PERCOBAAN A, B dan C
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Pengukuran warna
Grup : 2 K4
- Witri A.S.,S.ST.,M.Tr.T
KIMIA TEKSTIL
2023
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Percobaan A
1. Menentukan hubungan antara transmitansi dengan panjang
gelombang suatu zat warna dalam larutan tunggal.
2. Menentukan hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang
suatu zat warna dalam larutan tunggal.
3. Menentukan persamaan regresi dan membuat kurva kalibrasi zat
warna dalam larutan tunggal.
4. Menentukan konsentrasi larutan zat warna yang tidak diketahui
dengan menggunakan persamaan regresi sebagai dasar perhitungan.
1.2. Percobaan B
1. Melakukan pengukuran larutan zat warna campuran
2. Menentukan grafik warna dari larutan campuran dua zat warna.
3. Menentukan komposisi zat warna di dalam larutan zat warna
campuran.
1.3. Percobaan C
1. Menentukan konsentrasi larutan sisa celup
2. Menentuka zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian
3. Menentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah
pencucian
apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering
disebut sebagai daerah berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang
diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi.
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan).
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan
cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya
bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen
pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya
makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar
yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti.
Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih
besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai
panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang
gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang
gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling
tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada
panjang gelombang maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian
alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu
kurva yang disebutkurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika
absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan
berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.
6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya.
Setelah diperoleh absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik
yang diperoleh pada langkah 5. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6.
Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel akan sama dengan
konsentrasi larutan standar 10 ppm.
2.2. Percobaan B
2.2.1 Konsep Pencampuran Warna
Pengukuran dan analisa warna suatu larutan zat warna campuran didasarkan
pada teori yang sama dengan pengukuran larutan zat warna tunggal. Karena itu,
uraian teori pendekatan untuk Percobaan A dapat dibaca kembali sebagai
landasan konseptual pengerjaan Percobaan B.
Bagian teori yang perlu ditambahkan pada percobaan ini adalah beberapa
konsep tentang pencampuran warna dan kaitannya terhadap karakter warna
dalam larutan. Secara umum, pencampuran warna dapat dibagi menjadi dua
sistem, yaitu: (1) Pencampuran substraktif yang terjadi dalam pencampuran
warna substrat seperti cat dan zat warna; dan (2) Pencampuran aditif yang terjadi
dalam proses pencampuran warna cahaya.Warna primer dalam pencampuran
cahaya adalah merah, hijau, dan biru (RGB) dan biasa disebut dengan istilah
additive primary colours (warna primer aditif), sedangkan warna-warna primer
dalam pencampuran substrat adalah sian, magenta, dan kuning (CMY), dan
biasa disebut dengan istilah substractive primary colors (warna primer
substraktif).
Dengan persamaan (1) dan (2), maka nilai konsentrasi (C1 dan C2) dapat
dianalisa. Akurasi hasil analisa sangat bergantung pada ketelitian dalam
mempersiapkan larutan contoh sebelum pengukuran dan kalibrasi atau
pengukuran larutan blanko (nilai referensi untuk larutan bening).
2.3. Percobaan C
2.3.1 Hukum Lambert Beer
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa hubungan linear antara
absorbansi dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
A = ε.b.c
Dimana :
A = absorban (serapan)
Saat senyawa kimia menyerap ultraviolet (UV) atau visible (Vis), maka
akan terjadi proses absorbansi. Saat radiasi elektromagnetik dari sumber radiasi
(PO) dilewatkan ke sampel maka radiasi tersebut akan melewati sampel tersebut
dan keluar sebagai PT. Rasio dari sumber radiasi (PO) dan radiasi keluar
(PT) disebut dengan transmitansi.
T = PT/Po
Jika transmitansi itu dikalikan dengan 100, maka akan memberikan persen
transmitansi (%T), dimana diartikan sebagai 100% (tidak ada absorbansi) dan
0% (absorbansi sempurna).
Grafik Percobaan A
0,700
y = 9,63x + 0,0158
0,600 R² = 0,9991 0,597
0,500 0,498
0,400 0,394
0,300 0,303
0,200 0,213
0,100
0,000
0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07
λ %T A
0,02 61,290 0,2126
0,03 49,730 0,3034
0,04 40,360 0,3940
0,05 31,790 0,4977
0,06 25,290 0,5971
1.5 Pembahasan
Pada pengujian transmisi dan absorbansi zat warna direk biru didapat data
bahwa panjang gelombang maksimum zat warna tersebut di 600 nm. Dimana,
alat spektrofotometer yang digunakan yaitu single beam, pada alat
spekrtofotometer single beam cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai
yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Mengingat
unsur pembentuk warna itu terdiri dari tiga unsur yaitu sumber cahaya, objek,
dan pengamat. Sumber cahaya itu berupa cahaya tampak yang dapat dilihat oleh
mata dengan panjang gelombang 400-700 nm maka hasil warna yang terliat pun
memiliki ukurannya tersendiri dengan rentang ukuran antara 400-700 nm.pa.
Pada praktikum kali ini larutan induk zat warna direk biru ditimbang
sebanyak 1 gram yang dilarutkan dalam 100 mL air. Dari larutan induk dilakukan
pengukuran dengan spektofotometer dengan sistem pengenceran, variasi
konsentrasi 0,02 g/l ; 0,03 g/l ; 0,04 g/l ; 0,05 g/l ; 0,06 g/l. Dan didapat kan hasi
%T yaitu 61,290 (0,02 g/l) ; 49,730 (0,03 g/l) ; 40,360 (0,04 g/l) ; 31,790 (0,05
g/l) ; 25,290 (0,06 g/l). Dari data tersebut dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai absorbansi dan didapat hasilnya yaitu 0,2126 (0,02 g/l) ;
0,3033 (0,03 g/l) ; 0,3940 (0,04 g/l) ; 0.4977 (0,05 g/l) ; 0,5970 (0,06 g/l).
Dapat dilihat dari grafik, diperoleh bahwa semakin tinggi variasi konsentrasi
atau semakin pekat zat warna yang dipakai maka semakin rendah nilai
transmitasi yang di dapat dan nilai absorbansinya semakin tinggi. Kerena
hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi adalah linier. Hal ini sesuai
dengan gabungan Hukum Lambert Beer. Hal ini di sebabkan karena banyaknya
partikel-partikel cahaya yang berinteraksi dengan cahaya dan partikel tersebut
menyerap cahaya yang datang. Jika nilai absorbansinya tinggi, maka cahaya yang
diteruskan akan sedikit sehingga nilai transmitansinya akan semakin rendah
seiring bertambahnya konsentrasi yang dipakai.
Kelima variasi konsentrasi tersebut didapatkan data persamaan regresi yang
dapat digunakan untuk menghitung ukuran warna yang dimaksud, persamaan
regresi yang didapat yaitu y = 69,63x + 0,0158. Dari persamaan regresi tersebut
kita dapat menghitung konsentrasi zat warna yang kita gunakan dengan data
absoransi yang telah diketahui sebelumnya dengan cara pengukuran
spektrofotometer.
Percobaan ini sangat diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi karena
perbedaan konsentrasi dapat berpengaruh pada hasil akhir.
1.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan A :Transmisi dan absorbansi
zat warna didapat data sebagai berikut.
- Nilai Absorbansi
1. Pada konsentrasi 0,02 menghasilkan nilai Absorbansi 0,2126
2. Pada konsentrasi 0,03 menghasilkan nilai Absorbansi 0,3033
3. Pada konsentrasi 0,04 menghasilkan nilai Absorbansi 0,3940
4. Pada konsentrasi 0,05 menghasilkan nilai Absorbansi 0,4977
5. Pada konsentrasi 0,06 menghasilkan nilai Absorbansi 0,5970
- Nilai x
Nilai x pada percobaan ini sebesar 0,0204
Pada perhitungan menggunakan spektrofometer dan manual di
dapatkan hasil yang sama.
IV. PERCOBAAN B
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a. Spektrofotometer
b. Tabung cuvette
c. Labu ukur 100ml
d. Gelas piala 100ml
e. Corong gelas
f. Pipet gelas
g. Labu semprot
h. Timbangan analitis
i. Tissue
4.1.2 Bahan
a. Zat warna Direk Biru
b. Zat Warna Direk Kuning
c. Air destilasi
λ1 600 λ1 400
%T A %T A
Tunggal Biru 37,36 0,427593132 84,55 0,072886
Tunggal
Kuning 97,93 0,009084245 46,92 0,328642
Dominan
Kuning 71,22 0,147398031 12,97 0,88706
Sebanding 76,44 0,116679322 59,62 0,224608
Dominan Biru 5,33 1,273272791 48,55 0,313811
Grafik Percobaan B λ 600 nm
120
97,93
100
76,44
80 71,22
%T 60
37,36
40
20 5,33
0,427593132 0,009084245 0,147398031 0,116679322 1,273272791
0
1 2 3 4 5
Abs
%T A Linear (%T)
100
80 84,55
60 59,62
%T
46,92 48,55
40
20
12,97
0
1 2 3 4 5
0,072886388 0,328641997 0,887060024 0,224608028 0,313810766
Abs
%T A Linear (%T)
4.5. Pembahasan
Untuk menentukan konsentrasi zat warna, digunakan metode
spektrofotometri menggunakan spektrofotometer.Pengukuran pada Panjang
gelombang 600 dan 400 nm dengan mengacu pada hukum Lambert-Beer.
Pada analisis larutan campuran dua atau lebih zat warna dapat dilakukan
dengan metode spektrofotometri selama memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Kurva absorpsi masing-masing komponen warna dalam campuran tidak sama.
2. Tidak terjadi interaksi antara masing-masing komponen zat warna, sehingga
absorbansi campuran pada setiap panjang gelombang merupakan jumlah dari nilai
absorbansi semua komponen zat warna.
3. Masing-masing komponen zat warna harus memenuhi hukum Beer dan diketahui
koefisien absorpsinya pada panjang gelombang maksimum (optimum).
4. Panjang gelombang maksimum masing-masing komponen zat warna sebaiknya
berbeda jauh.
Pada Praktikum percobaan B ini dilakukan pencampuran warna tunggal yaitu dengan
zat warna A (direk biru) dan zat warna B (direk kuning) yang menghasilkan warna
hijau.Untuk masing-masing larutan zat warna menggunakan konsentrasi 0,04 g/l.
Berikut komposisi pencampuran larutan zat warna pada percobaan B
Larutan 1 = Biru : Kuning = 1,3 ml : 12 ml
Larutan 2 = Biru : Kuning = 4 ml : 4 ml
Larutan 3 = Biru : Kuning = 12 ml : 1,3 ml
Dari grafik hasil spektrofotometri yang diukur pada Panjang gelombang 400 dan
600 nm dapat dilihat bahwa grafik naik turun tidak menentu namun jika ditarik garik
lurus grafik tersebut menurun hal ini dikarenakan Perbandingan larutan zat warna tidak
sesuai dengan perintah yang diberikan yaitu 1:3 hal ini disebabkan kesalahan pada saat
penimbangan berat zat warna dan kesalahan praktikan dalam perhitungan sehingga
terjadi error dalam proses spektrofotometri
4.6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan B : Komposisi komponen larutan zat
warna dalam campuran zat warna di dapat data sebagai berikut.
1. Larutan 1 Dominan Kuning
X = 0,012 ; y = 0,088
2. Larutan 2 Sebanding
X = 0,010 ; y = 0,040
3. Larutan 3 Dominan Biru
X = 0,119 ; y = 0
V. PERCOBAAN C
5.1. Alat dan Bahan
5.1.1 Alat
a. Spektrofotometer {Spectronic 20)
b. Labu ukur 100 ml
c. Gelas piala 100 ml
d. Corong gelas
e. Tabung cuvet
f. Pipet gelas 10 ml
g. Pengaduk
h. Labu semprot
i. Timbangan tekni
j. High Temperature Dyeing atau Ahiba Texomat
k. Tissue
5.1.2 Bahan
a. Zat warna Direk Biru
b. Zat warna Direk Merah
c. Air destilasi
d. Kain
40 - 0,0076
0 100,43 100,01 98,2 98,25 -0,00186 0,00004 0,00789 7
41 - 0,0067
0 100,71 100,34 98,41 98,47 -0,00307 0,00147 0,00696 0
42 - 0,0073
0 100,62 100,22 98,25 98,33 -0,00268 0,00095 0,00767 1
43 0,0097
0 100,18 99,92 97,7 97,78 -0,00078 0,00035 0,01011 5
44 0,0115
0 100,12 99,56 97,29 97,37 -0,00052 0,00192 0,01193 7
45 0,0133
0 99,87 99,2 96,91 96,98 0,00056 0,00349 0,01363 2
46 0,0156
0 99,31 98,73 96,4 96,46 0,00301 0,00555 0,01592 5
47 0,0196
0 98,5 97,89 95,51 95,57 0,00656 0,00926 0,01995 8
48 0,0278
0 96,91 96,22 93,77 93,79 0,01363 0,01673 0,02794 4
49 0,0402
0 94,6 93,83 91,19 91,15 0,02411 0,02766 0,04005 4
50 0,0544
0 91,97 91,13 88,26 88,21 0,03635 0,04034 0,05424 8
51 0,0712
0 88,97 88,07 84,92 84,87 0,05076 0,05517 0,07099 5
52 0,0925
0 85,3 84,35 80,86 80,8 0,06905 0,07391 0,09227 9
53 0,1182
0 81,06 80,1 76,24 76,17 0,09119 0,09637 0,11782 2
54 0,1453
0 76,8 75,84 71,63 71,56 0,11464 0,12010 0,14491 3
55 0,1728
0 77,73 71,77 67,24 67,17 0,10941 0,14406 0,17237 2
56 0,2008
0 68,81 67,84 63,05 62,97 0,16235 0,16851 0,20031 7
57 0,2275
0 65,3 64,35 59,3 59,22 0,18509 0,19145 0,22695 3
58 0,2503
0 62,46 61,5 56,27 56,19 0,20440 0,21112 0,24972 4
59 0,2640
0 60,86 59,89 54,52 54,45 0,21567 0,22265 0,26344 0
60 0,2658
0 60,62 59,67 54,28 54,22 0,21738 0,22424 0,26536 4
61 0,2577
0 61,52 60,57 55,25 55,24 0,21098 0,21774 0,25767 5
62 0,2441
0 63,15 62,22 57,01 57 0,19963 0,20607 0,24405 3
63 0,2267
0 65,33 64,42 59,33 59,33 0,18489 0,19098 0,22673 3
64 0,2020
0 68,66 67,76 62,83 62,8 0,16330 0,16903 0,20183 4
65 0,1669
0 73,7 72,81 68,18 68,09 0,13253 0,13781 0,16634 2
66 0,1244
0 80,21 79,38 75,18 75,08 0,09577 0,10029 0,12390 8
67 0,0799
0 87,52 86,82 83,29 83,18 0,05789 0,06138 0,07941 8
68 0,0406
0 94,36 93,84 91,13 91,07 0,02521 0,02761 0,04034 2
69 - 0,0074
0 100,18 100,14 98,28 98,31 -0,00078 0,00061 0,00753 0
-
70 - 0,0072
0 102,94 102,8 101,62 101,69 -0,01258 0,01199 -0,00698 8
60 60,62 59,67
54,28 54,22
50
40
y = -2,459x + 63,345
30 R² = 0,8588
20
10
0
1 2 3 4
REGRESI
0,04%
abs b abs- b x
0,2173 0,0158 0,2015 9,63
0,020924195
0,042%
abs b abs- b x
0,2242 0,0158 0,2084 9,63
0,021640706
0,05%
abs b abs- b x
0,2653 0,0158 0,2495 9,63
0,025908619
0,10%
abs b abs- b x
0,2658 0,0158 0,25 9,63
0,02596054
REGRESI
0,04%
abs b abs- b x
0,1082 0,0158 0,0924 9,63
0,009595016
0,042%
abs b abs- b x
0,1067 0,0158 0,0909 9,63
0,009439252
0,05%
abs b abs- b x
0,1463 0,0158 0,1305 9,63
0,013551402
0,10%
abs b abs- b x
0,3085 0,0158 0,2927 9,63
0,0303946
REGRESI
0,04%
abs b abs- b x
0,1028 0,0158 0,087 9,63
0,009034268
0,042%
abs b abs- b x
0,1177 0,0158 0,1019 9,63
0,010581516
0,05%
abs b abs- b x
0,1384 0,0158 0,1226 9,63
0,012731049
0,10%
abs b abs- b x
0,2979 0,0158 0,2821 9,63
0,029293873
- 0,42 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1067 = 9,63x + 0,0158
0,1067 - 0,0158 = 9,63x
0,0909
x=
9,63
x = 0,0094 g/l
- 0,5 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1463 = 9,63x + 0,0158
0,1463 - 0,0158 = 9,63x
0,1305
x= 9,63
x = 0,0135 g/l
- 0,1 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,3086 = 9,63x + 0,0158
0,3086 - 0,0158 = 9,63x
0,2928
x= 9,63
x = 0,0304 g/l
➢ Konsentrasi larutan sisa cuci
- 0,4 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1028 = 9,63x + 0,0158
0,1028 - 0,0158 = 9,63x
0,087
x= 9,63
x = 0,0090 g/l
- 0,42 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1177 = 9,63x + 0,0158
0,1177 - 0,0158 = 9,63x
0,1019
x= 9,63
x = 0,0105 g/l
- 0,5 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1384 = 9,63x + 0,0158
0,1384 - 0,0158 = 9,63x
0,1226
x= 9,63
x = 0,0127 g/l
- 0,1 % owf
y = 9,63x + 0,0158
0,2979 = 9,63x + 0,0158
0,2979 - 0,0158 = 9,63x
0,2821
x= 9,63
x = 0,0292 g/l
- 0,42% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= x 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
0,4328 −0,0094
= 0,4328
x 100%
= 97,81%
- 0,5% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5181−0,0135
= x 100%
0,5181
= 97,38%
- 0,1% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5192−0,0304
= 0,5192
x 100%
= 94, 14%
- 0,42 owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,4328 −(0,0094+0,0122)
= 0,4328
x 100%
= 95,37%
- 0,5 owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5181−(0,0135+0,0127)
= = 0,5181
x 100%
= 94,92%
- 1% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5192−(0,0304+0,3093)
= 0,5192
x 100%
= 88,50%
- 0,42% owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,4328 – 0,0094 = 0,42 g/l
- 0,5 % owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,5181 – 0,0135 = 0,50 g/l
- 0,1% owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,5192-0,0304 = 0,48 g/l
- 0,42% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,4328 – ( 0,0094 + 0,0122) = 0,41 g/l
- 0,5% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,5181 – (0,0135 + 0,0127) = 0,49 g/l
- 0,1% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,5192 – (0,0304 + 0,0309) = 0,45 g/l
- 0,42% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1067= 9,63x + 0,0158
0,1067 – 0,0158 = 9,63x
0,0909
x= 9,63
x = 0,0094g/l
- 0,5% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1463= 9,63x + 0,0158
0,1463 – 0,0158 = 9,63x
0,1305
x= 9,63
x = 0,0135g/l
- 0,1% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,3086 = 9,63x + 0,0158
0,3086 – 0,0158 = 9,63x
0,3086
x= 9,63
x = 0,0304 g/l
- 0,42% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1177 = 9,63x + 0,0158
0,1177 – 0,0158 = 9,63x
0,1019
x= 9,63
x = 0,0105 g/l
- 0,5% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,1384 = 9,63x + 0,0158
0,1384 – 0,0158 = 9,63x
0,1226
x=
9,63
x = 0,0127 g/l
- 0,1% owf
y = 9,63x + 0,0158
0,2979 = 9,63x + 0,0158
0,2979 – 0,0158 = 9,63x
0,2821
x=
9,63
x = 0,02929 g/l
- 0,42% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,4328 −0,0094
= 0,4328
x 100%
= 97,81%
- 0,5% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,518−0,0135
= 0,518
x 100%
= 97,39%
- 0,1% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5192−0,0304
= 0,5192
x 100%
= 94, 14%
- 0,42 owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,4328 −(0,0094+0,0122)
= x 100%
0,4328
= 95,37%
- 0,5 owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5181−(0,0135+0,0127)
= = 0,5181
x 100%
= 94,92%
- 1% owf
𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝−(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝+𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑙𝑎𝑟 𝑧𝑤 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑐𝑖)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠 𝑧𝑤 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
x 100%
0,5192−(0,0304+0,3093)
= x 100%
0,5192
= 88,50%
- 0,42% owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,4328 – 0,0094 = 0,42 g/l
- 0,5 % owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,5181 – 0,0135 = 0,50 g/l
- 0,1% owf
= konsentarsi zw lar celup – kons zw lar sisa celup
= 0,5192-0,0304 = 0,48 g/l
➢ Konsentrasi zw larutan terhadap bahan (setelah cuci)
- 0,4% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,4184 – ( 0,0095 + 0,0106) = 0,39 g/l
- 0,42% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,4328 – ( 0,0094 + 0,0122) = 0,41 g/l
- 0,5% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,5181 – (0,0135 + 0,0127) = 0,49 g/l
- 0,1% owf
= kons zw lar celup – (kons zw lar sisa celup + kons lar sisa cuci)
= 0,5192 – (0,0304 + 0,0309) = 0,45 g/l
5.4. Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan prinsip Hukum Lambert-Beer sebagai konsep
utamanya, karena nilai regresi pada percobaan a akan berpengaruh pada
percobaan c. Pada proses pencelupan kain akan bermigrasi ke dekat permukaan
kain akibat adanya perbedaan potensial kimia antara zat warna dan serat.
Partikel zat warna kemudian akan bergerak ke permukaan serat yang disebut
adsorpsi, pada perpindahan ini partikel akan berubah fasa nya. Setelah itu zat
warna akan bergerak menuju pusat serat secara merata untuk memenuhi semua
pusatnya yang disebut dengan difusi. Setelah proses difusi zat warna akan diikat
secara permanen oleh serat. Banyaknya zat warna yang terfikasi sangat
bergantung pada jenis zat warna dengan serat. Fiksasi dapat terjadi melalui
beberapa metode, bergantung pada jenis serat dan zat warna serta metode
pencelupaanya.
Pada percobaan kali ini praktikan akan menggunakan kain kapas dengan zat
warna direk dan metode pencelupan HTHP. Untuk mengetahui persentase
penyerapan optimum maka dilakukan variasi konsentrasi 0,4%, 0,42%, 0,5%
dan 1%. Pada percobaan ini nilai konsentrasi sangat berpengaruh terhadap
ketuaan warna, semakin konsentrasi yang digunakan maka semakin tua warna
yang dihasilkan. Namun, tidak mempengaruhi persentase penyerapan zat warna
ke kain. Didapatkan hasil pada konsentrasi 0,4% dan 0,42% menunjukkan zat
warna terserap lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi yang lainnya.
5.5. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil penyerapan zat
warna pada kain sebagai berikut:
• % ZW tersrerap terhadap bahan sebelum cuci :
1. Konsentrasi 0,4% sebanyak 97,59%
2. Konsentrasi 0,42% sebanyak 97,81%
3. Konsentrasi 0,5% sebanyak 97,38%
4. Konsentrasi 0,1% sebanyak 94,14%
• % ZW terserap terhadap bahan setelah discuci :
1. Konsentrasi 0,4% sebanyak 95,54%
2. Konsentrasi 0,42% sebanyak 95,37%
3. Konsentrasi 0,5% sebanyak 94,92%
4. Konsentrasi 0,1% sebanyak 88,50%
Data perhitungan hasil persamaan regresi pada kurva standar metode excel dan
metode manual didapatkan hasil yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Nuramdhani, Ida., dkk. 2013. Bahan Ajar Praktikum Pengukuran Warna. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Mauliza, Ika Natalia, Bahan ajar PPT Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna.
Politeknik STTT Bandung. 2021.