KIMIA ANALISIS
“ALKALIMETRI”
Disusun oleh :
B. DASAR TEORI
Asam dan basa didefenisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang lalu dalam sifat-sifat
larutan air mereka. Dalam pengertian ini suatu zat yang larutan airnya berasa asam, memerahkan
lakmus biru,bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hidrogen, dan menetralkan basa.
Dengan mengikuti pola yang serupa, suatu basa didefenisikan sebagai zat yang larutan airnya
berasa pahit, melarutkan lakmus merah terasa licin sabun, dan menetralkan (Achmad, 1996).
Titrasi asam basa atau biasa disebut dengan asidi alkalimetri adalah reaksi netralisasi yaitu
reaksi antara ion H+ dari asam dengan OH- dari basa yang akan membentuk air. titrasi asam dan
basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi – alkalimetri. Apabila larutan
yang bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalah analisis asidimetri. Sebaliknya jika
digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis
alkalimetri. (Keenan, 1991). Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam
dan untuk digunakan penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga
titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah basa atau
asam kuat (Mulyono, 2006).
Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan basa. Kadar
suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu larutan asam tersebut dan
kemudian titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan
kadar suatu larutan dengan mengambil volume tertentu dengan mengukur volume suatu pereaksi
yang diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan tersebut
(Harjadi, 1993).
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator
tergantung secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan
asam basa dengan temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai
suatu batas tertentu, kemudian akan turun kembali pada kenaikan labih lanjut (Rivai, 1995).
Uraian Bahan :
1. Natrium hidroksida (FI III, 1979 : 412)
Nama resmi : NATRII HYDROHYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
RM / BM : NaOH / 40.00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering keras, rapuh dan
menujukan susunan hablur ; putih mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif,
segera menyerap Karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
2. AQUADEST (Dirjen POM Edisi III Hal 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
V NaOH = 1 Liter
Penyelesaian :
= 0,1 . 1 . 40
= 4 gram
n Kalium Biftalat = 1
V NaOH = 17ml
Dit: N NaOH = ?
Penyelesaian:
g×n
N Kalium Biftalat =
BM × V
5× 1
N Kalium Biftalat =
204,2× 0,075
VNaoH × NNaOH = V Kalium Biftalat × Kalium Biftalat
17 × NNaOH = 75 × 0,326
75× 0,326
NNaOH =
17
NNaOH = 1,44 N
BM 192
BE C6H8O7 = = =64
n 3
V NaOH = 17ml
N NaOH = 1 N
Penyelesaian:
V titran x N titran x BE
Kadar (% b/v) ¿ ×100 %
ml sampel x 1000
17× 1× 64
(% b/v) ¿ ×100 %
100 x 1000
1088
(% b/v) ¿ x 100 %
100000
(% b/v) ¿ 1,088 %
E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum alkalimetri, yang mana jika
dibandingkan praktikum sebelumnya asidimetri menggunakan perhitungan dengan titrasi asam
sedangkan alkalimetri menggunakan perhitungan dengan titrasi basa, praktikum yang praktikan
lakukan ini bertujuan untuk Membuat larutan NaOH 1
N, mengstandarisasi/pembakuan larutan NaOH 1 N, dan Menentukan kadar Asam Sitrat
(C6H8O7).
Pada percobaan pertama disini, praktikan membuat larutan NaOH 1 N, disini praktikan
menggunakan Sampel yaitu Kristal NaOH, berdasarkan Farmakope ditimbang NaOH sebanyak
162 gram, setelah itu sampel dilarutkan dengan 150mL air bebas karbondioksida,dan
didinginkan hingga mencapai suhu kamar, disaring menggunakan kertas saring, dan dimasukkan
filtrate sebanyak 54,5 mL jernih kemudian diencerkan dengan air bebas karbondioksida hingga
1000mL, tetapi disini praktikan akan membuat larutan dengan cara dihitung terlebih dahulu
berapa gram kristal NaOH yang akan digunakan setelah praktikan menghitung dengan rumus
Normalitas didapati bahwa NaOH yang digunakan sebanyak 4 gram.
Pada percobaan kedua, Praktikan melakukan Pembakuan atau standarisasi Larutan NaOH,
Standarisasi larutan NaOH menggunakan kalium biftalat sebelumnya dititrasi ditambahkan
indikator pp sebanyak 2 tetes di mana pada titik akhir titrasi dihasilkan warna larutan merah
muda ini disebabkan karena indikator pp yang digunakan itu adalah fenolftalein yang mana
fenolftalein merupakan indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa lebih khusus
alkalimetri karena indikator ini memberikan warna kemerahan pada suasana asam tepatnya pada
titik pH dibawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna namun jika mulai melewati PH 8,3 maka warna
kemerahan akan muncul. praktikan juga telah mencari dengan rumus normalitas yang mana
setelah dicari di sini didapatkan bahwa hasil dari standarisasi larutan NaOH 1 N adalah 1,44 N.
Pada percobaan yang ketiga praktikan melakukan atau mencari kadar dari asam sitrat
yang mana jika pada langkah kerja di sini ditimbang sebanyak 3 gram asam sitrat selanjutnya
dilarutkan dalam 100 ml air dan ditambahkan indikator pp yang mana indikator pp adalah
fenoftalein dan dititrasi dengan NaOH 1 N di sini praktikan menggunakan rumus kadar(%b/v)
dan didapatkan untuk hasil dari kadar asam sitrat adalah 1,088% (% b/v) ¿ 1,088 %
F. KESIMPULAN
Pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N pada volume 1 Liter, berdasarkan perhitungan
didapatkan bahwa diperlukan NaOH sebanyak 4 gram.
Pada pembakuan atau standarisasi NaOH 1 N dengan Kalium Biftalat berdasarkan
perhitungan didapatkan Normalitas NaOH adalah 1,44 N
Pada penentuan kadar asam sitrat kadar yang diperoleh ialah 1,088%
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. (1996). Penuntun belajar kimia dasar. Kimia Larutan. Bandung. PT. Citra
Aditya Bakti.
Keenan, Charles W. et al. 1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi VI,422. Erlangga. Jakarta.
Keenan, Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Pudjaatmaka, A.H. 2002. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, terjemahan
dari Vogel’s text book of Qualitative Inorganic Analysis Including Elementary
Instrumental Analysis oleh J.Basset, dkk, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sopyan, Lis. 1999. Analisis Kimia Kuantitaif, terjemahan dari Quantitative Analysis oleh R. A
Day, Jr dan A. L Underwood. Jakarta: Erlangga.