DI
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK : II (DUA)
AHMAD FAUZI
NURAINI
ZULAIKHA
DOSEN PEMBIMBING
FARIDAH ST. MSC
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutuskan Allah sebagai rahmat untuk
semesta alam. Atas Keluarga-keluarganya yang bagaikan bintang diwaktu gelap
dan syurga ilmu pengetahuan. Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan hidayahnya serta taufiknya sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Spektrofotometer UV-VIS.
Dalam penulisan ini banyak sekali kekurangan, baik dari segi isi maupun
bahasa yang masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu segala saran
dan kritik yang sifatnya membangun dan menjadi bahan masukan demi
kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dengan harapan
mudah-mudahan makalah ini akan menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga akan
menambah wawasan bagi kami dan semua mahasiswa/mahasiswi amin yaa rabbal
alamin.
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa metode dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan, seperti Titimetri, Elektrometri dan spektometri. Pada praktikum ini akan
mempelajari metode spektofotometri yang menggunakan sinar tampak untuk
mengetahui konsentrasi ion dalam suatu larutan.
Sudah lama ahli
(1)
f)
B. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
C. Prinsip kerja
Berdasarkan hukum Beer, apabila suatu cahaya monokrotis mengenai
suatu media transparan maka akan bertambah turunnya indentitas cahaya yang
diturunkannya sebanding dengan tebalnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Teoritis
Spectrum Uv-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi elektromagnetik
(REM) dengan melekul REM merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai
sifat gelombang dan partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang maka
beberapa parameter perlu diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi,
bilangan gelombang dan serapan. REM mempunyai vector listrik dan vector
magnet yang bergetar dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain dan
masing-masing tegak lurus pada arah perambatan radiasi.
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan mokromotor prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum photube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur trasmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditrasmisikan atau diabsorbansi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter
berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek
panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pngurai cahaya seperti prisma.
Suatu
spektrofotometer
tersusun
dari
sumber
spektrum
tampak
yang
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbansi antara sampel dan blanko
ataupun pembanding. Keuntungan dari spektrofotometer untuk keperluan analisis
kuantitatif adalah :
a.
b.
c.
d.
komponen adalah :
a.
b.
c.
b.
cahaya yang datang dari sebuah benda sehingga menghasilkan suatu panjang
gelombang. Cahaya yang terlihat merupakan bagian dari sinar tampak yang
memiliki spectrum panjang gelombang dari 400-750 nm. Panjang gelombang dari
warna sinar tampak dan warna komplementer ditunjukkan pada table dibawah ini :
Panjang gelombang (nm)
Warna
Warna komplementer
400 - 435
Ungu
Kuning-hijau
435 - 480
Biru
Kuning
480 - 490
Hijau-biru
Orange
490 - 500
Biru-hijau
Merah
500 - 560
Hijau
Unggu
560 - 580
Kuning-hijau
Unggu
580 - 595
Kuning
Biru
595 - 610
Orange
Hijau-biru
610 - 750
Merah
Biru-hijau
I = Ioek.b.c
(2)
Atau
log Io/I = k.b.c atau A= a.b.c
(3)
Dimana :
A = log Io/I = absorbansi
A = k/2,303 = koefisien serapan (serapan molar)
k = tetapan kesetimbangan
Io/I = transmitans (T)
Persamaan (3) dikenal sebagai hulum Lambert-Beer, dan digunakan
sebagai dasar analisis kuantitatif dalam spektrofotometer sinar tampak. Dari
persamaan (2) ditunjukkan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan, sehingga jika dibuat hubungan absorbansi sebagai ordinat dan konsentrasi
larutan standar sebagai absis, sehingga diperoleh kurva garis lurus. Kurva ini
disebut kurva kalibrasi (kurva standar). Dengan menginterpolasi absorbansi
larutan sampel pada kurva tersebut, maka akan dapat ditentukan larutan sampel.
Cahaya yang digunakan harus monokromatis, bila tidak demikian maka
akan diperoleh dua nilai absosbansi pada dua panjang gelombang. Hukum tersebut
tidak diikuti oleh larutan yang pekat. Konsentrasi lebih tinggi untuk beberapa
garam tidak berwarna justru mempunyai efek absorbansi yang berlawanan.
Larutan yang bersifat memancarkan pendar-flour atau suspensi selalu mengikuti
hukum Beer. Jika selama penkuran pada larutan encer terjadi reaksi kimia seperti
polimerisasi, hidrolisis, asosiasi atau disosiasi, maka hukum Beer tidak berlaku.
Kondisi ini disebut kondisi keabsahan hukum Beer.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Timbangan analitik
9.
Kristal CuSo4.5H2o
2.
3.
C. Prosedur Percobaan
a.
b.
Pipet masing-masing 0ml, 2ml, 4ml, 6ml, 8ml, dan 100ml larutan induk
Cu ke dalam labu takar 25ml
c.
Isi kuvet dengan larutan blanko (0ml Cu), lab kuvet denga tissue dan
masukkan kea lat spektrofotometer sinar tampak
Keluarkan kuvet dari alat dan biarkan di atas meja (larutan blanko jangan
dibuang)
Isi kuvet yang lain dengan salah satu larutan standar (konsentrasi medium)
Ubah nilai panjang gelombang (+10nm) dan ukur kembali ABS larutan
blanko dengan menekan tombol cal
d.
Tetapkan nilai m
Ukur kurva kalibrasi ( ABS sebagai Sb-y dan konsentrasi larutan standar
sb-x)
BAB III
HASIL DISKUSI
A. Data Pengamatan
Tabel 1.2 panjang gelombang dan absorbansi
No
Sampel
Absorbansi (ABS)
Standar 1
615,50
0.016
Standar 2
609,50
0,099
Standar 3
610,00
0,136
Standar 4
603,50
0,247
Standar 5
605,00
0,262
B. Pembahasan
Perubahan warna mencerminkan suatu perubahan dalam pengabsorbsian
cahaya oleh larutan, yang menyertai perubahan konsentrasi dari spesies yang
menyerap. Dalam suatu titrasi visual, sebenarnya orang menggunakan semua segi
titrator fotometrik yang autometic, cahaya dilewatkan larutan menuju mata, yang
merupakan transduser peka cahaya yang berespon dengan isyrat dan kalau tidak,
membuatnya tepat untuk diteruskan ke system penyetopan aliran yang bersifat
elektromekanis. Kadang-kadang suatu zat yang terlihat langsung dalam reaksi
titrasi menyerap cukup bnyak pada sutu panjang gelombang yang dapat dicapai,
dan titrasi itu diikuti secara spektrofotometri tambah menambah suatu indikator.
Bentuk kurva titrasi dapat diramalkan dari nilai spesies kimia yang
diperhatikan. Beberapa kurva titrasi fotometrik yang khas diperagakan, jika reaksi
titrasi itu cukup tidak lengkap disekitar titik keseteraan,kurva itu akan menjadi
membundar. Titik akhir itu kemudian dicari letaknya dengan titik potong garis-
garis lurus yang diekstrapolasi, yang ditarik lewat titik-titik yang diambil
secukupnya sebelum dan sesudah bagian yang membundar. Kurva titrasi semacam
itu mudah dihitung, orang semata-mata menghitung konsentrasi spesies yang
menyerap titik dimana saja, dengan menggunakan tetapan keseimbangan reaksi
itu, kemudian menghitung sumbangan tiap spesies pada absorbans dari larutan
menurut hukum Beer. Kadang-kadang dimungkinkan untuk melengkapi sebuah
spektrofotometer dengan suatu ruagan sel yang diubah sehingga suatu bejana
titrasi seperti sebuah gelas piala dapat ditaruh dalam berkas cahaya. Lebih nyaman
bila pengaduk magnetic yang diletakkan dibawah ruangan harus dijaga agar
penataan itu kedap cahaya.
Menurut hukum Bouguer-Beer, suatu alur absorbans dengan konsentrasi
molar akan berupa garis lurus dengan arah lereng b. Tetapi sering kali
pengukuran terhadap system kimia riil menghasilkan hukum Beer yang tidak
linear sepanjang seluruh jangka konsentrasi untuk sistem-sistem semacam itu,
namun pemahaman yang lebih mendalam menimbulkan suatu pandagan yang
agak lebih canggih.
Makin besar nilai ABS (absorbansi) nya, maka semakin tinggi panjang
gelombang suatu larutan standar Cu. Sebaliknya pula, makin kecil nilai
absorbansinya mka semakin rendah panjang gelombangnya.dan pada dasarnya
larutan yang berwarna akan menyerap sinar, berbanding lurus dengan
konsentrasinya. Dengan kata lain semakin tinggi konsentrasi. Semakin tinggi
absorbansi suatu larutan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spektrofotometer adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutanberwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromotor prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.
Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari
sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alt pengurai seperti
prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter dari berbagai
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu. Pada praktikkum ini dihasilkan konsentrasi sampel 1 adalah 80.000 ,
sampel 2 adalah 160.00 , sampel 3 adalah 240.000 , sampel 4 adalah 320.000 , dan
sampel 5 adalah 400.000.
B. Saran
Pada praktikkum kali ini dan selanjutnya mudah-mudahan diperhatikan
sebaiknya sebelum melakukan percobaan alat yang akan digunakan harus dalam
keadaan bersih agar diperoleh hasil maksimal. Dan juga diberikan waktu yang
lebih leluasa agar praktikkan dapat menganalisa hasilnya dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
-
Inc. 1982
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Tujuan ..........................................................................................
C. Prinsip kerja ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................
A. Dasar Teoritis ..............................................................................
B. Alat dan Bahan ............................................................................
C. Prosedur Percobaan ....................................................................
BAB III HASIL DISKUSI ............................................................................
A. Data Pengamatan ........................................................................
B. Pembahasan .................................................................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................