Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS

ANALISIS KUALITATIF PARACETAMOL DENGAN METODE HPLC

Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kimia farmasi analisi 1
(KFA1)

3D FARMASI

KELOMPOK 1

31117151 : AHMAD SODIKIN


31117153 : AMALIA SALSABILA F
31117154 : ANANDA THESA
31117155: ANISA MARLIYANTI
31117156: ASTRIA KUSMAYANTI
31117157: AYU NOVITASARI
31117158: DEASY ROMDIYATI
31117159: DILLA NURFADILAH
31117160: DYNA YUSTRI SYIFANI
31116155: ASYFA AZIZ
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2019
A. Nomor Praktikum : 12
B. Hari/Tanggal Praktikum : Selasa, 26 November 2019
C. Sampel : Paracetamol
D. Tujuan Praktikum : mampu menganalisis paracetamol dengan metode
HPLC
E. Tinjauan Pustaka

Struktur molekul paracetamol

Paracetamol memiliki sifat fisika serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit. Paracetamol larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam
etanol. Paracetamil memiliki jarak lebur antara 168⁰ dan 172⁰, pH antara 3,8 – 6,1. (FI
V, 998)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir tahun
1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini KCKT merupakan teknik pemisahan yang
diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel
pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan
industry – industry makanan. (Gandjar & Rohman, 2007)
Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organic,
anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis
senyawa – senyawa yang tidak mudah menguap (non volatil); penentuan molekul –
molekul netral;, ionic, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan
senyawa – senyawa yang struktur nya hampir sama; pemisahan senyawa – senyawa
dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses
industry.
Kromatografi merupakan teknik analisis dengan solute atau zat – zat terlarut
terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, karena zat – zat ini melewati kolom
kromatografi. Pemisahan solute – solute diatur oleh distribusi solute dalam fase gerak
dan fase diam. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif serta memiliki kecepatan analisis dan
kepekaan yang tinggi. (Gandjar & Rohman, 2007)
KCKT paling sering digunakan untuk : menetapkan kadar senyawa – senyawa
tertentu seperti asam – asam amino, asam – asam nukleat, dan protein – protein dalam
cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa – senyaw aktif obat, produk hasil samping
proses sintetis, atau produk – produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor
sampel – sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu
campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam
suatu campuran; control kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi sintetis. (Gandjar &
Rohman, 2007)
Prinsip kerja KCKT adalah pemisahan komponen analit berdasarkan
kepolarannya, dalam kolom terjadi pemisahan komponen – komponen cairan karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solute – solute terhadap fase diam, sehingga
interaksi yang kurang kuat antara solute dengan fase diam akan keluar terlebih dahulu,
dan sebaliknya. Setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan
direkam dalam bentuk kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah
komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.
Insrumen KCKT pada dasarnya terdiri dari atas delapan komponen pokoknya
yaitu: (1) wadah fase gerak, (2) system penghantaran fase gerak, alat untuk memasukan
sampel, (4) kolom, (5) detector, (6) wadah penampung buangan fase gerak, (7) tabung
penghubung, dan (8) suatu computer atau integrator atau perekam. (Gandjar & Rohman,
2007)

F. PROSEDUR KERJA

Pembuatan fase Pembuatan larutan Pembuatan deret


gerak induk paracetamol larutan standar

Perhitungan hasil Pembuatan larutan


Penyiapan HPLC
analisis sampel
G. HASIL PENGAMATAN

HASIL DATA PENGAMATAN DOKUMENTASI

1. Letak penyimpanan vial : Nomor 31


2. Volume Injeksi : 20.000 µl
3. Terdapat 2 peak , dimana :
- Titik Puncak Paracetamol dengan
waktu retensi sebesar 3,075 menit
- Titik Puncak Senyawa yang tidak
diinginkan dengan waktu retensi
sebesar 2,991 menit
4. - Lebar Senyawa Paracetamol :
0,13339
- Lebar Senyawa yang tidak
diinginkan : 0,0674
5. -Area Paracetamol : 6832,71338
mAU
-Area Senyawa X : 2133,97241
mAU
6. –Tinggi Peak Paracetamol :
715,62018 mAU
-Tinggi Peak Senyawa X :
470,92984 mAU
7. - Persentase Tinggi Senyawa
Paracetamol : 60,3110 %
- Persentase Tinggi Senyawa X :
39,6890 %

H. PEMBAHASAN

Praktikum pada kesempatan kali ini dilakukan analisis kualitatif penetapan kadar
Parasetamol metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Prinsip dari metode
ini pada umumnya sama dengan metode kromatografi, yaitu didasarkan pada perbedaan
kecepatan migrasi solut yang dipengaruhi oleh perbedaan afinitas solut terhadap fase gerak
dan fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007). Metode HPLC ideal untuk analisis beragam obat
dalam sediaan dan cairan biologi, karena sederhana, dan kepekaannya tinggi (Munson, 1984).

Instrumen HPLC memiliki 2 jenis kolom berdasarkan jenis fase gerak dan fase diam
yang digunakan, yaitu kolom normal phase dan kolom reverse phase. Dalam praktikum ini
digunakan instrumen HPLC dengan jenis kolom reverse phase. Kolom reverse phase kolom
yang fase diamnya bersifat nonpolar sedangkan fase geraknya bersifat polar, kebalikan dari
fase normal. Fase diam nonpolar yang paling banyak digunakan adalah jenis C 18, C8, dan C2
(Mulja dan Suharman, 1995).

Fase diam yang digunakan pada kolom reverse phase HPLC pada praktikum ini adalah
C18. Penggunaan kolom reverse phase karena parasetamol merupakan senyawa polar sehingga
parasetamol mampu dipisahkan oleh kolom reverse phase,karena kolom reverse phase
memiliki gugus oktadesil silika (ODS atau C18) yang mampu memisahkan senyawa-senyawa
dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi (Gandjar dan Rohman, 2007). Selain
itu, kolom C18 memiliki jumlah C yang banyak sehingga mengakibat sifat fase diam ini
cenderung bersifat non polar, akibatnya pemisahan terhadap parasetamol akan semakin baik.
Selain itu dengan kolom reverse phase, fase gerak yang digunakan bersifat polar. Fase gerak
yang digunakan pada kolom reverse phase HPLC adalah metanol-air yang memiliki derajat
pro-analisis. Sehingga, dalam penggunaannya pada metode HPLC harus disaring terlebih
dahulu dengan pompa vakum yang berisi membran filter untuk menyaring pengotor-pengotor
bahkan yang berukuran mikro dari fase gerak. Adanya pengotor dalam reagen dapat
menyebabkan gangguan pada sistem kromatografi. Adanya partikel yang kecil dapat
terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat menyebabkan suatu
kekosongan pada kolom atau tabung tersebut (Gandjar dan Rohman, 2007). Pemilihan
metanol-air sebagai fase gerak karena metanol-air merupakan pelarut universal yang dapat
mengelusi senyawa-senyawa yang bersifat polar, hal ini disebabkan karena struktur dari
metanol memiliki susunan unik dimana gugus OH dan metil berdeketan menjadikkan
metanol bersifat semipolar, sehingga bila dipakai sebagai fase gerak, metanol mampu
mengelusi senyawa baik yang polar maupun nonpolar. Selain itu metanol memenuhi
persyaratan sebagai fase gerak yaitu murni, tidak terdapat kontaminan (karena metanol telah
disaring sebelum digunakan), tidak bereaksi dengan wadah (packing), dapat melarutkan
sampel, tidak merusak sampel.

Sebelum dilakukan proses analisis parasetamol dengan metode HPLC. Pertama-tama


dilakukan pengkondisian kolom. Pengkondisian kolom HPLC meliputi pengaturan tekanan
kolom, laju alir fase gerak, serta pencucian kolom dengan menggunakan metanol-air. Proses
ini dilakukan untuk meningkatkan kepekaan kolom dan menghindari pengotor atau sisa analit
yang masih tertahan pada kolom pada analisis sebelumnya agar tidak mengganggu analisis
dan merusak kolom. Setelah dilakukan pengkondisian kolom. Selanjutnya dilakukan analisis
sampel.

Fase gerak maupun larutan yang dianalisis dialirkan dengan menggunakan sistem
pompa. Pompa dibutuhkan untuk mengalirkan fase gerak dengan tekanan sehingga dapat
mengalir secara terus menerus melalui kolom secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas
dari gangguan. Proses elusi dilakukan dengan cara isokratik diamana elusi dengan
menggunakan komposisi fase gerak yang sama tanpa ada perubahan perbandingan fase gerak
yang digunakan.

Semua larutan sebelum dialirkan ke sistem harus disaring terlebih dahulu dengan
membran filter dengan tujuan yang sama seperti saat menyaring fase gerak yaitu untuk
menyaring pengotor-pengotor bahkan yang berukuran mikro dari pelarut. Adanya pengotor
dalam reagen dapat menyebabkan gangguan pada sistem kromatografi. Adanya partikel yang
kecil dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat
menyebabkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut (Gandjar dan Rohman,
2007).

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang
mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang dilengkapi
dengan keluk sampel (sample loop). Pada saat pengisian sampel, sampel digelontor melewati
keluk sampel dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Sampel yang melewati keluk ini
adalah 20 µL. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati
keluk sampel dan menggelontor sampel ke kolom (Gandjar dan Rohman, 2007).

Pada saat praktikum larutan standar dan sampel-sampel cair disuntikan sebesar 20 µL.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi cairan yang mungkin tertinggal saat diinjeksikan,
sehingga sampel yang masuk tidak kurang dari 20 µL. Larutan standar yang pertama dielusi
adalah larutan standar dengan konsentrasi terkecil untuk mengantisipasi jika ada larutan yang
tertinggal saat elusi. Dimana bila kita mengukur dari konsentrasi yang paling besar,
kemungkinan adanya sisa konsentrasi dari larutan ini lebih besar. Sehingga akan
mempengaruhi konsentrasi larutan yang lebih kecil yang diukur selanjutnya. Kemungkinan
jika konsentrasi larutan yang tertinggal tadi ikut terbaca maka AUC yang dihasilkan oleh
larutan dengan konsentrasi yang lebih kecil, menjadi lebih besar dibandingkan dengan AUC
larutan dengan konsentrasi lebih tinggi.
Untuk analisis kuantitatif penetapan kadar Parasetamol dalam dengan metode High

Performance Liquid Chromatography (HPLC). Didapatkan hasil sebagai berikut

Dilihat dari grafik yang didapat terdapat 2 puncak dimana, Titik Puncak Paracetamol dengan
waktu retensi sebesar 3,075 menit Titik Puncak Senyawa yang tidak diinginkan dengan
waktu retensi sebesar 2,991 menit. Seharusnya peak puncak yang dhasilkan hanya satu,
mungkin terjadi kesalahan praktikan saat mensterilkan alat ada pelarut yang ikut seperti
aquadest atau zat pengotor lainya yang tersimpan dalam wadah atau yang terkandung dalam
pelarut yang tidak murni. Hasil yang diperoleh melebihi 100 % dari kadar sebenarnya. Hal ini
kemungkinan karena ketidaktepatan pemipetan pada saat pembuatan larutan sampel.

I. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa dalam pengujian sampel paracetamol dengan
menggunakan metode HPLC diketahui bahwa waktu retensi yang di butuhkan untuk
menganalisis sampel membutuhkan waktu 3.075 menit. Dalam sampel juga
ditemukan adanya zat pengotor yang berakibat mempengaruhi hasil kromatogram.

J. DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Rohman,. 2004. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republic Indonesia, (2014), Farmakope Indonesia Edisi V.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Mulja.Muhammad, Suharman,1995, Analisis Instrumental, Airlangga University


Press, Surabaya.

Sastrohamidjojo,Harjono, 2005, Kromatografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai