Disusun Oleh
Asisten Praktikum:
LABORATORIUM BIOFARMASI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
ABSORPSI OBAT PER ORAL SECARA IN SITU
1. Tujuan
Untuk memahami pengaruh pH terhadap absorbsi obat melalui saluran
pencernaan secara in situ
2. Prinsip
Bedasarkan atas penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus
halus setelah larutan obat dengan kadar tertentu dilewatkan melalui
lumen usus halus secara perfusi dengan kecepatan tertentu.
3. Dasar Teori
Absorbsi obat berkaitan dengan mekanisme input obat ke dalam tubuh dan
ke dalam jaringan atau organ di dalam tubuh. Disposisi dapat dibedakan menjadi
distribusi dan eliminasi. Setelah obat memasuki sirkulasi sistemik obat
didistribusikan ke jaringan tubuh. Penetrasi obat ke dalam jaringan bergantung
pada laju aliran darah ke jaringan, karakteristik pasrisi antara darah dan jaringan
tercapai.
Metode Uji ¿ Situ adalah metode tes yang dilakukan pada organ target
tertentu yang masih dalam sistem organisme hidup. Perbedaan dengan uji in vivo
adalah karena tes dalam organ target in situ dibudidayakan tidak dipengaruhi oleh
organ-organ lainnya sehingga profil dari obat yang diamati hanya didasarkan pada
sebuah proses yang terjadi pada organ-organ ini tanpa dipengaruhi oleh proses-
proses yang terjadi di organ lainnya. Sementara berbeda dalam uji in vitro untuk
menguji organ di situ masih menyatu dengan sistem organisme hidup, masih
mendapat pasokan darah dan suplai oksigen.
Tempat absorbsi dan area permukaan yang efektif untuk absorbsi obat yaitu
pada usus halus memiliki luas opermukaan yang terbesar yang disebabkan
adanya banyak vili dam mikrovili paa usus halus sehingga kebanyakan obat akan
terabsorbsi maksimum didalam usus halus yang berati akan menghasilkan
kecepatan dan jumlah terabsorbsi yang maksimum juga.
Metode Trough and Trough merupakan salah satu cara pengobatan in situ.
Cara ini dilakukan dengan menentukan fraksi obat yang terabsorbsi, setelah
larutan obat dialirkan melalui lumen intestine yang panjangnya tertentu dan
kecepatan alirnya tertentu pula. Dalam keadaan tunak proses absorbsi dapat
dinyatakan dengan persamaan :
2.rI
=1−exp(− ×Papp
Q
C (1 ) 2. rI
ln =1 ne− ×Papp
C( 0) Q
C (1 ) 2 . rI
ln =− ×Papp
C( 0) Q
f. Perhitungan Papp
6.2 CLB
Dik Persamaan kurva kalibrasi : Y = 0,0613x-0,0665
Panjang usu tikus = 20 cm
Jari- jari tikus = 1 cm
Absorban C0 = 0,309 (pengenceran 200x)
Absorban C1 = 0,415 (penenceran 200x)
Volume CUB yg terukur/tertampung selama 30 menit = 40 mL
Jawab
a. Perhitungan C
Persamaan kurva kalibrasi : Y = 0,0613x – 0,0665
C0 = y-a/b
= 0,309 – (-0,0665) / 0,0613
= 0,309 + 0,0665/ 0,0613
= 6,1256
=6,1256 x 200
= 1225,1223
C1 = y-a/b
= 0,415 – (-0,0665) / 0,0613
= 0,415 + 0,0665/ 0,0613
= 7,8548
=7, 8548 x 200
= 1570,96
d. Pehitungan Q
Q = volme terukur/ menit
= 40 ml/ 30 ml
= 1,3333 ml/menit
e. Papp
C1 2×r×I
ln =− ×Papp
C0 Q
1570, 96 2×1×20
ln =− ×Papp
1225,1223 1,3333
40
ln 1,2822=− ×P
1,,3333 app
0,2485=−30,0075×Papp
-
30,0075P app=0,2485
0,2485
Papp =
−30,0075
Papp = -0,008281ml/cm -2 menit
7. Pembahasan
Pada percobaan ini organ yang digunakan adalah 2 usus tikus (CLB dan
CUB), digunakan usus halus karena usus merupakan tempat absorbsi obat dalam
tubuh. Kotoran pada usus dibersihkan karena dapat mempengaruhi absorbsi,
namun juga dapat mempengaruhi data karena perbedaan kecepatan alir dan
gravitasi. Tikus dibius menggunakan cairan eter. Kemudian tikus dibedah dan
dikeluarkan ususnya sepanjang 15 cm dari lambung, usus di lubangi secara hati-
hati dengan menggunakan jarum lalu dimasukkan lubang atau saluran infus yang
berisi cairan CUB dan CLB. Dalam proses pembedahan tadi kondisi dalam bagian
tubuh (perut) hewan uji tikus diberi larutan NaCL 0,9 % fisiologis agar tikus tetap
terjaga cairan dalam tubuhnya serta tidak kering. Diukur 20 cm lalu di buat lagi
lubang (in-out) dan dialirkan larutan CLB an CUB yang berisi obat paracetamol
yang telah dicampur dengan larutan warna, fungsi penambahan larutan warna
kealam larutan pct bertujuan agar memudahkan pendeteksian dengan
spektrofotometri UV-VIS dan diketahui secara spesifik bahwa larutan sampel
paracetamol yang melewati usus dalam konsentrasi sangat kecil sehingga pct
dapat menyerap pada panjang gelombang maksimum yaitu pada 435 nm. Proses
pengaliran CLB dan CUB tersebut dilakukan selama 30 menit, setelah 30 menit
volume larutan jernih yang didapat kemudian dicatat sehingga diperoleh
kecepatan alirnya a (Q). volume diukur /30 menit, usus kemudian dipotong antara
kedua ujung dan diukur panjangnya dengan menggunakan penggaris sehingga
didapat nalai L (panjang usus) diikat dan dimasukkan aquadest melalui ujung
yang lain sampai usus menggelmbung, kemudian usus dihitung panjang jari-
jarinya (r).
Absorpsi obat tergantung dari sifat fisika dan kimia obat yang berbeda-
beda tiap senyawa, dan tempat absorpsi obat yang menentukan pH lingkungan
absorpsi seperti lambung memiliki pH rendah (asam), usus pH tinggi (basa).
Selain itu ada pengaruh bentuk obat, yang berbentuk partikel kecil sangat
mudah/cepat absorpsinya. Begitu juga dengan bentuk obat yang tersedia di lokasi
absorpsi, apakah bentuk ion atau molekul. Hanya obat dalam bentuk molekul
yang akan mengalami absorpsi karena bentuk molekul yang larut dalam lipid akan
mudah menembus membran tubuh tempat absorpsi obat (membran tubuh bersifat
lipid bilayer).
-2
Berdasarkan nilai Papp paracetamol pada CUB sebesar 0,0604 ml/cm
-2
menit dan pada CLB sebesar -0,008281 ml/cm menit. Paracetamol yang dialiri
dengan CUB memiliki permeabilitas lebih tinggi dibanding dengan CLB. Pada
CUB menunjukkan bahwa paracetamol terabsorbsi dengan konsentrasi yang
karena Usus yang memiliki pH basa lemah yang di aliri dengan CUB yang
bersifat basa pula menyebabkan obat masih dalam bentuk molekul sehingga
mudah untuk diabsorbsi dan paracetamol meiliki pH antara 5,5 – 6,5, sedangan
ketika usus yang memiliki pH basa yang dialiri CLB yang cenderung asam obat
kan mengalami ionisasi sehingga tidak dapat di absorbsi oleh usus.
Nilai jari jari pada CLB (1) dan panjang usus 20 cm sehingga didapat
nilai Papp yang kecil dimaksudkan disini bahwa semakin besar nilai jari-jari dan
panjang usus maka nilai Papp yang diperoleh kecil (berbanding terbalik). Semakin
rendah nilai Papp maka permeabilitasnya rendah maka obat akan cepat keluar dan
efek yang diinginkan tidak dicapai sehingga obat yang terabsorbsi dalam
konsentrasi kecil. Pada percobaan Insitu ini dapat dilihat bahwa absorbsi obat
paracetamol dengan metode Trough and Trough bahwa paracetamol dalam
keadaan tidak terion berada pada larutan CUB sehingga kemampuan obat untuk
bertahan pada permukaan membran untuk diabsorbsi juga besar.
8. Kesimpulan
- Paracetamol termasuk asam lemah dengan pKa 9,5 dengan parasetamol
memiliki pH antara 5,5 – 6,5
-2
- nilai Papp paracetamol pada CUB sebesar 0,0604 ml/cm menit dan
-2
pada CLB sebesar -0,008281 ml/cm menit. Paracetamol yang dialiri
dengan CUB memiliki permeabilitas lebih tinggi dibanding dengan CLB
- Percobaan Insitu didapat bahwa absorbsi obat paracetamol dengan
metode Trough and Trough bahwa paracetamol dalam keadaan tidak
terion pada pH basa berada pada larutan CUB sehingga kemampuan
obat untuk bertahan pada permukaan membran untuk diabsorbsi juga
besar.
9. Daftar Pustaka
Benker and Rhodes. 2002. Modern Pharmaceutics. Marcel Dekker. New
York.
Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Anaisis,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Mayersohn, M. 2002. Principles of Drug Absorption. Marcel Dekker. New
York.
Shargel, Leon dan A.B.C. Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan. Surabaya : Airlangga University Press.
Sinko. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin. Diterjemahkan
oleh Djajadisastra. EGC. Jakarta.
Syukri. 2002. Biofarmasetika. Universitas Islam Indonesia Press.
Yogyakarta.