ppm, dan 300 ppm Hidroquinon 0,1 % yang masing-masing ditambah 500 l sampel
toner yang di ad 1000l fase gerak ke dalam evendrof. Pembuatan variasi konsentrasi
ini agar diperoleh regresi linier pada kurva baku sampel.
Dimana fasa gerak yang digunakan adalah metanol:air (30:70), pemilihan fasa gerak
tersebut berdasarkan sifat kepolaran hidrokuinon yakni bersifat polar sehingga untuk
dapat menarik hidrokuinon di dalam sampel diperlukan fasa gerak yang sifat
kepolarannya sama, sedangkan fasa diamnya berupa C-18 yang bersifat non polar.
Setelah semua larutan dibuat dilakukan penyaringan dengan kertas saring, yakni
memindahkan larutan yang ada dalam evendrof ke dalam vial melalui syringe dengan
adanya kertas saring, fungsi penyaringan ini bertujuan untuk mencegah adanya matrix
pada larutan yang akan mempengaruhi hasil pengukuran, larutan dalam vial akan
diukur sebanyak 10l dengan instrumen HPLC dengan detektor UV photodiode
array (PDA) pada panjang gelombang 280 nm, pada Suatu diode array terdiri atas
serangkaian detektor fotodiode yang posisinya berdampingan dengan kristal silikon
dimana Cahaya dilewatkan melalui suatu polikromator yang menghamburkannya
sehingga jatuh pada diode array, yang akan mengukur seluruh rentang spektrum
sekaligus. Penggunaan detektor ini karena sumber radiasinya tunggal, radiasi yang
diukur polikromatis, sehingga sampel kompartemen terbuka, wave length
reproducibility karena tidak ada gerakan mekanis untuk mengatur panjang
gelombang, dan kecepatan scanning sangat tinggi. Selain itu karena hidrokuinon
memiliki gugus kromofor yang dapat diukur dengan detektor UV/UV-VIS.
1144315, pada konsentrasi 200 ppm diperoleh AUC sebesar 1336598, pada
konsentrasi 250 ppm diperoleh AUC sebesar 1909611 dan pada konsentrasi 300 ppm
diperoleh AUC sebesar 759448. Kurva baku yang diperoleh linier yaitu R2=0,9855
dengan persamaan y = 7050,8x + 54879, dengan a= 7050,8 dan b= 54879 pada
konsentrasi awal 0 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm dan 250 ppm. Pada konsentrasi
300 ppm didapat nilai AUC yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi 250 ppm,
sehingga menganggu keliniearitasan kurva, serta tidak sesuai dengan hukum Lambert
Beers dimana semakin tinggi konsentrasi maka absorbansinya yang mana pada
instrument HPLC dinyatakan dalam AUC semakin besar. Hal ini disebabkan karena
kesalahan pengenceran pada konsentrasi 300 ppm.
Kadar hidrokuinon dalam sampel toner adalah sebesar 0,003% yang
menyatakan bahwa sampel toner mengandung hindrokuinon dalam jumlah kecil.
Menurut
Peraturan
Kepala
Badan
POM
Republik
Indonesia
Nomor
HK.00.05.42.1018 Tentang Bahan Kosmetik, dan melalui surat edaran Kepala Badan
POM RI bahwa hidrokinon sebagai bahan kosmetik hanya boleh digunakan untuk
bahan pengoksidasi warna pada pewarna rambut dengan ketentuan kadar maksimum
sebesar 0.3% dan untuk kuku artifisial dengan kadar maksimum sebesar 0.02%
setelah pencampuran sebelum digunakan dan hanya boleh digunakan oleh tenaga
professional. Berdasarkan hasil analisis hidrokuinon dalam sampel dapat diketahui
bahwa toner yang telah diuji tidak layak digunakan sebagai kosmetik kulit karena
mengandung hidrokuinon walaupun dalam jumlah yang sedikit namun tidak
memenuhi syarat BPOM dan dapat menyebabkan iritasi kulit dan bercak hitam pada
kulit.
Daftar Pustaka
Ibrahim Slamet,dkk, (2004), Penetapan kecermatan dan keseksamaan metode
klorimetri menggunakan pereaksi floroglusin untuk penetapan kadar hidrokuinon
pada krim pemucat, ITB Press, Bandung.