Anda di halaman 1dari 28

Perkembangan Profesi Farmasi dan

Kode Etik Farmasi

KELOMPOK 3:
• CINDY PARADITHA KASANDRA (19160047)
• DESI MELISA (19160068)
Perkembangan Profesi Farmasi
Perkembangan Profesi Farmasi

Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat


dibagi dalam beberapa periode.
1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak
sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan
pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958.
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten
apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun
1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik)
yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun.
Jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari
pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.
Lanjutannya...

3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967 Pada periode ini meskipun untuk
memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri
farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain
kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga
industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah
atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Sekitar tahun 1960-
1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan
dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :

• Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan


• Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang
• Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan,
• Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode ini pula
ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di Indonesia, yakni
berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.
Lanjutannya...

4. Periode tahun 1980 sampai


sekarang
• Peraturan Pemerintah Nomor 25
tahun 1980 tentang perubahan
atas PP No. 26 tentang apotek.
• Peraturan Pemerintah No. 51
tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
menurut Peraturan Pemerintah
RI No. 51 tahun 2009

Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya


ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah
satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
(Pemerintah RI, 2009).
Tenaga Kefarmasian sebagai salah satu tenaga
kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat mempunyai peranan penting karena terkait
langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya
Pelayanan Kefarmasian (Pemerintah RI, 2009).
Lanjutannya...

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di


bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi Pelayanan
Kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi kepada
pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam
pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam
pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian
informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan
rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan
akhir serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) (Pemerintah RI, 2009).
Lanjutannya...

Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, untuk


meningkatkan, mengarahkan dan memberi landasan hukum serta menata kembali
berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik kefarmasian
agar dapat berjalan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka perlu mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam suatu peraturan
pemerintah (Pemerintah RI, 2009).
Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur:
1. Asas dan Tujuan Pekerjaan Kefarmasian
2. Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan, Produksi,
Distribusi, atau Penyaluran dan Pelayanan Sediaan Farmasi
3. Tenaga Kefarmasian
4. Disiplin Tenaga Kefarmasian, serta
5. Pembinaan dan Pengawasan
Lanjutannya...

1. Tujuan pengaturan ini sebagaimana ditegaskan pada pasal 4 adalah


untuk:
2. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa
kefarmasian.
3. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan pekerjaan
kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta peraturan perundangan-undangan; dan
4. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga
kefarmasian.

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu


sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional (Pemerintah RI, 2009).
Lanjutannya...

Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian


pada fasilitas pelayanan kefarmasian
berupa (Pemerintah RI, 2009) :
a. Apotek
b. Instalasi farmasi rumah sakit
c. Puskesmas
d. Klinik
e. Toko obat; atau
f. Praktek bersama
Standar pelayanan kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian di apotek saat ini


telah mempunyai standar dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Tujuan
diterbitkannya Surat Keputusan ini adalah
sebagai pedoman praktik apoteker dalam
menjalankan profesi, melindungi masyarakat
dari pelayanan yang tidak profesional, dan
melindungi profesi dalam praktek
kefarmasian di apotek sehingga diharapkan
pelayanan kefarmasian yang diselenggarakan
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
(Menkes RI, 2004).
Kompetensi Profesi

Seorang apoteker diharuskan untuk mengikuti


perkembangan dalam praktik farmasi dan ilmu-
ilmu farmasi, persyaratan standar kompetensi
apoteker, hukum yang mengatur tentang
pekerjaan kefarmasian dan kemajuan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berhubungan dengan penggunaan obat-obatan
yang cukup pesat. Ini hanya dapat dicapai
dengan komitmen seorang apoteker dalam
mempertahankan profesionalismenya sehingga
informasi dan ilmu pengetahuan yang diterima
berkembang sesuai dengan tantangan dan
masalah yang dihadapi dan diharapkan mampu
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
pada masa yang akan datang.
Kode Etik Farmasi
Kode Etik Farmasi
Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian,
seorang Apoteker harus memenuhi ketentuan
kode etik. Kode etik adalah panduan sikap
dan perilaku tenaga profesi dalam
menjalankan profesinya, sebagai aturan
norma yang menjadi ikatan moral profesi.
Kode etik apoteker merupakan salah satu
pedoman untuk membatasi, mengatur, dan
sebagai petunjuk bagi farmasis dalam
menjalankan profesinya secara baik dan benar
serta tidak melakukan perbuatan tercela.
Lanjutannya...
Berdasarkan UU RI No. 36 tahun 2009
pasal 24 ayat 2, ketentuan mengenai kode
etik diatur oleh organisasi profesi. Kode
etik dibuat oleh organisasi profesi dan
digunakan sebagai pedoman seseorang
dalam menjalankan profesinya, maka
segala bentuk pelanggaran kode etik yang
terjadi merupakan tanggung jawab dan
peran organisasi profesi dalam
menjatuhkan sanksi-sanksinya, misalnya
sampai dengan dikeluarkan dari organisasi.
Jika pada pelanggaran undang-undang
pemerintah aktif dalam menetapkan sanksi
hukumnya, maka pada pelanggaran kode
etik pemerintah akan pasif dan hanya turun
tangan apabila sudah sangat diperlukan.
Lanjutannya...

Apoteker memiliki kode etik profesi


yang terbaru, yaitu nomor 006/2009
yang disahkan pada tanggal 8
Desember 2009 yang merupakan hasil
keputusan Kongres Nasional XVIII
ISFI tahun 2009.
KODE ETIK APOTEKER
INDONESIA
BAB I KEWAJIBAN
UMUM
Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah / Janji Apoteker.
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
menga-malkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Lanjutannya...

Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan
diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik
bagi orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di
bidang farmasi pada khususnya.
BAB II KEWAJIBAN
APOTEKER TERHADAP
PASIEN

Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik
kefarmasian harus mengutamakan kepentin-gan
masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan
melindungi makhluk hidup insani.
BAB III KEWAJIBAN APOTEKER
TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana
ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mema-tuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.

Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam
memelihara keluhuran martabat jaba-tan kefarmasian, serta mempertebal
rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV KEWAJIBAN APOTEKER
TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan
setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati
sejawat petugas kesehatan lain.

Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan
diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat
petugas kesehatan lain.
BAB V PENUTUP

Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati
dan mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia
dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun


tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik
Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi
profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
memper-tanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Sekian
Sekiandari
darikelompok
kelompokkami...
kami...
dan
danterima
terimakasih
kasihgaess..
gaess..

05/05/2020 23
Jawaban pertanyaan...

1. zahiya (83)
peran apoteker sebenarnya?

Jawaban: Apoteker merupakan salah satu bagian dari tim pelayanan


kesehatan profesional yang bekerja di suatu farmasi, baik farmasi rumah
sakit atau industri farmasi. Berfokus pada efektivitas serta keamanan
penggunaan obat, seorang apoteker memiliki tugas untuk
mendistribusikan obat-obatan.
Selain itu, seorang apoteker juga bertugas dalam menyeleksi obat-obat
yang masih dapat digunakan dan obat kadaluarsa. Apoteker juga bisa
membantu menyarankan apakah Anda perlu bertemu dokter, mencarikan
berbagai pilihan obat, serta memberitahu tentang efek samping dari
setiap obat.
Lanjutannya...

2. Yuneva (86)
Bagaimana pendapat masyarakat terhadap profesi apoteker. Berikan
alasannya apakah penting atau tidak?

Jawaban: Tenaga apoteker sangat dibutuhkan untuk mendukung


program pelayanan kesehatan di era JKN Indonesia. Sebagai seorang
tenaga profesional di bidang kesehatan, sayangnya profesi ini sering
kalah pamor di masyarakat dibandingkan profesi tenaga kesehatan
lainnya. Padahal, apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam
kesehatan masyarakat karena yang paling kompeten dan mengetahui
tentang obat-obatan adalah orang bidang farmasi.
Lanjutannya...

3. Ilham (62)
Hambatan dan kesulitan apa yang dihadapi industri pada tahun
pada tahun 1958 sampai 1967?

Jawaban: Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967 Pada


periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak
dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasi
menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara
lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan
baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah
industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang
mempunyai relasi dengan luar negeri.
Lanjutannya...

4. Kak sarah (78)


Apa yang terjadi jika seorang apoteker yang melanggar kode etik, apa sanksi yang
diberikan?

Jawabannya: setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat


dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi
administratif yang diberikan menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/
MENKES/ SK/ X/ 2002 dan Permenkes No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 adalah :

a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang
waktu masing – masing dua bulan.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama – lamanya enam bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA
disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Menteri Kesehatan RI di Jakarta.

c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat
membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi.
Lanjutannya...

5. Rizal (50)
Apakah disetiap negara mempunyai kode etik yang berbeda-beda
atau sama?

Jawaban:
Disetiap negara mempunyai kode etik farmasi yang berbeda-
beda. Hal tersebut mengacu pada keadaan negara tersebut dan
tujuan dari farmasi negara tersebut dalam menyelesaikan
masalah kefarmasiannya.

Anda mungkin juga menyukai