Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koefisien partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase
lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Peranan koefisien partisi obat dalam
bidang farmasi sangat penting. Teori-teori tentang absorbs, ekstraksi, dan kromatografi
banyak terkait dengan teori koefisien partisi.
Kecepatan absorbs obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Hal ini
disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipida. Dengan
demikian obat-obat yang mudah larut dalam lipida akan dengan mudah melaluinya.
Sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan sukar diabsorbsi. Obat-obat yang
larut dalam lipida tersebut dengan sendirinya memiliki koefisien partisi lipida-air yang besar,
sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan memiliki koefisien partisi sangat
kecil.
Pada umumnya obat obat bersifat asam lemah. Jika obat tersebut dilarutkan dalam
air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan tergantung pH larutannya.
Obat obat yang tidak terionkan (unionized ) lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya
dalam bentuk ion kelarutaannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan demikian
pengaruh pH terhadap kecepatan absorbs obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah
sangat besar.
Koefisien partisi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembuatan obat.
Khusunya untuk membuat obat dalam. Obat yang kita ciptakan harus tepat sasaran dan
dengan mengetahui koefisien partisi dapat ditetapkan cara obat masuk ke dalam liposom.
Obat supaya mudah larut dalam lipid harus bersifat non polar atau lipofilik. Lipofilisitas obat
dapat didefinisikan sebagai kadar keseimbangan numerik kadar obat dalam fase polar dibagi
kadar obat dalam fase non polar. Adapun parameter lipofilisitas yang sering digunakan dalam
hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas biologi antara lain adalah logaritma koefisien
partisi, tetap-an pi () Hansch, tetapan fragmentasi F Nys Rekker dan harga Rm.

1
Liberasi obat dari sediaan dipengaruhi oleh faktor kimia dan fisika. Faktor kimia yang
paling berpengaruh adalah koefisien partisi. Kalium iodida memiliki koefisien partisi yang
rendah yang dapat dilihat dari kelarutannya yang sangat tinggi di dalam air.
Koefisien partisi tidak hanya perlu diperhatikan dalam pembuatan obat dalam. Dalam
pembuatan obat luar atau topikal, koefisien partisi juga merupakan hal yang sangat penting
dan perlu diperhatikan. Terdapat dua tahapan kerja obat topikal agar dapat memberikan
efeknya yaitu obat harus dapat lepas dari basis dan menuju ke permukaan kulit, selanjutnya
berpenetrasi melalui membran kulit untuk mencapai tempat aksinya. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada kedua tahapan tersebut adalah kondisi kulit, sifat fisikokimia obat seperti
kelarutan obat dalam basis, koefisien partisi, koefisien difusi dan sifat fisikokimia basis gel
seperti ukuran partikel. viskositas basis, pH basis dan sebagainya.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa/i mengetahui apa itu koefisien partisi
2. Mahasiswa/i mengetahui apa itu lipofilitas
3. Mahasiswa/i mengetahui parameter lipofilitas
4. Mahasiswa/i mengetahui metode penentuan lipofilitas pada senyawa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Koefisien Partisi

Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara fasa sampel dan
fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat dalam dua fase. Koefisien partisi
minyak-air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya
obat melalui membran lemak dan interaksi dengan makromolekul pada reseptor kadang-
kadang berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat. (Alfred,1990).
Koefisien distribusi atau koefisien partisi didefinisikan sebagai perbandingan antara
fraksi berat solute dalam fase ekstrak dibagi dengan fase berat solute dalam fase rafinat dalam
keadaan
kesetimbangan
Koefisien partisi lipida - air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase
lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Peranan koefisien partisi obat dalam
bidang farmasi sangat penting. Teori-teori tentang absorbs, ekstraksi, dan kromatografi
banyak terkait dengan teori koefisien partisi (Anonim : 2012).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan keasaman atau
kebasahan larutan. Asam lemah adalah asam yang hanya terionisasi sebagian dalam air dan
salah satu contohnya adalah asam salisilat. Asam salisilat adalah sebuah asam karboksilat
yang lebih bersifat asam dari pada alkohol atau fenol. Sifat faal dari asam karboksilat
berbobot molekul rendah ialah baunya. Reaksi suatu asam lemah dengan air bersifat
reversible. Kesetimbangan terletak pada sis persamaan, yang energinya lebih rendah. Sifat
struktur apa saja yang menstabilkan anion dibandingkan dengan asam konjugasinya, akan
menambah kuat asam denga cara menggeser letak kesetimbangan kea rah sisi H3O+ dan
anion (A-).

3
Pada umumnya, obat-obat bersifat asam lemah dan basa lemah. Jika obat tersebut
dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan
tergantung pH larutannya. Obat-obat yang tidak terionkan lebih mudah larut dalam lipida,
sebaliknya yang dalam bentuk ion kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan
demikian pengaruh pH terhadap kecepatan absorpsi obat yang bersifat asam lemah atau basa
lemah sangat besar.
Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada koefisien partisi
akan bermanfaat dalam hubungannya dengan ekstraksi dan kromatografi obat. Semakin
besar nilai koefisien partisinya maka semakin banyak senyawa dalam pelarut organik.
Nilai koefisien partisi suatu senyawa tergantung pelalrut organik tertentu yang digunakan
untuk melakukan pengukuran.
Beberapa pengukuran koefisien partisi dilakukan dengan menggunakan partisi air dan
n-oktanol, karena n-oktanol dalam banyak hal menyerupai membrane biologis DNA juga
merupakan model yang baik pada kromatografi fase terbalik. Beberapa obat mengandung
gugus-gugus yang mudah mengalami ionisasi. Oleh Karen Aitum koefisien partisi obat-obat
ini pada pH tertentu sulit diprediksi terlebih jika melibatkan lebih dari 1 gugus yang
mengalami ionisasi. Meskipun demikian, sering kali, salah satu gugus dalam satu molekul
obat lebih mudah mengalami ionisasi daripada gugus yang lain pada pH tertentu.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan
dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari
pelarut, yaitu oleh dipole momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar
lain. Aksi pelarut dari cairan non polar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar.
Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan
lemah, Karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecah
ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut nonpolar termasuk
golongan pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non-
elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit
dalam pelarut non-polar.

2.2 Metode Penentuan Nilai Parameter Sifat Lipofilik Senyawa Obat


Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli farmasi karena prinsip ini melibatkan
beberapa bidang ilmu farmasetik. Termasuk di sini pengawetan system minyak-air, kerja obat
pada yang tidak spesifik, absorbsi dan distribusi obat ke seluruh tubuh.Teori-teori tentang

4
absorpsi, ekstraksi dan kromatografi banyak terkait dengan teori koefisien partikel (Martin,
Alfred. 1990). Kecepatan absorpsi obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Hal ini
disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipida. Dengan
demikian obat-obat yang mudah larut dalam lipida akan dengan melaluinya. Sebaliknya obat-
obat sukar larut dalam lipida akan sukar diabsorpsi. Obat-obat yang mudah larut dalam lipida
tersebut dengan sendirinya memiliki koefisien partisi yang besar, sebaliknya obat-obat yang
sukar larut dalam lipida akan memiliki koefisien partisi lipida air kecil. Lipofilisitas bisa
dilihat dari koefisien partisi dan ikatan hidrogen. Koefisien partisi merupakan perbandingan
kelarutan di dalam lemak dibanding air (Sri,et al. 2011).
Pada umumnya obat-obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika obat tersebut
dilarutkan dalam air sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan
tergantung pada pH larutannya. Obat-obat yang tidak terionkan lebih mudah larut dalam
lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut.
Dengan demikian pengaruh pH sangat besar terhadap kecepatan absorpsi obat yang bersifat
asam lemah atau basa lemah (Sardjoko, 1987).
Koefisien partisi tiap zat adalah tetap sesuai dengan sifat alamiah zat itu sendiri.
(Sarwoko, et al. 2005). Lipofilisitas bisa dilihat dari koefisien partisi dan ikatan hidrogen.
Koefisien partisi merupakan perbandingan kelarutan di dalam lemak dibanding air. Cl
bersifat lipofil (+), sedangkan OH hidrofil (-). Proses awal penentu obat dalam mencapai
target adalah penetrasi atau absorpsi. Penetrasi obat dalam membran biologi tergantung pada
kelarutan obat dalam lipid. Makin mudah larut dalam lipid, obat tersebut makin mudah
menembus membran dan makin banyak yang diabsorp-si. Hal ini disebabkan sebagian besar
membran biologi tersusun oleh lipid, seperti membran sel pembungkus lambung, mukosa
usus halus dan membran jaringan syaraf 5,6 Obat supaya mudah larut dalam lipid harus
bersifat non polar atau lipofilik. Lipofilisitas obat dapat didefinisikan sebagai kadar
keseimbangan numerik kadar obat dalam fase polar dibagi kadar obat dalam fase non polar.
Adapun parameter lipofilisitas yang sering digunakan dalam hubungan kuantitatif struktur
dan aktivitas bio-logi antara lain adalah logaritma koefisien partisi, tetapan pi () Hansch,
tetapan fragmentasi F Nys Rekker dan harga Rm.7 Ada beberapa metode analisis untuk
menentukan lipofilisitas obat, yaitu secara spektrofotometri, kromato-grafi cair kinerja tinggi
(KCKT/HPLC), kromatografi gas dan kromatografi lapis tipis fase terbalik
(RPTLC= Reversed Phase Thin Layer Chromatography). (Ratna,et al. 2009)

5
2.2.1 Metode Penentuan Nilai Logaritma Koefisien Partisi
Nilai logaritma koefisien partisi (log P) suatu senyawa dapat ditentukan secara
percobaan, dengan perhitungan teoritis cara Hansch, cara Rekker, dan cara Hansch-Leo.

2.2.2 Penentuan Nilai Logaritma Koefisien Partisi Secara Percobaan


Suatu senyawa yang dapat larut dalam dua pelarut yang tidak saling campur maka
senyawa akan terdistribusi kedalam fasa polar (misal : air) dan fasa non polar (misal :
oktanol, kloroform, karbontetraklorida). Setelah tercapai kesetimbangan ternyata kadar
senyawa dalam kedua pelarut tersebut selalu tetap (pada suhu yang tetap) sehingga dapat
ditentukan nilai koefisien partisi adalah tetapan kesetimbangan suatu senyawa dalam system
pelarut non polar dan polar, yang secara logaritma berhubungan dengan energy bebas.
Berikut adalah parameter-parameter yang termasuk ke dalam parameter lipofilisitas :

Koefisien partisi (log P) merupakan salah satu sifat fisika kimia yang penting dalam
menggambarkan aktivitas biologis suatu senyawa. Koefisien partisi dapat digunakan untuk
menunjukkan kemampuan suatu molekul dalam menembus membran biologis yang bersifat
seperti halnya lapisan lemak (Hansch, et al, 1972). Koefisien partisi digunakan dalam
persamaan matematika yang mencoba menghubungkan aktivitas biologis suatu obat dengan
karakteristik fisika dan kimianya (Cairns, 2004). Koefisien partisi dihitung melalui
persamaan sbb:
P = Co/Cw
Co : Kadar bentuk molekul obat dalam minyak (pelarut non polar )
Cw : Kadar bentuk molekul obat dalam air (pelarut polar)

6
Bila tidak ada interaksi antara zat dan pelarut, maka :

Co = Cm Cw Cm : kadar zat mula-mula

Untuk senyawa yang terionisasi, pengaruh derajat ionisasi () tidak boleh di abaikan.

P = Co/Cw (1-)

Nilai P senyawa sangat bervariasi dengan jarak yang sangat besar, untuk
memudahkan perhitungan biasanya digunakan dalam bentuk logaritmanya (log P), sehingga :

Log P = log Co log Cw

Untuk senyawa yang terionisasi,

Log P = log Co log Cw (1-)

Untuk mengitung nilai dapat di cari melalui persamaan Henderson-hesselbach


sebagai berikut

pH = pKa + log Cj/Cu Cu = (1- ) dan Cj =

pKa : Tetapan ionisasi


Cu : Kadar bentuk molekul senyawa/bentuk yang tidak terionisasi
Cj : Kadar senyawa yang terionisasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, antara lain:
Untuk senyawa yang bersifat asam atau basa, di dalam air, perlu untuk didapar hingga
diperoleh 99,9% senyawa dalam bentuk molekul tak ter-ion. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui pKa-nya.
Senyawa harus stabil dalam kondisi yang dipilih, dan tidak terjadi reaksi serta tidak
mempengaruhi analisis.

7
Pelarut yang bisa digunakan sebagai fase lipid atau fase pelarut nonpolar ada berbagai
macam yang bisa digunakan. telah dijelaskan pelarut Oktanol lebih biasa digunakan.
Alasannya adalah karena Oktanol memiliki sifat yang mendekati sifat atau karakter dari
biomembran yaitu sukar larut dalam air, mempunyai gugus donor dan akseptor ikatan
hidrogen, tidak akan terjadi desolvatasi, tekanan uapnya sangat rendah, dan toksisitasnya
yang rendah. Selain itu, Oktanol juga bersifat transparan serta cut off UV-nya rendah.

2.2.3 Penentuan Nilai Logaritma koefisien partisi Teoritis Cara Hansch-Fujita


Bagaimana jika ingin mengetahui parameter lipofilik untuk senyawa yang masih
dalam rancangan dan belum disintesis?
Hansch dan Fujita memiliki suatu sistem untuk menjawab persoalan tersebut.
Keduanya mengembangkan suatu metode untuk perhitungan sifat lipofilik senyawa dengan
menyesuaikan persamaan Hammet untuk lipofilisitas. Berikut adalah rumus perhitungannya:

Sistem Hansch dan Fujita ternyata kurang memuaskan karena adanya beberapa alasan
antara lain:
Tidak dapat digunakan untuk menghitung log P senyawa yang memiliki bobot
molekul rendah.
Nilai pi (H) yang dikatakan = 0,00 diragukan.
Faktor melipat (folding) karena adanya dipol hanya berlaku pada momen dipol
adanya elektronegativitas X.

8
Ada bukti bahwa interaksi difenhidramin dengan model reseptor terikat dalam bentuk
tidak melipat sehingga perhitungan log P difenhidramin dainggap kurang mantap.

2.2.4 Penentuan Nilai Logaritma Koefisien Partisi Teoritis Cara Rekker


Kemudian Nys dan Rekker (1973) menyelidiki sejumlah senyawa dan melakukan
analisis regresi, dan menemukan bahwa nilai lipofilisitas H pada CH, CH2, CH3 serta
substituen atom C jenuh tidak sama dengan 0,00 pada atom H-nya, jadi atom H memiliki
nilai juga. Dalam hal ini, mereka mengusulkan parameter pengganti pi yaitu f sebagai bagian
dari penusun struktur dari seluruh fragmen. Dengan demikian perhitungannya untuk senyawa
tertentu akan menjadi seperti di bawah ini:

Penelitian untuk mendapatkan nilai lipofilisitas fragmen dilakukan secara bertahap


dan berkelanjutan, dengan menyelidiki ribuan senyawa yang mewakili berbagai jenis
struktur. Jadi penelitiannya terus berkembang dan diperbaiki. Pada tahun 1979, Rekker
mempublikasikan tabel tetapan fragmen dan dipublikasikan kembali oleh Rekker dan
manhold (1992) setelah dilakukan penyempurnaan.
Terdapat suatu paramater dalam perhitungannya yaitu Magic Constant (Cm) suatu
tetapan aneh yang digunakan untuk memperbaiki ketidaksesuaian antara log P pengamatan
dengan log P hitungan berdasarkan penjumlahan fragmen yang mana bernilai 0,289. Dengan
ini, persamaan penentuan Log P menjadi:

9
Berikut adalah ringkasan dari faktor Cm untuk beberapa macam senyawa.

10
2.2.5 Penentuan Nilai Logaritma Koefisien Partisi Teoritis Cara Hansch-Leo
Selain sistem hidrofobik fragmental dari Nys-Rekker, yang kemudian di sempurnakan
oleh Rekker-Mannhold, Hansh-Leo (1979) juga mempublikasikan cara menghitung koefisien
partisi dengan metode fragmen menggunakan tetapan fragentasi f melalui persamaan berikut

Dari berbagai metode penentuan log P di atas,tetapan hidrofobik Hansch-Fujita,


tetapan F RekkerMannhold, dan tetapan f Hansch-Leo, pada umumnya di gunakan untuk
mencari hubungan kualitatif struktur dan aktifitas dari suatu turunan obat.
Tetapan Hansch-Fujita lebih baik di gunakan bila perubahan struktur senyawa induk
hanya terjadi pada satu gugus, sedang untuk perubahan struktur lebih kompleks lebih baik di
gunakan perhitungan dengan tetapan f Rekker-Mannhold atau tetapan f Hansch-Leo.
Karena banyaknya factor-faktor koreksi pada penentuan nilai log P secara
perhitungan, maka yang paling ideal adalah langsung menentukkan log P secara percobaan.
Nilai log P secara perhitungan pada umumnya digunakan untuk studi hubungan kuantitatif
struktur-aktivitas dari suatu turunan senyawa.

2.3 Penentuan Lipofilitas Dengan Metode Kromatografi


Ada beberapa metode analisis untuk menentukan lipofilisitas obat, yaitu secara
spektrofotometri, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT/HPLC), kromatografi gas dan
kromatografi lapis tipis fase terbalik (RPTLC= Reversed Phase Thin Layer
Chromatography). Metode RPTLC merupakan metode yang mempunyai beberapa
keuntungan, diantaranya sederhana, cepat, sampel yang digunakan sedikit dan yang penting
lagi adalah untuk senyawa-senyawa yang tidak mempunyai gugus kromofor dapat dikerjakan.
Adapun yang menjadi kendala faktor keberhasilan dengan metoda RPTLC adalah pemilihan
fase gerak atau eluen, campuran atau kombinasi serta perbandingan jumlah campuran eluen
yang digunakan dalam proses elusinya.

11
Metode konvensional dikenal juga sebagai metode penggojogan, merupakan metode
yang membosankan dan cukup sulit terutama jika senyawa mempunyai kelarutan yang sangat
kecil (Boyce dan Milborrow, 1965). Boyce dan Milborrow (1965) mengemukakan suatu
metode sederhana, cepat dan banyak digunakan dewasa ini, yaitu metode kromatografi lapis
tipis sistem reverse phase (RPTLC), dengan memanfaatkan hubungan antara koefisien partisi
() dan harga Rf yang diperoleh dari kromatografi partisi cair-cair. Silika gel yang dilapisi
parafin cair digunakan sebagai fase diam. Fase diam lain yang dapat digunakan adalah
poliamida, dalam hal ini parafin diganti dengan minyak silikon (Rekker, 1986)
Fase gerak yang digunakan adalah campuran aseton-air atau pelarut organik lainnya
yang dapat campur dengan air seperti metanol dan etanol, kadang-kadang agar lebih baik
ditambahkan etilasetat. Fase gerak dijenuhi dulu dengan fase diamnya yaitu parafin cair atau
minyak silikon. Perbandingan antara pelarut organik dan airnya tergantung lipofilisitas
senyawa yang diselidiki, senyawa yang memiliki lipofilisitas tinggi tidak dapat bergerak jika
dielusi dengan fase gerak yang mengandung konsentrasi air yang tinggi. Lempeng
dikembangkan setelah sampel ditotolkan, pengembangan dilakukan dengan teknik menaik
sampai fase geraknya mencapai jarak 15 cm dari tempat penotolan, setelah kering kemudian
dideteksi dan dihitung harga Rf-nya (Rekker, 1986).
Deteksi dapat dilakukan mengunakan metode pembentukan senyawa yang
memberikan reaksi warna dengan gugus fungsional dari senyawa yang diselidiki, selain itu
dapat juga digunakan lampu ultraviolet untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai inti
aromatis. Selanjutnya log P dihitung dengan rumus :

log P = log K + RM

Dimana, K = tetapan yang harganya tergantung sistem kromatografi yang digunakan,


RM= Retention Modified
Rm = log {(1/Rf)-1)}

Metode ini biasanya digunakan jika hanya tersedia sejumlah bahan yang diselidiki dan
apabila senyawa yang diselidiki diduga mengandung bahan pengotor. Bahan pengotor dapat
terlihat pada lempeng namun dapat dibedakan dari bercak utama (Rekker, 1986).

12
2.4 Contoh Perbedaan Lipofilitas Pada Senyawa Obat

Parameter lipofilitas merupakan salah satu parameter fisika kimia yang mempunyai
hubungan dengan aktivitas biologis dalam hal penembusan molekul obat melewati membran
biologis. Salah satu parameter lipofilitas itu adalah logaritma koefisien partisi (Log P) dimana
penentuan koefisien partisi penting sebagai ukuran kemampuan senyawa dalam penembusan
obat melewati membran biologis. Suatu obat akan memberikan efek farmakologinya jika obat
tersebut telah mencapai tempat aksi. Pada tempat aksi ini terjadi interaksi obat dengan
reseptor sehingga akan dapat menimbulkan aksi farmakologi yang diinginkan. Tetapi
sebelum mencapai tempat aksi tersebut, obat harus dapat menembus membran biologis
terlebih dahulu. Pada penelitian ini dilakukan penentuan parameter lipofilitas dari Ketoprofen
dan Fenbufen yang meliputi penentuan logaritma koefisien partisi (Log P) dengan metode
spektrofotometri, nilai lipofilitas dengan metode perhitungan Hansch dan f Rekker.

Untuk penentuan nilai Log P sebagai fasa polar digunakan air yang diasamkan dengan
HCL 0,1 N pada pH 1,6 (untuk Ketoprofen) dan pada pH 1,5 (untuk Fenbufen) dan sebagai
fasa non polar digunakan oktanol. Nilai senyawa dalam oktanol jenuh air diperoleh dengan
mengamati serapan pada panjang gelombang 283 nm. Sedangkan Log P dari metode
perhitungan Hansch, didapat dengan menjumlahkan nilai substituent dari komponen
senyawa yang diteliti. Demikian pula dengan nilai lipofilitas dengan metode perhitungan f
Rekker, didapat dengan menjumlahkan harga fragmental f dari komponen senyawa yang
diteliti.

Untuk nilai Log P yang didapat pada sistim oktanol-air dengan metode
spektrofotometri, dilakukan uji statistik untuk membandingkan apakah ada perbedaan yang
bermakna antara nilai Log P Ketoprofen dan nilai Log P Fenbufen. Demikian juga nilai Log
P yang didapat dari metode perhitungan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada koefisien partisi
akan bermanfaat dalam hubungannya dengan ekstraksi dan kromatografi obat. Semakin
besar nilai koefisien partisinya maka semakin banyak senyawa dalam pelarut organik.
Nilai koefisien partisi suatu senyawa tergantung pelalrut organik tertentu yang digunakan
untuk melakukan pengukuran.
Metode konvensional dikenal juga sebagai metode penggojogan, merupakan metode
yang membosankan dan cukup sulit terutama jika senyawa mempunyai kelarutan yang sangat
kecil.
Berdasarkan data diatas (contoh) dan setelah dilakukan uji statistik untuk nilai Log P
yang didapat dengan metode spektrofotometri ternyata ada perbedaan bermakna antara nilai
Log P Ketoprofen dan nilai Log P Fenbufen. Dan didapat juga hasil yang menunjukkan
bahwa nilai Log P dari Ketoprofen yang didapat dari metode spektrofotometri ternyata ada
perbedan bermakna dengan nilai Log P dari perhitungan Hansch dan tidak ada perbedaan
bermakna dengan f Rekker.

14

Anda mungkin juga menyukai