan konsentrasi sama dengan
salah satu konsentrasi zat warna tunggal A (0,04 g/L).
c. Mengukur dan menghitung %T dari zat warna tunggal B.
d. Menghitung nilai absorbansi zat warna tunggal B.
e. Membuat larutan zat warna campuran, dari zat warna A dan zat warna B
dengan.perbandingan 1,3 ml : 12 ml , 4 ml : 4 ml , 12 ml : 3 ml.
f. Mengukur dan menghitung %T dari masing-masing larutan campuran.
g. Menghitung nilai absorbansi masing-masing larutan campuran.
h. Menghitung komposisi komponen zat warna dalam larutan.

4.3. Data Pengamatan

Transmitansi (%) Absorbansi (A)


λ1 Tunggal Tuggal Dominan Tunggal Tuggal
Sebandig Dominan Dominan Sebandig Dominan
Biru Kuning Kuning Biru Biru Kuning Kuning Biru
400 84,55 46,92 12,97 59,62 48,55 0,0729 0,32864 0,88706 0,22461 0,31381
410 84,01 47,23 12,6 58,9 46,81 0,0757 0,32578 0,899629 0,22988 0,32966
420 83,52 49,04 13,5 59,15 45,64 0,0782 0,30945 0,869666 0,22805 0,34065
430 83,3 51,95 15,35 60,46 45,26 0,0794 0,28441 0,813892 0,21853 0,34429
440 82,87 54,55 17,4 61,97 45,19 0,0816 0,26321 0,759451 0,20782 0,34496
450 82,31 57,52 20,27 63,91 45,22 0,0845 0,24018 0,693146 0,19443 0,34467
460 81,69 61,23 24,33 66,43 45,46 0,0878 0,21304 0,613858 0,17764 0,34237
470 80,76 65,66 29,69 69,34 45,48 0,0928 0,18270 0,52739 0,15902 0,34218
480 78,93 70,86 36,63 72,68 44,48 0,1028 0,14960 0,436163 0,13859 0,35184
490 76,19 76,33 44,45 76,03 42,1 0,1181 0,11730 0,352128 0,11902 0,37572
500 73,08 81,06 51,61 78,75 38,78 0,1362 0,09119 0,287266 0,10375 0,41139
510 69,58 84,85 57,62 80,7 34,63 0,1575 0,07135 0,239427 0,09313 0,46055
520 65,37 87,9 62,6 81,91 29,49 0,1846 0,05601 0,203426 0,08666 0,53033
530 60,58 90,6 66,73 82,47 23,79 0,2177 0,04287 0,175679 0,08370 0,62361
540 55,86 93,05 70,13 82,47 18,6 0,2529 0,03128 0,154096 0,08370 0,73049
550 51,3 95,05 72,56 81,96 14,26 0,2899 0,02205 0,139303 0,08640 0,84588
560 46,89 96,38 73,67 81,01 10,77 0,3289 0,01601 0,132709 0,09146 0,96778
570 42,91 97,09 73,62 79,77 8,2 0,3674 0,01283 0,133004 0,09816 1,08619
580 39,73 97,5 72,94 78,46 6,46 0,4009 0,01100 0,137034 0,10535 1,18977
590 37,83 97,71 71,99 77,25 5,53 0,4222 0,01006 0,142728 0,11210 1,25727
600 37,36 97,93 71,22 76,44 5,33 0,4276 0,00908 0,147398 0,11668 1,27327
610 38,05 98,08 70,81 76,11 5,66 0,4196 0,00842 0,149905 0,11856 1,24718
620 39,63 98,2 70,63 76,09 6,39 0,4020 0,00789 0,151011 0,11867 1,19450
630 42,28 98,29 70,53 76,26 7,56 0,3739 0,00749 0,151626 0,11770 1,12148
640 46,54 98,38 70,45 76,73 9,58 0,3322 0,00709 0,152119 0,11503 1,01863
650 53 98,47 70,83 77,81 13,58 0,2757 0,00670 0,149783 0,10896 0,86710
660 61,19 98,58 72,3 79,98 20,81 0,2133 0,00621 0,140862 0,09702 0,68173
670 70,27 98,6 75,2 83,3 32,08 0,1532 0,00612 0,123782 0,07935 0,49377
680 79,15 98,66 79,42 87,41 46,31 0,1015 0,00586 0,10007 0,05844 0,33433
690 86,66 98,59 84,05 91,41 60,82 0,0622 0,00617 0,075462 0,03901 0,21595
700 91,5 98,69 88,02 94,25 72,2 0,0386 0,00573 0,055419 0,02572 0,14146

λ1 600 λ1 400
%T A %T A
Tunggal Biru 37,36 0,427593132 84,55 0,072886
Tunggal
Kuning 97,93 0,009084245 46,92 0,328642
Dominan
Kuning 71,22 0,147398031 12,97 0,88706
Sebanding 76,44 0,116679322 59,62 0,224608
Dominan Biru 5,33 1,273272791 48,55 0,313811
Grafik Percobaan B λ 600 nm
120
97,93
100
76,44
80 71,22

%T 60
37,36
40

20 5,33
0,427593132 0,009084245 0,147398031 0,116679322 1,273272791
0
1 2 3 4 5
Abs

%T A Linear (%T)

Grafik Percobaan B λ 400 nm

100

80 84,55

60 59,62
%T

46,92 48,55
40

20
12,97
0
1 2 3 4 5
0,072886388 0,328641997 0,887060024 0,224608028 0,313810766
Abs
%T A Linear (%T)

4.4. Data Perhitungan


a. Perhitungan perbandingan larutan zat warna
- X = 0,04 g/l = 100 ml x 0,04 = 4 ml
Perhitungan larutan campuran yang digunakan
- Larutan 1 = Biru : Kuning → 1,3 ml : 12 ml
- Larutan 2 = Biru : Kuning → 4 ml : 4 ml
- Larutan 3 = Biru : Kuning → 12 ml : 1,3 ml

Sistematika Perhitungan Komposisi Komponen Zat Warna Campuran:


𝒙 𝒚
Rumus: 𝑫𝟏 = 𝒏 𝑨𝟏 + 𝒎 𝑩𝟏
𝒙 𝒚
𝑫𝟐 = 𝒏 𝑨𝟐 + 𝑩𝟐
𝒎
2. Larutan 1 Dominan Kuning
Persamaan 1
𝑥 𝑦
01473 = 04275 + 0,0090
0,04 0,04
0,0059 = 0,4275𝑥 + 0,0090𝑦
Persamaan 2
𝑥 𝑦
0,8870 = 0,0728 + 0,3286
0,04 0,04
0,0355 = 0,0728𝑥 + 0,3286𝑦
Eliminasi:
0,0059 = 0,4275𝑥 + 0,0090𝑦 | x 0,3286 → 0,0019 = 0,1405𝑥 + 0,0030𝑦
0,0355 = 0,0728𝑥 + 0,3286𝑦 | x 0,0090 → 0,0003 = 0,0007𝑥 + 0,0030𝑦 -
0,0016 = 0,1335𝑥
0,0016
𝑥 = 0,1335 = 0,012
Subtitusi:
0,0059 = 0,4275(0,012) + 0,0090𝑦
0,0059 = 00051 + 0,0090𝑦
0,0090𝑦 = 0,0059 − 0,0051
0,0008
𝑦= = 0,088
0,0090
- Larutan 2 Sebanding
Persamaan 1
𝑥 𝑦
0,1166 = 04275 + 0,0090
0,04 0,04
0,0047 = 0,4275𝑥 + 0,0090𝑦
Persamaan 2
𝑥 𝑦
0,2246 = 0,0728 + 0,3286
0,04 0,04
0,0090 = 0,0728𝑥 + 0,3286𝑦
Eliminasi:
0,0047 = 0,4275𝑥 + 0,0090𝑦 | x 0,3286 → 0,0015= 0,1405𝑥 + 0,0030𝑦
0,0090 = 0,0728𝑥 + 0,3286𝑦 | x 0,0090 → 0,0001 = 0,0007𝑥 + 0,0030𝑦 -
0,0014 = 0,1398𝑥
0,0014
𝑥= = 0,010
0,1398
Subtitusi:
0,0047 = 0,4275(0,010) + 0,0090𝑦
0,0047 = 0,0043𝑥 + 0,0090𝑦
0,0090𝑦 = 0,0047 − 0,0043
0,0004
𝑦= = 0,044
0,0090
- Larutan 3 Dominan Biru
Persamaan 1
𝑥 𝑦
1,2732 = 0,4275 + 0,0090
0,04 0,04
0,0509 = 0,4275𝑥 + 0,0090𝑦
Persamaan 2
𝑥 𝑦
0,3138 = 0,0,0728 + 0,3286
0,04 0,04
0,0126 = 0,0728𝑥 + 0,3286𝑦
Eliminasi:
0,0509 = 0,4275𝑥 + 0,0090𝑦 | x 0,3286 → 0,0167= 0,1405𝑥 + 0,0030𝑦
0,0126 = 0,0728𝑥 + 0,3286𝑦 | x 0,0090 → 0,0001= 0,0007𝑥 + 0,0030𝑦 -
0,0166 = 0,1398𝑥
0,0166
𝑥 = 0,1398 = 0,119
Subtitusi:
0,0509 = 0,4275 (0,119) + 0,0090𝑦
0,0509 = 0,0509 + 0,0090𝑦
0,0090𝑦 = 0,0509 − 0,0509
0
𝑦 = 0,0090 = 0

4.5. Pembahasan
Untuk menentukan konsentrasi zat warna, digunakan metode
spektrofotometri menggunakan spektrofotometer.Pengukuran pada Panjang
gelombang 600 dan 400 nm dengan mengacu pada hukum Lambert-Beer.
Pada analisis larutan campuran dua atau lebih zat warna dapat dilakukan
dengan metode spektrofotometri selama memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Kurva absorpsi masing-masing komponen warna dalam campuran tidak sama.
2. Tidak terjadi interaksi antara masing-masing komponen zat warna, sehingga
absorbansi campuran pada setiap panjang gelombang merupakan jumlah dari nilai
absorbansi semua komponen zat warna.
3. Masing-masing komponen zat warna harus memenuhi hukum Beer dan diketahui
koefisien absorpsinya pada panjang gelombang maksimum (optimum).
4. Panjang gelombang maksimum masing-masing komponen zat warna sebaiknya
berbeda jauh.
Pada Praktikum percobaan B ini dilakukan pencampuran warna tunggal yaitu dengan
zat warna A (direk biru) dan zat warna B (direk kuning) yang menghasilkan warna
hijau.Untuk masing-masing larutan zat warna menggunakan konsentrasi 0,04 g/l.
Berikut komposisi pencampuran larutan zat warna pada percobaan B
Larutan 1 = Biru : Kuning = 1,3 ml : 12 ml
Larutan 2 = Biru : Kuning = 4 ml : 4 ml
Larutan 3 = Biru : Kuning = 12 ml : 1,3 ml
Dari grafik hasil spektrofotometri yang diukur pada Panjang gelombang 400 dan
600 nm dapat dilihat bahwa grafik naik turun tidak menentu namun jika ditarik garik
lurus grafik tersebut menurun hal ini dikarenakan Perbandingan larutan zat warna tidak
sesuai dengan perintah yang diberikan yaitu 1:3 hal ini disebabkan kesalahan pada saat
penimbangan berat zat warna dan kesalahan praktikan dalam perhitungan sehingga
terjadi error dalam proses spektrofotometri

4.6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan B : Komposisi komponen larutan zat
warna dalam campuran zat warna di dapat data sebagai berikut.
1. Larutan 1 Dominan Kuning
X = 0,012 ; y = 0,088
2. Larutan 2 Sebanding
X = 0,010 ; y = 0,040
3. Larutan 3 Dominan Biru
X = 0,119 ; y = 0
V. PERCOBAAN C
5.1. Alat dan Bahan
5.1.1 Alat
a. Spektrofotometer {Spectronic 20)
b. Labu ukur 100 ml
c. Gelas piala 100 ml
d. Corong gelas
e. Tabung cuvet
f. Pipet gelas 10 ml
g. Pengaduk
h. Labu semprot
i. Timbangan tekni
j. High Temperature Dyeing atau Ahiba Texomat
k. Tissue
5.1.2 Bahan
a. Zat warna Direk Biru
b. Zat warna Direk Merah
c. Air destilasi
d. Kain

5.2. Langkah kerja


a. Proses Pencelupan
1. membuat resep pencelupan dengan konsentrasi ZW: 0,4%, 0,42%, 0,46%,
0,5%, dan 1%.
2. mengukur % transmitansi atau absorbansi larutan sebelum pencelupan pada
λ maks. Jika larutan terlalu pekat, melakukan pengenceran.
3. Mengitung konsentrasi larutan celup (g/l) menggunakan persamaan regresi
yang diperoleh dari percobaan A untuk setiap larutan celup. Jangan lupa
untuk memasukkan factor pengencerannya.
4. Melakukan pencelupan sesuai resep.
5. Menampung larutan sisa pencelupan.
6. Melakukan proses pencucian, kemudian tampung larutan sisa pencucian.
7. Mengeringkan kain.
a. Penentuan Konsentrasi Zat Warna yang Terserap pada Kain dan % Penyerapan
Zat Warna (Efisiensi penyerapan)
1. Mengukur % transmitansi atau absorbansi larutan sisa pencelupan dan sisa
pencucian pada λ maks.
2. Untuk konsentrasi ZW : 0,4%, 0.42%, 0,46%, 0,5%, dan 1%
3. Melakukan pencelupan sesuai resep
4. menampung larutan sisa pencelupan.
5. Melakukan proses pencucian, kemudian menampung larutan sisa pencucian.
6. Hitung konsentrasi larutan sisa pencelupan dalam g/l dan larutan sisa
pencucian dalam g/l menggunakan persamaan regresi yang diperoleh dari
percobaan A.

5.3. Data Pengamatan

Data Spektrofotometri Larutan Pencelupan


Transmitansi (%) Absorbansi

A Sampe Sampel Sampel Sampe Sampel Sampel Sampel Sampel


l 0,4 % 0,42 % 0,5 % l1% 0,4 % 0,42 % 0,5 % 1%

40 - 0,0076
0 100,43 100,01 98,2 98,25 -0,00186 0,00004 0,00789 7
41 - 0,0067
0 100,71 100,34 98,41 98,47 -0,00307 0,00147 0,00696 0
42 - 0,0073
0 100,62 100,22 98,25 98,33 -0,00268 0,00095 0,00767 1
43 0,0097
0 100,18 99,92 97,7 97,78 -0,00078 0,00035 0,01011 5
44 0,0115
0 100,12 99,56 97,29 97,37 -0,00052 0,00192 0,01193 7
45 0,0133
0 99,87 99,2 96,91 96,98 0,00056 0,00349 0,01363 2
46 0,0156
0 99,31 98,73 96,4 96,46 0,00301 0,00555 0,01592 5
47 0,0196
0 98,5 97,89 95,51 95,57 0,00656 0,00926 0,01995 8
48 0,0278
0 96,91 96,22 93,77 93,79 0,01363 0,01673 0,02794 4
49 0,0402
0 94,6 93,83 91,19 91,15 0,02411 0,02766 0,04005 4
50 0,0544
0 91,97 91,13 88,26 88,21 0,03635 0,04034 0,05424 8
51 0,0712
0 88,97 88,07 84,92 84,87 0,05076 0,05517 0,07099 5
52 0,0925
0 85,3 84,35 80,86 80,8 0,06905 0,07391 0,09227 9
53 0,1182
0 81,06 80,1 76,24 76,17 0,09119 0,09637 0,11782 2
54 0,1453
0 76,8 75,84 71,63 71,56 0,11464 0,12010 0,14491 3
55 0,1728
0 77,73 71,77 67,24 67,17 0,10941 0,14406 0,17237 2
56 0,2008
0 68,81 67,84 63,05 62,97 0,16235 0,16851 0,20031 7
57 0,2275
0 65,3 64,35 59,3 59,22 0,18509 0,19145 0,22695 3
58 0,2503
0 62,46 61,5 56,27 56,19 0,20440 0,21112 0,24972 4
59 0,2640
0 60,86 59,89 54,52 54,45 0,21567 0,22265 0,26344 0
60 0,2658
0 60,62 59,67 54,28 54,22 0,21738 0,22424 0,26536 4
61 0,2577
0 61,52 60,57 55,25 55,24 0,21098 0,21774 0,25767 5
62 0,2441
0 63,15 62,22 57,01 57 0,19963 0,20607 0,24405 3
63 0,2267
0 65,33 64,42 59,33 59,33 0,18489 0,19098 0,22673 3
64 0,2020
0 68,66 67,76 62,83 62,8 0,16330 0,16903 0,20183 4
65 0,1669
0 73,7 72,81 68,18 68,09 0,13253 0,13781 0,16634 2
66 0,1244
0 80,21 79,38 75,18 75,08 0,09577 0,10029 0,12390 8
67 0,0799
0 87,52 86,82 83,29 83,18 0,05789 0,06138 0,07941 8
68 0,0406
0 94,36 93,84 91,13 91,07 0,02521 0,02761 0,04034 2
69 - 0,0074
0 100,18 100,14 98,28 98,31 -0,00078 0,00061 0,00753 0
-
70 - 0,0072
0 102,94 102,8 101,62 101,69 -0,01258 0,01199 -0,00698 8

Grafik Larutan Pencelupan


70

60 60,62 59,67
54,28 54,22
50

40
y = -2,459x + 63,345
30 R² = 0,8588
20

10

0
1 2 3 4

konsentrasi %T Linear (%T)

REGRESI
0,04%
abs b abs- b x
0,2173 0,0158 0,2015 9,63
0,020924195

0,042%
abs b abs- b x
0,2242 0,0158 0,2084 9,63
0,021640706

0,05%
abs b abs- b x
0,2653 0,0158 0,2495 9,63
0,025908619
0,10%
abs b abs- b x
0,2658 0,0158 0,25 9,63
0,02596054

Data Spektrofotometri Lar. Hasil


Pencelupan
Transmitansi (%) Absorbansi

A Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel


0,4 % 0,42 % 0,5 % 1% 0,4 % 0,42 % 0,5 % 1%

400 85,94 84,36 83,31 67,19 0,0658 0,07386 0,0793 0,1727


410 86,68 84,36 84,06 67,19 0,06208 0,07386 0,07541 0,1727
420 87,13 85,06 84,56 67,65 0,05983 0,07027 0,07284 0,1697
430 87,11 85,43 84,54 67,71 0,05993 0,06839 0,07294 0,1693
440 87,12 85,69 84,47 67,53 0,05988 0,06707 0,0733 0,1705
450 87,15 85,92 84,4 67,31 0,05973 0,06591 0,07366 0,1719
460 87,05 85,97 84,19 66,91 0,06023 0,06565 0,07474 0,1745
470 86,54 85,47 83,43 65,79 0,06278 0,06819 0,07868 0,1818
480 85,13 84 81,59 63,3 0,06992 0,07572 0,08836 0,1986
490 82,99 81,73 78,84 59,59 0,08097 0,08762 0,10325 0,2248
500 80,67 79,28 75,84 52,52 0,09329 0,10084 0,1201 0,2797
510 78,23 76,79 72,8 51,39 0,10663 0,1147 0,13787 0,2891
520 75,61 74,14 69,6 47,13 0,12142 0,12995 0,15739 0,3267
530 73,11 71,56 66,54 43,1 0,13602 0,14533 0,17692 0,3655
540 71,09 69,58 64,1 39,92 0,14819 0,15752 0,19314 0,3988
550 69,81 68,63 62,52 37,86 0,15608 0,16349 0,20398 0,4218
560 69,39 68,62 61,91 37,04 0,1587 0,16355 0,20824 0,4313
570 69,9 69,46 62,38 37,58 0,15552 0,15827 0,20495 0,425
580 71,41 71,27 61,08 39,57 0,14624 0,14709 0,2141 0,4026
590 74,09 74,18 67 43,37 0,13024 0,12971 0,17393 0,3628
600 77,93 78,21 71,4 49,13 0,1083 0,10674 0,1463 0,3087
610 82,52 82,93 76,73 56,3 0,08344 0,08129 0,11503 0,2495
620 87,31 87,8 82,49 64,17 0,05894 0,05651 0,0836 0,1927
630 91,47 92,04 87,63 71,7 0,03872 0,03602 0,05735 0,1445
640 94,84 95,43 91,94 78,73 0,02301 0,02032 0,0365 0,1039
650 97,45 98,09 95,48 84,19 0,01122 0,00838 0,02009 0,0747
-
660 99,39 100,12 98,21 88,89 0,00266 0,00052 0,00784 0,0511
-
670 100,65 101,34 100,18 93,1 -0,0028 0,00578 -0,0008 0,0311
680 101,66 102,4 101,73 96,47 -0,0072 -0,0103 -0,0074 0,0156
-
690 102,85 103,69 103,47 99,56 -0,0122 0,01574 -0,0148 0,0019
-
700 103,19 104,03 104,04 100,85 -0,0136 0,01716 -0,0172 -0,004

persamaan percobaan A, y = 9,63 x + 0,0158

λ konsentrasi %T abs kons g/l / reg


0,004 77,93 0,108295324 0,0095
0,0042 78,21 0,106737714 0,0094
600
0,005 71,4 0,146301788 0,0135
0,01 49,13 0,308653236 0,0303

Grafik Larutan Hasil Pencelupan


90 y = -9,321x + 92,47
77,93 78,21
80 71,4 R² = 0,7688
70
60
49,13
50
40
30
20
10 0,004 0,0042 0,005 0,01
0
1 2 3 4

konsentrasi %T Linear (%T)

REGRESI
0,04%
abs b abs- b x
0,1082 0,0158 0,0924 9,63
0,009595016

0,042%
abs b abs- b x
0,1067 0,0158 0,0909 9,63
0,009439252
0,05%
abs b abs- b x
0,1463 0,0158 0,1305 9,63
0,013551402

0,10%
abs b abs- b x
0,3085 0,0158 0,2927 9,63
0,0303946

Data Spektrofotometri Lar. Hasil Pencucian


Transmitansi (%) Absorbansi

A Sampel Sampel Sampel Sampe Sampel Sampel Sampel Sampe


0,4 % 0,42 % 0,5 % l1% 0,4 % 0,42 % 0,5 % l1%

40 0,0259 0,05158 0,04599


0 94,2 88,8 89,95 82,45 5 7 9 0,0838
41 0,0234 0,04914 0,04359
0 94,75 89,3 90,45 82,73 2 9 1 0,0823
42 0,0225 0,04846
0 94,94 89,44 90,59 82,77 5 8 0,04292 0,0821
43 0,0237 0,04958 0,04378
0 94,68 89,21 90,41 82,46 4 6 4 0,0838
44 0,0242 0,04416
0 94,57 89,16 90,33 82,1 5 0,04983 8 0,0857
45 0,0244 0,05002 0,04464
0 94,53 89,12 90,23 81,66 3 5 9 0,088
46 0,0250 0,05065 0,04561
0 94,4 88,99 90,03 81,09 3 9 3 0,091
47 0,0276 0,05310 0,04866
0 93,84 88,49 89,4 79,83 1 6 2 0,0978
48 0,0340 0,05948 0,05640
0 92,46 87,2 87,82 77,19 5 4 7 0,1124
49 0,0435 0,06925 0,06803
0 90,45 85,26 85,5 73,37 9 5 4 0,1345
50 0,0541 0,07956 0,08076
0 88,28 83,26 83,03 69,27 4 4 5 0,1595
51 0,09065
0 85,94 81,16 80,41 65,03 0,0658 8 0,09469 0,1869
52 0,0793 0,10352 0,11086
0 83,3 78,79 77,47 60,47 5 9 6 0,2185
53 0,0935 0,12778
0 80,62 76,38 74,51 55,93 6 0,11702 5 0,2524
54 0,1062 0,12871 0,14278
0 78,29 74,35 71,98 52 9 9 8 0,284
55 0,13715 0,15465
0 76,49 72,92 70,04 48,91 0,1164 3 4 0,3106
56 0,1231 0,14206 0,16260
0 75,31 72,1 68,77 46,73 5 5 1 0,3304
57 0,1256 0,14290 0,16557
0 74,88 71,96 68,3 45,59 3 9 9 0,3411
58 0,1236 0,13942 0,16304
0 75,23 72,54 68,7 45,64 1 2 3 0,3407
59 0,1157 0,13094 0,15384
0 76,6 73,97 70,17 47,21 7 4 9 0,326
60 0,1028 0,13840
0 78,91 76,25 72,71 50,36 7 0,11776 6 0,2979
61 0,0868 0,10193 0,11912
0 81,88 79,08 76,01 54,65 2 3 9 0,2624
62 0,0697 0,08507 0,09865
0 85,17 82,21 79,68 59,63 1 5 1 0,2245
63 0,06961 0,07940
0 88,37 85,19 83,29 64,81 0,0537 1 7 0,1884
64 0,0387 0,05541
0 91,47 88,02 86,85 70,27 2 9 0,06123 0,1532
65 0,0242 0,04244 0,04383
0 94,56 90,69 90,4 76,27 9 1 2 0,1176
66 0,03114 0,02844
0 97,32 93,08 93,66 82,45 0,0118 4 6 0,0838
67 0,0013 0,02177 0,01533
0 99,69 95,11 96,53 88,42 5 4 8 0,0534
68 0,01493 0,00572
0 101,09 96,62 98,69 93,56 -0,0047 3 7 0,0289
69 0,00988
0 102,62 97,75 100,23 97,85 -0,0112 3 -0,001 0,0094
70 0,00687 -
0 103,14 98,43 101,05 100,1 -0,0134 3 -0,00454 0,0004

persamaan percobaan A, y = 9,63 x + 0,0158

λ konsentrasi %T absorbansi kons g/l / reg


0,004 78,91 0,102867957 0,0090
0,0042 76,25 0,117760152 0,0105
600
0,005 72,71 0,138405855 0,0127
0,01 50,36 0,297914279 0,0292
Grafik Larutan Hasil Pencucian
90
78,91
76,25
80 72,71
70
60 50,36
50
40
30 y = -8,919x + 91,855
R² = 0,7788
20
10
0,004 0,0042 0,005 0,01
0
1 2 3 4

konsentrasi %T Linear (%T)

REGRESI
0,04%
abs b abs- b x
0,1028 0,0158 0,087 9,63
0,009034268
0,042%
abs b abs- b x
0,1177 0,0158 0,1019 9,63
0,010581516

0,05%
abs b abs- b x
0,1384 0,0158 0,1226 9,63
0,012731049

0,10%
abs b abs- b x
0,2979 0,0158 0,2821 9,63
0,029293873

A. Hasil Persamaan Regresi Pada Kurva Standar Metode Excel


y = ax + b → y = 9,63x + 0,0158

➢ Konsentrasi larutan celup


- 0,4% owf (faktor pengenceran 20x)
y = 9,63x + 0,0158
0,2173 = 9,63x + 0,0158
0,2173 – 0,0158 = 9,63x
0,2015
x= 9,63
x = 0,0209 g/l
FP = 20x → 0,0209 x 20
= 0,4184 g/l

- 0,42% owf (faktor pengenceran 20x)


y = 9,63x + 0,0158
0,2242 = 9,63x + 0,0158
0,2242 – 0,0158 = 9,63x
0,2084
x= 9,63
x = 0,0216 g/l
FP = 20x → 0,0232 x 20
= 0,4328 g/l

- 0,5% owf (faktor pengenceran 20x)


y = 9,63x + 0,0158
0,2653 = 9,63x + 0,0158
0,2653 – 0,0158 = 9,63x
0,2495
x= 9,63
x = 0,0259 g/l
FP = 20x → 0,0259 x 20
= 0,5181 g/l

- 0,1% owf (faktor pengenceran 20x)


y = 9,63x + 0,0158
0,2658 = 9,63x + 0,0158
0,2658 – 0,0158 = 9,63x
0,25
x = 9,63
x = 0,02596 g/l
FP = 20x → 0,02596 x 20
= 0,5192 g/l

➢ Konsentrasi larutan sisa celup


- 0,4 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1082 = 9,63x + 0,0158
0,1082 - 0,0158 = 9,63x
0,0924
x= 9,63
x = 0,0095 g/l

- 0,42 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1067 = 9,63x + 0,0158
0,1067 - 0,0158 = 9,63x
0,0909
x=
9,63
x = 0,0094 g/l

- 0,5 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1463 = 9,63x + 0,0158
0,1463 - 0,0158 = 9,63x
0,1305
x= 9,63
x = 0,0135 g/l

- 0,1 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,3086 = 9,63x + 0,0158
0,3086 - 0,0158 = 9,63x
0,2928
x= 9,63
x = 0,0304 g/l
➢ Konsentrasi larutan sisa cuci
- 0,4 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1028 = 9,63x + 0,0158
0,1028 - 0,0158 = 9,63x
0,087
x= 9,63
x = 0,0090 g/l

- 0,42 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1177 = 9,63x + 0,0158
0,1177 - 0,0158 = 9,63x
0,1019
x= 9,63
x = 0,0105 g/l

- 0,5 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1384 = 9,63x + 0,0158
0,1384 - 0,0158 = 9,63x
0,1226
x= 9,63
x = 0,0127 g/l

- 0,1 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,2979 = 9,63x + 0,0158
0,2979 - 0,0158 = 9,63x
0,2821
x= 9,63
x = 0,0292 g/l

➢ % ZW terserap pada bahan (sebelum cuci)


- 0,4% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,4184−0,0095
= 0,4184
x 100%
= 97,70%

- 0,42% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= x 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,4328 −0,0094
= 0,4328
x 100%
= 97,81%

- 0,5% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5181−0,0135
= x 100%
0,5181
= 97,38%

- 0,1% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5192−0,0304
= 0,5192
x 100%
= 94, 14%

➢ % ZW terhadap bahan (setelah cuci)


- 0,4% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= x 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,4184−(0,0095+0,0106)
= 0,4184
x 100%
= 95,54%

- 0,42 owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,4328 −(0,0094+0,0122)
= 0,4328
x 100%
= 95,37%

- 0,5 owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5181−(0,0135+0,0127)
= = 0,5181
x 100%
= 94,92%

- 1% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5192−(0,0304+0,3093)
= 0,5192
x 100%
= 88,50%

➢ Konsentrasi zw larutan terhadap bahan (sebelum cuci)


- 0,4 % owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,4184 – 0,0095 = 0,40 g/l

- 0,42% owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,4328 – 0,0094 = 0,42 g/l

- 0,5 % owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,5181 – 0,0135 = 0,50 g/l
- 0,1% owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,5192-0,0304 = 0,48 g/l

➢ Konsentrasi zw larutan terhadap bahan (setelah cuci)


- 0,4% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,4184 – ( 0,0095 + 0,0106) = 0,39 g/l

- 0,42% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,4328 – ( 0,0094 + 0,0122) = 0,41 g/l

- 0,5% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,5181 – (0,0135 + 0,0127) = 0,49 g/l

- 0,1% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,5192 – (0,0304 + 0,0309) = 0,45 g/l

B. Hasil Persamaan Regresi Perhitungan Manual


y = ax + b → y = 9,63x + 0,0158

➢ Konsentrasi larutan celup


- 0,4% owf (faktor pengenceran 20x)
y = 9,63x + 0,0158
0,2173 = 9,63x + 0,0158
0,2173 – 0,0158 = 9,63x
0,2015
x= 9,63
x = 0,0209 g/l
FP = 0,0209 x 20 = 0,418 g/l

- 0,42% owf (faktor pengenceran 20x)


y = 9,63x + 0,0158
0,2242 = 9,63x + 0,0158
0,2242 – 0,0158 = 9,63x
0,2084
x= 9,63
x = 0,02164 g/l
FP = 0,0209 x 20 = 0,4328 g/l

- 0,5% owf (faktor pengenceran 20x)


y = 9,63x + 0,0158
0,2653 = 9,63x + 0,0158
0,2653 – 0,0158 = 9,63x
0,2495
x= 9,63
x = 0,0259 g/l
FP = 0,0259 x 20 = 0,518 g/l

- 0,1% owf (faktor pengenceran 20x)


y = 9,63x + 0,0158
0,2658 = 9,63x + 0,0158
0,2653 – 0,0158 = 9,63x
0,25
x=
9,63
x = 0,0259 g/l
FP = 0,0259 x 20 = 0,518 g/l

➢ Konsentrasi larutan sisa celup


- 0,4% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1082= 9,63x + 0,0158
0,1082 – 0,0158 = 9,63x
0,0924
x=
9,63
x = 0,0095 g/l

- 0,42% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1067= 9,63x + 0,0158
0,1067 – 0,0158 = 9,63x
0,0909
x= 9,63
x = 0,0094g/l

- 0,5% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1463= 9,63x + 0,0158
0,1463 – 0,0158 = 9,63x
0,1305
x= 9,63
x = 0,0135g/l

- 0,1% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,3086 = 9,63x + 0,0158
0,3086 – 0,0158 = 9,63x
0,3086
x= 9,63
x = 0,0304 g/l

➢ Konsentrasi larutan sisa cuci


- 0,4% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1028= 9,63x + 0,0158
0,1028 – 0,0158 = 9,63x
0,87
x = 9,63
x = 0,0090 g/l

- 0,42% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1177 = 9,63x + 0,0158
0,1177 – 0,0158 = 9,63x
0,1019
x= 9,63
x = 0,0105 g/l

- 0,5% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1384 = 9,63x + 0,0158
0,1384 – 0,0158 = 9,63x
0,1226
x=
9,63
x = 0,0127 g/l

- 0,1% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,2979 = 9,63x + 0,0158
0,2979 – 0,0158 = 9,63x
0,2821
x=
9,63
x = 0,02929 g/l

➢ % ZW terserap pada bahan (sebelum cuci)


- 0,4% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,418−0,0095
= 0,4184
x 100%
= 97,59%

- 0,42% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,4328 −0,0094
= 0,4328
x 100%
= 97,81%

- 0,5% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,518−0,0135
= 0,518
x 100%
= 97,39%
- 0,1% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5192−0,0304
= 0,5192
x 100%
= 94, 14%

➢ % ZW terserap pada bahan setelah cuci


𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= x 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,4184−(0,0095+0,0106)
= 0,4184
x 100%
= 95,54%

- 0,42 owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,4328 −(0,0094+0,0122)
= x 100%
0,4328
= 95,37%

- 0,5 owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5181−(0,0135+0,0127)
= = 0,5181
x 100%
= 94,92%

- 1% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5192−(0,0304+0,3093)
= x 100%
0,5192
= 88,50%

➢ Konsentrasi zw larutan terhadap bahan (sebelum cuci)


- 0,4 % owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,4184 – 0,0095 = 0,40 g/l

- 0,42% owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,4328 – 0,0094 = 0,42 g/l

- 0,5 % owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,5181 – 0,0135 = 0,50 g/l

- 0,1% owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,5192-0,0304 = 0,48 g/l
➢ Konsentrasi zw larutan terhadap bahan (setelah cuci)

- 0,4% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,4184 – ( 0,0095 + 0,0106) = 0,39 g/l

- 0,42% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,4328 – ( 0,0094 + 0,0122) = 0,41 g/l

- 0,5% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,5181 – (0,0135 + 0,0127) = 0,49 g/l

- 0,1% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,5192 – (0,0304 + 0,0309) = 0,45 g/l

5.4. Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan prinsip Hukum Lambert-Beer sebagai konsep
utamanya, karena nilai regresi pada percobaan a akan berpengaruh pada
percobaan c. Pada proses pencelupan kain akan bermigrasi ke dekat permukaan
kain akibat adanya perbedaan potensial kimia antara zat warna dan serat.
Partikel zat warna kemudian akan bergerak ke permukaan serat yang disebut
adsorpsi, pada perpindahan ini partikel akan berubah fasa nya. Setelah itu zat
warna akan bergerak menuju pusat serat secara merata untuk memenuhi semua
pusatnya yang disebut dengan difusi. Setelah proses difusi zat warna akan diikat
secara permanen oleh serat. Banyaknya zat warna yang terfikasi sangat
bergantung pada jenis zat warna dengan serat. Fiksasi dapat terjadi melalui
beberapa metode, bergantung pada jenis serat dan zat warna serta metode
pencelupaanya.
Pada percobaan kali ini praktikan akan menggunakan kain kapas dengan zat
warna direk dan metode pencelupan HTHP. Untuk mengetahui persentase
penyerapan optimum maka dilakukan variasi konsentrasi 0,4%, 0,42%, 0,5%
dan 1%. Pada percobaan ini nilai konsentrasi sangat berpengaruh terhadap
ketuaan warna, semakin konsentrasi yang digunakan maka semakin tua warna
yang dihasilkan. Namun, tidak mempengaruhi persentase penyerapan zat warna
ke kain. Didapatkan hasil pada konsentrasi 0,4% dan 0,42% menunjukkan zat
warna terserap lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi yang lainnya.
5.5. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil penyerapan zat
warna pada kain sebagai berikut:
• % ZW tersrerap terhadap bahan sebelum cuci :
1. Konsentrasi 0,4% sebanyak 97,59%
2. Konsentrasi 0,42% sebanyak 97,81%
3. Konsentrasi 0,5% sebanyak 97,38%
4. Konsentrasi 0,1% sebanyak 94,14%
• % ZW terserap terhadap bahan setelah discuci :
1. Konsentrasi 0,4% sebanyak 95,54%
2. Konsentrasi 0,42% sebanyak 95,37%
3. Konsentrasi 0,5% sebanyak 94,92%
4. Konsentrasi 0,1% sebanyak 88,50%
Data perhitungan hasil persamaan regresi pada kurva standar metode excel dan
metode manual didapatkan hasil yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Nuramdhani, Ida., dkk. 2013. Bahan Ajar Praktikum Pengukuran Warna. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Mauliza, Ika Natalia, Bahan ajar PPT Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna.
Politeknik STTT Bandung. 2021.

Anda mungkin juga menyukai