Abstrak
Keywords: Dipiridamol dan asetosal (dosis rendah) dapat dikombinasikan menjadi satu
Dipiridamol, sediaan sebagai antitrombotik. Telah dilakukan pengembangan metode
asetosal, analisis campuran kedua obat tersebut secara simultan dengan
spektrofotometri UV, menggunakan spektrofotometri UV. Metode ini perlu divalidasi untuk
validasi metode
melihat kehandalannya. Penelitian dilakukan dengan mencari pelarut yang
sesuai untuk campuran asetosal dan dipiridamol serta mencari dua panjang
gelombang yang optimum untuk membaca absorbansi kedua obat dengan
spektrofotometri UV, serta dilakukan validasi metode yang meliputi
parameter ripitabilitas, presisi antara, linearitas, dan akurasi. Hasil
pengembangan metode diperoleh pelarut aquades: metanol (1:1) dan
pembacaan pada panjang gelombang 275,5 nm dan 292,5 nm. Hasil
linieritas untuk asetosal dan dipiridamol pada dua panjang gelombang
memenuhi persyaratan validasi (r > 0,99). Ripitabilitas pada penetapan
asetosal dengan RSD 5,92 % dan dipiridamol 3,78 %. Presisi antara untuk
senyawa asetosal dengan RSD sebesar 11,74 % dan dipiridamol sebesar
6,85 %. Nilai recovery dari parameter akurasi untuk asetosal adalah 124,61
% dan dipiridamol 91,52 %. Nilai LOD dan LOQ asetosal adalah 18,59
µg/ml dan 56,35 µg/ml sedangkan untuk dipiridamol adalah 4,39 µg/ml dan
13,32 µg/ml.
2. METODE
2.1. Bahan dan Alat
Bahan: tablet Persantin® 75 mg, tablet
Thrombo Aspilets® 80 mg, asetosal p.a.
(SIGMA), dipiridamol p.a.(SIGMA),
(b) metanol p.a (Merck), aquades, HCl p.a
(Merck), NaOH p.a (Merck).
Alat: Spektrofotometer UV Mini-1240
SHIMADZU, alat-alat gelas (Pyrex), kuvet
Hellme, neraca analitik dengan kepekaan
0,01 mg (Ohauss), mikropipet (Socorex).
2.2. Jalannya Penelitian
Pembuatan larutan standar: larutan
standar dibuat dengan cara mengambil
masing-masing 10,0 mg senyawa murni
asetosal dan dipiridamol yang dimasukkan
ke dalam labu takar 10 ml, dilarutkan
dengan pelarut aquades: metanol (1:1)
sampai batas tanda. Dari larutan tersebut
didapatkan konsentrasi larutan standarnya
Gambar 1. Struktur kimia (a) senyawa
0,1 % b/v.
asetosal dan (b) senyawa dipiridamol.
Penentuan panjang gelombang
maksimal: larutan standar asetosal 0,1 % b/v
Salah satu metode untuk analisis
diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet
campuran obat asetosal dan dipiridamol yang
volume, sedangkan larutan standar
relatif mudah, murah, dan cepat adalah
dipiridamol diambil 100 µl, masing-masing
menggunakan spektrofotometri UV
dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml
persamaan simultan. Sampai saat ini belum
kemudian ditambahkan aquades: metanol
ditemukan referensi yang menganalisis
(1:1) sampai batas tanda. Larutan
senyawa asetosal dan dipiridamol
dimasukkan ke dalam kuvet, diukur
menggunakan metode tersebut. Oleh karena
resapannya pada rentang panjang gelombang
itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui
200 – 400 nm menggunakan
validasi metode penetapan kadar obat asetosal
spektrofotometer UV untuk menentukan
dan dipiridamol menggunakan
panjang gelombang maksimum.
spektrofotometri UV persamaan simultan.
Pengukuran absorbansi larutan standar:
Tujuan dari validasi metode tersebut adalah
larutan standar asetosal 0,01 % b/v dan
untuk mengkonfirmasi bahwa prosedur
larutan standar dipiridamol 0,001 % b/v,
analisis dalam penetapan kadar asetosal dan
masing-masing dibaca absorbansinya pada
dipiridamol cocok digunakan. Hasil validasi
dua panjang gelombang maksimal yang
metode tersebut digunakan untuk menilai
telah didapatkan yaitu 275,5 nm dan 292,5
nm. Absorbansi yang diperoleh dapat dibuat 120 %. Absorbansi diukur pada dua
menjadi persamaan simultan untuk panjang gelombang maksimum.
menetapkan kadar asetosal dan dipiridamol. c. Linearitas
Pengukuran absorbansi sampel: serbuk Parameter linearitas menggunakan
asetosal yang telah ditimbang seberat 118,75 seri larutan standar asetosal dan
mg dan satu tablet dipiridamol digerus dipiridamol yang dibuat dengan
sampai homogen. Dari campuran kedua pengenceran bertingkat. Larutan standar
senyawa tersebut ditimbang seksama 100,0 dibaca absorbansinya pada dua panjang
mg, dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 gelombang. Regresi linier dihitung
mL, ditambahkan pelarut akuades: metanol dengan cara kadar vs absorbansi,
(1:1) sampai batas tanda. Larutan diambil 30 kemudian dihitung nilai r.
µl dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml d. Limit of Detection (LOD) dan Limit of
ditambahkan pelarut aquades: metanol (1:1) Quantification (LOQ)
sampai batas tanda. Larutan dimasukkan ke LOD dan LOQ dapat dihitung
dalam kuvet, dibaca absorbansi pada dengan statistik melalui regresi linier
masing-masing panjang gelombang yang didapatkan dari kurva kalibrasi.
maksimal. Data yang diperoleh dimasukkan Rumus LOD = 3,3σ/S dan LOQ = 10σ/S.
ke dalam 2 persamaan yang telah didapat
2.3. Teknik Analisis Data
dan akan diperoleh kadar masing-masing
Absorbansi yang didapatkan
komponen.
dimasukkan ke dalam persamaan simultan,
a. Ripitabilitas dan Presisi Antara
sehingga diperoleh kadar masing-masing
Preparasi sampel sama seperti
komponen. Data yang didapatkan dari
pengukuran absorbansi sampel dan
penetapan kadar asetosal dan dipiridamol
dilakukan berulang 6 kali. Presisi antara
menggunakan spektrofotometri UV
diuji di hari yang berbeda setelah
persamaan simultan dianalisis dari beberapa
parameter ripitabilitas dilakukan. Enam
parameter validasi yaitu presisi antara,
kadar sampel yang diperoleh, dihitung
ripitabilitas, akurasi, linearitas, LOD dan
nilai RSD.
LOQ dengan membandingkan nilai
b. Akurasi
keberterimaannya.
Serbuk asetosal yang telah
ditimbang seberat 118,75 mg dan satu
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tablet dipiridamol digerus sampai
homogen. Dari campuran kedua senyawa Pemilihan pelarut dalam penelitian ini
agar mendapatkan pelarut yang dapat
tersebut ditimbang seksama 20,00 mg,
melarutkan asetosal dan dipiridamol, serta
dimasukkan ke dalam labu takar 10,0
memperoleh panjang gelombang maksimal
mL, ditambahkan pelarut akuades:
metanol (1:1) sampai batas tanda. dari kedua senyawa yang rentangnya tidak
Larutan diambil 150 µl dimasukkan ke berdekatan. Pada metode spektrofotometri
dalam labu takar 10 ml ditambahkan persamaan simultan, panjang gelombang
pelarut aquades : metanol (1:1) sampai maksimal yang didapatkan dari kedua
senyawa lebih baik tidak berdekatan
batas tanda (dilakukan sebanyak 4 kali
untuk 4 kelompok). Penambahan zat aktif (berhimpit). Panjang gelombang maksimal
dilakukan dengan ketentuan tanpa yang berhimpitan dapat menyebabkan panjang
penambahan zat aktif, dengan gelombang senyawa satu dengan senyawa
penambahan zat aktif 80 %, 100 %, dan yang lainnya saling tumpang tindih dan akan
memperbesar kesalahan saat pembacaan
absorbansi, karena absorbansi yang diperoleh (batokromik). Hal ini dimungkinkan pelarut
tidak bisa dibedakan dari campuran senyawa yang bersifat polar pada HCl 0,1 N. Pelarut
yang ada. Pelarut yang digunakan dalam yang bersifat polar akan mengakibatkan
Pelarut Panjang gelombang maksimal terjadinya transisi elektron bebas yang
Asetosal Dipiridamol
semakin tinggi, sehingga serapan pada
HCl 0,1 N : metanol (1:1) 277 nm 284,5 nm
NaOH : metanol (1:1) 296 nm 293 nm panjang gelombang semakin besar.
Aquades : metanol (1:1) 275,5 nm 292,5 nm Berdasarkan hasil pembacaan panjang
penelitian ini adalah HCl 0,1 N : metanol gelombang maksimal asetosal dan dipiridamol
(1:1), NaOH : metanol (1:1), dan aquades : di berbagai pelarut, maka pelarut yang paling
metanol (1:1) (Error! Reference source not baik adalah aquades : metanol (1:1) karena
found.). rentang panjang gelombang maksimal antara
kedua senyawa paling jauh dibandingkan
Tabel 1. Panjang gelombang maksimal asetosal pelarut yang lain (Error! Reference source
dan dipiridamol di pelarut yang berbeda not found.).
Pembuatan persamaan simultan
Tabel 2. Pembacaan absorbansi larutan standar dilakukan dengan cara membaca absorbansi
pada dua panjang gelombang larutan standar asetosal dan dipiridamol pada
dua panjang gelombang maksimal yaitu λ1 =
275,5 nm dan λ2 = 292,5 nm. Persamaan
simultan digunakan untuk menetapkan kadar
asetosal dan dipiridamol dengan
spektrofotometri UV tercantum pada Error!
Reference source not found.2. Dari
pembacaan absorbansi larutan standar kedua
senyawa maka diperoleh persamaan simultan
sebagai berikut:
A pada λ 275,5 nm = 50,2 CA + 386 CB (1)
A pada λ 292,5 nm = 24,2 CA + 514 CB (2)
Keterangan: A= absorbansi; CA = kadar
Gambar 2. Panjang gelombang maksimal asetosal; CB = kadar dipiridamol.
dengan pelarut aquades:metanol (1:1) (A)
Asetosal dan (B) Metanol Hasil validasi metode yang telah
dilakukan terlihat pada Tabel 3. Pada
Panjang gelombang maksimal parameter ripitabilitas dan presisi antara nilai
dipiridamol dalam pelarut HCl 0,1 N: metanol RSD yang diperoleh cukup besar terutama
(1:1) adalah 284,5 nm. Hasil tersebut sudah asetosal. Hal ini dapat disebabkan karena
mendekati panjang gelombang maksimal pelarut yang digunakan yaitu aquades, dimana
teoritis yang tercantum dalam referensi [8] asetosal dapat terhidrolisis menjadi asam
yaitu 285 nm. Senyawa asetosal dalam pelarut salisilat dan asam asetat bila terkena uap air
HCl 0,1 N: metanol (1:1) menurut penelitian [8], sehingga kadar yang diperoleh tidak
Murtaza et al. [9] menunjukkan hasil sesuai dengan klaim. Pelarut organik seperti
pencarian λ maksimal untuk senyawa asetosal metanol dan etanol juga dapat mempengaruhi
adalah 265 nm, namun pada penelitian ini degradasi asetosal. Metanol dapat
didapatkan λ maksimal yang lebih besar yaitu mendegradasi asetosal sebesar 60 % dengan
277 nm. Dari hasil tersebut terjadi pergeseran rentang waktu 12 jam [10].
panjang gelombang yang lebih besar
LAMPIRAN