Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ACARA PRAKTIKUM I

“UJI BENEDICT”

Oleh

NAMA : ETRY KAREN PUTRI MBEO

NIM : 2206050023

KELAS : BIOLOGI A

LABORATORIUM BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
I. TUJUAN
Untuk Mengetahui Adanya Gula Pereduksi Pada Sampel
II. DASAR TEORI
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung C, H dan O. Rumus umum
karbohidrat adalah (CH2 O)n. Semuanya memiliki C=O atau CHO sebagai
gugus fungsi. Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksi aldehida atau
keton. Karbohidrat tersebar luas baik pada tumbuhan maupun pada hewan,
Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. Glukosa
adalah bahan bakar metabolisme utama mamalia (kecuali ruminansia) dan
bahan bakar universal bagi janin. Glukosa adalah senyawa prekursor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh, termasuk glikogen; ribosa dan
deoksiribosa untuk biosintesis asam nukleat; dan galaktosa dalam laktosa susu,
dalam glikolipid, dan dalam kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan
proteoglikan.
Karbohidrat merupakan makromolekul yang penting bagi tongkat
kehidupan mahluk hidup. Senyawa karbohidrat menyumbangkan 70 – 80%
sumber energi untuk aktivitas manusia. Konsumsi rata-rata karbohidrat dalam
makanan sekitar 65% dan energi yang dihasilkan dari metabolisme selular
karbohidrat tersebut akan digunakan untuk metabolisme biomolekul lainnya
seperti protein, lemak dan asam nukleat. Selain itu, lebih dari 90% komponen
penyusun tumbuhan kering adalah karbohidrat.
Pencernaan karbohidrat dimulai dari mulut, kemudian terhenti sebentar di
lambung dan dilanjutkan ke usus halus kemudian di serap oleh dinding usus,
masuk ke cairan limpa, kemudian ke pembuluh darah kapiler dan dialirkan
melalui vena portae ke hati dan sebagian pati yang tidak dicerna masuk ke
usus besar. Sisa karbohidrat yang masih ada, dibuang menjadi tinja
Kabohidrat adalah polimer alami dengan rumus umum Cn (H2O)n yang
dihasilkan oleh tumbuhan dan digunakan sebagai sumber energi bagi mahluk
hidup. Karbohirat berasal dari kara karbon dan hidrat (air). Hal ini bukan
berarti atom karbon yang mengikat arang, akan tetapi senyawa tersebut akan
membebaskan air (hidrat) dan menyisipkan karbon atau arang pada proses
pemanasan. Karbohidrat dikenal juga dengan sebutan sakarida yang berasal
dari bahasa latin saccharum yang berarti gula.
Reaksi Karbohidrat terdiri dari beberapa, yaitu:
a. Reaksi Molisch
b. Reaksi Benedict
c. Reaksi Barfoed
d. Reaksi Fehling
e. Reaksi Iodium
f. Reaksi Seliwanoff
g. Reaksi Osazon
2. Klasifikasi Karbohidrat
Berdasarkan sakarida yang dikandungnya, maka kerbohidrat dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
a. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana, hanya tediri dari
satu sakarida dan tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul-molekul
karbohidrat yang lebih sederhana lagi,misalnya glukosa, fruktosa, ribosa,
dan galaktosa.
Penggolongan monosakarida:
1. Penggolongan berdasarkan gugus fungsionalnya
Gugus fungsional karbohidrat adalah gugus karbonil dan sejumlah
gugus hidroksil (polihidroksi). Penggolongan didasrkan pada letak
gugus karbonil, jika letak gugus karbonilnya di tengah, berarti gugus
fungsionalnya keton. Berdasrkan gugus fungsi yang dikandungnya,
maka karbohidrat dapat dikelompokkan sebagai berikut:
 Aldosa, yaitu karbohidrat yang mengandung gugus fungsi aldehid.
 Ketosa, yaitu karbohidrat yang mengandung gugus fungsi keton.
2. Penggolongan berdasarkan jumlah atom C
Monosakarida berdasarkan jumlah atom C yang dimiliki dapat
digolongkan menjadi:
 Triosa (memiliki tiga atom C)
 Tetrosa (memiliki empat atom C)
 Pentosa (memiliki lima atom C)
 Heksosa (memiliki enam atom C)
3. Penggolongan berdasarkan gugus fungsional dan jumlah atom C
Beberapa golongan senyawa yang dapat digolongkan berdasarkan
gugus fungsional dan jumlah atom C adalah sebagai berikut:
 Golongan aldotetrosa
 Golongan aldopentosa
 Golongan aldoheksosa
 Golongan ketopentosa
 Golongan ketoheksosa
Isomer optis pada monosakrida disebebkan adanya atom C asimetris
dalam molekulnya. Isomer optis monosakarida terjadi pada sakarida
dengan rumus molekul yang sama, tetapi arah putar bidang cahaya
terpolarisasinya berbeda, ada yang memutar ke kiri dan ada yang
memutar ke kanan.
Molekul monosakarida yang memutar ke kiri diberi nama dengan
awalan L (levo=kiri) sedangkan monosakarida yang memutar ke
bagian kanan diberi nama dengan awalan D (deksto=kanan). Penetapan
bentuk monosakrida L dan D adalah didasari pada posisi-posisi gugus
OH pada atom C nomor 1,2,3,4, dan 5. Jika posisi OH lebih banyak
mengarah ke kanan maka diberi awalan D, dan kika sebaliknya lebih
banyak mengarah ke kiri diberi nama awalan L.
Contoh dari Monosakrida, antara lain, yaitu:
 Glukosa
Glukosa didapatkan dari hasil hidrolisis dari semua karbohidrat dalam
tubuh sebelum proses oksidasi dan merupakan molekul paling
sederhana. Glukosa terdapat dalam senyewa buah-buahan masak,
terutama dalam anggur.
 Fruktosa
Fruktosa merupakan ketosa yang sama seperti glukosa, yaitu
merupakan makanan berenergi yang akhirnya dioksidadi menjadi
karbon dioksida dan air dalamsel-sel tubuh. Menurut penelitian, enzim
dan hormon yang mengendalikan oksidasi dapat berbeda dalam satu
atau dua tahap dari keseluruhan proses oksidasi.
 Galaktosa
Galaktosa merupakan senyawa monosakarida yang membentuk
monomer pembentuk laktosa, senyawa ini dihasilkan dari proses gula
susu mamalia.
b. Disakarida
Disakarida merupakan senyawa yang terbentuk dari 2 molekul
monosakarida yg sejenis atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis oleh
larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida.
Dalam proses metabolisme, disakarida akan dipecah menjadi 2 molekul
monosakarida oleh enzim dalam tubuh.
Adapun 3 golongan kelompok disakarida:
1. Sukrosa, terdapat dalam gula tebu dan gula aren. Dalam proses
pencernaan sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltosa, hasil pecahan zat tepung (pati), yang selanjutnya
dipecah menjadi 2 molekul glukosa.
3. Laktosa, banyak terdapat dalam susu, serta lebih sulit dicerna
dibanding sukrosa dan maltosa. Dalam proses pencernaan akan
dipecah menjadi 1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa.
c. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan gabungan dari molekul-molekul monosakarida
yang jumlahnya antara 2 (dua) sampai dengan 8 (delapan) molekul
monosakarida. Sehingga oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida
dan lainnya. Oligosakarida secara eksperimen banyak dihasilkan dari
proses hidrolisa polisakarida dan hanya beberapa oligosakarida yang
secara alami terdapat di alam. Oligosakarida terbentuk karena adanya
ikatan glikosidik antara molekul monosakarida pada atom C 1 molekul
satu dengan gugus hidroksil ( -OH) pada molekul lainnya. Biasanya ikatan
glikosidik terbentuk antara C 1 pada satu molekul dengan C 3 pada
molekul lainnya ( 1 -> 3). Ikatan glikosidik yang umum adalah 1 -> 3, 1 ->
4 dan 1 -> 6. Akan tetapi, ikatan glikosidik 1 -> 1 dan 1 -> 2 juga mungkin
terjadi. Ikatan dapat terjadi dalam bentuk molekul α dan β.
Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan
bantuan enzim tertentu atau hidrolisis dengan asam. Pati dapat dihidrolisisi
dengan enzim amilase menghasilkan maltosa, maltotriosa, dan isomaltosa.
Bila pati dihidrolisis dengan enzim transglukosidase akan dihasilkan suatu
oligosakarida dengan derajat polimerisasi yang lebih besar. Senyawa ini
disebut dekstrin yang sangat larut dalam air dan dapat mengikat zat-zat
hidrofobikn sehingga dipergunakan sebagai food additive untuk
memperbaiki tekstur bahan makanan.
● Maltotriosa (3 unit glukosa)
● Raffinosa (glukosa + fruktosa + galaktosa)
d. Polisakarida
Polisakarida merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida.
Dikatakan Polisakarida jika tersusun atas lebih dari 10 molekul
monosakarida. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai
penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pati, dan lignin) dan sebagai
sumber energi (pati, dektrin, glikogen, dan fruktan). Polisakarida penguat
tekstur ini tidak dapat dicerna tubuh, tetapi merupakan seratserat (dietary
fiber) yang dapat menstimulasi enzim-enzim pencernaan. Polisakarida
merupakan polimer molekulmolekul monosakarida yang dapat berantai
lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim tertentu
Polisakarida merupakan karbohidrat, sehingga tersusun hanya dari atom
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Menurut fungsinya, polisakarida dibedakan menjadi polisakarida cadangan
(storage) dan polisakarida penyusun (structural). Polisakarida cadangan
berfungsi sebagai cadangan pemasok energi (dalam bentuk gula) yang
dibutuhkan sel, melalui hidrolisis enzimatik. Polisakarida penyusun adalah
bahan penyusun sel atau jaringan. Polisakarida penyusun biasanya sukar
diurai secara biologis dan membutuhkan asam kuat untuk memecahkan
ikatan molekulnya. Sebaliknya, polisakarida cadangan mudah diurai secara
biologis.
Polisakarida cadangan terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Pati
Pati adalah polisakarida cadangan dalam tumbuhan. Monomer-
monomer glukosa penyusunnya dihubungka dengan ikatan alfa 1-4.
Bentuk pati yang sangat sederhana adalah amilosa, yang hanya
memiliki rantai lurus. Bentuk pati yang semakin kompleks adalah
amilopektin yang merupakan polimer bercabang dengan ikatan alfa 1-6
pada titik percabangan.
2. Glikogen
Glikogen adalah polisakarida simpanan dalam tubuh hewan. Yang
dibangun glikogen mirip dengan amilopektin, namun memiliki
semakin jumlah percabangan. Manusia dan vertebrata lainnya
menyimpan glikogen pada sel hati dan sel otot. Glikogen dalam sel
akan dihidrolisis bila terjadi peningkatan permintaan gula dalam tubuh.
Hanya saja, energi yang dihasilkan tidak seberapa sehingga tidak dapat
diandalkan sebagai sumber energi dalam jangka lama.
3. Dekstran
Dekstran adalah polisakarida pada bakteri dan khamir yang terdiri atas
poli-D-hlukosa rantai alfa 1-6, yang memiliki cabang alfa 1-3 dan
beberapa memiliki cabnga alfa 1-2 atau alfa 1-4. Plak di permukaan
gigi yang dikarenakan oleh bakteri diketahui kayak akan dekstran.
Dekstran juga telah dihasilkan secara kimia berproduksi dekstran
sintetis.
Polisakarida Struktural terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Selulosa
Selulosa adalah komponen utama penyusun dinding sel tumbuhan.
Selulosa adalah senyawa sangat berlimpah di bumi, adalah dihasilkan
hampir 100 miliar ton per tahun. Ikatan glikosidik selulosa berbeda
dengan pati adalah monomer selulosa seluruhnya terdapat dalam
konfigurasi beta.
2. Kitin
Kitin adalah karbohidrat penyusun eksoskeleton artropoda (serangga,
laba-laba, krustase). Kitin terdiri atas monomer glukosa dengan cabang
yang berisi nitrogen. Kitin murni menyerupai kulit, namun akan
mengeras ketika dilapisi dengan kalsium karbonat. Kitin juga
ditemukan pada dinding sel cendawan. Kitin telah digunakan untuk
menciptakan benang operasi yang kuat dan fleksibel dan akan terurai
setelah luka atau sayatan sembuh.

Polisakarida biasa diberi nama sesuai monomer penyusunnya. Polisakarida


yang tersusun dari glukosa dinamakan glukan, sedangkan dari mannosa
dinamakan mannan.
3. Fungsi Karbohidrat
Fungsi primer dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka
pendek (gula merupakan sumber energi). Fungsi sekunder dari karbohidrat
adalah sebagai cadangan energi jangka menengah (pati untuk tumbuhan
dan glikogen untuk hewan dan manusia). Fungsi lainnya adalah sebagai
komponen struktural sel. Fungsi lain karbohidrat bagi tubuh yaitu pemberi
rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme
lemak dan membantu mengeluarkan feses. Fungsi Karbohidrat, antara lain:
1. Sumber energi. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori.
Karbohidrat di dalam tubuh sebagian berada dalam sirkulasi darah
sebagai glukosa untuk keperluan energi dan sebagian lagi disimpan
sebagai glikogen dalam hati dan otot, dan sebagian diubah menjadi
lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi dalam
jaringan lemak. Sistem saraf sentral dan otak sama sekali tergantung
pada glukosa untuk keperluan energinya.
2. Pemberi rasa manis pada makanan. Karbohidrat memberi rasa manis
pada makanan, khususnya monosakarida dan disakarida. Gula tidak
mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling manis.
3. Penghemat protein. Protein akan digunakan sebagai sumber energi,
jika kebutuhan karbohidrat tidak terpenuhi, dan akhirnya fungsi protein
sebagai zat pembangun akan terkalahkan.
4. Pengatur metabolisme lemak. Karbohidrat mencegah terjadinya
oksidasi lemak yang tidak sempurna.
5. Membantu pengeluaran feses. Karbohidrat membantu pengeluaran
feses dengan cara mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk pada
feses. Selulosa dan serat makanan mengatur peristaltik usus, sedangkan
hemiselulosa dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus
besar sehingga memberi bentuk pada sisa makanan yang akan
dikeluarkan. Serat makanan mencegah kegemukan, konstipasi,
hemoroid, penyakit-penyakit divertikulosis, kanker usus besar,
penyakit diabetes mellitus dan jantung koroner yang berkaitan dengan
kadar kolesterol.
4. Uji Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Nama
Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley
Rossiter Benedict (17Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di
Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia
pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di
Department of Physiological Chemistry. Pada uji Benedict, pereaksi ini
akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam
gugusaromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun
fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosadan mannosa
dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi
benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang
sebanyak 100 gram sodium carbonateanhydrous, 173 gram sodium citrate,
dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan
dengan aquadest sebanyak 1 liter. Untuk mengetahui adanya monosakarida
dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan
dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam
waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah
warna menjadi biru (tanpaadanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah
dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula
pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua
monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic
sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan
alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Uji Benedict
dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes.
Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti
dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam
urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.
Uji Benedict Biasanya dilakukan menggunakan sampel makanan dan urin.
I. Uji Benedict dengan sampel makanan.
Untuk mengetahui adanya kandungan monosakarida dan
disakarida pereduksi dalam makanan, sehingga sampel makanan
dilarutkan ke dalam air dan ditambahkan beberapa tetes pereaksi
pereduksi benedict. Larutan yang ada kemudian dipanaskan dalam
waterbath selama 4 hingga 10 menit. Selama proses pemanasan,
larutan akan berubah warna menjadi biru atau berarti menunjukkan
tidak ada glukosa, selain itu berubah hijau, merah, kuning, oranye
hingga merat bata atau memiliki kandungan glukosa tinggi. Sementara
sukrosa atau gula pasir tidak bisa bereaksi oleh pereaksi benedict,
karena sukrosa mengandung dua monosakarida (fruktosa dan glukosa).
Dua monosakarida (fruktosa dan glukosa) itu terikat lewat ikatan
glikosidic, sehingga tidak adanya kandungan gugus aldehid bebas atau
juga keton bebas. Selain itu sukrosa juga diketahui tidak memiliki sifat
sebagai pereduksi.
II. Uji Benedict pada Penyakit Diabetes
Selain untuk melakukan uji pada kandungan gula pereduksi pada
makanan, benedict untuk menguji kandungan glukosa pada urine.
Diketahui bahwa urine yang terbukti mengandung glukosa bisa
menjadi tanda sebagai adanya penyakit diabetes. Meskipun di dalam
tes urine diketahui adanya gula pereduksi, tetap harus dilakukan tes.
Tes benedict ini dilakukan guna memastikan jenis gula pereduksi
dalam urine tersebut, hanya glukosa dalam urine yang bisa menjadi
indikasi seseorang terkena diabetes. Urine yang dipakai dalam uji coba
benedict berlangsung selama 24 jam, saat bangun tidur urine pertama
dibuang kemudian urine kedua yang digunakan.

Monosakarida / gula pereduksi + ion tembaga dari reagen benedict =


karboksilat + tembaga (I) oksida
Prinsip Uji Benedict
Uji benedict memanfaatkan reaksi kimia antara gula pereduksi dengan ion
tembaga yang menghasilkan endapan berwarna merah bata. Warna
tersebut berasal dari senyawa tembaga (I) oksida (Cu2O) yang terbentuk
dari hasil reaksi. Sampel akan bereaksi positif menghasilkan endapan
berwarna merah yang berasal dari Cu2O apabila memiliki gugus aldehid.
Gugus aldehid disebut pereduksi karena reaksinya dengan ion tembaga
menyebabkan bilangan oksidasi tembaga turun dari +2 menjadi +1
membentuk senyawa Cu2O. Namun, ion Cu+ tidak dapat larut dengan
baik di dalam air. Oleh karena itu,dilakukan pemanasan pada larutan.
Pemanasan ini akan meningkatkan kelarutan ion Cu+ dalam air sehingga
masih akan menghasilkan endapan berwarna merah bata.
III. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu:
1. Tabung Reaksi (3 buah)
2. Pipet tetes (3 buah)
3. Gelas beker (1 buah)
4. Aluminium Foil
5. Gelas Spesimen (2 buah)
6. Kertas Label
7. Plastik Klip Zip
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu:
1. Aquades
2. Urin
3. Glukosa
4. Reagen Benedict
IV. PROSEDUR KERJA
1. Ditimbang 1 gr Glukosa, kemudian ditambahkan Aquades sebanyak 50 ml sampai
tanda batas
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi, diberi label pada masing - masing tabung reaksi,
A (Aquades), B (Glukosa), C (Urin)
3. Dimasukkan 1 ml Aquades pada tabung reaksi A, dimasukkan 1 ml Glukosa pada
tabung reaksi B dan dimasukkan Urin sebanyak 5 kali pipet tetes sampai tanda
batas kedalam tabung reaksi C
4. Dipanaskan tabung reaksi A, B dan C selama 2 menit diatas air yang sudah
dididihkan
5. Diamkan tabung rekasi yang telah dipanaskan, kemudian diamati apakah ada
perubahan pada ketiga tabung reaksi tersebut
IV. HASIL PENGAMATAN

Setelah dilakukan percobaan pada praktikum ini, maka diperoleh hasil pengamatan
sebagai berikut:
a) Kondsi tabung reaksi sebelum dipanaskan

Dari ketiga gambar diatas dapat dilihat kondisi tabung reaksi A, B dan C sebelum
dipanaskan diatas hot plate, memiliki warna biru muda yang jernih.

b) Kondisi tabung reaksi Setelah dipanaskan

Pada tabung reaksi A, tidak terjadi perubahan baik dari segi warna maupun ada atau
tidaknya endapan.
Pada Tabung reaksi B, setelah dipanaskan terjdi perubahan warna, yang semulanya
berwarna biru jernih berubah menjadi biru kehijauan dan terdapat endapan yang
berwarna merah bata dalam jumlah yang cukup banyak

Pada tabung reaksi C, setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna, namun
terdapat endapan yang berwarna putih dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan praktikum yang berjudul “Uji Benedict” dengan tujuan praktikum
yaitu Untuk Mengetahui Adanya Gula Pereduksi Pada Sampel. Pada praktikum kali
dilakukan dengan tiga sampel yang berbeda, yaitu Aquades, Glukosa dan Urin ketiga
sampel ini kemudian direaksikan dengan menambahkan Reagen Benedict yang berguna
untuk menguji apakan ada kandungan gula pada sampel yang digunkan. Setelah melalui
proses pereaksian, dua dari ketiga sampel yang digunakan pada praktikum mengalami
perubahan baik dari segi warna maupun molekul endapan.
Benedict adalah reagen yang digunakan untuk menguji kandungan glokusa pada
bahan makanan. Hasil reaksi menghasilkan warna merah bata ketika reagen Benedict
dicampur dan dipanaskan dengan glukosa. Glukosa memiliki sebuah elektron untuk
diberikan, tembaga (salah satukandungan di reagen benedict) akan menerima elektron
tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah perubahan warna, oleh sebab itu pada
praktikum kali ini sampel glukosa yga pling jelas menunjukan adanya perubahan.
Sampel yang digunakan baik itu aquades, glukosa maupun urin memiliki sifat yang
berbeda- beda sehingga hasil akhir yang berbeda pula. Sampel yang pertama adalah
Aquadest.
Aquadest merupakan air demineralisasi yang telah melalui proses purifikasi air
sehingga bebas dari ion atau mineral yang terkandung di dalamnya. Aquadest dapat
dibuat dari air bersih yang dapat diperoleh dari air PDAM, air hujan, atau bahkan berasal
dari air sisa pembuangan AC. Aquadest dibedakan atas proses pembuatanya. Dimana
aquadest mengalami satu kali proses purifikasi sedangkan aquabides diproses sampai dua
kali tahapan. Oleh karena itu, mikromineral dan mikroba yang terlarut di dalamnya
berjumlah lebih sedikit dibandingkan dengan aquadest. Aquadest sangat dibutuhkan oleh
berbagai industri maupun laboratorium - laboratorium akademis maupun non akademis
serta apotek, klinik dan rumah sakit. Aquadest memiliki bermacam-macam kegunaan.
Aquadest dimanfaatkan sebagai pelarut bahan-bahan kimia, pembuat reagen, pembersih
glass ware (peralatan kaca di laboratorium), air aki, dan pendingin mesin pemotong baja.
Aquadest dapat menghambat kerak (scale) atau lumut (fouling) pada peralatan logam
serta digunakan dalam kegiatan medis, praktikum kimia, dan biologi.
Sampel yang kedua adalah Glukosa yang telah ditambahkan Aquadest. Glukosa
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan
otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa adalah senyawa organik dalam bentuk karbohidrat berjenis monosakarida.
Jenis ini juga dikenal sebagai jenis karbohidrat yang paling sederhana, tidak dapat
dipecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Inilah mengapa glukosa juga disebut gula
sederhana. Sama seperti glukosa, monosakarida juga meliputi fruktosa, galaktosa, dan
ribosa. Biasanya glukosa bisa Anda dapatkan dari sayuran, buah-buahan, produk olahan
susu, dan roti, namun sejatinya glukosa diproduksi oleh daun dari tumbuhan hijau.
Bersamaan dengan oksigen, glukosa dihasilkan ketika tumbuhan sedang berfotosintesis.
Selanjutnya, oksigen yang dihasilkan kemudian dilepaskan ke udara, sedangkan glukosa
tetap dialirkan ke seluruh jaringan tumbuhan. Ini bertujuan untuk menyokong
pertumbuhan, membantu pembentukan bunga, serta pengembangan buah dari tanamaan
itu sendiri.

Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan
mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan
aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa
yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa
memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton
bebas).

Ada satu jenis penyakit yang berkaitan dengan glukosa, yakni diabetes. Diabetes
adalah suatu kondisi di mana proses metabolisme glukosa tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Penyakit ini disebabkan oleh dua faktor, yang selanjutnya dikenal sebagai
diabetes tipe satu dan dua. Pada tipe satu, sel imun menyerang sel-sel pankreas sehingga
tubuh kekurangan jumlah insulin. Sedangkan pada tipe dua adalah resistensi insulin.
Yang dimaksud resistensi insulin adalah organ hati tidak mengenali insulin yang sudah
ada dan sehingga memproduksi glukosa secara terus-menerus. Meningkatnya tingkat
glukosa tentu berdampak pada organ pankreas yang harus menghasilkan banyak insulin
untuk menjaga keseimbangan gula darah. Organ pankreas yang telah “bekerja” secara
berlebihan pada akhirnya rusak dan malah tidak bisa lagi memproduksi insulin. Jika
pankreas sudah tidak bisa bekerja, maka tingkat glukosa atau gula darah bisa semakin
tidak terkendali. Jika terjadi demikian, maka timbul resiko terjadinya komplikasi serius
seperti penyakit jantung, kebutaan, infeksi kulit, dehidrasi parah, koma, dan termasuk
ketoasidosis.
Sampel yang ketiga adalah urin, Urin atau air seni adalah cairan yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, dan akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.

Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh
urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui
perubahan warnanya. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin.
Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam
urin orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk
pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan
dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi
oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen fehling yang dapat dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Sedangkan pembuktian
glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa oxidase.
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan
menggunakan fehling, benedict, dan clinitest.

Apa bila Urin yang telah dicampur dengan Reagen Benedict mengalami perubahan
warna menjadi merah bata, maka urin yang telah didapat dikatakan bahwa terdapat kadar
glukosa yang tinggi, sehingga kemungkinan terbesar adalah pemilik urin memiliki
riwayat penyakit diabetes melitus. Dan sebaliknya, apabila urin yang telah direaksikan
dengan mencampurkan reagen benedict tidak mengalami perubahan warna yang
semulanya berwarna biru jernih setelah dipanaskan tetap berwarna biru jernih, maka
dapat dipastikan bahwa tidak terdapat kandungan glukosa yang berlebihan sehinga masih
dapat dikatakan bahwa pemilik urin tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di peroleh hasil sebagai berikut.

Aquadest yang merupakan sampel dalam tabung reaksi A tidak mengalami perubahan
warna dan tidak memiliki endapan setelh dipanaskan, hal ini terjadi karena Aquades yang
dipakai hanya berfungsi sebagai kontrol yang dapat menbandingkan ketiga sampel yang
digunakan. Aquadest tidak akan berubah warna karena tidak direaksikan.

Glukosa, pada praktikum yang telah dilakukan, di campur glukosa sebanyak1 gr dengan
50 ml aquadest, kemudian ditambahkan reagen benedict sebanyak 5 ml. Warna awal dari
glukosa yaitu biru muda jernih, setelah dipanaskan selama 2 menit, terjadi perubahan
warna menjadi biru kehijauan dan terdapat endapat berwarna merah bata dalam jumlah
yang cukup banyak. Hal ini terjadi karena glukosa teroksidasi dengan pereaksi benedict.
Maka glukosa dapat termasuk dalam golongan gula pereduksi karena ujung rantai dari
glukosa adalah gugus aldehid.

Urin yag digunakan pada praktikum kali ini adalah urin yang masih baru, artinya urin ini
diambil sebelum tubuh mengkonsumsi apapun di pagi hari. Setelah di masukkan kedalam
tabung reaksi urin tersebut dicampurkan dengan 5 ml aquadest, kemudian dipanaskan
selam 2 menit, hasil akhirnya tidak ada perubahan warna tetapi terdapat endapan putih
dalam jumlah yg relatif sedikit, ini menandakan bahwa kadar glukosa dalam urin tersebut
sangat sedikit, sehingga kemungkinan adanya penyakit diabetes pada pemilik urin
sangatlah kecil. Apabila warna urin tidak berubah bahkan setelah dipanaskan maka
kandungan glukosa pada urin tersebut hanya sekitar 0,5%.

Ini membuktikan teori bahwa Urin yang mengandung glukosa akan mengalami perubahan
warna menjadi merah bata, sehingga mudah mengidap penyakit diabetes melitus.

Jika pada urine terdapat glukosa, maka ginjal bagian tubulus tidak berfungsi. Pada ginjal
normal, glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi pada daerah tubulus.
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula,
atau glukosa dalam aliran darah, ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula
darah yang tingginya sudah membahayakan. Kandungan gula yang terdapat dalam urin
disebut dengan Glukosa urine yang merupakan gugus gula sederhana yang masi ada
diurine setelah melewati proses diginjal, yang disebakan karena kekurangan hormon
insulin yaitu yang mengubah glukosa menjadi glikogen. Glukosauria (Kelebihan gula
didalam urine) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus
yang menurun. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip, dan enzim glukosa
oksidase (GOD), Peroksidase (POD), dan zat warna. Glukosa urin adalah keadaan
abnormal dimana gula (glukosa) diekskresikan ke dalam urin. Sehingga untuk
mengetahui hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan glukosa urin yang pada umumnya
digunakan metode benedict.

VI. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan di peroleh beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Aquadest tidak dapat berubah warna karena tidak memiliki zat yang dapat
mereduksinya, dan hanya berfungsi sebagai kontrol pembanding antara sampel
yang lainnya.
b. Apabila sampel glukosa dan urin mengalami perubahan warna menjadi merah
bata, maka dapat dikatakan sampel tersebut mengandung gula pereduksi.
c. Urin yang tidak berubah warna merupakan urin yang sehat.
d. Lamanya waktu pemanasan sampel berpengaruh pada reaksi yang akan terjadi.

VII. SARAN
Diharapkan penulisan laporan ini dapat membantu para pembaca untuk lebih
mengurangi mengkonsumsi gula yang cukup banyak, sehingga kadar glukosa atau
gula darah dalam tubuh tetap stabil dan dapat mengurangi resiko terkena penyakit
diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA
A. A. PUTU PUTRA WIBAWA, MATA KULIAH BIOKIMIA, 2017
<https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/7ef6b6bab5224263afe
23dd81576408d.pdf> [diakses 28 Maret 2023]

Fitri, Ardhista Shabrina, dan Yolla Arinda Nur Fitriana, “Analisis Senyawa Kimia pada
Karbohidrat,” Sainteks, 17.1 (2020), 45

Galuh, Penulis, Ratmana Hanum, S Si, dan M Si, BUKU AJAR BIOKIMIA DASAR, ed.
oleh M.Pd. Septi Budi Sartika (Sidoarjo, Jawa Timur: UMSIDA Press, 2017)

Munawaroh, Siti, Rara Seruni, Muktiningsih Nurjayadi, dan Fera Kurniadewi,


“Pengembangan E-Module Biokimia Pada Materi Metabolisme Karbohidrat
Untuk Mahasiswa Program Studi Kimia,” JTK (Jurnal Tadris Kimiya), 4.1
(2019), 69–77

Mukti, Kana Satria, Ninna Rohmawati, dan S. Sulistiyani, “Analisis Kandungan


Karbohidrat, Glukosa, Dan Uji Daya Terima Pada Nasi Bakar, Nasi Panggang,
Dan Nasi Biasa,” Jurnal Agroteknologi, 12.01 (2018), 90

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai