KELOMPOK 3:
• CINDY PARADITHA KASANDRA (19160047)
• DESI MELISA (19160068)
Perkembangan Profesi Farmasi
Perkembangan Profesi Farmasi
3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967 Pada periode ini meskipun untuk
memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri
farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain
kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga
industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah
atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Sekitar tahun 1960-
1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan
dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan
diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik
bagi orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di
bidang farmasi pada khususnya.
BAB II KEWAJIBAN
APOTEKER TERHADAP
PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik
kefarmasian harus mengutamakan kepentin-gan
masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan
melindungi makhluk hidup insani.
BAB III KEWAJIBAN APOTEKER
TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana
ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mema-tuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam
memelihara keluhuran martabat jaba-tan kefarmasian, serta mempertebal
rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV KEWAJIBAN APOTEKER
TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan
setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati
sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan
diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat
petugas kesehatan lain.
BAB V PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati
dan mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia
dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
05/05/2020 23
Jawaban pertanyaan...
1. zahiya (83)
peran apoteker sebenarnya?
2. Yuneva (86)
Bagaimana pendapat masyarakat terhadap profesi apoteker. Berikan
alasannya apakah penting atau tidak?
3. Ilham (62)
Hambatan dan kesulitan apa yang dihadapi industri pada tahun
pada tahun 1958 sampai 1967?
a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang
waktu masing – masing dua bulan.
b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama – lamanya enam bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA
disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Menteri Kesehatan RI di Jakarta.
c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat
membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi.
Lanjutannya...
5. Rizal (50)
Apakah disetiap negara mempunyai kode etik yang berbeda-beda
atau sama?
Jawaban:
Disetiap negara mempunyai kode etik farmasi yang berbeda-
beda. Hal tersebut mengacu pada keadaan negara tersebut dan
tujuan dari farmasi negara tersebut dalam menyelesaikan
masalah kefarmasiannya.