Anda di halaman 1dari 15

Nilai Paraf

Laporan Praktikum Biofarmasi Sesi UAS 2

ABSORPSI OBAT PER ORAL SECARA IN SITU


Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum
Biofarmasi

Disusun Oleh

Nama : Raudhatul Miski


NPM : 191FF04060
Kelas : FA-2

Asisten Praktikum:

LABORATORIUM BIOFARMASI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
ABSORPSI OBAT PER ORAL SECARA IN SITU

1. Tujuan
Untuk memahami pengaruh pH terhadap absorbsi obat melalui saluran
pencernaan secara in situ
2. Prinsip
Bedasarkan atas penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus
halus setelah larutan obat dengan kadar tertentu dilewatkan melalui
lumen usus halus secara perfusi dengan kecepatan tertentu.
3. Dasar Teori

Absorbsi obat merupakan suatu proses pergerakan obat dari tempat


pemberian ke dalam sirkulasi umum di dalam tubuh. Absorbsi obat dari saluran
pencernaan ke dalam darah umumnya terjadi setelah obat tersebut larut dalam
cairan di sekeliling membrane tempat terjadinya absorbsi. Absorbsi obat akan
lebih baik jika semakin baik kelarutannya dalam lipida sampai absorbsi optimal
tercapai. Faktor utama yang mempengaruhi absorbsi obat yaitu karakteristik sifat
fisika kimia molekul, property dan komponen cairan gastrointestinal serta sifat
membrane absorbsi.

Absorbsi obat berkaitan dengan mekanisme input obat ke dalam tubuh dan
ke dalam jaringan atau organ di dalam tubuh. Disposisi dapat dibedakan menjadi
distribusi dan eliminasi. Setelah obat memasuki sirkulasi sistemik obat
didistribusikan ke jaringan tubuh. Penetrasi obat ke dalam jaringan bergantung
pada laju aliran darah ke jaringan, karakteristik pasrisi antara darah dan jaringan
tercapai.

Absorpsi suatu obat dapat didefinisikan sebagai proses perpindahan obat


dari tempat pemberiannya, melewati sawar biologis ke dalam aliran darah maupun
ke dalam sistem limfatik. Absorpsi obat dapat terjadi dan dapat ditentukan dengan
beberapa cara yaitu metode in vitro, metode in situ dan metode in vivo. Absorpsi
in situ melalui usus halus didasarkan atas penentuan kecepatan hilangnya obat dari
lumen usus halus. Metode ini digunakan untuk mempelajari berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap permeabilitas dinding usus. Pengembangan lebih lanjut
dapat digunakan untuk merancang obat dalam upaya mengoptimalkan kecepatan
absorpsinya untuk obat-obat yang sangat sulit atau praktis tidak dapat terabsorpsi
(Ganiswara, 1999).

Percobaan absorbsi obat secara in situ melalui usus halus didasarkan


atas penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus setelah
larutan obat dengan kadar tertentu dilewatkan melalui lumen usus halus
secara perfusi dengan kecepatan tertentu. Cara ini dikenal pula dengan nama
teknik perfusi, karena usus dilubangi untuk masuknya ujung kanul, satu kanul di
bagian ujung atas usus untuk masuknya sampel cairan percobaan dan satu
lagi bagian bawah untuk keluarnya cairan tersebut.

Metode Uji ¿ Situ adalah metode tes yang dilakukan pada organ target
tertentu yang masih dalam sistem organisme hidup. Perbedaan dengan uji in vivo
adalah karena tes dalam organ target in situ dibudidayakan tidak dipengaruhi oleh
organ-organ lainnya sehingga profil dari obat yang diamati hanya didasarkan pada
sebuah proses yang terjadi pada organ-organ ini tanpa dipengaruhi oleh proses-
proses yang terjadi di organ lainnya. Sementara berbeda dalam uji in vitro untuk
menguji organ di situ masih menyatu dengan sistem organisme hidup, masih
mendapat pasokan darah dan suplai oksigen.

Faktor utama yang mempengaruhi obat dalam proses absorbsi obat


menembus membran adalah koefisien partisi, banyaknya ionisasi dalam cairan
biologis yang ditentukan oleh nilai pKa, pH cairan medium obat terlarut, dan
berat melokel atau volume.

Tempat absorbsi dan area permukaan yang efektif untuk absorbsi obat yaitu
pada usus halus memiliki luas opermukaan yang terbesar yang disebabkan
adanya banyak vili dam mikrovili paa usus halus sehingga kebanyakan obat akan
terabsorbsi maksimum didalam usus halus yang berati akan menghasilkan
kecepatan dan jumlah terabsorbsi yang maksimum juga.

Metode Trough and Trough merupakan salah satu cara pengobatan in situ.
Cara ini dilakukan dengan menentukan fraksi obat yang terabsorbsi, setelah
larutan obat dialirkan melalui lumen intestine yang panjangnya tertentu dan
kecepatan alirnya tertentu pula. Dalam keadaan tunak proses absorbsi dapat
dinyatakan dengan persamaan :

C(1 ) 2 .rI Paq


l= =1−exp (− ×
C(0 ) Q paq
1+
pox +Pp

2.rI
=1−exp(− ×Papp
Q

C (1 ) 2. rI
ln =1 ne− ×Papp
C( 0) Q

C (1 ) 2 . rI
ln =− ×Papp
C( 0) Q

Dengan C(0) = kadar larutan obat mula mula


C(1) = kadar larutan obat setelah dialirkan melalui lumen
intestin sepanjang 1 cm
I = panjang usus dalam cm
R = Jari- jari penampang lintang intestin
Q = Kecepatan alir larutan obat dalam menit -1
Papp = Tetapan permeabilitas semua

4. Alat dan Bahan


Alat Seperangkat alat infus beserta tiangnya, seperangkat alat
bedah, benang, spektrofotometer UV-VIS, Kuvet dan alat
gelas yang biasa digunakan dilabolatorium ( beaker glas,
Labu ukur ,dll).

Bahan Paracetamol, KH2PO4, NaOH, HCl, NaCl, asam sulfamat,


kertas lensa, dan tikus putih jantan.
5. Prosedur Kerja
Petunjuk umum
Dilakukan percobaan absorpsi obat (parasetamol) per oral secara in situ.
Percobaan dilakukan dalam 2 (dua) kondisi pH cairan mukosal yang
berbeda yaitu menggunakan cairan lambung buatan (CLB) yang
mempunyai pH 1,2 dan cairan usus buatan (CUB) yang mempunyai pH 7,4.
Penetapan kadar parasetamol menggunakan metode kolorimetri.
Petunjuk Khusus
a. Pembuatan CUB dan CLB

Dibuatlah CUB dan CLB tanpa enzim sebanyak 1 Liter.


Ikuti cara pembuatan seperti pada modul 3

b. Pembuatan larutan parasetamol dalam CUB dan CLB

Dilarutkan sebanyak 2 x 500 mg parasetamol dalam masing-masing


500 mL CUB dan CLB

c. Penetapan kadar parasetamol dalam CUB dan CLB sebagai konsentrasi


awal (C0)
Dipipet masing-masing 1,0 mL larutan parasetamol
dari pekerjaan point b dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan diberi label

Ditambahkan pereaksi warna ke dalam masing-masing tabung reaksi


tersebut

a. Ditambahkan 0,5 mL HCl 6 N dan 1,0 mL NaNO2 10%


campur baik-baik diamkan selama 5 (lima) menit.
b. Dengan hati-hati ditambahkan 1,0 mL asam amidosulfonat
15%, dan kemudian 2,5 mL NaOH 10% diamkan tiga menit
sambil direndam di air es.

Diukur absorbannya pada panjang gelombang 435 nm


Dihitung kadar parasetamol menggunakan persamaan
kurva kalibrasi yang didapat dari pekerjaan modul 3

d. Percobaan absorpsi (CATATAN : Hewan percobaan harus tetep hidup


selama percobaan dan pembuluh darah terutama yang melewati usus
tikus tidak putus)
Diguunakan dua tikus putih jantan

Tikus pertama dan kedua masing-masing untuk percobaan


menggunakan CUB dan CLB

Dipuasakan tikus tersebut selama 20 – 24 jam dengan tetap diberi


minum

Dibius tikus menggunakan eter atau dengan cara lain

Dibedah perut tikus di sepanjang linea mediana sampai jelas terlihat


bagian ususnya

Dicari bagian lambung

Diukur 15 dari dari lambung ke arah anal dengan bantuan benang

Dari tempat itu, dengan hati-hati, dilubangi usus


menggunakan selang infus yang terhubung dengan labu
infus berisi CUB atau CLB ke arah anal dan
diikat menggunakan benang.
Sekitar 20 cm dari lokasi tersebut, di buat lubang kembali
menggunakan selang infus
yang terhubung ke dalam gelas kimia ke arah lambung, kemudian

Dibuka kran infus dan dibiarkan CUB atau CLB mengalir


melalui usus dan dikeluar sampai ke gelas kimia, sampai
cairan yang keluar jernih

Diganti labu infus menggunakan CUB atau CLB yang mengandung


parasetamol

Dialiri usus selama 30 menit

Dicatat volume CUB atau CLB yang tertampung dalam gelas


kimia dan ditentukan kecepatan alirnya (Q) = volume terukur / 30
menit

Dipotong usus tikus antara kedua ujung dan diukur panjangnya


menggunakan penggaris.
Data yang terukur sebagai l

Dikat ujung usus dan dimasukkan aquades melalui ujung yang


lain sampai usus menggelembung

Diukur diameter usus menggunakan jangka sorong dan ditentukan


jari-jarinya (r)
e. Penetapan kadar parasetamol dalam CUB atau CLB yang
tertampung sebagai konsentrasi akhir (C1)

Dipipet sebanyak 1,0 mL CUB atau CLB yang tertampung dalam


gelas kimia

Ditambahkan kedalamnya pereaksi warna seperti prosedur yang


terdapat di modul 3

Diukur absorbannya pada panjang gelombang 435 nm

Dihitung kadar parasetamol menggunakan persamaan kurva


kalibrasi yang didapat dari pekerjaan modul 3

f. Perhitungan Papp

Dihitung Papp (CUB) dan Papp (CLB) menggunakan data


yang telah didapat dengan memasukkan pada persamaan
yang tertera pada teori dasar.

Bandingkan kedua Papp tersebut

Analisis data tersebut


6. Hasil Pengamatan
6.1 CUB
Dik Persamaan kurva kalibrasi : Y = 0,067x-0,012
Panjang usu tikus = 20 cm
Jari- jari tikus = 0,29 cm
Absorban C0 = 0,358 (pengenceran 200x)
Absorban C1 = 0,231 (penenceran 200x)
Volume CUB yg terukur/tertampung selama 30 menit = 50 mL
Jawab
a. Perhitungan C
Persamaan kurva kalibrasi : Y = 0,067x-0,012
C0 = y-a/b
= 0,358 – (-0,012) / 0,067
= 0,358+0,012 / 0,067
= 5,5223
=5,5223 x 200
= 1104, 46
C0 = y-a/b
= 0,231 – (-0,012) / 0,067
= 0,231 +0,012 / 0,067
= 3,6268
= 3,6268 x 200
= 725,36
b. Pehitungan Q
Q = volme terukur/ menit
= 50 ml/ 30 ml
= 1,6667 ml/menit
c. Papp
C1 2×r×I
ln =− ×Papp
C0 Q
725,36 2×0 ,29×20
ln =− ×P app
1104 ,46 1,6667
11,6
ln 0,6567=− ×P
1,6667 app
−0, 4205=−6,9599×P app
6,9599P app=0,4205
0,4205
Papp =
6,9599
Papp = 0,0604ml/cm -2 menit

6.2 CLB
Dik Persamaan kurva kalibrasi : Y = 0,0613x-0,0665
Panjang usu tikus = 20 cm
Jari- jari tikus = 1 cm
Absorban C0 = 0,309 (pengenceran 200x)
Absorban C1 = 0,415 (penenceran 200x)
Volume CUB yg terukur/tertampung selama 30 menit = 40 mL
Jawab

a. Perhitungan C
Persamaan kurva kalibrasi : Y = 0,0613x – 0,0665
C0 = y-a/b
= 0,309 – (-0,0665) / 0,0613
= 0,309 + 0,0665/ 0,0613
= 6,1256
=6,1256 x 200
= 1225,1223
C1 = y-a/b
= 0,415 – (-0,0665) / 0,0613
= 0,415 + 0,0665/ 0,0613
= 7,8548
=7, 8548 x 200
= 1570,96
d. Pehitungan Q
Q = volme terukur/ menit
= 40 ml/ 30 ml
= 1,3333 ml/menit
e. Papp
C1 2×r×I
ln =− ×Papp
C0 Q
1570, 96 2×1×20
ln =− ×Papp
1225,1223 1,3333
40
ln 1,2822=− ×P
1,,3333 app
0,2485=−30,0075×Papp

-
30,0075P app=0,2485
0,2485
Papp =
−30,0075
Papp = -0,008281ml/cm -2 menit
7. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan absorpsi obat parasetamol secara in situ.


Metode in situ dengan tujuan melihat pengaruh pH terhadap obat disaluran cerna
berdasarkan prinsip kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus setelah
larutan obat dengan kadar tertentu dilewatkan melalui lumen usus halus
secara perfusi dengan kecepatan tertentu. Metode absorbsi in situ sering disebut
teknik perfusi karena usus dilubangi satu untuk memasukkan sampel dan
dilubangi satu lagi untuk keluarnya sampel. Metode in situ digunakan untuk
mempelajari faktor yang mempengaruhi permeabilitas usus, untuk
mengoptimalkan kecepatan absorbsi pada sediaan prodrug dan pada obat yang
sangat sulit atau praktis tidak dapat terabsorbsi melalui difusi pasif, dimana pada
difusi pasif ini, obat yang memasuki membran bergerak tanpa membutuhkan
energi melainkan dengan bergerak bedasarkan pergerakan cairan dimembran
tersebut.

Pada percobaan ini organ yang digunakan adalah 2 usus tikus (CLB dan
CUB), digunakan usus halus karena usus merupakan tempat absorbsi obat dalam
tubuh. Kotoran pada usus dibersihkan karena dapat mempengaruhi absorbsi,
namun juga dapat mempengaruhi data karena perbedaan kecepatan alir dan
gravitasi. Tikus dibius menggunakan cairan eter. Kemudian tikus dibedah dan
dikeluarkan ususnya sepanjang 15 cm dari lambung, usus di lubangi secara hati-
hati dengan menggunakan jarum lalu dimasukkan lubang atau saluran infus yang
berisi cairan CUB dan CLB. Dalam proses pembedahan tadi kondisi dalam bagian
tubuh (perut) hewan uji tikus diberi larutan NaCL 0,9 % fisiologis agar tikus tetap
terjaga cairan dalam tubuhnya serta tidak kering. Diukur 20 cm lalu di buat lagi
lubang (in-out) dan dialirkan larutan CLB an CUB yang berisi obat paracetamol
yang telah dicampur dengan larutan warna, fungsi penambahan larutan warna
kealam larutan pct bertujuan agar memudahkan pendeteksian dengan
spektrofotometri UV-VIS dan diketahui secara spesifik bahwa larutan sampel
paracetamol yang melewati usus dalam konsentrasi sangat kecil sehingga pct
dapat menyerap pada panjang gelombang maksimum yaitu pada 435 nm. Proses
pengaliran CLB dan CUB tersebut dilakukan selama 30 menit, setelah 30 menit
volume larutan jernih yang didapat kemudian dicatat sehingga diperoleh
kecepatan alirnya a (Q). volume diukur /30 menit, usus kemudian dipotong antara
kedua ujung dan diukur panjangnya dengan menggunakan penggaris sehingga
didapat nalai L (panjang usus) diikat dan dimasukkan aquadest melalui ujung
yang lain sampai usus menggelmbung, kemudian usus dihitung panjang jari-
jarinya (r).

Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat


antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan
mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat
lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan peroral
parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam
plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami
perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Paracetamol termasuk
asam lemah dengan pKa 9,5 dengan parasetamol memiliki pH antara 5,5 – 6,5
digunakan sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan
asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit
kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.

Absorpsi obat tergantung dari sifat fisika dan kimia obat yang berbeda-
beda tiap senyawa, dan tempat absorpsi obat yang menentukan pH lingkungan
absorpsi seperti lambung memiliki pH rendah (asam), usus pH tinggi (basa).
Selain itu ada pengaruh bentuk obat, yang berbentuk partikel kecil sangat
mudah/cepat absorpsinya. Begitu juga dengan bentuk obat yang tersedia di lokasi
absorpsi, apakah bentuk ion atau molekul. Hanya obat dalam bentuk molekul
yang akan mengalami absorpsi karena bentuk molekul yang larut dalam lipid akan
mudah menembus membran tubuh tempat absorpsi obat (membran tubuh bersifat
lipid bilayer).

Papp (app = apparent) merupakan tetapan permeabilitas yang nilainya


bervariasi terhadap pH. Jika suatu senyawa, asam atau basa mengalami ionisasi
sebesar 50% (pH=pKa) maka koefisisen partisinya setengah dari koefisien partisi
obat yang tidak mengalami ionisasi. Dimana Papp merupakan nilai dan
permeabilitas semu yaitu kemampuan usus untuk mengabsorpsi obat dengan
optimal.

-2
Berdasarkan nilai Papp paracetamol pada CUB sebesar 0,0604 ml/cm
-2
menit dan pada CLB sebesar -0,008281 ml/cm menit. Paracetamol yang dialiri
dengan CUB memiliki permeabilitas lebih tinggi dibanding dengan CLB. Pada
CUB menunjukkan bahwa paracetamol terabsorbsi dengan konsentrasi yang
karena Usus yang memiliki pH basa lemah yang di aliri dengan CUB yang
bersifat basa pula menyebabkan obat masih dalam bentuk molekul sehingga
mudah untuk diabsorbsi dan paracetamol meiliki pH antara 5,5 – 6,5, sedangan
ketika usus yang memiliki pH basa yang dialiri CLB yang cenderung asam obat
kan mengalami ionisasi sehingga tidak dapat di absorbsi oleh usus.

Nilai jari jari pada CLB (1) dan panjang usus 20 cm sehingga didapat
nilai Papp yang kecil dimaksudkan disini bahwa semakin besar nilai jari-jari dan
panjang usus maka nilai Papp yang diperoleh kecil (berbanding terbalik). Semakin
rendah nilai Papp maka permeabilitasnya rendah maka obat akan cepat keluar dan
efek yang diinginkan tidak dicapai sehingga obat yang terabsorbsi dalam
konsentrasi kecil. Pada percobaan Insitu ini dapat dilihat bahwa absorbsi obat
paracetamol dengan metode Trough and Trough bahwa paracetamol dalam
keadaan tidak terion berada pada larutan CUB sehingga kemampuan obat untuk
bertahan pada permukaan membran untuk diabsorbsi juga besar.

8. Kesimpulan
- Paracetamol termasuk asam lemah dengan pKa 9,5 dengan parasetamol
memiliki pH antara 5,5 – 6,5
-2
- nilai Papp paracetamol pada CUB sebesar 0,0604 ml/cm menit dan
-2
pada CLB sebesar -0,008281 ml/cm menit. Paracetamol yang dialiri
dengan CUB memiliki permeabilitas lebih tinggi dibanding dengan CLB
- Percobaan Insitu didapat bahwa absorbsi obat paracetamol dengan
metode Trough and Trough bahwa paracetamol dalam keadaan tidak
terion pada pH basa berada pada larutan CUB sehingga kemampuan
obat untuk bertahan pada permukaan membran untuk diabsorbsi juga
besar.
9. Daftar Pustaka
Benker and Rhodes. 2002. Modern Pharmaceutics. Marcel Dekker. New
York.
Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Anaisis,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Mayersohn, M. 2002. Principles of Drug Absorption. Marcel Dekker. New
York.
Shargel, Leon dan A.B.C. Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan. Surabaya : Airlangga University Press.
Sinko. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin. Diterjemahkan
oleh Djajadisastra. EGC. Jakarta.
Syukri. 2002. Biofarmasetika. Universitas Islam Indonesia Press.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai