KELOMPOK 3B 2015:
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya Laporan Biofarmasetika dan farmakokinetika tentang “Simulasi
Model In Vitro Farmakokinetik Obat Setelah Pemberian Secara Intravena 2
Kompartemen Terbuka” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
November 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Kedalam dua wadah yang saling berhubungan diisi air sejumlah 1 liter
(volume distribusi). Kemudian kedalamnya dimasukkan sekaligus (i.v bolus)
larutan obat dengan kadar tertentu ke dalam wadah 1 (dianggap sebagai
kompartemen sentral/darah). Cairan dalam wadah 1 kemudian segera
dikeluarkan dengan suatu kecepatan konstan (dianggap sebagai proses eliminasi).
Cairan yang hilang karena dieliminasi kemudian diganti dengan air sehingga
volume distribusinya konstan. Ambil cuplikan sebanyak 5 ml pada waktu 2,5 ;
5 ; 7,5 ; 10 ; 15 ; 20 ; 30 ; 45 ; 60 menit setelah larutan obat dimasukkan.
BAB IV
4.1 Hasil
1. Pembuatan Parasetamol
pembuatan larutan paracetamol IV Bolus 25 ppm
Awalnya membuat larutan 1000 ppm
N1 x V1 = N2 x V2
1000 x V1 = 25 x 800
V1 = 25000/1000
V1 = 20 ml
2. Kurva Kalibrasi
5. Kurva Eliminasi
Menit Cp (ppm) Ln Cp
20 15.45637584 2.738021594
30 9.5950783 2.26125029
45 5.031319911 1.615682357
60 1.988814318 0.687538641
kurva eliminasi
3
y = -0.0505x + 3.7833
2 R² = 0.993
ln cp
1 Linear (ln cp)
0
0 20 40 60 80
6. Kurva Distribusi
kurva distribusi
2.6
2.5 y = -0.0678x + 2.6557
2.4 R² = 0.9846
kurva distribusi
2.3
2.2
Linear (kurva
2.1 distribusi)
0 2 4 6 8
7. Parameter
persamaan
A - Kurva Distribusi
Anti Ln 2,655 = 14,235ppm
𝐴 𝑥 𝐵 (𝛽 − 𝛼)2
Konstanta sentral 𝐾12 =
6 - Co (A x β + B x α)
perifer (K12)
𝐾12 = 0,0008/menit
𝐴𝑥𝛽+𝐵𝑥𝛼
𝐾21 =
Co
Konstanta perifer
7 - 𝐾21 = 0,0635/menit
sentral (K21)
1 0,693
1 0,693 𝑡 =
𝑡 = 2 K
2 K
1 0,693
1 0,693 𝑡 =
8 Waktu Paruh (t1/2) 𝑡 = 2 0,0505
2 0,03/menit
1
1 𝑡 = 13,7227 menit
𝑡 = 23,1 menit 2
2
𝐶𝑙 = 𝛽 𝑥 𝑉𝑑
9 Klirens (Cl) 24 ml/menit = 0,0505⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 366,67 𝑚𝑙
𝐶𝑙 = 18,516 ml/menit
𝐴𝑈𝐶 = 𝐴⁄𝛼 + 𝐵⁄𝛽
14,235 𝑝𝑝𝑚
𝐴𝑈𝐶 =
− 0,0678/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
10 AUC
43,94 𝑝𝑝𝑚
+
0,505/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑚𝑔
𝐴𝑈𝐶 = 1,0802 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑚𝑙
𝐷𝑜
𝑉𝑑 =
Co
Volume Distribusi
11 800 ml 20.000µ𝑔
(Vd) 𝑉𝑑 =
58,1826ppm
𝑉𝑑 = 366,67 ml
𝑪𝒑 = 𝟏𝟒, 𝟐𝟑𝟓𝒆−𝟎,𝟎𝟔𝟕𝟖𝒕 + 𝟒𝟑, 𝟗𝟒𝒆−𝟎,𝟎𝟓𝟎𝟓𝒕
4.2 Pembahasan
Dalam model dua kompartemen dianggap bahwa obat terdistribusi kedalam dua
kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral, yaitu darah,
cairan ekstraseluler dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi. Kompartemen-
kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen kedua merupakan
kompartemen jaringan, yang berisi jaringan- jaringan yang berkesetimbangan secara lebih
lambat dengan obat. Model ini menganggap obat dieliminasi dari kompartemen sentral.
Sewaktu distribusi awal terjadi, obat dilepaskan ke satu atau lebih kompartemen
perifer yang terdiri atas sekelompok jaringan dengan aliran darah lebih sedikit tetapi
jaringan-jaringan dalam kompartemen tersebut mempunyai aliran darah dan afinitas yang
sama terhadap obat. Perbedaan-perbedaan itu menyebabkan adanya kurva log konsentrasi
obat dalam plasma-waktu yang non linier. Setelah terjadi kesetimbangan obat dalam
jaringan perifer, maka kurva kadar dalam plasma-waktu mencerminkan eliminasi obat
dari tubuh yang mengikuti order kesatu.
Pada percobaan kali ini dilakukan simulasi in vitro model farmakokinetika rute
intravaskular kompartemen dua terbuka dengan menggunakan Paracetamol yang
dianggap sebagai obat terhadap waktu. Percobaan ini disimulasikan dengan keadaan yang
ada didalam tubuh dimana obat diberikan secara intravena. Percobaan simulasi model in
vitro farmakokinetik obat secara bolus intravena dilakukan dengan tujuan untuk
memahami proses in vitro dan perkembangan kadar obat dalam darah setelah pemberian
obat secara bolus intravena, mampu memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada
skala semilogaritmik dan mampu menentukan berbagai parameter farmakokinetika obat
yang berkaitan dengan pemberian obat secara bolus intravena. Percobaan ini
menggunakan model farmakokinetik secara in vitro yang digunakan untuk
menggambarkan dan menginterpretasikan sekumpulan data yang diperoleh dari
percobaan yang dilakukan. Dalam metode ini, suatu wadah digambarkan sebagai
kompertemen tubuh dimana obat mengalami profil farmakokinetik dari distribusinya
hingga eliminasi obat.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah Paracetamol yang dianggap
sebagai obat yang diberikan melalui rute IV. Adapun langkah kerja pertama disiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dibuat larutan induk 1000 ppm dengan
melarutkan Paracetamol 100 mg dengan 100 ml aquadest dalam labu ukur. Menurut FI
III (1979) dilihat dari kelarutannya, dimana paracetamol ini larut dalam 7 bagian etanol,
70 bagian air dan dalam 13 bagian aseton. Kemudian dikocok untuk mendapatkan
campuran yang homogeny sehingga diperoleh larutan Paracetamol dengan konsentrasi
1000 ppm. Lalu diambil 20ml dari larutan induk untuk membuat larutan parasetamol
dengan konsentrasi 25ppm.
Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu diukur 800 ml aquadest dan dimasukkan
kedalam alat simulasi dua kompartemen intravena yang sudah disetting kemudian
ditempatkan diatas penangas air hingga suhu mencapai 37 °C, hal ini disesuaikan dengan
suhu fisiologi tubuh manusia yaitu 37-38 °C. Klirens diatur sebanyak 24ml/menit. Pada
percobaan ini, medium yang digunakan adalah air, dimana air merupakan cairan penyusun
utama dalam tubuh manusia sehingga dapat disesuaikan dengan proses yang terjadi
didalam tubuh. Wadah yang berisi aquadest dengan suhu 37 °C, menggambarkan kondisi
darah ketika sediaan injeksi intravena diadministrasikan. Sedangkan larutan dalam alat
tersebut di ilustrasikan sebagai Volume distribusi (Vd) obat dalam tubuh. Volume Vd
menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum
( Setiawati, 2005). Kemudian dimasukkan larutan sampel Paracetamol alat tersebut yang
berisi aquadest dan dilakukan pengadukan dengan menggunakan magnetic stirrer.
Magnetic stirrer berguna untuk mengaduk cairan sehingga obat dapat terdispersi secara
merata pada cairan. Setelah itu diambil larutan sebanyak 10 mL pada waktu 2,5, 5, 7,5,
10, 15, 20, 30, 45 dan 60 menit dengan cara mengambil cuplikan sebanyak 10 mL pada
waktu-waktu tersebut. Cairan ( Cuplikan ) yang telah diambil akan diganti dengan
aquadest sesuai dengan volume yang diambil yakni 10 ml, agar larutan tetap konstan dan
hal ini dilakukan karena system peredaran darah manusia adalah system peredaran darah
tertutup sehingga volume cairan (darah) akan konstan, tetapi yang berubah adalah
konsentrasi obat dalam darah. Masing – masing sampel yang telah ditampung per interval
waktu tersebut kemudian diukur kadar Paracetamol dalam cairan tersebut dengan melihat
absorbansinya pada spektrofotometer UV Vis. Tujuan penggunaan spektrofotometri UV
Vis karena mempunyai kelebihan yaitu gabungan antara spektrofotometer UV dan Visible,
menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda yakni sumber cahaya ultra ungu dan
sumber cahaya tampak.
k = 0,03 / menit
t½ = 23,1 menit
Cl = 24 ml /menit
Co = 25 ppm
Dari hasil data diatas, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan
teoritis dan hasil praktikum. Hal ini kemungkinan disebabkan dari perlakuan selama
simulasi in vitro yang kurang maksimal. Sehingga diperoleh nilai absorbansi yang tidak
linier. Menyebabkan perhitungan farmakokinetik tidak sesuai dengan perhitungan secara
teoritis. Selama pengambilan cuplikan dari alat, larutan dimungkinkan tidak berada dalam
kondisi homogen. Serta faktor-faktor lainnya yang dapat memungkinkan nilai teoritis dan
nilai berdasarkan praktikum yang berbeda signifikan.
BAB V
KESIMPULAN
Shargel, L., dan Yu, AB., 1988, Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan,
Waldon, D.J. (2008). Pharmacokinetic and Drug Metabolism. Cambridge: Amgen, Inc.,
One Kendall Square, Building 1000, USA.
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, 88, Penerbit ITB, Bandung.
Setiawati, A., 2005, Farmakokinetik Klinik Farmakologi dan Terapi Edisi 4.Jakarta :
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
LAMPIRAN