Anda di halaman 1dari 63

DEIVE

KELOMPOK A RY
SYSTE
1. NADIA PUTRI INANTA (1411011001)
2. WIRA WAHYUDI NANDAYASA (1411011009)
3. RANELLIZA (1411011014)
4.

5.
FARAH PUTRIZETI (1411011036)
PUJI RAHMI SUMARNO (1411011051)
M
6.

7.
GITA RAHMA YANTI (1411012020)
GHINA FADHILAH (1411011068)
(CDDS
8.

9.
CAROLINA WILLISCA CHANDRA (1411012047)
M GHUFRAN YULDI (1411012054) )
10. MAHARANI INDRIYATI (1411012068)

11. SONIA RAFIKA (1411011022)

12. D.A.AYU INGRIANI M (1411012030)


INTRODUCTION
INTRODUCTION
 Rute oral pemberian obat adalah metode pemberian obat yang paling
mudah dan penting untuk efek sistemik.
 Hampir 50% sistem pengiriman obat yang tersedia dipasaran adalah oral
D.D.S.
 sistem ini memiliki lebih banyak keuntungan karena penerimaan pasien
dan kemudahan administrasi
 Selama dekade terakhir, ada minat untuk mengembangkan formulasi spesifik lokasi
untuk menargetkan obat ke usus besar.
 Pengiriman obat secara kolon telah mendapatkan peningkatan yang penting tidak
hanya untuk pengiriman obat untuk pengobatan penyakit lokal yang terkait dengan
usus besar seperti penyakit kolitis ulserativa, sindrom iritasi usus besar dan
konstipasi tetapi juga untuk pengiriman protein, peptida terapeutik, antiasthmatik
obat-obatan, obat antihipertensi dan agen antidiabetes
Ada berbagai metode atau teknik yang melaluinya penargetan obat kolon dapat
dicapai,
 Misalnya pembentukan prodrug, pelapisan dengan polimer sensitif pH, pelapisan
dengan polimer biodegradable, perumusan perumusan menggunakan
polisakarida, sistem pelepasan berjangka waktu, sistem pengiriman obat yang
dikendalikan tekanan, osmotik sistem kontrol tekanan .
 Lapisan obat dengan polimer sensitif pH memberikan pendekatan sederhana
untuk pemberian obat spesifik usus besar.
COLON
ANATOMY
ANATOMI STRUKTUR COLON
PENJELASAN BAGIAN COLON
 The cecum is a large, blind pouch that arises from the proximal segment of the
right colon. It measures 6cm by 9cm and is covered with peritoneum.
 Ascending & descending colon measures 15–20cm in length. The posterior
surface of the ascending (and descending) colon lacks peritoneum and thus is
in direct contact with the retroperitoneum.
 The transverse colon is entirely intraperitoneal, supported on a long mesentery
that is attached to the pancreas.
 The sigmoid colon is a loop of s-shaped intestine

 The rectosigmoid junction is between the sigmoid colon and rectum and 15 to
17 cm from the anal verge.
 The rectum is approximately 12 cm long and 4 to 16 cm from the anal verge
ANATOMI DINDING COLON
 The wall of the colon includes several layers. The first layer is the mucosa.
The mucosa of the colon includes epithelium, lamina propria, and muscular
mucosa. The submucosa is a layer of loose connective tissue. The
muscularis propria is a layer of muscle tissue. The subserosa is the last
layer of tissue before the serosa or peritoneum.
 Serosa is a serous membrane that linesthe exterior walls of a body cavity.
MEKANISME
KERJA OBAT DI
KOLON
MK OBAT DI KOLON
 Obat menghasilkan kerja dengan cara mengubah cairan tubuh atau
membran sel atau dengan berinteraksi dengan reseptor.
 Setelah sifat sel berubah, obat akan mengeluarkan pengaruhnya.

 Mekanisme kerja obat yang paling umum adalah terikat dengan tempat
reseptor sel. Reseptor akan melokalisasi efek obat. Ketika obat dan
reseptor saling berikatan, maka efek terapeutik dapat dirasakan.
Mekanisme pelepasan obat pada SPO kolon
1.Salut enteric

Bagian luar mencegah penetrasi cairan gastric kedalam tablet,


sehingga mencegah obat dilepaskan dilambung
2. Lapisan polimer yang dapat tererosi
Ketika obat masuk ke usus, salut enteric akan larut dan polimer ini
akan mulai ter erosi. Polimer ini akan mencegah obat untuk
dilepaskan di usus halus. Polimer ini dapat bertahan 4-6 jam hingga
obat mampu mencapai kolon
3. Inti
Inti merupakan tablet konvensional berisi zat aktif yang akan
dilepaskan didalam kolon. Dikolon, bakteri akan mendegradasi
polisakarida menjadi irganic. pH yang rendah di system akan
menyebabkan larutnya salut larut asam dan kemudian zat aktif
akan dilepaskan.
FORMULATION
OF COLON DRUG
DELIVERY
SYSTEM
For successful colon targeted drug delivery, the drug needs to be
protected from absorption and/or the environment of the upper
gastrointestinal tract and then be abruptly released into the colon.
Formulation in colon drug delivery system usually utilize the following four main
properties of the GI tract and colon:

(i) Approximation of transit time of the small intestine

(ii) Different physiological conditions in different parts of GI tract

(iii) Specificity of bacterial enzyme localized in the colon

(iv) Targeting of drug delivery systems to colon utilizing targeting moieties specific to
colon.
SEVERAL APPROACHES IN COLON DRUG DELIVERY SYSTEM
Possible Merits & Demerits
Traditional approaches proposed for colon targeting includes prodrugs, pH and time
dependent systems and microflora activated systems. Of these approaches
microflora activated systems appear more promising because abrupt increase in
bacterial population in colon provided drug release independent of GI transit time.
METHODS USED
FOR DRUG
TARGETTING TO
THE COLON
HIDROGEL
Hydrogels can be used for site specific delivery of peptide and protein drugs
through colon. The Hydrogels are composing of acidic commoners and
enzymatically degradable azo aromatic cross-links. In the acidic pH, gels
shows less swelling that protect the drug against degradation in stomach.
COATING WITH PH
DEPENDENT POLYMERS
PH di ileum terminal dan usus besar yang lebih tinggi daripada di wilayah
lain dari saluran pencernaan dan dengan demikian dosis bentuk yang
hancur pada rentang pH tinggi dapat target ke wilayah tersebut. Tingkat pH
lebih tinggi di wilayah ileum terminal maka dalam sekum. bentuk sediaan
sering tertunda di persimpangan ileocecal, hati-hati memilih komposisi
mantel enterik dan ketebalan diperlukan untuk memastikan disintegrasi
yang tidak terjadi sampai from moves dosis melalui persimpangan ileocecal
dari terminal ileum ke sekum.
BIOADHESIVE SYSTEMS
Bioadhesion adalah proses dimana bentuk sediaan tetap kontak dengan
organ tertentu untuk jangka ditambah waktu. Ini waktu tinggal lebih lama
obat akan memiliki konsentrasi lokal tinggi atau meningkat karakteristik
penyerapan dalam kasus obat diserap buruk. Strategi ini dapat diterapkan
untuk perumusan sistem pengiriman obat kolon. Berbagai polimer termasuk
polycarbophils, poliuretan dan kopolimer polypropyline oksida polietilen
oksida telah diteliti sebagai bahan untuk sistem bioadhesive
REDOKS SENSITIF LAPISAN
POLIMER
Analoginya untuk azo pembelahan ikatan oleh enzim usus, polimer novel
yang menghidrolisis nonenzymatically oleh flavin enzimatis dihasilkan
sedang dikembangkan untuk usus menargetkan. Sebuah bakteri kolon
umum, Bacteroidesfragilis digunakan sebagai organisme uji dan
pengurangan pewarna azo bayam, Orange II, tartrazine dan senyawa model
azo, 4,4 -dihydroxyazobenzene dipelajari. Ditemukan bahwa senyawa azo
berkurang pada tingkat yang berbeda dan tingkat pengurangan bisa
berkorelasi dengan potensi redoks senyawa azo.
KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN
SEDIAAN
PENGAHANTARAN
OBAT KE KOLON
A. KEUNTUNGAN
Sistem penghantaran obat paling ideal untuk pengobatan secara lokal penyakit pada kolon
Tidak
A. KERUGIAN
Manufaktur/Pembuatan obat yang rumit
FAKTOR-FAKTOR YANG
HARUS DIPERHATIKAN
DALAM PENGEMBANGAN
SEDIAAN UNTUK KOLON
1. Memahami dengan baik masalah fisiologis saluran cerna, seperti
 Waktu transit sediaan melewati saluran cerna

 Waktu tinggal sediaan dalam saluran cerna

 Faktor yang mempengaruhi sediaan pada kondisi seperti desintegrasi fisik,


digesti intraluminal, ambilan mucosal, biotransformasi dan absorbsi,
2. Sifat fisiko kimia obat
3. Formulasi yang sesuai
JENIS SEDIAAN
UNTUK COLON
1. ENEMA
Enema merupakan sediaan obat dengan pemberian cairan ke dalam
rektum dan kolondengan menggunakan aplikator khusus. Enema dilakukan
untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit perut, kembung;namun pada
perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda
sepertitelah diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada
akhirnya setelah ilmupengetahuan medis berkembang dengan adanya
penelitian dan ditemukannya berbagai peralatanmedis, penggunaan enema
saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal keberadaannya.
2. TABLET KOLON
Sistem penghantaran obat secara lokal menuju kolon melalui pemberian obat
secara peroral menarik dan penting karena terdapat berbagai penyakit usus besar
seperti ulcerative colitis, crohn’s disease, amebiosis, dan kanker  kolon, serta sistem
penghantaran protein dan obatpeptide yang dapat diabsorpsi di kolon tetapi
terdegradasi di saluran pencernaan bagian atas. Sistem ini harus dapat melindungi
obat sampai ke kolon misalnya pelepasan danabsorpsi obat seharusnya tidak
terjadidi lambung maupun usus halus.Berbagai macam strategi yang digunakan
dalam pembuatan obat oralyang ditujukan untuk pelepasan dan absorpsi di kolon
antara lain ikatan kovalen antara obat dengan carrier,melapisi dengan polimer yang
sensitive terhadap pH, formulasi sistem release,penggunaancarrier yang
terdegradasi khususnya oleh bakteri yang ada di kolon, sistem bioadhesive dan
sistem penghantaran obat yang dikontrol oleh daya osmotik.
Tablet ini terdiri dari 3 lapisan yaitu :
 
 Salut enteric : bagian terluar yang mencegah penetrasi cairan gastric ke dalam
tablet,sehinggamencegah obat dilepaskan di lambung. 
 Lapisan polimer yang dapat tererosi : ketika obat masuk ke usus, salut enterik
akanlarut danpolimer ini mulai tererosi. Polimer ini akan mencegah obat untuk
dilepaskanpada usus halus.Polimer ini dapat bertahan 4-6 jam hingga obat
mampu mencapaikolon.
 Inti : inti merupakan tablet konvensional yang yang berisi zat aktif yang
akandilepaskan didalam kolon. Di kolon bakteri akan mendegradasi polysakarida
menjadiasam 1rganic. PHyang rendah di sistem akan menyebabkan larutnya
salut larut asamdan kemudian zat aktif akan dilepaskan
CONTOH SEDIAAN
OBAT
COLON DRUG
DELIVERY
SYSTEM
Faktor-faktor yang mempengaruhi CDDS:

1. Faktor Fisiologi
2. Faktor Farmaseutika
1. Faktor Fisiologi

a. Pengosongan Lambung
 Sistem penghantaran melalui colon ini terutama sangat
dipengaruhi oleh waktu pengosongan lambung dan waktu
transit bowel.
Ketika mencapai colon, waktu transit dari bentuk sediaan
dipengaruhi oleh ukuran partikel
ukuran partikel terkecil memiliki waktu transit yang lebih
cepat dibandingkan dengan ukuran yang besar
Pasien diare memiliki waktu transit lebih cepat
dibandingkan pasien dengan riwayat konstipasi.
b. pH colon
 pH GIT sangat bervariasi disetiap individu. Food intakes,
diseased state sangat mempengaruhi nilai pH GIT.
c. Colonic micro flora and enzymes
 GIT mengandung berbagai macam mikro flora yang
memproduksi banyak enzim yang dibutuhkan dalam
metabolisme.
2. Faktor Farmaseutika

a. Drug candidates
 obat-obat yang memiliki daya absorbsi lemah seperti peptide
dan obat-obat yang digunakan untuk mengobati radang pada
bowel disease.

b. Drug carrier
 Pemilihan carrier pada CDDS bergantung pada sifat obat,
penyakit yang mana obat akan digunakan.
Beberapa faktor fisikokimia obat yang mempengaruhi
pemilihan carrier:
1. Sifat kimia
2. Stabilitas
3. Koefisien partisi
4. Gugus fungsi molekul obat, dll.
Polimer yang digunakan dalam CDDS

1. Polimer Alam
 Guar gum, pektin, cyclodextrin, dextran, amylase, kitosan,
kondroitin sulfat, lokus bean gum.

2. Polimer Sintetis
 Shellac, etil selulosa, selulosa asetat phthalate, hidroksi
propil metil selulosa, eudragit, poly vinyl asetat phthalate.
Pendekatan Utama Pada CDDS

1. pH-dependent delivery
- pH small intestine sekitar 6,5; dari ileum menuju colon pH
menurun secara signifikan; sekitar 6,4 di cecum; pH lebih
rendah dari 5,7 pada pada ascending colon; pada
transverse colon sekitar 6,6 dan 7,0 pada descending
colon.
- pH dependent polimer dapat melindungi formulasi sediaan
didalam perut dan proksimal small intestine.
Polimer yang paling banyak digunakan sebagai penyalut
yaitu methacrylic acid copolymer atau dikenal sebagai
Eudagrit.
Eudagrit digunakan untuk insulin, prednisolone, quinolones,
salsalazine, cyclosporine, beclomethasone dipropionate
dan naproxen.
2. Delayed (Time controlled release system) release drug
delivery to colon
(Time controlled release system) seperti pelepasan
diperlambat atau pelepasan tunda.
Pendekatan terhadap sistem ini tidak dapat diprediksi
secara akurat karena sangat tergantung pada waktu
pengosongan lambung, gerakan peristaltik yang berbeda
pada setiap individu.
3. Microbially triggered system

- Sistem ini memanfaatkan kemampuan mikro flora yang


terdapat dalam GIT, mikro flora yang sebagian besar
merupakan anaerobic yang menghasilkan berbagai macam
enzim.
- Enzim yang dihasilkan oleh mikroflora didalam usus ini yaitu:
1. Reducing enzymes: nitroreduktase, azoreduktase, N-oxide
reduktase, sulfoxide reduktase, hydrogenase, etc.
2. Hydrolitic enzymes: Esterase, amidase, glukosidase,
glukoronidase, sulfatase, etc.
(i) Prodrug approach for drug delivery to colon
 Prodrug merupakan pendekatan utama dimana obat yang
sebelumnya dalam bentuk inaktif, akan diaktifkan enzim
yang dihasilkan oleh mikroflora usus.

(ii) Polysaccharide based delivery systems


 Polisakarida seperti guar gum, xanthan gum, chitosan,
alginates, etc akan dirusak oleh mikroflora usus menjadi
bentuk sakarida sederhana.
EVALUASI
SEDIAAN TABLET
COLON
TARGETED
Evaluasi In-vitro
Evaluasi invitro sistem penghantaran obat ke usus mencakup uji disolusi
in-vitro dan uji enzimatik in-vitro.
Uji disolusi in vitro
Pengujian disolusi dilakukan dengan menggunakan metode keranjang
konvensional. Pengujian disolusi dilakukan dalam buffer yang berbeda untuk
mengkarakterisasi formulasi pada tingkat pH yang berbeda. Media yang
digunakan untuk uji disolusi yaitu media dengan pH 1,2 untuk mensimulasi
cairan lambung, dan pH 6,8 untuk mensimulasi cairan usus halus, serta
pH7,4 untuk mensimulasi cairan usus besar. Obat CDDS diuji selama 2 jam
pada larutan HCl 0,1N, selama 3 jam pada dapar fosfat pH 6,8 dan pH 7,4.
 Studi disolusi untuk CDDS juga dilaporkan dapat dilakukan dengan metode
dayung seperti metode yang terdapat dalam farmakope Jepang edisi 13
dimana dilakukan pada media dengan pH 1,2 dan 6,8. Uji disolusi juga
dapat dilakukan dengan menggunakan alat continous-flow apparatus
dalam pH progress media pada suhu 370C, yang mensimulasi kondisi
pencernaan. Jinhe Li et al menunjukkan aparatus tipe III (reciprocating).
Lee F. Siew 2003 mengembangkan in vitro metode uji disolusi dengan
sistem fermentasi berbasis enzim-dan dibandingkan dengan teknik
konvensional dengan bakteri tinja manusia dan menunjukkan potensi
sistem untuk penilaian in vitro.
 Uji enzimatis in vitro
Ada 2 uji enzimatis in vitro yaitu :
 Bahan pembawa obat diinkubasi di dalam fermentor yang mengandung media
yang cocok untuk bakteri. Kemudian dihitung jumlah obat yang terlepas tiap
interval waktu.
 Studi pelepasan obat dilakukan dalam medium dapar yang mengandung enzim
pektinase, dekstranase, atau hewan pengerat, atau tikus percobaan, atau kelinci
percobaan. Jumlah obat yang dilepaskan tiap interval waktu berbanding lurus
dengan laju degradasi polimer bahan pembawa.
Evaluasi In-vivo
Uji in vivo dilakukan pada anjing, tikus, kelinci atau hewan percobaan lain
yang kondisi anatominya menyerupai manusia. Distribusi berbagai enzim
dalam saluran cerna tikus dan kelinci sebanding dengan yang ada pada
manusia.
Ketika desain sistem dipahami dan karakter formulasi prototipe dapat
diterima, spesifisitas pelepasan obat dan farmakokinetik obat dapat
dipelajari melalui studi in vivo. Meskipun model hewan memiliki keunggulan
yang jelas dalam menilai sistem pengiriman obat kolon, manusia semakin
dimanfaatkan untuk evaluasi sistem pennghantaran kolon dengan
pencitraan γ-scintigraphy. SangalliM.E. et al dalam penelitiannya mereka
telah menemukan korrelasi in vitro in vivo dari sistem penghantaran kolon
tertentu menggunakan relawan manusia dan antipyrine sebagai model obat,
dengan menguji data yang farmakokinetik obat dan gamma scintigraphic
analisis.
Hewan model:
Hewan pengerat, tikus , tikus pengerat dan anjing yang digunakan sebagai
model hewan untuk sistem penghantaran obat ke usus. Untuk
mensimulasikan lingkungan fisiologis dari usus besar manusia, pemilihan
model hewan yang tepat adalah tergantung pada pendekatan dan desain
sistem. Misalnya, marmut memiliki glikosidase dan glucuronidase di usus
besar dan anatomi pencernaan dan fisiologi lebih mirip dengan manusia,
sehingga mereka tepat dalam mengevaluasi prodrugs mengandung
glukosida dan glukuronat terkonjugasi untuk pengiriman kolon. Teknik yang
digunakan untuk memantau perilaku in vivo dari usus ditargetkan
pemberian obat yang teknik String, Endoskopi, Radiotelemetry,
Roentegenography, Gamma scintigraphy.

Anda mungkin juga menyukai