Anda di halaman 1dari 14

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK : II (DUA)
AHMAD FAUZI
NURAINI
ZULAIKHA
DOSEN PEMBIMBING
FARIDAH ST. MSC

FAKULTAS TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE


2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutuskan Allah sebagai rahmat untuk
semesta alam. Atas Keluarga-keluarganya yang bagaikan bintang diwaktu gelap
dan syurga ilmu pengetahuan. Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan hidayahnya serta taufiknya sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Spektrofotometer UV-VIS.
Dalam penulisan ini banyak sekali kekurangan, baik dari segi isi maupun
bahasa yang masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu segala saran
dan kritik yang sifatnya membangun dan menjadi bahan masukan demi
kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dengan harapan
mudah-mudahan makalah ini akan menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga akan
menambah wawasan bagi kami dan semua mahasiswa/mahasiswi amin yaa rabbal
alamin.

Buket Rata, 20 Mei 2012


Penusun,

Kelompok II

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa metode dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan, seperti Titimetri, Elektrometri dan spektometri. Pada praktikum ini akan
mempelajari metode spektofotometri yang menggunakan sinar tampak untuk
mengetahui konsentrasi ion dalam suatu larutan.
Sudah lama ahli

kimia menggunakan warna sebagai suatu pembantu

dalam mengindentifikasi zat kimia. Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai


suatu perpanjangan penilikan visual dimana studi yang lebih rinci mengenai
penyerapan energi cahaya oleh kuantitatif. Dalam penggunaan dewasa ini, istilah
spektofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh
suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang tertentu. Untuk
memahami spektofotometri, kita perlu meninjau ulang peristilahan yang
digunakan dalam mencirikan energi cahaya, memperhatikan antar reaksi radiasi
dengan spesies kimia dengan cara yang erlenmenter, dan secara umum mengurus
apa kerja instrument-instrument (Underwood, 1981).
Spektofotometri sinar tampak memanfaatkan warna dari larutan yang akan
dianalisis. Pada dasarnya larutan yang berwarna akan menyerap sinar, dan jumlah
sinar yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasinya. Pernyataan ini
mengacu pada hukum Beer sebagai berikut :
A=Kc

(1)

Dimana A adalah absorbansi (jumlah sinar yang diserap), K adalah sebuah


kostanta dan c adalah konsentrasi ion dalam larutan. Dari persamaan tersebut
dapat dilihat hubungan antara Arsorbansi (sumbu-y) vs Konsentrasi (sumbu-x)
seharusnya merupakan garis lurus.
Beberapa langkah yang harus dikerjakan, yaitu:
a)

Membuat larutan induk

b) Membuat larutan standar dari larutan induk


c)

Menentukan panjang gelombang serapan maksimum (spectrum absorbans)

d) Membuat kurva kalibrasi dari larutan standar


e)

Mengujur absorbansi larutan (sampel)

f)

Menentukan konsentrasi larutan (sampel) dari kurva kalibrasi

B. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan dapat :
1.

Mempelajari dan memahami peralatan spektofotometri

2.

Membuat larutan induk Cu 1000 ppm

3.

Membuat larutan standar/kalibrasi cu

4.

Menentukan pajang gelombang pada serapan maksimum

5.

Mengukur konsentrasi ion Cu dalam larutan menggunakan spektofotometer


sinar tampak.

C. Prinsip kerja
Berdasarkan hukum Beer, apabila suatu cahaya monokrotis mengenai
suatu media transparan maka akan bertambah turunnya indentitas cahaya yang
diturunkannya sebanding dengan tebalnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Teoritis
Spectrum Uv-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi elektromagnetik
(REM) dengan melekul REM merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai
sifat gelombang dan partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang maka
beberapa parameter perlu diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi,
bilangan gelombang dan serapan. REM mempunyai vector listrik dan vector
magnet yang bergetar dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain dan
masing-masing tegak lurus pada arah perambatan radiasi.
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan mokromotor prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum photube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur trasmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditrasmisikan atau diabsorbansi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter
berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek
panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pngurai cahaya seperti prisma.
Suatu

spektrofotometer

tersusun

dari

sumber

spektrum

tampak

yang

kontiyu,monokromator, Sel pengabsorbansi untuk larutan sampel atau blanko dan

suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbansi antara sampel dan blanko
ataupun pembanding. Keuntungan dari spektrofotometer untuk keperluan analisis
kuantitatif adalah :
a.

Dapat digunakan secara luas

b.

Memiliki kepekaan yang tinggi

c.

Keseletifannya cukub baik

d.

Tingkat ketelitian tinggi


Syarat larutan yang dapat digunakan untuk analisis campuran dua

komponen adalah :
a.

Komponen-komponen dalam larutan tidak boleh saling bereaksi

b.

Penyerapan komponen-komponen tersebut tidak sama

c.

Komponen harus menyerap pada panjang gelombang tertuntu


Senyawa-senyawa yang diukur dengan metode spektrofotometri harus

memenuhi hukum Lambert-Beer, yaitu :


a.

Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada medium pengabsorbsi, maka


berkurangnya intensitas cahaya permenit tebal medium sebanding dengan
sebanding dengan intensitas cahaya tersebut.

b.

Berkurangnya intensitas cahaya per unit konsentrasi akan berbanding lurus


dengan intensitas cahaya.
Suatu warna akan ditangkap oleh indera penglihatan akibat adanya seleksi

cahaya yang datang dari sebuah benda sehingga menghasilkan suatu panjang
gelombang. Cahaya yang terlihat merupakan bagian dari sinar tampak yang
memiliki spectrum panjang gelombang dari 400-750 nm. Panjang gelombang dari
warna sinar tampak dan warna komplementer ditunjukkan pada table dibawah ini :
Panjang gelombang (nm)

Warna

Warna komplementer

400 - 435

Ungu

Kuning-hijau

435 - 480

Biru

Kuning

480 - 490

Hijau-biru

Orange

490 - 500

Biru-hijau

Merah

500 - 560

Hijau

Unggu

560 - 580

Kuning-hijau

Unggu

580 - 595

Kuning

Biru

595 - 610

Orange

Hijau-biru

610 - 750

Merah

Biru-hijau

I = Ioek.b.c

(2)

Atau
log Io/I = k.b.c atau A= a.b.c

(3)

Dimana :
A = log Io/I = absorbansi
A = k/2,303 = koefisien serapan (serapan molar)
k = tetapan kesetimbangan
Io/I = transmitans (T)
Persamaan (3) dikenal sebagai hulum Lambert-Beer, dan digunakan
sebagai dasar analisis kuantitatif dalam spektrofotometer sinar tampak. Dari
persamaan (2) ditunjukkan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan, sehingga jika dibuat hubungan absorbansi sebagai ordinat dan konsentrasi
larutan standar sebagai absis, sehingga diperoleh kurva garis lurus. Kurva ini
disebut kurva kalibrasi (kurva standar). Dengan menginterpolasi absorbansi
larutan sampel pada kurva tersebut, maka akan dapat ditentukan larutan sampel.
Cahaya yang digunakan harus monokromatis, bila tidak demikian maka
akan diperoleh dua nilai absosbansi pada dua panjang gelombang. Hukum tersebut
tidak diikuti oleh larutan yang pekat. Konsentrasi lebih tinggi untuk beberapa
garam tidak berwarna justru mempunyai efek absorbansi yang berlawanan.
Larutan yang bersifat memancarkan pendar-flour atau suspensi selalu mengikuti
hukum Beer. Jika selama penkuran pada larutan encer terjadi reaksi kimia seperti
polimerisasi, hidrolisis, asosiasi atau disosiasi, maka hukum Beer tidak berlaku.
Kondisi ini disebut kondisi keabsahan hukum Beer.

B. Alat dan Bahan


B.1 Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1.

Spektrofotometer sinar tampak Jenwey 6300

2.

Sel/kuvet tempat pengisian larutan/sampel

3.

Labu takar 250ml 1 buah

4.

Labu takar 25ml 6 buah

5.

Pipet ukur 5ml 1 buah

6.

Ball pipet 1 buah

7.

Gelas kimia 100 ml 3 buah

8.

Timbangan analitik

9.

Botol timbang 1 buah

10. Corong gelas 1 buah


11. Pengaduk gelas 1 buah
12. Spatula 1 buah
B.2 Bahan atau Zat
1.

Kristal CuSo4.5H2o

2.

Larutan H2So4 pekat

3.

Larutan amonia pekat

C. Prosedur Percobaan
a.

Pembuatan larutan induk Cu 1000 ppm


-

Timbang dengan teliti 0,982 gram CuSO4

Larutkan dengan 50 ml akuades dan pindahkan secara kuantitatif ke labu


takar 250ml

b.

Tambahkan 5ml larutan H2SO4 pekat

Tambahkan aquades sampai tanda batas

Pembuatan larutan standar Cu


-

Pipet masing-masing 0ml, 2ml, 4ml, 6ml, 8ml, dan 100ml larutan induk
Cu ke dalam labu takar 25ml

Tambahkan 2ml larutan amonia pekat ke dalam masing-masing labu takar


di atas

c.

Tambahkan aquades sampai tanda batas

Hitung konsentrasi masing-masing larutan standar Cu di atas

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum


-

Nyalakan spektrofotometer, biarkan selama 15 menit (pemanasan)

Tekan tombol ABS untuk memilih absorbansi

Atur panjang gelombang pada 500nm

Isi kuvet dengan larutan blanko (0ml Cu), lab kuvet denga tissue dan
masukkan kea lat spektrofotometer sinar tampak

Tekan cal, tunggu sampai display menunjukkan ABS 0

Keluarkan kuvet dari alat dan biarkan di atas meja (larutan blanko jangan
dibuang)

Isi kuvet yang lain dengan salah satu larutan standar (konsentrasi medium)

Masukkan ke dalam alat spektrofotometer,absorbansinya akan terbaca


pada display

Keluarkan kuvet dari alat spektrofotometer,letakkan di atas meja

Ubah nilai panjang gelombang (+10nm) dan ukur kembali ABS larutan
blanko dengan menekan tombol cal

Ukur kembali absorbansi larutan standar

Ulanggi langkah 10-11 dengan nilai


sampai didapatkan nilai m

d.

Pembuatan kurva kalibrasi

yang berbeda, dan seterusnya

Tetapkan nilai m

Ukur absorbansi (ABS) masing-masing konsentrasi larutan standar

Ukur kurva kalibrasi ( ABS sebagai Sb-y dan konsentrasi larutan standar
sb-x)

Ukur ABS sampel, interpolisikan ke dalam kurva kalibrasi.

BAB III
HASIL DISKUSI
A. Data Pengamatan
Tabel 1.2 panjang gelombang dan absorbansi
No

Sampel

Panjang gelombang (nm)

Absorbansi (ABS)

Standar 1

615,50

0.016

Standar 2

609,50

0,099

Standar 3

610,00

0,136

Standar 4

603,50

0,247

Standar 5

605,00

0,262

Gambar 1.1 panjang gelombang dan absorbansi

B. Pembahasan
Perubahan warna mencerminkan suatu perubahan dalam pengabsorbsian
cahaya oleh larutan, yang menyertai perubahan konsentrasi dari spesies yang
menyerap. Dalam suatu titrasi visual, sebenarnya orang menggunakan semua segi
titrator fotometrik yang autometic, cahaya dilewatkan larutan menuju mata, yang
merupakan transduser peka cahaya yang berespon dengan isyrat dan kalau tidak,
membuatnya tepat untuk diteruskan ke system penyetopan aliran yang bersifat
elektromekanis. Kadang-kadang suatu zat yang terlihat langsung dalam reaksi
titrasi menyerap cukup bnyak pada sutu panjang gelombang yang dapat dicapai,
dan titrasi itu diikuti secara spektrofotometri tambah menambah suatu indikator.
Bentuk kurva titrasi dapat diramalkan dari nilai spesies kimia yang
diperhatikan. Beberapa kurva titrasi fotometrik yang khas diperagakan, jika reaksi
titrasi itu cukup tidak lengkap disekitar titik keseteraan,kurva itu akan menjadi
membundar. Titik akhir itu kemudian dicari letaknya dengan titik potong garis-

garis lurus yang diekstrapolasi, yang ditarik lewat titik-titik yang diambil
secukupnya sebelum dan sesudah bagian yang membundar. Kurva titrasi semacam
itu mudah dihitung, orang semata-mata menghitung konsentrasi spesies yang
menyerap titik dimana saja, dengan menggunakan tetapan keseimbangan reaksi
itu, kemudian menghitung sumbangan tiap spesies pada absorbans dari larutan
menurut hukum Beer. Kadang-kadang dimungkinkan untuk melengkapi sebuah
spektrofotometer dengan suatu ruagan sel yang diubah sehingga suatu bejana
titrasi seperti sebuah gelas piala dapat ditaruh dalam berkas cahaya. Lebih nyaman
bila pengaduk magnetic yang diletakkan dibawah ruangan harus dijaga agar
penataan itu kedap cahaya.
Menurut hukum Bouguer-Beer, suatu alur absorbans dengan konsentrasi
molar akan berupa garis lurus dengan arah lereng b. Tetapi sering kali
pengukuran terhadap system kimia riil menghasilkan hukum Beer yang tidak
linear sepanjang seluruh jangka konsentrasi untuk sistem-sistem semacam itu,
namun pemahaman yang lebih mendalam menimbulkan suatu pandagan yang
agak lebih canggih.
Makin besar nilai ABS (absorbansi) nya, maka semakin tinggi panjang
gelombang suatu larutan standar Cu. Sebaliknya pula, makin kecil nilai
absorbansinya mka semakin rendah panjang gelombangnya.dan pada dasarnya
larutan yang berwarna akan menyerap sinar, berbanding lurus dengan
konsentrasinya. Dengan kata lain semakin tinggi konsentrasi. Semakin tinggi
absorbansi suatu larutan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spektrofotometer adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutanberwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromotor prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.
Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari
sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alt pengurai seperti
prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter dari berbagai
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu. Pada praktikkum ini dihasilkan konsentrasi sampel 1 adalah 80.000 ,
sampel 2 adalah 160.00 , sampel 3 adalah 240.000 , sampel 4 adalah 320.000 , dan
sampel 5 adalah 400.000.
B. Saran
Pada praktikkum kali ini dan selanjutnya mudah-mudahan diperhatikan
sebaiknya sebelum melakukan percobaan alat yang akan digunakan harus dalam
keadaan bersih agar diperoleh hasil maksimal. Dan juga diberikan waktu yang
lebih leluasa agar praktikkan dapat menganalisa hasilnya dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
-

Haryadi, W. Ilmu Kimia Analitik. Jakarta : Gramedia, 1986

Alexeyev, V. Quantitative analysis. Moscow : MIR publisher, 1969

Khopkar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas


Indonesia, 1990

Day RA. Jr dan Al Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta :


Erlangga, 1992

Barset, J., etal. Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis.


London : Longman

Inc. 1982

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Tujuan ..........................................................................................
C. Prinsip kerja ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................
A. Dasar Teoritis ..............................................................................
B. Alat dan Bahan ............................................................................
C. Prosedur Percobaan ....................................................................
BAB III HASIL DISKUSI ............................................................................
A. Data Pengamatan ........................................................................
B. Pembahasan .................................................................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

Anda mungkin juga menyukai