Anda di halaman 1dari 8

LARUTAN STANDAR DAN PENENTUAN BOBOT JENIS

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menyiapkan sendiri larutan standar yang di gunakan dalam
praktikum farmasi fisika.
2. Menetapkan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan alat
piknometer,hydrometer dll.

II. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
 Timbangan analitik
 botol timbangan
 labu takar ( 25, 50, 100 ml dan 1 L )
 Erlenmeyer ( 100, 500 dan 1000 ml)
 Buret ( 25 dam 50 ml )
 Pipet 10 ml dan 25 ml
 Piknometer

B. BAHAN
 Thiosulfat pa
 NaOH pa
 HCL pa
 Khftalat pa
 KH2PO4 pa
 EDTA pa
 Asam benzoat pa
 Na karbonat pa
 Kalium bikronat pa
 Kalsium karbonat pa
 Aquades
 Minyak tanah
 Bensin
 Minyak kelapa
III. CARA KERJA

a. Pembakuan HCI 0,92 N

Timbangan seksama 1,5 gram Na karbonat anhidrat P yang sebelumnya telah


di keringkan pada suhu 2700 C selama 1 jam larutkan dalam 100 ml air. Titrasi
dengan larutan HCI menggunakan indikator larutan merah kental.

b. Mengukur kerapatan dan bobot jenis menggunakan piknometer

1. Bersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air dengan


cars setelah di bersihkan dengan aquades bilas dengan pelarut aseton atau
alcohol pekat.
2. Piknometer di panaskan pada suhu 1000 selama 1 jam,kemudian masukkan
kedalam eksikator sampai dingin. Tambang dalam neraca analitis (bobot a
garam)
3. Isikan air suling yang akan di ukur kedalam piknometer hingga penuh.
4. Seluruh piknometer dengan isinya didinginkan dalam es hingga suhu air
dalam piknometer mencapai 250 . menggunakan Thermometer.
5. Setelah suhu mencapai tepat 250 segera piknomoeter di tutup dan di lap
dengan kain bersih. Biarkan pada suhu kamar dan timbang secara teliti
menggunakan neraca analitis (bobot a garam ). Hitung kerapatan jenis = (b-
a) gram/volume mL = gram/mL
IV. HASIL

4.1. Pembakuan HCI

No. Titrasi V Na2CO3 Pembacaan skala buret


Titik awal Titik akhir
1 25 ml 0 6,2
2 25 ml 6,2 6,9
3 25 ml 6,9 6,5
4 25 ml 5,2 7,8
5 25 ml 7,8 7,6
6 25 ml 7,6 0,5
Na2CO3 yang di timbang = 1,5 g

HCI 0,1 N 100 ML


HCL→H+ CI-
BM = Mr H + Mr CI = 1 + 35,5 = 36,5
BE = BM= 36,5
Bj HCL = 1,18 g/ml
N = 0,92 N

Pengenceran V1 x N1 = V2 x N2
100 x 0,1 = V2 x N2
V2 = 10, 87 ml

Perhitungan HCI 0,1 N 100 ml


Na2CO3 + 2HCI→2NaCI + H2CO3
BM = 106
1
BE = BM = 53
2
Total V HCI titrasi = 59,5 tidak ada perubahan
berat mg
V titrasi x N HCI titrasi = x N HCI awal
52,99 ml
100 mg
59,5 ml x N HCI titrasi = x 0,92 N
52,99ml
1,376
= = 0,02 N
59,5

4.2 Pengukuran bobot jenis menggunakan piknometer


 Air
Bobot awal tanpa larutan = 13,73 gram
Bobot akhir dengan larutan = 23,83 gram

( b−a ) gram (23,83−13,73) 10,1


Kerapatan= = = =0,40 g /mL
volume mL 25 25
 Bensin
Bobot awal tanpa larutan = 13,74 gram
Bobot akhir dengan larutan = 21,13 gram

( b−a ) gram (21,13−13,74) 7,4


Kerapatan= = = =0,30 g /mL
volume mL 25 25
 Minyak Goreng
Bobot awal tanpa larutan = 16,10 gram
Bobot akhir dengan larutan = 68,35 gram

( b−a ) gram (68,35−16,10) 52,25


Kerapatan= = = =2,09 g /mL
volume mL 25 25
 Minyak Tanah
Bobot awal tanpa larutan = 16,11 gram
Bobot akhir dengan larutan = 62,77 gram

( b−a ) gram (62,77−16,11) 46,66


Kerapatan= = = =1,86 g/mL
volume mL 25 25
V. PEMBAHASAN

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya
sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal, (Ansel, 2006). Sedangkan
kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu, (Martin,
1990).

Pada praktikum kali ini pengujian bobot jenis menggunakan bahan yaitu aquadest,
minyak tanah, minyak kelapa dan bensin (pertalite), dimana pada percobaan ini alat yang
dipakai adalah piknometer. Dari percobaan ini didapat hasil yaitu pada air dimana pada
saat air dimasukkan pada piknometer lalu di timbang, kemudian air yang berada di
piknometer di masukkan ke dalam kulkas dan hasil dari proses pendinginan tersebut di
timbang kembali dan kemudian ditimbang. Hasilnya menunjukan bahwa pada saat air
belum mengalami proses pendinginan beratnya relatif lebih kecil, tetapi setelah di
dinginkan beratnya bertambah dibandingkan dengan berat awalnya sebelum didinginkan.
Ini menunjukan bahwa suhu mempengaruhi bobot jenis dan kerapatan molekul pada air
dan pada sampel lain seperti minyak goreng, minyak tanah dan bensin.

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali
dinyatakan lain pelarut digunakan air suling (Farmakope Indonesia edisi III).

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri
atas zat terlarut dan pelarut (Zinu Anwar,2009).

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku
(Karyadi, 2010).

Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk
membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi
larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang
dibuat. Contohnya : H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam Benzoat (C₆H₅COOH), Na₂CO₃, K₂Cr₂O₇,
As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.
b) Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer
kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan
standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH (Petrucci, 2001).

Dalam praktikum ini praktikum melakukan percobaan pembuatan larutan standar yaitu
dengan membuat pembakuan HCI untuk menguji reaksi HCI apabila direaksikan dengan
zat pereaksi. Indikator yang dipakai disini adalah thiosulfat pa, pada saat praktikum HCI
yang digunakan adalah HCI dengan kadar 0,92 N. Ketika pada saat proses pentitrasian
pada 25 ml pertama HCI tidak mengalami perubahan warna hingga pada 25 ml ke enam
pun HCI tidak menunjukan indikasi akan terjadi perubahan warna. Ini dikarenakan pada
saat pengenceran HCI yang awalnya ingin dibuat adalah 1 N tetapi kadar yang diinginkan
kurang dari itu sehingga mengakibatkan proses titrasi menjadi lama proses perubahan
warnanya.
VI. KESIMPULAN
Disimpulkan pada praktikum kali ini adalah :
1. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M
(molaritas).
2. Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya
sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal, Sedangkan kerapatan
adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Zinu, 2009. Penuntun Praktikum Kimia Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Yamasi
: Makassar.

Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi farmasetik. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Benny Karyadi, 2010. Kimia : Jakarta.

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.

Martin, Alfred. 1990. Farmasi fisika I. Penerbit universitas indonesia. Jakarta.

Ralph.H.Petrucci, 2001. Kimia Dasar, Jilid 2

Tim penyusun, 2016. Penuntun praktikum farmasi fisika. Universitas samratulangi. Manado.

Anda mungkin juga menyukai