Anda di halaman 1dari 7

Analisis Spektrofotometer Sinar Tampak

Spektrofotometri sinar tampak adalah cara analisis kimia


kuantitatif berdasarkan penyerapan energi radiasi oleh larutan berwarna pada
panjang gelombang tertentu dengan mengukur intensitas warna yang diserap
sampel dan membandingkannya dengan larutan standar, maka konsentrasi sampel
dapat ditentukan (Day dan Underwood, 2002).
Hubungan antara energi yang diserap dan panjang gelombang yaitu:
E = h c/ (1)
Dalam hal ini E = energi yang diserap, h = tetapan Planck (6.624 x 10-34 J.s),
c = kecepatan cahaya (3x108 m/s) dan = panjang gelombang (nm).
Banyaknya sinar yang diserap (I1), sebanding dengan konsentrasi larutan
yang dilaluinya (I0), sedangkan konsentrasi sampel berbanding terbalik dengan
transmitan (T), hal ini dapat dilihat pada hukum Lambert Beer berikut:
T = I1/I0.. . (2)
-abc
T = -e .(3)
Transmitan sering dinyatakan sebagai persentase (%T). Absorban (A)
suatu larutan dinyatakan sebagai persamaan:
A = - log T = - log I1/I0 .. (4)
Berbeda dengan transmitan, absorban larutan bertambah dengan
pengurangan kekuatan sinar. Bila ketebalan benda atau konsentrasi materi yang
dilewati cahaya bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap, jadi
absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan b dan c:
A = a.b.c = .b.c (5)
Keterangan : A = absorbansi
a = tetapan absorptivitas
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi larutan
= tetapan absorptivitas molar
Pada analisis menggunakan spektrofotometer sinar tampak berlaku hukum
Lambert-Beer. Hukum ini menyatakan bahwa: bila cahaya monokromatis
melewati medium tembus cahaya, intensitas berkurang dengan bertambahnya
ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Hukum beer berlaku
dalam rentang konsentrasi ketika struktur ion berwarna ataupun non elektrolit
berwarna dalam keadaan terlarut tidak berubah dengan berubahnya konsentrasi

Keterangan fungsi alat :


1. Sumber Cahaya
Sumber cahaya berfungsi untuk menghasilkan sinar polikromatis yang
diubah menjadi sinar monokromatis oleh monokromator. Biasanya
spektofotometer ultraviolet menggunakan lampu deuterium sebagai sumber
cahaya, sedangkan untuk spektrofotometer sinar tampak menggunakan lampu
wolfram. Energi yang dipancarkan oleh lampu wolfram ini beraneka ragam
menurut panjang gelombangnya (380-800 nm).
2. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk menguraikan sinar yang memiliki
spektrum lebar menjadi lebih sempit. Untuk memperoleh sinar monokromatis
yang diinginkan maka dilakukan dengan memutar prisma atau grating, sehingga
lensa mengumpul hanya akan meneruskan panjang gelombang tertentu saja.
3. Kuvet
Kuvet berfungsi sebagai tempat larutan yang diukur absorbansi atau
transmitannya. Kuvet yang digunakan pada daeah ultraviolet menggunakan kuvet
yang terbuat dari kuarsa atau kaca silika, sedangkan daerah tampak terbuat dari
kaca. Pada umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi juga ada ukuran yang lebih
kecil dan lebih besar yang dapat digunakan. Kuvet yang biasa digunakan
berbentuk persegi, tetapi ada juga yang berbentuk silinder.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang yaitu mengubah isyarat (signal yang berupa panas)
dengan intensitas tertentu yang jatuh pada sel fotolistrik menjadi isyarat listrik.
5. Amplifier
Amplifier berfungsi untuk memperkuat isyarat listrik menjadi bentuk yang
dapat dibaca secara elektronik.
6. Recorder
Recorder berfungsi sebagai pengukur untuk membaca isyarat detektor
yang diperkuat amplifier. Energi listrik yang telah diperkuat oleh amplifier
kemudian masuk ke recorder sehingga mampu menggerakkan jarum (sistem
analog) atau sistem digital yang akhirnya dapat dibaca sebagai absorban atau
transmitan.
Secara garis besar prinsip kerja dari spektrofotometer adalah sinar
polikromatis yang berasal dari sumber sinar akan disejajarkan oleh lensa
kemudian masuk menuju prisma yang telah diatur sesuai dengan panjang
gelombang yang sesuai dengan sampel yang kita uji, sehingga dihasilkan sinar
monokromatis. Sinar dengan panjang gelombang yang sesuai dengan sampel akan
melewati celah keluar sedangkan sinar dengan panjang gelombang yang tidak
sesuai akan tertahan. Oleh celah keluar sinar dengan panjang gelombang yang
sesuai akan melewati larutan berwarna yang berada dalam kuvet, maka sinar
tersebut akan diserap sebagian dan sebagian lagi akan diteruskan. Sinar yang
diteruskan akan ditangkap oleh detektor dan diubah menjadi signal listrik yang
diperkuat oleh amplifier kemudian diteruskan ke alat baca. Pada alat baca akan
tertera data dalam %T atau absorban (A) .

Panjang gelombang Warna warna yang Warna komplementer


(nm) diserap (warna yang terlihat)

400 435 Ungu Hijau kekuningan

435 480 Biru Kuning

480 490 Biru kehijauan Jingga

490 500 Hijau kebiruan Merah

500 560 Hijau Ungu kemerahan

560 580 Hijau kekuningan Ungu


580 595 Kuning Biru

595 610 Jingga Biru kehijauan

610 800 Merah Hijau kebiruan

faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.

2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.

3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat


rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan).

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar


tampak adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak
berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan
berwarna disebut juga metode kolorimetri.

Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna


dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik
karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini
disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam
waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan
bila disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang
baru harus dibuat saat setiap kali analisis.

2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.

3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara


stoikiometrik.

4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan


pengukuran.

5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa,
sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi
komponen tersebut saja.

6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam


larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang
dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna,
sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak sempurna.

7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna


yang dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang
dipakai.

Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan


tersebut harus memiliki lima sifat di bawah ini:

1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran


absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan
menyusutnya warna larutan (fading), disebabkan oleh oksidasi oleh udara,
penguraian secara fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut.
Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh
kestabilan yang lebih baik.

2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup
tinggi (warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya
() besar. Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal
ini dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.

3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-


variasi kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang
lain.

4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.

5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.

Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi

Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan


rumus yang diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = . b
. c). Namun ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan yakni dengan cara
kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum
Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan


konsentrasi zat dengan kurva kalibarasi:

1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya
makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu
larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi
larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari
konsentrasi analit yang diperkirakan.

3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang
gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang
berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang
menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi disebut panjang
gelombang maksimum (lmaks).

4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang
gelombang maksimum.

5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian


alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu
kurva yang disebut kurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika
absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan
berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.

Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang telah dibuat adalah

Absorbansi 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

konsentrasi 2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm 14 ppm 16 ppm

Anda mungkin juga menyukai