PENDAHULUAN
Karbon monoksida (CO) adalah salah satu polutan udara yang paling umum dan
tersebar luas. Gas karbon monoksida (CO) adalah senyawa yang memiliki ciri-ciri
seperti tidak berbau, tidak berasa, pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak
berwarna serta memiliki sifat potensif racun terhadap tubuh. CO merupakan salah
satu gas toksik yang sangat berbahya apabila terhirup manusia. Gas CO dapat berasal
dari paparan asap kendaraan,. Keberadaan CO yang seringkali tidak dapat dideteksi di
lingkungan dan berakibat fatal ini menyebabkan gas CO disebut sebagai silent
killer.1,2
Setiap tahun gas CO dilepaskan ke udara dalam jumlah yang paling banyak
diantara polutan udara yang lain dan penyumbang terbesar dihasilkan oleh kendaraan-
kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar.3 Apabila senyawa kimia
gas CO berikatan dengan hemoglobin dalam darah manusia akan membentuk
karboksi hemoglobin (COHb) yang dapat menyebabkan kondisi kurangnya
kemampuan darah dalam mengangkut oksigen..4
Kasus keracunan CO sudah umum terjadi dan merupakan penyebab utama dari
kematian akibat keracunan di Amerika Serikat dan lebih dari setengah penyebab
keracunan fatal lainnya di seluruh dunia. Pada kurun waktu 1999-2010, terhitung
jumlah kematian akibat keracunan CO yang tidak disengaja terjadi di Amerika
Serikat sebanyak 5.149 kematian dengan ratarata 430 kematian per tahun. Di negara
Asia Timur seperti Taiwan, keracunan CO ini menyebabkan 526 kasus gawat darurat
dan 55 kematian selama 2009-2013. Dalam Republik Rakyat China, 1,35 miliar
populasi (59 kali dari Taiwan dan 4,3 kali dari Amerika Serikat), jumlah kasus
keracunan CO bahkan lebih sulit diperkirakan. Namun, karena kasus ini seringkali
salah didiagnosis, angka kejadian dapat menjadi lebih tinggi. Kasus keracunan CO di
Indonesia tercatat sebanyak 81 orang menjadi korban akibat intoksikasi karbon
1
monoksida dari bulan Januari-September 2014 dan 16 orang diantaranya meninggal
dunia.5
BAB II
PEMBAHASAN
Karbon monoksida (CO) merupakan silent killer karena sifat fisiknya yang tidak
berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau, tetapi dalam konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan kematian pada manusia. Karbon Monoksida berasal dari hasil
pembakaran tidak sempurna bahan karbon atau bahan-bahan yang mengandung
karbon.6 Karbon monoksida diproduksi dari proses alami, maupun dari aktivitas
manusia.7 Aktivitas manusia yang dapat menghasilkan karbon monoksida diantaranya
pembakaran tidak sempurna bensin pada mobil maupun sepeda motor. Gas Karbon
monoksida dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129°C. Di kota besar yang
padat lalu lintasnya biasanya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO
dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.8
Satuan konsentrasi CO di udara adalah ppm atau parts per million. Dimana 1
ppm setara dengan 10-4 %. Selain dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna di luar
tubuh, gas CO juga dihasilkan dalam jumlah kecil (kurang dari 0,5 %) dari
katabolisme normal cincin protoporfirin hemoglobin di dalam tubuh dan tidak toksik
bagi tubuh. Senyawa ini sangatlah beracun karena memiliki karakteristik afinitas
terhadap hemoglobin 250-300 kali lebih kuat daripada afinitas oksigen dan oleh
karenanya sangat sulit untuk melepaskannya ketika telah berikatan dengan darah,
kemudian akan membentuk ikatan karboksihemoglobin, sehingga menghambat
distribusi oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Organ tubuh yang sangat sensitif
terhadap keracunan karbon monoksida adalah organ-organ dengan kebutuhan oksigen
paling banyak.8
2
berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO
memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor
banyak senyawa karbon.9
3
kali lipat. Dalam jumlah sedikit pun gas karbon monoksida jika terhirup dalam waktu
tertentu dapat menyebabkan gejala racun terhadap tubuh.1,8
4
paru-paru. Dengan adanya COHb maka kemampuan darah untuk transpor oksigen ke
jaringan tubuh berkurang. Akibatnya suplai oksigen dalam jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia. Pada akhirnya jaringan dan sel-sel tubuh mengalami kekurangan
oksigen dimana keadaan seperti ini disebut hipoksia.14
5
kegagalan pernapasan. CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada
temperatur ruangan adalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan
waktu paruh menjadi 30 – 90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada
tekanan 2,5 atm dengan oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh samapai 15-23
menit. 13, 14, 16
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan COHb darah yang diambil melalui pembuluh darah vena
merupakan satu-satunya metode monitoring biologis untuk mengetahui
tingkat paparan CO dalam tubuh. Pengambilan sampel darah vena dari
responden kemudian dianalisis menggunakan alat spektofotometri. Kadar
HbCO yang meningkat menjadi signifikan terhadap paparan gas tersebut.
Sedangkan kadar yang rendah belum dapat menyingkirkan kemungkinan
terpapar, khususnya bila pasien telah mendapat terapi oksigen 100%
sebelumnya atau jarak paparan dengan pemeriksaan terlalu lama.13, 14
2. Pemeriksaan Imaging
a. Pemeriksaan x-foto thorax
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus-kasus keracunan gas dan
saat terapi oksigen hiperbarik diperlukan. Hasil pemeriksaan x-foto thorax
biasanya dalam batas normal. Adanya gambaran ground-glass appearance,
perkabutan parahiler, dan intra alveolar edema menunjukkan prognosis
yang lebih jelek.13
b. Pemeriksaan CT Scan
CT Scan kepala perlu dilakukan pada kasus keracunan berat gas CO
atau bila terdapat perubahan status mental yang tidak pulih dengan cepat.
6
Edema serebri dan lesi fokal dengan densitas rendah pada basal ganglia
bisa didapatkan dan halo tersebut dapat memprediksi adanya komplikasi
neurologis.13
c. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan MRI lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan untuk
mendeteksi lesi fokal dan demyelinasi substansia alba dan MRI sering
digunakan untuk follow up pasien. Pemeriksaan CT Scan serial diperlukan
jika terjadi gangguan status mental yang menetap. Pernah dilaporkan hasil
CT Scan adanya hidrosefalus akut pada anak-anak yang menderita
keracunan gas CO.13
Keracunan gas karbon monoksida didahului dengan gejala sakit kepala, mual,
muntah, rasa lelah, berkeringat banyak, pyrexia (kenaikan suhu tubuh),
pernafasan meningkat, confusion, gangguan penglihatan, kebinganan, hipotensi,
takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit dada mendadak juga dapat muncul pada
orang yang menderita nyeri dada. Bahkan dapat memungkinkan seseorang
mengalami kematian yang disebabkan karena sukar bernafas dan edema paru.
7
Kematian akibat keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya
oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia).18
Diagnosa Penyakit
Sampel gas darah sangat penting untuk menentukan keracunan CO, dan
parameter yang digunakan adalah karboksihemoglobin. Karboksihemoglobin
adalah ukuran konsentrasi karbon monoksida dalam sel darah merah, tetapi tidak
pada tingkat seluler karbon monoksida di area kritis seperti otak dan
miokardium. Pada dasarnya untuk mengukur CO menggunakan metode
spektografik. Seseorang seharusnya tidak mencoba untuk menghitung
kemungkinan tingkat pO2 (aB) yang terukur sebagai bukti tingkat FCOHb
kesetimbangan yang tidak jenuh.18
8
2. Terapi oksigen hiperbarik terkadang dianjurkan untuk kasus keracunan CO
parah dan melibatkan pemberian oksigen murni pada peningkatan tekanan di
ruang hiperbarik. Telah disarankan bahwa ini dapat meningkatkan hasil
neurologis jangka panjang, meskipun masih kontroversial. Terapi oksigen
hiperbarik adalah teknik khusus, yang hanya tersedia di beberapa pusat. Ini
juga dapat dikaitkan dengan komplikasi sendiri dan tidak digunakan secara
rutin.20
9
1. Sebagai alat proteksi dini terhadap diri dapat menggunakan masker gas agar
dapat meminimalisir gas-gas yang berbahaya di udara seperti gas CO masuk
ke dalam tubuh
2. Menanam pohon yang memiliki kemampuan menyerap zat pencemar udara
CO di sekitar rumah atau di jalan raya
3. Jika sedang diperjalanan menggunakan kendaraan seperti mobil kemudian
merasa sakit kepala, mual, lemas atau mengalami gejala lain seperti yang telah
disebutkan segeralah membuka jendela mobil atau kelua sejenak untuk
menghirup udara segar. 21,22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan hambar
daripada udara. Gas ini bersifat toksik bagi manusia ketika terpajan dalam
konsentrasi yang lebih tinggi. Karbon monoksida dapat terbentuk secara alami,
tetapi sumber utama nya adalah dari kegiatan manusia. Perjalanan gas CO dalam
tubuh menuju organ target yaitu ketika gas karbon monoksida terhirup, masuk ke
dalam paru-paru lalu ke dalam molekul hemoglobin dalam sel darah merah.
Afinitas karbon monoksida yang lebih tinggi daripada oksigen membuat gas CO
ini terikat dengan hemoglobin dan menghambat kemampuan pertukaran gas. Efek
keracunan gas karbon monoksida terhadap kesehatan adalah mulai dari sesak
nafas hingga yang lebih fatal lagi yaitu kematian. Upaya pencegahan atau
pemutusan mata rantai agen pajanan dapat dimulai dengan cara sederhana, mulai
dari perlindungan terhadap diri sendiri seperti menggunakan masker gas. Upaya
lain yang dapat dilakukan yaitu seperti mengurangi penggunaan kendaraan yang
dapat menghasilkan emisi gas, merawat mesin kendaraan agar tetap baik,
memasang scruber pada cerobong asap mesin industri, menanam pohon yang
memiliki kemampuan menyerap zat pencemar udara CO, dan lain-lain.
10
LAMPIRAN
Sumber:
Alodokter.com
11
Sumber : Aura.co.id
DAFTAR PUSTAKA
1. Euro.who.int.(2019).[online]Available at:
http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0020/123059/AQG2ndEd_5_
5carbonmonoxide.PDF [Accessed 27 Nov. 2019].
2. Rivanda A. Pengaruh Paparan Karbon Monoksida Terhadap Daya Konduksi
Trakea. Majority [Internet]. 2015 [cited 8 November 2019];4(8):154-155.
Available from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1491
3. Kusumawardhani A. Faktor risiko yang berhubungan dengan kadar
hemoglobin dan malondialdehid pada petugas parkir yang terpapar karbon
monoksida di swalayan Surakarta. Jurnal kesehatan masyarakat [Internet].
2019 [cited 8 November 2019];3(1):306. Available from:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/11388/11045
4. Rahmah S. Hubungan paparan gas CO (karbon moksida) di udara dengan
kadar COHb darah petugas parkir basement di mall Surabaya. Kesehatan
Lingkungan [Internet]. 2019 [cited 8 November 2019];11(3):226. Available
from: https://e-journal.unair.ac.id/JKL/article/view/4166
12
5. Luvika S. Delayed Neuropsychological Sequelae pada Keracunan Karbon
Monoksida. Agromed Unila [Internet]. 2019 [cited 8 November
2019];2(4):523. Available from:
https://pdfs.semanticscholar.org/9ed6/851d53225163f34d16d00a98287492e9
28ab.pdf
6. Cooper CD., & Alley FC. 2011. Air Pollution Control: A Design Approach.
Fourth Edition. Long Grove, IL: Wavelan Press, Inc
7. Apps.who.int. (2019). Carbon Monoxide. [online] Available at:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42180/WHO_EHC_213.pdf;
jsessionid=F2797FBFAC1BACAB9D1E97D057A85F76?sequence=1
[Accessed 27 Nov. 2019].
8. Repository.usu.ac.id. (2019). Karbon Monoksida. [online] Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68770/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y [Accessed 27 Nov. 2019].
9. Eprints.polsri.ac.id. (2019). Karbon Monoksida. [online] Available at:
http://eprints.polsri.ac.id/1189/4/BAB%20II.pdf [Accessed 27 Nov. 2019].
10. Tomie Hermawan Soekamto, David Perdanakusuma, (2019). Intoksikasi
Karbon Monoksida. [online] Available at:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-CO%20Intoxication.pdf
[Accessed 27 Nov. 2019].
11. Wolf SJ, Lavonas EJ, Sloan EP, Jagoda AS. Clinical policy: critical issues in
the management of adult patients presenting to the emergency department
with acute carbon monoxide poisoning. Annals of Emergency Medicine.
2008; 51(2):138–52.
12. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Penanganan darurat
pada keracunan [internet]. Jakarta: BPOM RI; 2015[Accessed 27 Nov. 2019].
Tersedia dari: http://pionas.pom.go.id/book/ioni-bab16-penanganan-darurat-
pada-keracunanpenyebab-dan-penanganankeracunan/obat-spesifik
13
13. Soekamto T. Intoksikasi Karbon Monoksida. jurnal unair [Internet]. 2019
[cited 4 December 2019];. Available from:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-CO%20Intoxication.pdf
14. Dewanti I. Identifikasi paparan CO, kebiasaan, dan kadar COHb dalam darah
serta keluhan kesehatan di basement apartemen waterplace, surabaya.
kesehatan lingkungan. 2018;10(1):59-64.
15. Uyun H, Indriawati R. Pengaruh Lama Hipoksia terhadap Angka Eritrosit
dan Kadar Hemoglobin Rattus norvegicus. 2013;3(1).
16. Dampak polusi partikel debu dan gas kendaraan bermotor pada volume dan
kapasitas paru. biomedik [Internet]. 2009 [cited 4 December 2019];1(2):65.
Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/814/632
17. Anggraeni NIS. Pengaruh lama paparan asap knalpot dengan kadar co 1800
ppm terhadap gambaran histopatologi jantung pada tikus wistar [skripsi].
Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2009.
18. Ik.pom.go.id. (2019). keracunan karbon monoksida. [online] Available at:
http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/KARACUNAN_KARBON_MONOKSIDA
.pdf [Accessed 27 Nov. 2019].
19. Jansen E. Carbon monoxide intoxication - diagnosis and treat [Internet].
Acutecaretesting.org. 2019 [cited 4 December 2019]. Available from:
https://acutecaretesting.org/en/articles/carbon-monoxide-intoxication--
diagnosis-and-treat
20. Carbon monoxide poisoning symptoms and treatment [Internet].
Headway.org.uk. 2019 [cited 4 December 2019]. Available from:
https://www.headway.org.uk/about-brain-injury/individuals/types-of-brain-
injury/carbon-monoxide-poisoning/carbon-monoxide-poisoning-symptoms-
and-treatment/
21. Marlita D, Saidah D. Pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan
bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog)
[Internet]. 2014 [cited 25 December 2019];1(3). Available from:
14
https://media.neliti.com/media/publications/112707-ID-pencemaran-udara-
akibat-emisi-gas-buang.pdf
22. Basri I. Pecemaran udara dalam antisipasi teknis pengelolaan sumber daya
lingkungan. Jurnal SMARTek. 2019;8(2):120-129.
15