Anda di halaman 1dari 16

Identifikasi Senyawa Obat Golongan Sulfa

Ayu Jenar Prabaningrum, Azzahro Ariffanisa, Doni Nur Cahyadi, Isnaini Kurnia Putri

1)
Program studi S1 Farmasi/Stikes Nasional

Abstrak. Analisa kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-
senyawa yang ada di dalam sampel. Uji kualitatif yang digunakan pada praktikum ini adalah pengujian
organoleptis, pengujian kelarutan, pengujian pyrolisa, pengujian reaksi warna, dan pengujian reaksi khusus.
Metode yang digunakan adalah dengan mereaksikan zat uji dengan pereaksi tertentu yang kemudian
dipengaruhi dengan cara pemanasan dan pengocokan agar terciptanya suatu bau, perubahan warna yang terjadi,
dan endapan yang terbentuk. Salah satu hasil pengujian obat golongan sulfa yang menunjukkan hasil positif
adalah pengujian korek api, untuk obat sulfadiazin pada hasil uji memberikan warna kuning pada batang korek
api, sulfamerazin pada pengujiannya memberikan warna merah pekat pada batang korek api sedangkan pada
pengujian sulfaguanidin akan memberikan warna merah pada batang korek api. Kesimpulan yang diperoleh dari
percobaan yaitu sulfadiazin, sulfamerazin, sulfaguanidin merupakan obat golongan sulfa.

Kata kunci: analisa kualitatif, golongan sulfa

LATAR BELAKANG

Kimia farmasi analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk
memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada
khusunya, dan bahan kimia pada umumnya. Analisa kualitatif merupakan analisis untuk melalukan
identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Analisa
kuantitatif adalah analisis untuk mengetahui jumlah (kadar) absolut atau relative dari suatu elemen
atau spesies yang ada di dalam sampel. Analisa struktur adalah penentuan letak dan pengaturan
ruang tempat sampel elemen atau molekul, serta identifikasi gugus-gugus karakteristik (gugus-gugus
fungsional) dalam suatu molekul. (Prof. Dr. Sudjadi, M.S. Apt, 2008).

Dalam bidang analisis farmasi, identifikasi bahan baku yang digunakan sebagai bahan obat
begitu banyak. Yang paling banyak adalah identifikasi anion maupun kation yang merupakan bagian
bahan obat, bahan baku, bahan bantu, dan sediaan untuk senyawa anorganik maupun senyawa
organik, yang pada analisis kedua senyawa terdapat perbedaan-perbedaan yang panting.

Gugus fungsi sulfanoid dituliskan -S(=O)2-NH2, sebuah gugus sulfonate yang mengandung
gugus tersebut. Beberapa sulfonamida diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan gugus
hidroksil dengan gugus amina. (http://www.Wikipedia-sulfonamida.com). Senyawa sulfa adalah
senyawa yang bersifat anti mikroba yang merupakan turunan sulfanilamid (4 amino benzene
sulfonamida), 1 atom H pada guus sulfamida didistribusi dengan gugus yang lain. Senyawa

1
sulfonamida dimana memiliki sifat amfoter, dengan asam mineral (HCl) akan membentuk garam HCl
yang larut dalam air, dalam suasana basa (NaOH) akan membentuk garam yang larut dalam air
(Nastiti, 2023).

Sulfanilamid dalam bentuk bebas tidak larut atau sangat sukar larut dalam air, eter dan CHCl3.
Sedikit larut dalam etanol dan aseton, mudah larut dalam asam mineral encer dan laruran alkali
hidroksida. Dalam bentuk garam natrium, mudah larut dalam air, sukar larut dalam pelarut organik
(Natiti, 2023).

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji kualitatif dari senyawa sulfanoid. Prinsip pada
percobaan ini adalah mampu melakukan reaksi identifikasi golongan sulfa, serta mampu
membedakan senyawa sulfa yang satu dengan yang lainnya (terutama yang berhubungan dengan
bidang farmasi), dengan menggunakan pereaksi kimia tertentu (DAB HCl). Uji kualitatif yang
digunakan pada praktikum ini adalah pengujian organoleptis, pengujian kelarutan, pengujian reaksi
warna, dan pengujian reaksi khusus. Metode yang digunakan adalah dengan mereaksikan zat uji
dengan pereaksi tertentu yang kemudian dipengaruhi dengan cara pemanasan dan pengocokan agar
terciptanya suatu bau, perubahan warna yang terjadi, dan endapan yang terbentuk.

METODE PENELITIAN

A. Bahan dan Peralatan

Bahan

Sulfadiazin 7 HCl

1 NaNO2 8 NaOH

2 Larutan resorsinol 9 Resorsin

3 Etanol 95% 10 KMnO4 5%

4 H2SO4 pekat 11 Diazo A, B

5 NH4OH 12 KBrO3

6 NaOH 2N 13 NaOH 12 %

7 CuSO4 Sulfaguanidin

8 HgNO3 1 KMnO4 5%

9 Reagen zwikker 2 NaOH 20%

10 KMnO4 5% 3 KBrO3

2
11 Pereaksi DAB HCl 4 NaOH 12 %

12 KBrO3 5 Pereaksi DAB HCl

Sulfamerazin 6 CuSO4

1 CuSo4 7 HNO2

2 Koppayn 8 Reagen zwikker

3 HgNo3 9 CHCl3

4 Serbuk Vanilin 10 FeCl3 0,5N

5 H2SO4 11 H2O2

6 Pereaksi DAB HCl 12 Eter

Alat

1 Tabung reaksi 5 Kertas pH

2 Rak tabung reaksi 6 Pembakar spirtus

3 Plat tetes 7 Korek api

4 Pecahan cawan porselin 8 Penjepit tabung

B. Prosedur Penelitian

1. Uji Organoleptis

3
2. Uji Kelarutan

3. Uji reaksi pyrolisa

4. Uji reaksi umum

4.1 Reaksi DAB HCl

4.2 Reaksi korek api

4
4.3 Reaksi KBrO3

4.4 Reaksi Vanilin

5. Uji reaksi individu atau khusus

5.1 Sulfadiazin

5.1.1 Reaksi NaOH + CuSO4

5.1.2 Reaksi zwikker

5.1.3 Reaksi resorsinol + etanol + H2SO4

5.2 Sulfamerazin

5.2.1 Reaksi CuSO4

5.2.2 Reaksi zwikker

5.3 Sulfaguanidin

5.3.1 Reaksi CuSO4

5.4.2 Reaksi zwikker

5
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sulfadiazin

PERLAKUAN SULFADIAZIN GAMBAR


Organoleptis
a. Bentuk Serbuk
b. Bau Putih
c. Warna Tidak berbau

Kelarutan
a. Air Tidak larut
b. NaOH Tidak larut
c. HCl Tidak larut
d. H2SO4 Larut
e. Alkohol Tidak larut

Reaksi Pyrolisa :
Zu dipanaskan Berbentuk serbuk
(menggumpal)
Bewarna cokelat kekuningan

Reaksi warna
a. DAB
Sulfadiazin + p – DAB
HCl Kuning (-)

b. Korek api
(dalam tabung reaksi
sulfadiazine + HCl encer
+ masukkan batang -
korek) Kuning (+)

c. Rx KBrO3
Sulfadiazin + H2SO4 4N Tidak bewarna (-)
+KBr )

6
Hitam (+)
d. Rx Vanillin + H2SO4
Sulfadiazin + H2SO4 +
vanillin

Reaksi individu
a. Sufadiazin + NaOH +
CuSO4 Endapan biru (-)

b. Sulfadiazin + Zwikker 1 +
Zwikker 2 Biru jernih (-)

c. Sulfadiazine + resorsinol
+ etanol + H2SO4 Merah muda (-)

Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, halaman 579 :

Nama resmi : Sulfadiazinum


Nama lain : Sulfadiazin
RM : C10H10N4O2S
BM : 250, 27
Pemerian : Serbuk: putih, putih kekuningan atau putih agak merah jambu; hamper tidak
berbau; tidak berasa

7
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan
dalam seton P; mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan
alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Berdasarkan informasi pemerian dan kelarutan sulfadiazin menurut farmakope Indonesia


edisi III, hasil praktikum pengujian organoleptis sulfadiazin adalah serbuk dengan berwarna putih dan
tidak berbau sesuai dengan pemerian Farmakope Indonesia edisi III. Pengujian selanjutnya adalah
kelarutan sulfadiazin dengan menggunakan pelarut air, NaOH, HCl, H2SO4 dan alkohol dengan hasil
bahwa serbuk sulfadiazine tidak larut dalam pelarut air, NaOH, HCl, alkohol dan tidak larut dalam
H2SO4.

Pengujian yang ketiga adalah Pyrolysa dilakukan dengan metode pembakaran pada serbuk
sulfadiazin yang diletakkan atas pecahan cawan porselin dengan hasil positif warna hitam (Nastiti,
2023). Pada pengujiannya diperoleh hasil positif, dimana setelah dilakukan pembakaran pada serbuk
sulfadiazin serbuk mengalami pengerasan atau menggumpal bewarna cokelat kekuningan. Pengujian
selanjutnya adalah pengujian reaksi warna, dimana dalam pengujian ini dilakukan pengujian warna
dengan reaksi warna DAB, korek api, KBrO3 dan vanilin. Reaksi warna DAB dilakukan dengan cara
serbuk sulfadiazin ditambah dengan reagen DAB HCl dimana uji positif akan menunjukkan endapan
yang warna merah jingga (Nastiti, 2023) dimana pada hasil praktikum diperoleh hasil berwarna
kuning yang artinya menunjukkan hasil negatif pada pengujian reaksi DAB. Reaksi korek api
dilakukan dengan metode penambahan HCl encer pada sebuk sulfadiazin yang diletakkan pada
tabung reaksi dan batang korek api dibasahi dengan HCl encer yang dan dimasukkan pada tabung
reaksi, pada hasil pengujian positif diperoleh warna kuning pada batang korek api (Nastiti, 2023).
Dalam pengujian dengan reaksi korek api menunjukkan hasil positif dimana diperoleh hasil warna
kuning pada batang korek api. Pengujian reaksi warna berikutnya adalah reaksi KBrO3 yang
pengujiannya dilakukan dengan metode penambahan serbuk sulfadiazin ditambahkan dengan reagen
KBrO3 dan H2SO4, dimana hasil pengujian positifnya ditandai dengan timbulnya warna kuning jingga
(Nastiti, 2023), dimana pada pengujian reaksi KBrO3 larutan tidak bewarna yang artinya pada
pengujian reaksi tersebut menunjukkan hasil uji negatif. Dalam pengujian reaksi warna yang terakhir
dapat dilakukan dengan pengujian reaksi vanilii, pengujian reaksi ini dilakukan dengan metode sebuk
sulfadiazine ditambahkan dengan serbuk vanilii dan H2SO4, dalam pengujian reaksi vanilin
menimbulkan hasil berupa cairan berwarna hitam yang menunjukkan hasil uji positif.

Dalam pengujian kualitatif obat golongan sulfa dalam hal ini adalah sulfadiazin selain dapat
dilakukan dengan pengujian secara organoleptis, kelarutan, pyrolisa, reaksi warna, juga dapat
dilakukan dengan pengujian individu. Dalam pengujian individu sulfadiazine dilakukan dengan
metode serbuk sulfadiazin ditambah dengan CuSO4 dan NaOH yang dalam pengujian positifnya akan
menunjukkan hasil uji endapan cokelat ungu (Nastiti, 2023), namun dalam hasil pengujian praktikum
diperoleh hasil uji berupa endapan biru yang artinya dalam pengujian ini menunjukkan hasil uji negatif.
Pengujian reaksi individu berikutnya adalah dengan metode serbuk sulfadiazin ditambah dengan
reagen zwikker yang dalam pengujian positifnya menunjukkan larutan berwarna rosa (Nastiti, 2023),
sedangkan dalam hasil uji larutan berwarna biru jernih yang artinya hasil uji menunjukkan hasil yang
negatif. Reaksi individu yang terakhir adalah dengan metode serbuk sulfadiazin ditambah dengan
resorsinol, etanol, dan H2SO4 yang dalam pengujian postitifnya akan diperoleh hasil larutan merah tua,
namun pada praktikum larutan bewarna merah muda yang artinya uji ini menunjukkan hasil negative.
Ketidak sesuaian yang didapat mungkin dapat dikarenakan dari faktor konsentrasi larutan ataupun
kesalahan peneliti dalam menambahkan atau memberi perlakuan pada saat pengujian.

8
2. Sulfamerazin

Perlakuan Sulfamerazin Gambar

Organoleptis :

a. Bentuk Serbuk

b. Bau Putih

c. warna Tidak berbau

Kelarutan :

a. Air Tidak larut

b. NaOH Larut

c. HCl Larut

d. H2SO4 Larut

e. Alkohol Tidak larut

Reaksi Pyrolisa : Berbentuk cairan kental,


berwarna kuning tua
Zu ---> (dipanaskan)

Reaksi warna :

DAB

Zu + DAB HCl ---> Jingga kuning (+)

Korek api

Pada tabung reaksi : Zu + HCl e + Merah (+)


batang korek api--->

9
Reaksi KBrO3

Zu+ H2SO4 + KBrO3 --->

Reaksi Vanilin

Zu + Vanilin + H2SO4 ---> Merah (+)

Reaksi Individu Zu + CuSO4 ---> Biru bening,


endapan putih (+)

Zu + Zwikker ---> Hijau tosca


(-)

10
Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, halaman 584 :

Nama resmi : Sulfamerazinum

Nama lain : Sulfamerazin

RM : C11H12N4O2S

BM : 264, 31

Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau putih agak kekuningan; tidak berbau atau
hampir tidak berbau, rasa agak pahit. Mantap di udara kalau kena cahaya
langsung lambat laun warna menjadi tua.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P; sukar
larut dalam etanol (90%) P; agak sukar larut dalam aseton P; mudah larut
dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.

Kegunaan : Sebagai indikatior.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Berdasarkan rincian informasi pemerian dan kelarutan sulfaguanidin menurut farmakope


Indonesia edisi III bahwa, hasil praktikum pengujian organoleptis sulfamerazin adalah serbuk dengan
bentuk serbuk berwarna putih dan tidak berbau sesuai dengan pemerian Farmakope Indonesia edisi
III. Pengujian selanjutnya dalah terkait kelarutan sulfamerazin dengan menggunakan pelarut air,
NaOH, HCl, H2SO4 dan alkohol dengan hasil bahwa serbuk sulfamerazin tidak larut dalam pelarut air,
alkohol dan larut dalam pelarut NaOH, HCl, H2SO4. Dimana hasil pengujian kelaruitan tersebut yang
sesuai dengan informasi kelarutan sulfamerazin yang termuat dalam Farmakope Indonesia edeisi III
halaman 584 adalah pelarut air dan alkohol.

Kemudian, pengujian Pyrolysa dilakukan dengan metode pembakaran pada serbuk


sulfamerazin yang diletakkan atas cawan porselin dengan hasil positif warna kuning tua(Nastiti, 2023).
Pada pengujiannya diperoleh hasil positif, dimana serbuk sulfamerazin mengalami pelelehan menjadi
cairan kental berwarna kuning tua. Pengujian selanjutnya adalah pengujian reaksi warna, dimana
dalam pengujian ini dilakukan pengujian warna dengan reaksi warna DAB, korek api, KBrO3 dan
vanilin. Reaksi warna DAB dilakukan dengan cara serbuk sulfamerazin ditambahkan dengan reagen
DAB HCl dimana uji positif akan menunjukkan warna jingga kuning(Nastiti, 2023) pada hasil

11
praktikum juga diperoleh hasil berwarna jingga yang menunjukkan hasil positif dalam pengujian
reaksi DAB. Reaksi korek api dilakukan dengan cara memasukkan batang korek api yang pada
tabung reaksi berisi serbuk sulfamerazin dan HCl encer, pada hasil pengujian ini diperoleh warna
merah pada batang korek api yang menunjukkan hasil positif(Nastiti, 2023). Kemudian pengujian
reaksi warna selanjutnya dengan pengujian reaksi vanilii, pengujian reaksi ini dilakukan dengan
metode penambahan serbuk vanilin dan H2SO4, ke dalam serbuk sulfamerazin, dalam pengujian
reaksi vanilin menimbulkan hasil positif cairan kental berwarna merah.

Pengujian yang terakhir merupakan pengujian individu. Dalam pengujian individu, dilakukan
dengan metode penambahan selbuk sulfamerazin dan CuSO4 yang dalam pengujian positifnya akan
menunjukkan larutan biru bening dan endapan putih(Nastiti, 2023), dimana dalam hasil pengujian
praktikum diperoleh hasil uji berupa larutan biru bening dengan endapan putih yang artinya dalam
pengujian ini menunjukkan hasil uji positif. Pengujian reaksi individu yang terakhir adalah dengan
metode penambahan serbuk sulfamerazin dan reagen zwikker yang dalam pengujian positifnya
menunjukkan larutan berwarna pink (Nastiti, 2023), sedangkan dalam hasil uji ditimbulkan larutan
berwarna hijau tosca yang artinya hasil uji menunjukkan hasil yang negatif.

3. Sulfaguanidin

Perlakuan Sulfaguanidin Gambar

Organoleptis :

d. Bentuk Hablur

e. Bau Putih

f. warna Tidak berbau

Kelarutan :

f. Air Sukar larut

g. NaOH Tidak larut

h. HCl Mudah larut

i. H2SO4 Sukar larut

j. Alkohol Sukar larut (tidak larut)

12
Reaksi Pyrolisa : Berbentuk cairan kental,
berwarna ungu
Zu ---> (dipanaskan)

Reaksi warna :

DAB

Zu + DAB HCl ---> Jingga (+)

Korek api

Pada tabung reaksi : Zu + HCl e +


batang korek api--->
Merah (+)

Reaksi KBrO3

Zu+ H2SO4 + KBrO3 --->


Larutan berwarna kuning (+)

Reaksi Vanilin

Zu + Vanilin + H2SO4 --->


Larutan hitam

13
Reaksi Individu Zu + CuSO4 ---> Biru, endapan
putih (-)

Zu + Zwikker 1 + Zwikker 2 ---


> biru jernih (-)

Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, halaman 583 :

Nama resmi : Sulfaguanidum

Nama lain : Sulfaguanidin

RM : C7H10N4O2S.H2O

BM : 232, 36

Pemerian : Hablur atau serbuk putih. Tidak berbau atau hampir tidak berbau, oleh
pengaruh cahaya warna berubah gelap.

Kelarutan : Mudah larut dalam air mendidih dan asam mineral encer, sukar larut dalam
etanol dan aseton p. Sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkali
hidroksida.

14
Kegunaan : Sebagai indikatior.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Berdasarkan rincian informasi pemerian dan kelarutan sulfaguanidin menurut farmakope


Indonesia edisi III bahwa, hasil praktikum pengujian organoleptis sulfaguanidin adalah serbuk dengan
bentuk hablur berwarna putih dan tidak berbau sesuai dengan pemerian Farmakope Indonesia edisi
III. Pengujian selanjutnya dalah terkait kelarutan sulfaguanidin dengan menggunakan pelarut air,
NaOH, HCl, H2SO4 dan alkohol dengan hasil bahwa serbuk sulfaguanidin mudah larut dalam pelarut
HCl, sukar larut dalam pelarut air, H2SO4, alkohol dan tidak larut atau praktis tidak larut dalam pelarut
NaOH. Dimana hasil pengujian kelaruitan tersebut sesuai dengan informasi kelarutan sulfaguanidin
yang termuat dalam Farmakope Indonesia edeisi III halaman 583.

Pengujian Pyrolysa dilakukan dengan metode pembakaran pada serbuk sulfaguanidin yang
diletakkan atas cawan porselin dengan hasil positif warna ungu (Nastiti, 2023). Pada pengujiannya
diperoleh hasil positif, dimana setelah dilakukan pembakaran pada serbuk sulfaguanidin serbuk
mengalami pelelehan menjadi cairan kental berwarna ungu. Pengujian selanjutnya adalah pengujian
reaksi warna, dimana dalam pengujian ini dilakukan pengujian warna dengan reaksi warna DAB,
korek api, KBrO3 dan vanilin. Reaksi warna DAB dilakukan dengan cara serbuk sulfaguanidin
ditambah dengan reagen DAB HCl dimana uji positif akan menunjukkan warna merah jingga (Nastiti,
2023) dimana pada hasil praktikum juga diperoleh hasil berwarna jingga yang artinya menunjukkan
hasil positif dalam pengujian reaksi DAB. Reaksi korek api dilakukan dengan metode penambahan
HCl encer dan batang korek api yang kemudian dimasukkan pada tabung reaksi dengan
penambahan serbuk sulfaguanidin, pada hasil pengujian positif diperoleh warna merah pada batang
korek api (Nastiti, 2023). Dalam pengujian dengan reaksi korek api menunjukkan hasil positif dimana
diperoleh hasil warna merah pada batang korek api. Pengujian reaksi warna berikutnya adalah reaksi
KBrO3 yang pengujiannya dilakukan dengan metode penambahan serbuk sulfaguanidin ditambahkan
dengan reagen KBrO3 dan H2SO4, dimana hasil pengujian positifnya ditandai dengan timbulnya
warna kuning jingga (Nastiti, 2023), dimana pada pengujian reaksi KBrO3 menimbulkan warna kuning
yang artinya pada pengujian reaksi tersebut menunjukkan hasil uji positif. Dalam pengujian reaksi
warna yang terakhir dapat dilakukan dengan pengujian reaksi vanilii, pengujian reaksi ini dilakukan
dengan metode penambahan sebuk sulfaguanidin, serbuk vanilii dan H2SO4, dalam pengujian reaksi
vanilin menimbulkan hasil berupa cairan berwarna hitam.

Dalam pengujian kualitatif obat golongan sulfa dalam hal ini adalah sulfaguanidin selain dapat
dilakukan dengan pengujian secara organoleptis, kelarutan, pyrolisa reaksi warna, juga dapat
dilakukan dengan pengujian individu. Dalam pengujian individu sulfaguanidin dilakukan dengan
metode penambahan selbuk sulfaguanidin dengan CuSO4 yang dalam pengujian positifnya akan
menunjukkan hasil uji endapan hijau (Nastiti, 2023), namun dalam hasil pengujian praktikum
diperoleh hasil uji berupa larutan biru dengan endapan putih yang artinya dalam pengujian ini
menunjukkan hasil uji negatif. Pengujian reaksi individu berikutnya adalah dengan metode
penambahan serbuk sulfaguanidin dan reagen zwikker yang dalam pengujian positifnya menunjukkan

15
larutan berwarna pink (Nastiti, 2023), sedangkan dalam hasil uji ditimbulkan larutan berwarna biru
jernih yang artinya hasil uji menunjukkan hasil yang negatif. Ketidak sesuaian yang didapat mungkin
dapat dikarenakan dari faktor konsentrasi larutan ataupun kesalahan peneliti dalam menambahkan
atau memberi perlakuan pada pengujian sehingga terjadi human error.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang penulis lakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa obat-obat
dengan golongan sulfa terdiri dari obat sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfaguanidin. Dimana dari
ketiga obat tersebut salah satunya dapat dibedakan dengan pengujian korek api, dalam pengujian
korek api yang dilakukan penulis untuk obat golongan sulfa menunjukkan hasil uji positif, untuk obat
sulfadiazin pada hasil uji memberikan warna kuning pada batang korek api, sulfamerazin pada
pengujiannya memberikan warna merah pekat pada batang korek api sedangkan pada pengujian
sulfaguanidin akan memberikan warna merah pada batang korek api.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen RI, 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III, Hal.579”, Departemen Kesehatan RI; Jakarta.

Dirjen RI, 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III, Hal.583”, Departemen Kesehatan RI; Jakarta.

Dirjen RI, 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III, Hal.584”, Departemen Kesehatan RI; Jakarta.

Sudjadi, M. S., Apt, Prof. Dr, 2008, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Utami, Nastiti, 2023. “Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Program Studi S1 Farmasi”, Surakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai