Anda di halaman 1dari 7

Nama : Given A Mamusung

Nim : 18101105079

Sejarah perkembangan
apotek
Sejarah apotek
• Istilah Apoteke atau Apotek mulai diperkenalkan oleh seorang dokter atau
tabib Romawi bernama Galen (131-201 CE), yang menamakan tempatnya
memeriksa pasien sebagai "latron" dan tempatnya menyimpan obat disebut
"apotheca", yang secara harfiah berarti gudang. Nama Galen saat ini
diabadikan sebagai sebutan ilmu meracik obat secara mekanis
(dgn mortar misalnya), yaitu Galenicals.
• Meskipun apotek sebagai nama gudang obat sudah sejak abad ke-2, namun
apotek sebagai tempat pembuatan dan penyaluran obat baru ada pada
tahun 750 CE, 500 tahun setelah zaman Galen, dan tempatnya di Baghdad,
bukan di Romawi. Citra dan status apotek di Baghdad ketika itu amat tinggi
dan terkenal, sehingga tidak sedikit orang yang melengkapi namanya
dengan atribut "Ibn-al-attar" yang artinya "anak apoteker".
Perkembangan apotek di indonesia
• Zaman kolonial belanda
• Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada dasarnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker pada masa
pemerintahan Hindia Belanda. Pendidikan asisten apoteker dilakukan dengan sistem "magang" di tempat kerjanya,
yaitu di apotek oleh apoteker yang mengelola dan memimpin sebuah apotek. Setelah calon asisten apoteker telah
bekerja dalam jangka waktu tertentu di apotek dan dianggap memenuhi syarat, maka diadakan ujian pengakuan
yang diselenggarkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
• Peraturan ujian asisten apoteker dan persyaratan izin kerja diatur dalam surat keputusan Kepala DVG tanggal 16
Maret 1933 nomor 8512/F yang kemudian diubah lagi dengan surat keputusan tanggal 8 September 1936 nomor
27817/F dan tanggal 6 April 1939 nomor 11161/F. Dalam peraturan tersebut antara lain dinyatakan bahwa persyaratan
untuk menempuh ujian asisten apoteker ialah harus berijazah MULO Bagian B, surat keterangan bahwa calon telah
melakukan pekerjaan kefarmasian secara terus menerus selama 20 bulan di bawah pengawasan seorang apoteker di
Belanda atau di Hindia Belanda yang memimpin sebuah apotek atau telah mengikuti pendidikan asisten apoteker
di Batavia.
• Dengan adanya peraturan itu pula, maka ujian hanya diselenggarakan di Batavia, tidak lagi di Surabaya dan
Semarang. Setelah didirikan Sekolah Asisten Apoteker tersebut, lulusan asisten apoteker sedikit meningkat rata-rata
15 orang setahun, bahkan pada tahun 1941 tercatat lulusan asisten apoteker sebanyak 23 orang. Sebelum dibentuk
sekolah tersebut setahun rata-rata hanya 5 orang, yang kesemuanya berasal dari pendidikan praktik di apotek.
• Masa pendudukan jepang
• Pada masa pendudukan Jepang dirintis pendidikan
tinggi farmasi pada tanggal 1 April 1943 dengan nama Yakugaku,
sebagai bagian dari Jakarta Ika Daigaku. Pada
tahun 1944 Yakugaku diubah menjadi Yaku Daigaku. Selanjutnya
pada tahun 1944, pemerintah pendudukan Jepang membuka
pendidikan asisten apoteker dengan masa pendidikan selama 8
bulan dan siswa berasal dari lulusan SMP. Sampai Agustus 1945,
telah dihasilkan dua angkatan dengan jumlah yang sangat sedikit.
Setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, pendidikan
tinggi farmasi ini lantas bubar dan segenap siswanya ikut berjuang.
• Masa Kemerdekaan
• Pada masa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat 2 peristiwa bersejarah yang sangat
berarti, yakni:
1. 27 September 1946 dibuka Perguruan Tinggi Ahli Obat di Klaten, Jawa Tengah, yang kemudian menjadi Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM).
2. 1 Agustus 1947 di Bandung diresmikan jurusan Farmasi dari Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universiteit van
Indonesia (UvI) yang kemudian menjadi Departemen Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) sekarang ini.
• Untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan akan tenaga madya di bidang farmasi, pada tahun 1950 di
Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker negeri yang pertama, dengan jangka waktu pendidikan selama
dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang. Pada
tanggal 5 September 1953 Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Farmasi UGM untuk
pertama kali menghasilkan 2 orang apoteker. Sekitar satu setengah tahun kemudian Bagian Farmasi
Institut Teknologi Bandung menghasilkan apoteker pertama pada tanggal 2 April 1955.
• Dikarenakan masih kekurangan tenaga apoteker, pada tahun 1953 dikeluarkan Undang Undang nomor 3
tentang Pembukaan Apotek. Sebelum dikeluarkannya UU tersebut untuk membuka apotek boleh
dilakukan di mana saja dan tidak diperlukan izin dari Pemerintah. Dengan adanya UU tersebut maka
Pemerintah dapat menutup kota kota tertentu untuk mendirikan apotek baru karena jumlahnya sudah
dianggap cukup memadai. Izin pembukaan apotek hanya diberikan untuk daerah-daerah yang belum ada
atau belum memadai jumlah apoteknya.
• UU nomor 3 tersebut kemudian diikuti keluarnya UU nomor 4 tahun 1953 tentang Apotek
Darurat yang membenarkan seorang asisten apoteker untuk memimpin sebuah apotek. UU Apotek
Darurat ini sebenarnya harus berakhir pada tahun 1958 karena ada klausul yang termaktub dalam UU
tersebut yang menyebutkan bahwa UU tersebut tidak berlaku lagi 5 tahun setelah apoteker pertama
dihasilkan oleh Perguruan Tinggi Farmasi di Indonesia. Tetapi karena lulusan apoteker ternyata sangat
sedikit, UU Apotek Darurat tersebut diperpanjang sampai tahun 1963 dan perpanjangan tersebut
berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan tanggal 29 Oktober 1963 nomor 770/Ph/63/b.
• Sampai tahun 1963, apotek-apotek di Indonesia masih ada yg bercampur dengan praktik dokter, atau
disebut "apotek-dokter", selain ada yg namanya "apotek darurat" atau apotek yg dipimpin seorang
asisten apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek, maka
berakhir pula izin-izin apotek dokter dan apotek darurat.
• Sebelumnya SK Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain
menetapkan pelarangan izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan semua izin apotek-dokter
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963. Sedangkan berakhirnya apotek darurat
ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963
yang isinya antara lain: pelarangan penerbitan izin baru untuk pembukaan apotek darurat, dan semua
izin apotek darurat Ibu kota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1
Februari 1964, dan semua izin apotek darirat di ibu kota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai