Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK I

PERCOBAAN I
KELARUTAN INTRINSIK OBAT


OLEH:
NAMA : ARINTA PURWI SUHARTI
NIM : F1F1 12 020
KELOMPOK : III
KELAS : A
ASISTEN : SYAHDAM HAMIDI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
KELARUTAN INTRINSIK OBAT
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan
proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan
zat.
B. LANDASAN TEORI
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut)
untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan
suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan
pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada
pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larut lagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi. Ada
banyak sekali zat kimia yang mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya
bercampur sempurna (miscible), misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat
kimia yang sama sekali tidak larut, sebagai contoh adalah perak klorida dalam
air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh,
setelah itu mengendap seperti NaCl dalam air (Anonim, 2013).
Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk
diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum memformula bahan obat menjadi
sediaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat,
antara lain: melalui pembentukan garam, perubahan struktur internal kristal
(polimorfi) atau penambahan suatu bahan penolong, misalnya bahan
pengompleks, surfaktan dan kosolven (Erindyah et al., 2005).
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut)
untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan
suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan
pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada
pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larut lagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi. Ada
banyak sekali zat kimia yang mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya
bercampur sempurna (miscible), misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat
kimia yang sama sekali tidak larut, sebagai contoh adalah perak klorida dalam
air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh,
setelah itu mengendap seperti NaCl dalam air (Anonim, 2013).
Kelarutan intrinsik merupakan kelarutan dari suatu senyawa dalam
bentuk molekulnya (tidak terion) di dalam larutan. Dalam melihat kelarutan
intrinsik suatu obat prtama dilihat kelarutan obat di dalam 0,1 N HCl, 0,1 N
NaOH dan air). Peningkatan kelarutan obat pada asam menyatakan obat tersebut
basa lemah dan peningkatan kelarutan obat pada basa menyatakan obat tersebut
asam lemah (Novita et al., 2012).
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat
fisika dan sifat kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor
temperatur, tekanan pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung
pada hal terbaginya zat terlarut. Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa
cara antara lain yaitu menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary,
definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan larut 1 gram zat
terlarut (Martin, 1990).
Asam salisilat merupakan senyawa golongan asam karboksilat yang
digunakan pertama kali sebagai analgesik. Karena sifatnya yang sangat iritatif,
penggunaannya secara oral dihindari. Telah banyak dilakukan berbagai
modifikasi terhadap struktur asam salisilat untuk memperkecil efek samping dan
untuk meningkatkan aktivitas dari senyawa ini disamping untuk menghasilkan
senyawa-senyawa yang dapat digunakan secara per oral. Modifikasi struktur
yang telah dilakukan yaitu pada gugus karboksil, gugus hidroksi fenolik, maupun
pada cincin benzena (Rudyanto et al, 2005).
Asam salisilat memiliki aktivitas keratorik dan antiseptik lemak jika
digunakan secara topikal. Sifatnya yang asam meningkatkan hidrasi endogen,
sehingga keratin terdistribusi di permukaan kulit yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kemampuan absorbsi ke dalam kulit. Asam salisilat bersifat
hidrofil, tetapi sukar larut dalam air. Dilain pihak asam salisilat diharapkan
terjerat dalam kompartemen air, karena asam salisilat harus dalam keadaan
terlarut. Pelarut guna meningkatkan kelarutan asam salisilat digunakan pelarut
campur yaitu, propilenglikol dan dafar fosfat pH 7,4. Pelarut campuran tersebut
selain berfungsi sebagai pelarut, propilenglikol merupakan pelembabyang baik
untuk kulit sedangkan dafar fosfat bertujuan pula untuk menekan pengaruh pH
yang tinggi dari asam salisilat yaitu sekitar pH 2 hingga pH 3 dalam larutan
jenuhnya. Hal ini disebabkan lemak penyusun liposom akan terhidrolisis pada
pH asam (Panjaitan, 2008).
Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk
diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum memformula bahan obat menjadi
sediaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat,
antara lain: melalui pembentukan garam, perubahan struktur internal kristal
(polimorfi) atau penambahan suatu bahan penolong, misalnya bahan
pengompleks, surfaktan dan kosolven (Erindyah et al., 2005).
Kelarutan intrinsik merupakan kelarutan dari suatu senyawa dalam
bentuk molekulnya (tidak terion) di dalam larutan. Dalam melihat kelarutan
intrinsik suatu obat prtama dilihat kelarutan obat di dalam 0,1 N HCl, 0,1 N
NaOH dan air). Peningkatan kelarutan obat pada asam menyatakan obat tersebut
basa lemah dan peningkatan kelarutan obat pada basa menyatakan obat tersebut
asam lemah (Novita et al., 2012).
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat
fisika dan sifat kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor
temperatur, tekanan pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung
pada hal terbaginya zat terlarut. Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa
cara antara lain yaitu menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary,
definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan larut 1 gram zat
terlarut (Martin, 1990).
Asam salisilat adalah senyawa golongan asam karboksilat yang
digunakan pertama kali sebagai analgesik. Karena sifatnya yang sangat iritatif,
penggunaannya secara oral dihindari. Telah banyak dilakukan berbagai
modifikasi terhadap struktur asam salisilat untuk memperkecil efek samping dan
untuk meningkatkan aktivitas dari senyawa ini disamping untuk menghasilkan
senyawa-senyawa yang dapat digunakan secara per oral. Modifikasi struktur
yang telah dilakukan yaitu pada gugus karboksil, gugus hidroksi fenolik, maupun
pada cincin benzena (Rudyanto et al, 2005).
Asam salisilat memiliki aktivitas keratorik dan antiseptik lemak jika
digunakan secara topikal. Sifatnya yang asam meningkatkan hidrasi endogen,
sehingga keratin terdistribusi di permukaan kulit yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kemampuan absorbsi ke dalam kulit. Asam salisilat bersifat
hidrofil, tetapi sukar larut dalam air. Dilain pihak asam salisilat diharapkan
terjerat dalam kompartemen air, karena asam salisilat harus dalam keadaan
terlarut. Pelarut guna meningkatkan kelarutan asam salisilat digunakan pelarut
campur yaitu, propilenglikol dan dafar fosfat pH 7,4. Pelarut campuran tersebut
selain berfungsi sebagai pelarut, propilenglikol merupakan pelembabyang baik
untuk kulit sedangkan dafar fosfat bertujuan pula untuk menekan pengaruh pH
yang tinggi dari asam salisilat yaitu sekitar pH 2 hingga pH 3 dalam larutan
jenuhnya. Hal ini disebabkan lemak penyusun liposom akan terhidrolisis pada
pH asam (Panjaitan, 2008).










C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
Buret
Pipet ukur
Filler
Gelas kimia
Pipet tetes
Erlenmeyer
Batang pengaduk
Sendok tanduk
Timbangan analitik
Corong
Kertas saring
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
Asam salisilat
Alkohol 96 %
Propylenglycol
Aquades
NaOH
Indikator fenolftalein
E. HASIL PENGAMATAN
1. Table Pengamatan
Erlenmeyer
Volume Pelarut Volume
NaOH Air Alkohol Propylenglicol
1
2
3
4
15 ml
15 ml
15 ml
15 ml
2,5 ml
3 ml
3,5 ml
4 ml
2,5 ml
2 ml
1,5 ml
1 ml
8,9 ml
11,8 ml
9,6 ml
10,3 ml

2. Data Perhitungan
a. Erlemeyer I
1. Konstanta Dielektrik
Air
Diketahui : air = 80,4
V air = 15 ml
Ditanyakan :air dalam campuran = .?
Penyelesaian:air dalam campuran = 80,4 x


= 60,3
Alkohol
Diketahui : alkohol = 25,7
V alkohol = 4 ml
Ditanyakan : alkohol dalam campuran = .?
Penyelesaian : alkohol dalam campuran = 25,7 x


= 5,14
Propylenglycol
Diketahui : propylenglycol = 42,5
V propylenglycol = 1 ml
Ditanyakan :propylenglycol dalam campuran = .?
Penyelesaian :propylenglycol dalam campuran = 42,5 x


= 2,125
2. Kadar asam salisilat
Diketahui : V NaOH = 10,3 ml
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 20 ml
Ditanyakan : Kadar asam salisilat = .?
Penyelesaian : Kadar asam salisilat = M
1
x V
1
= M
2
x V
2

0,1 x 10,3 = M
2
x 20
M
2
=


= 0,0515 M

b. Erlemeyer II
1. Konstanta Dielektrik
Air
Diketahui : air = 80,4
V air = 15 ml
Ditanyakan :air dalam campuran = .?
Penyelesaian:air dalam campuran = 80,4 x


= 60,3
Alkohol
Diketahui : alkohol = 25,7
V alkohol = 3,5 ml
Ditanyakan : alkohol dalam campuran = .?
Penyelesaian : alkohol dalam campuran = 25,7 x


= 4,497
Propylenglycol
Diketahui : propylenglycol = 42,5
V propylenglycol = 1,5 ml
Ditanyakan :propylenglycol dalam campuran = .?
Penyelesaian :propylenglycol dalam campuran = 42,5 x


= 3,187
2. Kadar asam salisilat
Diketahui : V NaOH = 9,6 ml
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 20 ml
Ditanyakan : Kadar asam salisilat = .?
Penyelesaian : Kadar asam salisilat = M
1
x V
1
= M
2
x V
2

0,1 x 9,6 = M
2
x 20
M
2
=


= 0,048 M
c. Erlemeyer III
1. Konstanta Dielektrik
Air
Diketahui : air = 80,4
V air = 15 ml
Ditanyakan :air dalam campuran = .?
Penyelesaian:air dalam campuran = 80,4 x


= 60,3
Alkohol
Diketahui : alkohol = 25,7
V alkohol = 3 ml
Ditanyakan : alkohol dalam campuran = .?
Penyelesaian : alkohol dalam campuran = 25,7 x


= 3,855
Propylenglycol
Diketahui : propylenglycol = 42,5
V propylenglycol = 2 ml
Ditanyakan :propylenglycol dalam campuran = .?
Penyelesaian :propylenglycol dalam campuran = 42,5 x


= 4,25
2. Kadar asam salisilat
Diketahui : V NaOH = 11,8 ml
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 20 ml
Ditanyakan : Kadar asam salisilat = .?
Penyelesaian : Kadar asam salisilat = M
1
x V
1
= M
2
x V
2

0,1 x 11,8 = M
2
x 20
M
2
=


= 0,05 M


d. Erlemeyer IV
1. Konstanta Dielektrik
Air
Diketahui : air = 80,4
V air = 15 ml
Ditanyakan :air dalam campuran = .?
Penyelesaian:air dalam campuran = 80,4 x


= 60,3
Alkohol
Diketahui : alkohol = 25,7
V alkohol = 2,5 ml
Ditanyakan : alkohol dalam campuran = .?
Penyelesaian : alkohol dalam campuran = 25,7 x


= 3,212
Propylenglycol
Diketahui : propylenglycol = 42,5
V propylenglycol = 2,5 ml
Ditanyakan :propylenglycol dalam campuran = .?
Penyelesaian :propylenglycol dalam campuran = 42,5 x


= 5,312
3. Kadar asam salisilat
Diketahui : V NaOH = 8,9 ml
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 20 ml
Ditanyakan : Kadar asam salisilat = .?
Penyelesaian : Kadar asam salisilat = M
1
x V
1
= M
2
x V
2

0,1 x 8,9 = M
2
x 20
M
2
=


= 0,044 M
Erlenmeyer Air Alkohol Propylenglycol
Campuran
Pelarut
M Asam
Salisilat
1
2
3
4
60,3
60,3
60,3
60,3
3,21
3,85
4,49
5,14
5,31
4,25
3,18
2,12
68,82
68,4
67,97
67,56
0,044
0,059
0,048
0,015








3.Grafik












0.044
0.059
0.048
0.015
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
68.82 68.4 67.97 67.56
M

A
s
a
m

S
a
l
i
s
i
l
a
t


Konstanta Dielektrik Campuran Pelarut

Hubungan Konstanta Dielektrik () Campuran Pelarut
dengan Konsentrasi Asam Salisilat

F. PEMBAHASAN
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat
dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada
suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu
merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan
sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak
dapat larut lagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi. Ada banyak sekali zat kimia
yang mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna
(miscible), misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali
tidak larut, sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan
suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap
seperti NaCl dalam air.
Pada percobaan ini, asam salisilat reaksikan dengan beberapa larutan, yaitu
aquades, alkohol dan propylenglycol. Bila ditinjau dari kemampuan
melarutkannya air merupakan pelarut polar, alkohol adalah pelarut semi polar
dan propylengglikol merupakan pelarut non polar. Pada literatur prinsip
kelarutan like dissolved like menyatakan suatu zat hanya dapat larut dalam
pelarut yang sejenis dengannya, tentu saja dalam hal ini yang polar hanya akan
larut dalam pelarut polar, yang semi polar juga hanya akan larut pada pelarut
semi polar, dan zat yang non polar akan larut pada pelarut non polar.
Pertama yang dilakukan adalah asam salisilat dibagi kedalam empat
Erlenmeyer. Perlakuan pada asam salisilat yaitu, dimana ditambahkan secara
berurutan aquades, alkohol dan propylenglicol dengan volume masing-masing
larutan berbeda, kecuali pada aquades. Pada penambahan aquades, asam salisilat
tidak memberikan perubahan. Asam salisilat tidak dapat larut dalam aquades. Hal
tersebut disebabkan karena asam salisilat yang bentuknya kristal sehingga
menyulitkan dalam proses pengenceran.
Larutan asam salisilat yang telah ditambahkan dengan ketiga larutan
tersebut, disaring menggunakan kertas saring. Proses penyaringan tersebut
bertujuan untuk mendapatkan larutan asam salisilat yang homogen, tanpa
bercampur lagi dengan kristal-kristal asam salisilat yang tidak larut. Sehingga,
larutan asam salisilat tersebut dapat mudah dititrasi dan bereaksi dengan
titrannya. Sebelum dilakukan proses titrasi, terlebih dulu asam salisilat di tambah
dengan indikator fenolftalein yang akan memberikan perubahan warna pada
proses titrasinya.
Proses titrasi akan berakhir jika telah terjadi perubahan warna pada larutan
asam salisilat. Setelah terjadi perubahan warna pada asam salisilat, maka proses
titrasi dihentikan dan terlihat adanya perbedaan volume NaOH yang digunakan
pada masing-masing larutan asam salisilat. Asam salisilat dengan rumus struktur
yang terdiri dari gugus OH dan gugus benzen, membuat asam salisilat menjadi
zat yang bersifat semipolar, ditandai dengan gugus OH sebagai penanda polar
dan gugus benzen sebagai penanda non polar, sehingga asam salisilat hanya akan
larut sempurna pada pelarut semi polar, dalam hal ini alkohol.
Dari percobaan, dapat diketahui adanya faktor yang mempengaruhi
kelarutan intrinsik obat. Diantaranya yaitu sifat solute dan solvennya, dimana
solute yang polar akan larut pada solven yang polar pula begitupun sebaliknya.
Faktor lainnya yaitu cosolvensi, yang merupakan peristiwa kenaikan kelarutan
suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain. Kelarutan juga mempengaruhi
kelarutan intrinsik obat dimana zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut,
sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Selain faktor
tersebut, faktor lain yaitu salting out dan salting in. Salting out adalah peristiwa
adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat
utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya
endapan karena ada reaksi kimia. Sedangkan salting in adalah adanya zat terlarut
tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi
lebih besar.







G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
terjadi perbedaan volume NaOH pada masing-masing larutan asam salisilat
setelah dilakukan proses titrasi. Hal tersebut dapat disebabkan karena perbedaan
konsentarsi dari pelarut-pelarut yang digunakan pada perlakuan sampel asam
salisilat.

















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Kelarutan. http://www.ilmukimia.org/2013/04/kelarutan.html.Diakses
tanggal 12 Mei 2013.

Erindyah dan Anita Sukmawati. 2005. Peningkatan Kelarutan Penta-gamavunon-1
melalui Pembentukan Kompleks dengan Polivinilpirolidon. Jurnal Penelitian
Sains & Teknologi. Vol. 6.No. 2.

Novita, Gressy, Kamal Rullah dan Anwar Syahadat. 2012. Studi Preformulasi
Senyawa Sintesis Turunan Kalkon 3-(3-Nitrophenil)-1-Phenilprop-2-En-1-On
: Kelarutan Intrinsik dan Konstanta Ionisasi. Scientia. Vol. 2. No. 1.

Martin, Alfred, James Swarbrick dan Arthur Cammarata. 1990. Farmasi Fisik edisi 3.
Jakarta: Universitas Indonesia press.

Panjaitan, Elman. 2007. Karakterisasi Fisik Liposom Asam Salisilat Menggunakan
Mikroskop Elektron Transmisi. Jurnal Sains Materi Indonesia. Vol. 9. No. 3

Rudyanto, Marcellino, Suzana dan G. N. Astika. 2005. Sintesis N-Metilsalisilamida,
N,N-Dimetilsalisilamida dan Salisilpiperidida. Akta Kimindo. Vol. 1. No. 1.

Anda mungkin juga menyukai