Anda di halaman 1dari 4

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar Hidroquinon pada sampel toner

dengan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Hidrokuinon


merupakan serbuk putih, tidak berbau dengan struktur kimia C 6H6O2 dengan nama
kimia 1,4-benzendiol yang mudah mengalami oksidasi di udara, serta digunakan
dalam pemutih dan mencegah terjadinya hiperpigmentasi dengan menghambat enzim
tirosinase, Metode analisis kuantitatif hidrokuinon yang dapat dilakukan seperti
dengan titrasi redoks, Spektrofotometri UV-VIS, Kromatografi Lapis Tipis, HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) , Misellar electrocinetic Chromatografi,
dan Capillary electrocromatografi (Ibrahim, et al. 2004). HPLC merupakan metode
yang dipilih dalam penetapan kadar hidrokuinon di praktikum ini karena waktu
analisisnya cepat, memiliki ketelitian yang tinggi serta mudah untuk dilakukan.
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan
baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit dalam
kromatogram, dibandingkan dengan luas/area standar. Sehingga pada praktikum ini
membandingkan luas puncak sampel dengan standar hidrokuinon. Kondisi optimum
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan menggunakan detektor UV
photodiode array (PDA) dengan panjang gelombang 280 nm, fasa gerak metanol:air
(30:70), dengan laju alir 0,8 ml/menit, dan volume yang diinjeksikan sebesar 10l.
Sebelum dilakukan analisis dengan HPLC, dilakukan preparasi sampel terlebih
dahulu, dimana pada prosedurnya dilakukan pembuatan kurva baku dengan metode
standar adisi yang merupakan metode analisis kuantitatif dengan mengukur larutan
standar dan larutan sampel plus standar, sehingga dilakukan pembuatan larutan
dengan variasi konsentrasi yakni yang pertama dibuat larutan 500l sampel toner
ditambah fase gerak 500 l sebagai blanko sampel, kemudian dibuat 5 variasi
konsentrasi pada larutan standar sampel yakni 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250

ppm, dan 300 ppm Hidroquinon 0,1 % yang masing-masing ditambah 500 l sampel
toner yang di ad 1000l fase gerak ke dalam evendrof. Pembuatan variasi konsentrasi
ini agar diperoleh regresi linier pada kurva baku sampel.
Dimana fasa gerak yang digunakan adalah metanol:air (30:70), pemilihan fasa gerak
tersebut berdasarkan sifat kepolaran hidrokuinon yakni bersifat polar sehingga untuk
dapat menarik hidrokuinon di dalam sampel diperlukan fasa gerak yang sifat
kepolarannya sama, sedangkan fasa diamnya berupa C-18 yang bersifat non polar.
Setelah semua larutan dibuat dilakukan penyaringan dengan kertas saring, yakni
memindahkan larutan yang ada dalam evendrof ke dalam vial melalui syringe dengan
adanya kertas saring, fungsi penyaringan ini bertujuan untuk mencegah adanya matrix
pada larutan yang akan mempengaruhi hasil pengukuran, larutan dalam vial akan
diukur sebanyak 10l dengan instrumen HPLC dengan detektor UV photodiode
array (PDA) pada panjang gelombang 280 nm, pada Suatu diode array terdiri atas
serangkaian detektor fotodiode yang posisinya berdampingan dengan kristal silikon
dimana Cahaya dilewatkan melalui suatu polikromator yang menghamburkannya
sehingga jatuh pada diode array, yang akan mengukur seluruh rentang spektrum
sekaligus. Penggunaan detektor ini karena sumber radiasinya tunggal, radiasi yang
diukur polikromatis, sehingga sampel kompartemen terbuka, wave length
reproducibility karena tidak ada gerakan mekanis untuk mengatur panjang
gelombang, dan kecepatan scanning sangat tinggi. Selain itu karena hidrokuinon
memiliki gugus kromofor yang dapat diukur dengan detektor UV/UV-VIS.

Gambar 1. Struktur Hidrokuinon

Pada gambar tersebut menunjukan gugus aromatis pada hidrokuinon merupakan


kromofor yang dapat menyerap radiasi elektromagnetik. Selain itu hidrokuinon
memiliki ausokrom yakni gugus OH yang berpengaruh pula pada absorbansi.
Panjang gelombang yang digunakan adalah 280 nm yang menunjukan sampel diukur
pada panjang gelomabang UV visible (400-800 nm). Waktu pengukuran kurang lebih
15 menit yang kemudian hasil intrepretasi instrumen berupa waktu retensi dan luas
area / AUC (Area Under Curve).
Analisis hidrokuinon dalam sampel toner dilakukan dengan menggunakan
KCKT (Kromatografi cair kinerja tinggi) dimana pemisahan terjadi berdasarkan
kekuatan interaksi antara sampel (solut) dengan fasa diam. Teknik KCKT dalam
praktikum ini adalah fase terbalik dimana fase gerak (methanol:air 30:70) yang
bersifat polar sedangkan fase diam yang digunakan bersifat non polar (C-18) dimana
baik sampel yang diduga mengandung hidrokuinon maupun hidrikuinon standar yang
bersifat polar tidak akan tertahan (bereaksi) dengan fase diam saat melewati kolom.
Waktu retensi hasil pengukuran hidrokuinon dalam sampel toner yaitu antara
2,140 hingga 2,176 dihasilkan pula kromatogram yang melebar dan tidak simetris
sedangkan kromatogram yang bagus berupa grafik yang lurus, lancip dan simetris.
Hasil kromatogram yang melebar menunjukkan bahwa adanya overlapping antara
komponen dalam sampel toner. Hal ini disebabkan karena terjadi difusi dalam kolom
baik difusi longitudinal dan difusi transfer yakni penyebaran dan kecepatan
komponen sampel dalam kolom tidak merata dimana semakin tinggi laju difusinya
semakin sulit komponen dalam sampel untuk dipisahkan yang dapat mempengaruhi
pengukuran sehingga tidak akurat. Selain itu disebabkan karena perbandingan fase
gerak yang tidak dapat memisahkan sampel secara sempurna.
Berdasarkan hasil pengukuran kurva baku dengan metode standar adisi di
panjang gelombang 280 nm diperoleh AUC pada konsentrasi 0 ppm sebesar 80369,
pada konsentrasi 100 ppm sebesar 739089, pada 150 ppm diperoleh AUC sebesar

1144315, pada konsentrasi 200 ppm diperoleh AUC sebesar 1336598, pada
konsentrasi 250 ppm diperoleh AUC sebesar 1909611 dan pada konsentrasi 300 ppm
diperoleh AUC sebesar 759448. Kurva baku yang diperoleh linier yaitu R2=0,9855
dengan persamaan y = 7050,8x + 54879, dengan a= 7050,8 dan b= 54879 pada
konsentrasi awal 0 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm dan 250 ppm. Pada konsentrasi
300 ppm didapat nilai AUC yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi 250 ppm,
sehingga menganggu keliniearitasan kurva, serta tidak sesuai dengan hukum Lambert
Beers dimana semakin tinggi konsentrasi maka absorbansinya yang mana pada
instrument HPLC dinyatakan dalam AUC semakin besar. Hal ini disebabkan karena
kesalahan pengenceran pada konsentrasi 300 ppm.
Kadar hidrokuinon dalam sampel toner adalah sebesar 0,003% yang
menyatakan bahwa sampel toner mengandung hindrokuinon dalam jumlah kecil.
Menurut

Peraturan

Kepala

Badan

POM

Republik

Indonesia

Nomor

HK.00.05.42.1018 Tentang Bahan Kosmetik, dan melalui surat edaran Kepala Badan
POM RI bahwa hidrokinon sebagai bahan kosmetik hanya boleh digunakan untuk
bahan pengoksidasi warna pada pewarna rambut dengan ketentuan kadar maksimum
sebesar 0.3% dan untuk kuku artifisial dengan kadar maksimum sebesar 0.02%
setelah pencampuran sebelum digunakan dan hanya boleh digunakan oleh tenaga
professional. Berdasarkan hasil analisis hidrokuinon dalam sampel dapat diketahui
bahwa toner yang telah diuji tidak layak digunakan sebagai kosmetik kulit karena
mengandung hidrokuinon walaupun dalam jumlah yang sedikit namun tidak
memenuhi syarat BPOM dan dapat menyebabkan iritasi kulit dan bercak hitam pada
kulit.
Daftar Pustaka
Ibrahim Slamet,dkk, (2004), Penetapan kecermatan dan keseksamaan metode
klorimetri menggunakan pereaksi floroglusin untuk penetapan kadar hidrokuinon
pada krim pemucat, ITB Press, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai