secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber alam. Tetapi dalam
kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis digantikan oleh “HPLC” (High
Performance Thin-layer Chromatography) atau Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi
(Munson, 1991).
Plat silica gel yang digunakan diberi batas atas dan batas bawah. Batas atas untuk
memudahkan saat akan melakukan monitoring sehingga diketahui batas berhentinya
eluen. Batas bawah disesuaikan dengan volume tepat mencapai tinggi batas didasar
chamber..
b. Penotolan sampel
Penotolan sampel sulit untuk diukur. Namun pada umumnya digunakan sebanyak 0,5 μl.
Pada praktikum ini penotolan menggunakan pipa kapiler. Totolan sampel diusahakan
tidak terlalu pekat (agak encer) karena sampel yang terlalu pekat, ketika elusi naik secara
berurutan akan terdapat noda-noda yang tertinggal berupa garis yang akan menggangu
hasil pengamatan dan pergerakan senyawa yang diperoleh. Solusinya adalah dengan
melakukan pengenceran kembali. Pada saat akan melakukan penotolan hal lain yang
penting adalah, sampel diencerkan dengan pelarut yang sesuai atau yang sama dengan
pelarut yang digunakan saat ekstrak agar senyawa yang dimaksud dapat terekstrak
dengan sempurna dan senyawa lain tidak ikut larut.
Penentuan nilai Rf bertujuan untuk mengidentifikasi golongan senyawa yang ada pada
sampel. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai Rf adalah:
1) Silica gel polar mudah mengikat uap air (OH) sehingga silica gel harus diaktifkan
terlebih dahulu dengan dipanaskan atau dengan hair dryer agar gugus OH dapat
menguap karena adanya OH dapat mengganggu reaksi karena mudah berikatan
dengan pelarut polar.
4) Memasukkan plat juga harus dilakukan dengan hati-hati. Pastikan plat tidak saling
bersentuhan dengan kertas saring atau plat silica gel yang lain. Kemudian diletakkan
tegak lurus agar tidak mendorong ekstrak pada satu sisi. Kemudian chamber segera
ditutup setelah plat dimasukkan agar eluen tidak menguap.