Anda di halaman 1dari 7

Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015.

Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar


campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan
metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto, M.S dan Ade Heri
Mulyati, M.Si.

RINGKASAN

Campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl


merupakan salah satu jenis kombinasi dalam formula sediaan sirup. Jumlah
sampel yang banyak dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam analisis,
beberapa strategi untuk mempercepat proses analisis beberapa zat aktif
diantaranya analisis secara bersamaan dalam satu analisis secara simultan. Dalam
analisis zat aktif secara simultan diperlukan optimasi fase gerak dan laju alir
sehingga diperoleh kondisi yang optimal. Tujuan penelitian ini untuk menentukan
perbandingan fase gerak dan laju alir yang diperlukan agar diperoleh kondisi yang
optimal dalam analisis campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine
HCl dalam sirup dengan metode HPLC.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan kolom Waters Sunfire C8
(4,6 mm x 250 mm, 5µm) dengan panjang gelombang 220 nm yang sebelumnya
dilakukan pendahuluan yaitu penentuan panjang gelombang maksimum dari
Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam sirup dengan
menggunakan metode spektrofotometri. Kemudian dilakukan uji kesesuaian
sistem dengan cara memodifikasi perbandingan fase gerak asetonitril dengan asam
trifluoro asetat (TFA) 0,1 % yaitu (30:70), (35:65), (38:62), dan (40:60) dengan
laju alir yang berbeda pada satu komposisi fase gerak yaitu 1,0 mL/menit, 1,2
mL/menit, dan 1,4 mL/menit dengan parameter resolusi, simpangan baku relatif
(SBR), tailing factor yang memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan uji
validasi pada metode dengan parameter presisi, akurasi, dan linearitas.
Berdasarkan hasil uji kesesuaian sistem didapatkan kondisi yang
optimal dalam komposisi fase gerak Acetonitril : TFA 0,1% dengan perbandingan
(30:70) dan laju alir 1,4 mL/menit dengan resolusi sebesar 3,157 dengan
persyaratan ≥ 2,5. Setelah dilakukan uji validasi didapat hasil pengujian linearitas
dengan koefisien korelasi (r) Dextromethorphan HBr sebesar 0,9999, dan
Diphenhydramine HCl sebesar 0,9999 dengan persyaratan r ≥0,9980, pengujian
akurasi menunjukkan rata-rata % recovery Dextromethorphan HBr sebesar
100,665 % dan Diphenhydramine HCl sebesar 100.901 %, pengujian presisi dan
diperoleh hasil RSD Dextromethorphane HBr sebesar 1,2 % dan
Diphenhydramine HCl sebesar 0,4 %.

Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

1
I. Pendahuluan
Kromatografi cair kinerja trifluoro asetat (TFA) 0,1 % yaitu
tinggi mempunyai kemajuan dalam (30:70), (35:65), (38:62), dan (40:60)
teknologi kolom, sistem pompa dengan laju alir yang berbeda pada
tekanan tinggi, dan detektor yang satu komposisi fase gerak yaitu 1,0
sensitif. Dengan teknologi ini, mL/menit, 1,2 mL/menit, dan 1,4
kromatografi cair dapat mL/menit dengan parameter resolusi,
menghasilkan pemisahan yang cepat simpangan relatif deviasi, dan tailing
dalam banyak hal, dengan faktor. Pengujian kesesuaian sistem
keunggulan zat-zat yang tidak dilakukan untuk mengetahui apakah
menguap atau tidak tahan panas, alat, metode dan sistem HPLC yang
tanpa penguraian atau tanpa perlu digunakan dapat memberikan hasil
membuat yang dapat menguap. yang baik dalam proses analisis.
Disamping itu, komposisi fase gerak Kemudian akan dilakukan uji
berpengaruh nyata terhadap kinerja validasi pada metode.
kromatografi dan harus dikendalikan
dengan cermat (Depkes RI, 1995). II. Metode Penelitian
Penelitian sebelumnya Penelitian ini dilakukan
pemisahan dextromethorphane HBr dengan tiga tahap yaitu uji
dan diphenhydramine HCl dalam identifikasi Diphenhydramien HCl
sirup dapat ditentukan dengan dan Dextrometrophan HBr dengan
menggunakan perbandingan fase cara memodifikasi perbandingan fase
gerak asetonitril dengan asam gerak asetonitril dengan asam
trifluoro asetat (TFA) 0,1 % trifluoro asetat (TFA) 0,1 % yaitu
sebanyak (38:62) dengan jenis kolom (30:70), (35:65), (38:62), dan
Water Atlantis dc 18 (4,6 mm x 150 (40:60), uji kesesuaian sistem dengan
mm, 5µm) dengan panjang cara memodifikasi perbandingan fase
gelombang 220 nm, dengan laju alir gerak asetonitril dengan asam
1,0 mL/menit. Daya pemisah trifluoro asetat (TFA) 0,1 % yaitu
(resolusi) yang didapat yaitu 1,5. (30:70), (35:65), (38:62), dan (40:60)
(Muhamad Faisal Fuad, 2012). dengan laju alir yang berbeda pada
Berdasarkan penelitian satu komposisi fase gerak yaitu 1,0
sebelumnya, peneliti melakukan mL/menit, 1,2 mL/menit, dan 1,4
penetapan kadar dextromethophan mL/menit dengan parameter resolusi,
HBr dan diphenhydramine HCl simpangan relatif deviasi, dan tailing
dalam sirup dengan cara faktor. Pengujian kesesuaian sistem
memodifikasi perbandingan fase dilakukan untuk mengetahui apakah
gerak dan laju alir untuk alat, metode dan sistem HPLC yang
mendapatkan kondisi yang optimal digunakan dapat memberikan hasil
dalam analisis. yang baik dalam proses analisis.
Penelitian dilakukan Kemudian akan dilakukan uji
dengan jenis kolom Waters Sunfire validasi pada metode dengan
C8 (4,6 mm x 250 mm, 5µm) dengan parameter presisi, akurasi, dan
panjang gelombang 220 nm yang linearitas.
sebelumnya akan dilakukan uji
kesesuaian sistem dengan cara
memodifikasi perbandingan fase
gerak asetonitril dengan asam

2
Metode Kerja mL/menit, dan 1,4 mL/menit.
Kondisi HPLC Kemudian parameter kesesuaian
Kolom : Waters Sunfire C8 (4,6 mm sistemnya yang meliputi resolusi
x 250 mm, 5µm) (daya pisah), RSD, lempeng teoritis
Detektor : UV-220 nm dan faktor asimetri puncak.
Volume injek : 20 µL
Syarat kesesuaian sistem Uji identifikasi
Laboratorium QC kimia-fisika Uji identifikasi terhadap
PT.Harsen: diphenhydramine HCl dan
Relatif Standar Deviasi(RSD)≤ 2,0% Dextromethorphane HBr dilakukan
Lempeng Teoritis (n) ≥ 750 dengan membandingkan waktu
Tailing ≤ 2,0 retensi atau waktu tambat baku
Resolusi ≥ 2,5 diphenhydramine HCl dan
Fase Gerak : Dextromethorphane HBr terhadap
Dicampurkan asetonitril dengan waktu retensi larutan sampel, diukur
asam trifluoro asetat 0,1 % dengan pada panjang gelombang 220 nm.
perbandingan fase gerak (30:70), Untuk mengetahui peak
(35:65), (38:62), dan (40:60) diphenhydramine HCl dan
kemudian homogenkan, saring Dextromethorphane HBr perlu
dengan menggunakan penyaring dilakukannya penginjekkan masing-
berukuran 0,45 µm dan disonikasi masing baku tunggal. Kemudian
selama 30 menit. disuntikkan ke dalam system HPLC
dengan volume 20 µL pada kondisi
Uji Kesesuaian Sistem HPLC HPLC menggunakan fase gerak
Ditimbang sebanyak 54,0 mg asetonitril dengan asam trifluoro
diphenhydramine HCl dan sebanyak asetat (TFA) 0,1 % yaitu (30:70),
40,0 mg Dextromethorphane HBr. (35:65), (38:62), dan (40:60).
Dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0
mL, dilarutkan dan encerkan dengan
aquades hingga tanda batas. Dipipet
sebanyak 10,0 mL larutan Uji Validasi
dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 Linearitas
mL encerkan dengan aquades hingga Dipipet sampel sirup dengan
tanda batas, dihomogenkan. konsentrasi campuran 25%, 50%,
Kemudian disonikasi 10 menit dan 100%, 150% dan 200%. Encerkan
saring dengan filter 0,25 µm. dengan aquades hingga tanda batas,
Diphenhydramine HCl konsetrasi dihomogenkan dan saring dengan
216 µg/mL dan Dextromethorphan menggunakan filter 0,45µm.
HBr 160 µg/mL. Kemudian Konsentrasi Diphenhydramine HCl
disuntikkan ke dalam sistem HPLC yaitu 54 ppm, 108 ppm, 216 ppm,
dengan volume penyuntikan 20 µl 324 ppm, 432 ppm dan konsentrasi
pada kondisi HPLC menggunakan Dextromethorphan HBr yaitu 40
perbandingan fase gerak asetonitril ppm, 80 ppm, 160 ppm, 240 ppm,
dengan asam trifluoro asetat (TFA) 320 ppm. Kemudian disuntikkan ke
0,1 % yaitu (30:70), (35:65), (38:62), dalam sistem HPLC dengan volume
dan (40:60) dengan laju alir yang penyuntikan 20 µl pada kondisi
berbeda pada satu komposisi fase HPLC menggunakan fase gerak yang
gerak yaitu 1,0 mL/menit, 1,2

3
telah memenuhi syarat kesesuaian dengan asam trifluoro asetat (TFA)
sistem. 0,1 % yaitu (30:70), (35:65), (38:62),
dan (40:60). Pada uji fase gerak ini
Akurasi dengan komposisi fase gerak
Dipipet sejumlah sampel sirup asetonitril dengan asam
dengan konsentasi 50%, 100%, dan trifluoroasetat (TFA) 0,1 % (30:70)
150% masing-masing sebanyak 3 terjadi pemisahan Dextromethorphan
kali. Encerkan dengan aquades HBr dan Diphenhydramine HCl
hingga tanda batas, dihomogenkan terpisah secara sempurna. Hasil
dan saring dengan menggunakan resolusi yang memenuhi syarat PT
filter 0,45µm. Kemudian disuntikkan Harsen ≥ 2,5 adalah komposisi fase
ke dalam sistem HPLC dengan gerak asetonitril dengan asam
volume penyuntikan 20 µl pada trifluoro asetat (TFA) 0,1 % yaitu
kondisi HPLC menggunakan fase (30:70). Nilai resolusi yang rendah
gerak yang telah memenuhi syarat menunjukkan bahwa
kesesuaian system. Dihitung diphenhydramine HCl dan
%recovery dan simpangan baku dextromethorphan HBr tidak terpisah
relatif. Kriteria penerimaan sempurna hal ini disebabkan karena
%recovery 98,0%-102%. penambahan pelarut organik
(asetonitril) pada komposisi yang
Presisi lain terlalu banyak menyebabkan
Dipipet 10,0 mL sampel sirup penurunan tingkat kepolaran fase
dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 gerak sehingga sampel berinteraksi
mL, dilarutkan dengan aquades kuat dengan fase gerak dan terelusi
hingga tanda batas. Kemudian cepat.
disonikasi 10 menit dan saring Dari data kesesuaian
dengan filter 0,25 µm. Dipipet 2,0 sistem pada tabel diatas menujukkan
mL dimasukkan ke dalam labu ukur bahwa campuran Dextromethorphan
50,0 mL larutkan dengan aquades HBr dan Diphenhydramine HCl
hingga tanda batas, dihomogenkan. dengan menggunakan komposisi fase
Pengulangan sebanyak 6 kali. gerak asetonitril : TFA 0,1% (30:70)
Kemudian disuntikkan ke dalam dengan laju alir 1,4 mL/menit
sistem HPLC dengan volume memiliki waktu retensi lebih cepat
penyuntikan 20 µl pada kondisi dari laju alir yang lain. Pada laju alir
HPLC menggunakan fase gerak yang 1,4 mL/menit memiliki nilai resolusi,
telah memenuhi syarat kesesuaian faktor asimetris dan simpangan baku
sistem. Masing-masing dilakukan relatif yang memenuhi persyaratan
disuntikkan sebanyak 1 kali sebagai tempat dilakukannya penelitian.
persyaratan presisi. Penurunan nilai lempeng
teoritis pada laju alir 1,4 mL/menit
III. Hasil dan Pembahasan disebabkan karena interaksi sampel
Optimasi dilakukan dengan fase diam kecil menyebabkan
dengan menyuntikkan larutan sampel menjadi cepat terelusi dan
Diphenhydramine HCl konsentrasi waktu retensi cepat. Nilai lempeng
216 µg/mL dan Dextromethorphan teoritis dipengaruhi oleh pemilihan
HBr dengan konsentrasi 160 µg/mL pada kolom. Kolom yang
kedalam sistem HPLC dengan memberikan jumlah lempeng teoritis
perbandingan fase gerak asetonitril yang besar dan nilai HETP yang

4
kecil akan mampu memisahkan dalam pemilihan data persamaan
komponen-komponen dalam suatu kurva baku yang didasarkan pada
campuran yang lebih baik yang nilai r terhitung, nilai A (intersept),
berarti bahwa efisiensi kolom nilai B (slope), dan SE (standard
semakin besar. error). Dalam penelitian ini,
Nilai faktor simetri parameter utama dipilih adalah
merupakan faktor yang membuat berdasarkan nilai r terhitung.
suatu bentuk puncak menjadi Berdasarkan hasil uji linearitas untuk
asimetris. Faktor simetri disebabkan Dextromethorphan HBr y = 19881x -
dari mekanisme reaksi hidrofobik 30425, dengan nilai r = 0,9999. Hal
tergantung pada kemurnian partikel ini menunjukkan respon analit
silika yang ada dalam kolom KCKT terhadap alat linier atau cukup tinggi.
pada saat pemisahan yang Maka dapat dinyatakan bahwa hasil
berinteraksi dengan senyawa analisa uji linieritas memenuhi syarat yaitu
yang membuat puncak menjadi nilai koefisien korelasi (r) ≥ 0,9980.
asimetris. Pengembangan metode Hal ini membuktikan bahwa adanya
dan penelitian membutuhkan kolom korelasi yang baik antara konsentrasi
yang bagus dan murni untuk zat dengan respon metode yang
mendapatkan hasil puncak yang dipakai.
sempurna dan untuk menghindari Kurva Linearitas Dextromethorphane
terjadinya tailing peak. HBr

Uji Validasi
Linearitas
Linearitas bertujuan
untuk menunjukkan ada atau
tidaknya hubungan yang linear
antara konsentrasi zat aktif dengan
Berdasarkan hasil uji linearitas untuk
respon metode yang digunakan.
Diphenhydramin HCl y = 35020x -
Linearitas cenderung korelasi antara
88541, dengan nilai r = 0,9999. Hal
dua variable biasanya dinyatakan
ini menunjukkan respon analit
dalam koefisien korelasi (r). Kurva
terhadap alat linier atau cukup tinggi.
yang didapat berupa garis lurus
Maka dapat dinyatakan bahwa hasil
(linear) karena r yang didapat
uji linieritas memenuhi syarat yaitu
memenuhi persyaratan untuk garis
nilai koefisien korelasi (r) ≥ 0,9980.
linear (r ≥ 0,9980).
Hal ini membuktikan bahwa adanya
Hasil uji linieritas dari
korelasi yang baik antara konsentrasi
campuran Dextromethorphan HBr
zat dengan respon metode yang
dan Diphenhydramin HCl dengan
dipakai.
konsentrasi 25 %, 50 % 100 %, 150
Kurva Linearitas Diphenhydramine
% dan 200 %. Konsentrasi
HCl
Diphenhydramine HCl yaitu 54 ppm,
108 ppm, 216 ppm, 324 ppm, 432
ppm dan konsentrasi
Dextromethorphan HBr yaitu 40
ppm, 80 ppm, 160 ppm, 240 ppm,
320 ppm. Ada beberapa
pertimbangan yang diperhatikan

5
Akurasi sebesar 0,4 % hal ini menunjukkan
Akurasi dilakukan pada hasil saat dilakukan pengulangan
tiga titik konsentrasi yaitu 50 %, analisis metode tersebut memenuhi
100%, dan 150 % yang dilakukan syarat.
sebanyak 3 kali pengerjaan.
Pelaporan hasil dalam bentuk persen
perolehan kembali (recovery) yang IV KESIMPULAN
bertujuan untuk melihat variasi nilai Hasil optimasi fase gerak
persentase perolehan kembali pada analisis campuran
parameter akurasi yang didapat Dextromethorphan HBr dan
dengan nilai sebenarnya. Diphenhydramin HCl dalam sirup
Berdasarkan menunjukkan obat batuk dengan metode HPLC
nilai % recovery Dextromethorphan dengan menggunakan kolom Waters
HBr sebesar 100,665 dan Sunfire C8 (4,6 mm x 250 mm, 5µm)
Diphenhydramine HCl 100,902. yaitu dalam komposisi fase gerak
Kedua hasil akurasi ini memenuhi Acetonitril : TFA 0,1% dengan
persyaratan uji akurasi yaitu 98,0- perbandingan (30:70) dan laju alir
102,0 %. Metode ini akurat karena 1,4 mL/menit dengan resolusi
memberikan hasil konsentrasi sebesar 3,157 dengan persyaratan ≥
terukur hampir sesuai dengan nilai 2,5. Hasil validasi didapat hasil
yang sebenarnya. pengujian linearitas didapatkan hasil
koefisien korelasi (r)
Presisi Dextromethorphan HBr sebesar
Uji presisi yang dilakukan 0,9999, dan Diphenhydramine HCl
merupakan Repeatability System sebesar 0,9999. Hasil validasi
(Keterulangan Sistem) dengan didapat hasil pengujian akurasi
melakukan pengukuran terhadap luas menunjukkan rata-rata % recovery
area dan waktu retensi secara Dextromethorphan HBr sebesar
berulang sebanyak 6 kali 100,665 % dan Diphenhydramine
pengulangan pada kondisi yang sama HCl sebesar 100,902 %, Hasil
untuk masing-masing larutan sampel validasi didapat hasil pengujian
yang homogen dan kondisi yang kadar Dextromethorphan HBr dan
sama. Diphenhydramine HCl didapat hasil
Nilai presisi yang kadar Dextromethorphan HBr
dinyatakan dengan parameter standar sebesar 99,667 % dan
deviasi relative (% RSD) dimana Diphenhydramine HCl sebesar
kriteria seksama diperoleh jika 100,683 % pada pengujian presisi
dan diperoleh hasil RSD
Area Area % Kadar % Kadar
Dextromethorphan Diphenhydramine Dextromethorphan Diphenhydramine Dextromethorphane HBr sebesar 1,2
HBr HCl HBr HCl
1 3188507 7563923 100,352 100,571 % dan Diphenhydramine HCl
2 3180183 7582758 100,100 100,822
3 3215713 7615631 101,219 101,259 sebesar 0,4 %.
4 3166118 7523355 99,658 101,026
5 3134452 7550236 98,661 100,032
6 3113470 7550236 98,000 100,389
Mean 3166407 7572334 99,667 100,683 V. Daftar Pustaka
SDV 37237 33483 1,172 0,445
%RSD 1,2 0,4 1,2 0,4 BPOM. 2003. Petunjuk Oprasional
metode memberikan simpangan baku Cara Pembuatan Obat yang Baik
relatif ≤ 2 %. Pada tabel didapat % (CPOB). Badan Pengawasan Obat
RSD Dextromethorphan HBr sebesar dan Makanan. Jakarta.
1,2 % dan Diphenhydramine HCl

6
Danusantoso, H. 2001. Analisis Obat Putro, S. 2006. Kromatografi Cair
Batuk. Universitas Trisakti. Kinerja Tinggi Dalam Bidang
Jakarta. Farmasi. Fakultas Farmasi
David, G. Watson. 2004. Kimia Universitas Sumatra Utara.
Farmasi Analisis. Buku Ajar Medan
untuk mahasiswa farmasi dan Muhamad Faisal Fuad. 2012.
praktisi kimia farmasi. Universiti Pengembangan metode analisis
press. Surabaya. Dextromethorphan HBr dan
Depkes RI. 1995. Farmakope Diphenhydramine HCl dalam
Indonesia. Edisi IV. Departemen sediaan obat batuk cair secara
Kesehatan Republik Indonesia. Ultra Performance Liquid
Jakarta. Chromatography (UPLC)
Dong,M.W. 2006. Modern HPLC for Pengujian dextrometorphan HBr dan
and or practicing scientists. John Diphenhydramin. Universitas
Wiley and Sons. New York. Sanata Dharma. Yogyakarta.
Gritter, R.J, 2006. Pengantar Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi
Kromatografi. Penerbit ITB. Analisis. Pustaka pelajar.
Bandung. Universitas Sumatra Utara.
Harmita. 2004. Petunjuk Medan
pelaksanaan validasi metode dan Tjay, Tan Hoan dan Kirana
cara perhitungannya. Majalah Rahardja. 2007. Obat-obat
ilmu kefarmasian. Vol I, No 3. Penting Khasiat, Penggunaan dan
halaman 117-135. Departemen efek-efek samping. Edisi Keenam.
Farmasi FMIPA UI. Depok. PT Elex Media Komputindo.
Kartasubrata, Julia. 2001. Dasar – Jakarta.
Dasar Kromatografi. Pusat United States Pharmacopiea. 2012.
Penelitian Kimia Lembaga Ilmu USP. Volume 3-B. USA.
Pengetahuan Indonesia. Bandung. Wibisono, Y. 2005. Metode
Kazakevich,Y. and LoBrutto,R. stastistik. Gajah mada university
2007. HPLC for pharmaceutical press. Jogjakarta.
scientints. John Wiley and Sons.
Inc 3-4,15. New York.
Kibbe, orthur H. 2000. Hand book of
pharmaceutical excipient. Edisi
III. Pharmaceutical Press. USA.

Anda mungkin juga menyukai