OLEH:
I NYOMAN GDE WAISNAWA
1108505016
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
Review Jurnal
Judul Penelitian
Penulis
Nama Jurnal
Tahun Terbit
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud
memantulkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari terutama pada daerah
emisi gelombang ultraviolet dan infra merah, sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan kulit karena cahaya matahari. Tujuan penggunaan tabir surya adalah untuk
mencegah atau meminimalkan efek sinar matahari atau radiasi UV yang berbahaya
pada kulit (WHO, 2003).
Para amino benzoic acid (p-Aminobenzoic acid/PABA) dan derivatnya yatu
para hidoksi metil benzoate (p-hydroxymethil benzoate/PHMB) adalah jenis tabir
surya yang bekerja dengan menyerap UV-B tetapi meneruskan UV-A ke dalam kulit.
PABA dan PHMB bersifat photosensitizer yaitu jika terkena sinar matahari terik dapat
menimbulkan berbagai reaksi negatif pada kulit seperti fotoalergi, fototoksik, dan
tanning pada kulit (Fauci et al, 1998). Kelemahan tersebut menyebabkan PABA
dilarang dan mulai ditinggalkan sebagai bahan tabir surya dalam kosmetik.
Masing-masing negara telah mempunyai peraturan tersendiri tentang bahanbahan yang diizinkan terkandung dalam kosmetik. Peraturan Kepala BPOM RI No.
HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik telah membatasi penggunaan PABA dan
PHMB sebagai bahan kosmetik. Kadar maksimum PABA dan PHMB yang masih
diizinkan terkandung dalam kosmetik adalah masing-masing 5% dan 0,1% (BPOM,
2008). Berdasarkan peraturan-peraturan tentang bahan kosmetik, analisis kadar PABA
dan PHMB perlu dilakukan untuk menjamin mutu, kemanfaatan, dan keamaan
sediaan kosmetik yang digunakan oleh konsumen.
Salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis senyawa
PABA dan PHMB dalam kosmetik adalah kromatografi cair kinerja tinggi atau HPLC
(Okdeh et al, 2003). Pada penelitian yan dilakukan oleh Okdeh et al (2003), 54
sampel tabir surya lokal dianalisis untuk menentukan kadar PABA dan PHMB yang
terkandung di dalamnya dengan metode reverse phase HPLC dengan membandingkan
parameter spektrum dan retention time. Dua senyawa murni dikatakan identik jika memiliki
spektrum yang sama jika diukur pada kondisi yang sama dan memiliki retention time yang
sama. Analisis kuantitatif pada dapat dilakukan berdasarkan hubungan antara luas area
puncak (AUC) kromatogram senyawa tersebut dengan konsentrasinya. Dengan membuat
kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan luas area puncak dapat dihitung konsentrasi analit.
Kurva kalibrasi dibuat dengan membandingkan antara senyawa konsentrasi dengan luas area
puncak dari minimal 3 buah larutan senyawa standar yang telah diketahui konsentrasinya.
Kolom yang digunakan berupa fase diam Erbasil (C18) berukuran 15 cm x 4,6
mm). Penggunaan fase diam reverse phase (octadecylsilica adsorben/C18) banyak diterapkan
dalam pemisahan turunan benzene tersubstitusi. Fase gerak yang digunakan adalah asam
Preparasi 54 sampel krim tabir surya dilakukan dengan dilarutkannya masingmasing 1 gram sampel krim dengan campuran NaCl, H2SO4 1M, dan 15 mL
metanol. Campuran disonikasi dengan selama 15 menit pada suhu 50 oC untuk
mendapatkan PABA dan PHMB yang terlarut. Filtrat ditampung, bagian yang tidak
larut diekstraksi kembali dengan metanol untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang
maksimal. Filtrat yang didapatkan difiltrasi dengan filter khusus dan disimpan untuk
analisis dengan HPLC. Larutan standar PABA disiapkan dengan konsentrasi 0,2%
dan dibuatkan larutan seri konsentrasi 20; 2,0;0,20; dan 0,04 g/mL.
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, Satinder. 2003. Chromatography and Separation Science. USA: Academic Press.
BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.00.05.42.1018 Tahun 2008 Tentang Bahan Kosmetik. Jakarta:
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
Fauci, A.S. 1998. Harrisons Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill.