Anda di halaman 1dari 2

Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara fase sampel dan fase gas, dan

ksetimbangan dari perbandingan kadar zat antara dua fase. Koefisien partisi minyak – air adalah
suatu petunjuk sifat lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatny aobat melalui membrane
lemak dan interaksi dengan makro molekul pada reseptor kadang-kadang berhubungan baik dengan
koefisien partisi oktanol/air dari obat. Pada bagian terakhir, distribusi molekul obat diantara pelarut
tidak tercampur bersama-sama dengan beberapa penerapan penting tentang partisi.(Martin, 1990).

Koefisien partisi tiap zat adalah tetap sesuai dengan sifat alamiah zat itu sendiri. Psa adalah rasio
konsentrasi zat dalam sediment dan air. Tingkat partisi antara media air dan biota tergantung pada
sifat-sifat zat yaitu hidrofilik (suka air), lipofilik (suka lemak) dan organofilik (suka zat organik). Partisi
zat dalam udara dan tanah tidak dapat langsung udara dan tanah tetapi melalui intermedia air
tanah. Zat-zat udara masuk ke dalam pori tanah berisi air tanah. Zat itu kemudian terlarut dalam air
tanah, yang dapat siap berpartisi dengan partikel tanah. Sebaliknya, zat-zat dalam partikel tanah
dapat berpartisi dengan air tanah untuk selanjutnya dengan udara (Mangkoedihardjo, 2005).

Kecepatan absorbs obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Hal ini disebabkan oleh
komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipida. Dengan demikian obat-obat yang
mudah larut dalam lipida akan dengan mudah melaluinya. Sebaliknya obat-obat yang sukar larut
dalam lipida akan sukar diabsorbsi. Obat-obat yang larut dalam lipida tersebut dengan sendirinya
memiliki koefisien partisi lipida-air yang besar, sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida
akan memiliki koefisien partisi sangat kecil. Pada umumnya obat – obat bersifat asam lemah. Jika
obat tersebut dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan
tergantung pH larutannya. Obat – obat yang tidak terionkan ( unionized ) lebih mudah larut dalam
lipida, sebaliknya dalam bentuk ion kelarutaannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan
demikian pengaruh pH terhadap kecepatan absorbs obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah
sangat besar (Martin, 1990)

Lipofilisitas bisa dilihat dari koefisien partisi dan ikatan hidrogen. Koefisien partisi merupakan
perbandingan kelarutan di dalam lemak dibanding air. Cl bersifat lipofil (+), sedangkan OH hidrofil (-).
Proses awal penentu obat dalam mencapai target adalah penetrasi atau absorpsi. Penetrasi obat
dalam membran biologi tergantung pada kelarutan obat dalam lipid. Makin mudah larut dalam lipid,
obat tersebut makin mudah menembus membran dan makin banyak yang diabsorpsi. Hal ini
disebabkan sebagian besar membran biologi tersusun oleh lipid, seperti membran sel pembungkus
lambung, mukosa usus halus dan membran jaringan syaraf. Obat supaya mudah larut dalam lipid
harus bersifat non polar atau lipofilik. Lipofilisitas obat dapat didefinisikan sebagai kadar
keseimbangan numerik kadar obat dalam fase polar dibagi kadar obat dalam fase non polar. Adapun
parameter lipofilisitas yang sering digunakan dalam hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas
biologi antara lain adalah logaritma koefisien partisi, tetap-an pi (π) Hansch, tetapan fragmentasi F
Nys Rekker dan harga Rm. (Gunardi, 2009).

Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua
pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi
molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding
distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka
banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperature (Svehla, 1990).

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan keasaman atau kebasahan larutan.
Asam lemah adalah asam yang hanya terionisasi sebagian dalam air dan salah satu contohnya adalah
asam salisilat. Asam salisilat adalah sebuah asam karboksilat yang lebih bersifat asam dari pada
alcohol atau fenol. Sifat faali dari asam karboksilat berbobobt molekul rendah ialah baunya. Reaksi
suatu asam lemah dengan air bersifat reversible. Kesetimbangan terletak pada sis persamaan, yang
energinya lebih rendah. Sifat struktur apa saja yang menstabilkan anion dibandingkan dengan asam
konjugasinya, akan menambahn kuat asam denga cara menggeser letak kesetimbangan kea rah sisi
H3O+ dan anion (A-).

Pada umumnya, obat-obat bersifat asam lemah dan basa lemah. Jika obat tersebut dilarutkan
dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan tergantung pH larutannya.
Obat-obat yang tidak terionkan lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion
kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan demikian pengaruh pH terhadap
kecepatan absorpsi obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah sangat besar.

Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada koefisien partisi akan
bermanfaat dalam hbungannya dengan ekstraksi dan kromatografi obat. Semakin besar nilai
koefisien partisinya maka semakin banyak senyawa dalam pelarut organic. Nilai koefisien partisi
suatu senyawa tergantung pelalrut organic tertentu yang digunakan untuk melakukan pengukuran.

Beberapa pengukuran koefisien partisi dilakukan dengan menggunakan partisi air dan n-
oktanol, karena n-oktanol dalam banyak hal menyerupai membrane biologis dna juga merupakan
model yang baik pada kromatografi fase terbalik. Beberapa obat mengandung gugus-gugus yang
mudah mengalami ionisasi. Oleh Karen aitum koefisien partisi obat-obat ini pada pH tertentu sulit
diprediksi terlebih jika melibatkan lebih dari 1 gugus yang mengalami ionisasi. Meskipun demikian,
sering kali, salah satu gugus dalam satu molekul obat lebih mudah mengalami ionisasi daripada
gugus yang lain pada pH tertentu.

Pemahaman tentang Koefisien partisi dan efek pH terhadap koefisien partisi berguna sehubungan
dengan ekstraksi dan kromatrografi obat-obat. Koefisien partisi untuk suatu senyawa (P)/(APC)
dapat dinyatakan secara sederhana sebagai berikut:

Dimana : C0 = Konsentrasi zat dalam dua fasa organik.

Cw = Konsentrasi zat dalam fasa cair

Gunardi., Ratna Asmah S., Bambang Tri Purwanto., Edy Sulistyowati., Siti Musinah, 2009, Metode
RPTLC dan Op timasi Fase Gerak Dalam Penetapan Harga Rm Sebagai Salah Satu Parameter
Lipofilisitas Dalam Rancangan Obat, Media Indonesia, Volume 43, Nomor 5.

Mangkoedihardjo, Sarwoko, 2005, Sebuah kajian dengan pendekatan energi, ekosistem, danekologi,
Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya : 145

Martin, Alfred . dkk . 1990 . Farmasi Fisik edisi 3 . Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press). .Jakarta

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman Media
Pustaka. Jakarta.

Watson dan David, G., 2009, Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi
Kimia Farmasi, Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Winny, R., Syarief, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 100-110, 370-374.

Anda mungkin juga menyukai