FARMAKOTERAPI III
DOSEN PENGAMPU:
Apt. HELMICE AFRIYENI,M.Farm
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. YUNITA AMELIA 19160017
2. CINTYA NURIZA 19160026
3. YOHANDA TRI DHARMA PUTRA 19160035
4. CINDY PARADITHA KASANDRA 19160047
5. YULIA ISMATUTI 19160059
6. AZRA NADILA PUTRI 19160061
7. RENO NURVI WAHYUNI 19160072
8. NUR HIDAYAH 19160079
9. THALIA AMANDA 19160087
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan tugas sebagai salah satu
syarat guna memenuhi proses pembelajaran di Fakultas Farmasi Universitas Dharma
Andalas.
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada yang terhormat
Ibuk Helmice Afriyeni, M.Farm.,Apt, selaku dosen Farmakoterapi III dalam memberikan
bimbingan, waktu, perhatian, saran-saran serta dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita
semua dan semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
1.1. LATAR BELAKANG....................................................................................................5
1.2. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................6
1.3. TUJUAN........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
2.1. INFEKSI..........................................................................................................................7
2.1.1. DEFINISI INFEKSI..................................................................................................7
2.1.2. PENYEBAB INFEKSI.............................................................................................7
2.2. ANTIBIOTIK..................................................................................................................8
2.2.1. DEFINISI ANTIBIOTIK..........................................................................................8
2.2.2. MEKANISME AKSI ANTIBIOTIK......................................................................10
2.2.3. PEMBUATAN ANTIBIOTIKA.............................................................................12
2.2.4. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK........................................................................12
2.2.5.GOLONGAN ANTIBIOTIK ..................................................................................14
2.2.6.EFEK SAMPING ANTIBIOTIK.............................................................................27
2.2.8.PRINSIP PENGGUNAAN DAN PEMILIHAN ANTIBIOTIK YANG SESUAI..28
2.3. GENETIKA RESISTENSI BAKTERI........................................................................30
2.4. RESISTENSI TERHADAP AGEN ANTIMIKROBA................................................31
BAB III.....................................................................................................................................33
PENUTUP................................................................................................................................33
1.1. KESIMPULAN............................................................................................................33
1.2. SARAN...........................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah sebagai respons terhadap
penggunaan obat-obatan ini.
Bakteri, bukan manusia atau hewan, menjadi kebal antibiotik. Bakteri ini dapat
menginfeksi manusia dan hewan, dan infeksi yang disebabkannya lebih sulit diobati
daripada yang disebabkan oleh bakteri yang tidak resisten. Resistensi antibiotik
menyebabkan biaya medis yang lebih tinggi, lama tinggal di rumah sakit, dan
peningkatan kematian.
3
Antibiotik (yaitu, obat anti infeksi atau antimikroba) dapat diarahkan pada salah
satu dari beberapa organisme penyebab penyakit termasuk bakteri, virus, jamur, cacing,
dll. Sebagian besar antibiotik adalah pejuang bakteri; meskipun ada jutaan virus, hanya
ada sekitar setengah lusin obat antivirus. Bakteri lebih kompleks daripada virus
(sementara virus harus "hidup" di inang (kita), bakteri dapat hidup secara mandiri)
sehingga lebih mudah untuk dibunuh. Dampak antibiotik pada kesehatan manusia tidak
sulit untuk dinilai. Tingkat kematian keseluruhan dari penyakit seperti pneumonia dan
tuberkulosis telah menurun dari 79,7 per 100.000 pada tahun 1900 menjadi 59 per
100.000 pada tahun 1996, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Akibatnya, harapan hidup selama periode itu meningkat dari 47,3 hingga 76,1 tahun.
Korelasi lebih lanjut antara pengenalan antibiotik dan penurunan angka kematian dapat
diapresiasi dengan membandingkan penurunan angka kematian di Amerika Serikat
dengan pengenalan antibiotik setelah Perang Dunia II. Sedangkan penurunan angka
kematian tidak diragukan lagi multifaktorial (gizi, sanitasi, dll), antibiotik jelas telah
memberikan kontribusi besar bagi umat manusia. Infeksi seperti pneumonia,
tuberkulosis, dan diare/enteritis merupakan penyebab utama kematian di 1900. Saat ini,
penyebab utamanya adalah penyakit jantung, kanker, dan stroke (Taylor & Francis,
2003).
1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami prinsip umum dalam pemilihan dan penggunaan
obat-obat antibiotik dan antiinfeksi
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. INFEKSI
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun
luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula
6
memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut
dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross
infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari
satu pasien ke pasien lainnya (Olmsted RN,1996).
Kuman Gram positif dibedakan menjadi dua kelompok, yakni kuman aerob dan
kuman anaerob. Kuman Gram positif aerob: meliputi kuman-kuman koken
(streptokokus, stafilokokus), basilus (saprofit), spiral (treponema dan
leptospira), batang (korinebakteria) dan lain-lain. Jadi secara sederhana kuman-
kuman yang sering dihadapi dalam praktek dari golongan ini misalnya kuman
stafilokokus, streptokokus. Untuk kuman-kuman Gram positif aerob ini,
antibiotika pilihan utama adalah penisilin spektrum sempit (asalkan tidak ada
resistensi karena produksi enzim penilisinase). Penisilin spektrum luas,
eritromisin, sefalosporin, mempunyai aktifitas antikuman terhadap golongan
Gram positif aerob, tetapi tidak sekuat penisilin spektrum sempit di atas.
Contoh yang gampang adalah infeksi saluran nafas oleh streptokokus maupun
infeksi-infeksi piogenik dengan pernanahan. Kuman Gram positif anaerob:
yang paling penting di sini kemungkinan adalah kuman-kuman batang positif,
yakni klostridia, misalnya C. tetani, C. botulinum, C. gas gangren dan lain-lain.
Untuk kuman-kuman ini penisilin dengan spektrum sempit tetap merupakan
obat pilihan utama, juga metronidazol.
7
luas, tetrasiklin, kloramfenikol, sefalosporin dan lain-lain. Sebagai contoh,
antibiotik pilihan untuk kuman vibrio adalah tetrasiklin, untuk salmonela
adalah kloramfenikol, untuk hemofilus adalah kloramfenikol. Gram negatif
anaerob: yang termasuk di sini yang penting adalah golongan bakteroides dan
fusobakterium. Linkomisin dan klindamisin, beberapa sefalosporin,
metronidazol, kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat. Pembagian
kuman penyebab infeksi ini sangat disederhanakan, oleh karena spektrum
kuman penyebab infeksi pada masing-masing organ tubuh atau lokasi tubuh
masih sangat bervariasi. Sehingga dalam prakteknya jenis infeksi, kuman
spesifik penyebabnya harus dicari dan dipertimbangkan termasuk spektrum
kepekaan kuman pada umumnya yang menentukan antibiotika pilihan untuk
infeksi yang bersangkutan.
2.2. ANTIBIOTIK
Antibiotic pertama kali ditemukan oleh sarjana inggris dr. Alexander fleming
( penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru di kembangkan dan
digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey. Kemudian banyak zat
dengan khasiat antibiotic diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain di seluruh dunia,
namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai
obat.Antibiotic jugadapat dibuat secara sintetis atau semisintetis.
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri. Antibiotik (yaitu, obat anti infeksi atau antimikroba) dapat diarahkan pada
salah satu dari beberapa organisme penyebab penyakit termasuk bakteri, virus,
jamur, cacing, dll. Sebagian besar antibiotik adalah pejuang bakteri; meskipun ada
8
jutaan virus, hanya ada sekitar setengah lusin obat antivirus (Taylor & Francis,
2003).
Ada beberapa cara di mana antibiotik dapat secara selektif mengganggu proses
biokimia dalam mikroba. Bagian bab ini membahas lebih rinci dengan mekanisme
masing-masing. Ini termasuk dinding dan membran sel, asam nukleat dan sintesis
protein, dan metabolisme perantara.
9
terpengaruh. Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok kuinolon mengganggu
DNA girase, enzim yang bertanggung jawab untuk DNA mikroba "supercoiling"
menjadi bentuk yang kompak sementara mempertahankan fungsinya. Sel
eukariotik tidak mengandung DNA girase (DNA tipe II) topoisomerase adalah
setara dan beberapa kali lipat kurang sensitif).
Ada sejumlah situs dalam urutan sintesis protein di mana antibiotik dapat
bertindak. Ini termasuk (1) penghambatan perlekatan mRNA ke ribosom 30S oleh
aminoglikosida; (2) penghambatan pengikatan tRNA ke ribosom 30S oleh
tetrasiklin; (3) penghambatan perlekatan mRNA pada ribosom 50S oleh
kloramfenikol; dan (4) penghambatan eritromisin pada langkah translokasi dengan
mengikat ribosom 50S, sehingga mencegah tRNA peptidil yang baru disintesis
bergerak dari akseptor ke situs donor.
10
1. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak
sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel
akan pecah seperti penisilin dan sefalosporin
2. Menghambat sintesa membrane sel, molekul lipoprotein dari membrane sel
dikacaukan pembentukannya, hingga bersifat lebih permeable akibatnya zat zat
penting dari isi sel dapat keluar seperti kelompok polipeptida
3. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk seperti
klindamisin, linkomisin, klorampenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
4. Mengganggu pembentukan asam-asam inti(DNA dan RNA) akibatnya sel tidak
dapat berkembang seperti metronidasol, kinolon, novobiosin, rifampisin
5. Menghambat sintesa folat seperti sulfonamide dan trimetropin.
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit( narrow spectrum) zat yang aktif terutama
terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau
bakteri gram negatif saja)Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin,
(hanya terdapat bakteri gram positif) streptomisin, gentamisin( hanya
terdapat bakteri gram negatif saja).
11
2. Zat dengan aktivitas luas (broad spectrum) zat yang berkhasiat terhadap
semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun negatif contohnya
ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenikol.
12
diantaranya golongan karbapenem,(ertapenem, imipenem, meropenem),
golongan sefalosporin (sefalexin, sefazolin, sefadroksim,) golongan Beta-
laktam monosiklik dan golongan penisilin (penisilin dan amoksisilin)
3. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin,teikoplanin, ramoplanin, dan dekaplanin.
4. Golongan poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, )
golongan ketolida (telitromisin), golongan tertrasiklin (dekosisiklin,
oksitetrasiklin)
5. Golongan polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin
6. Golongan kinolon (fluorokinolon )
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin,ofloksasin,levofloksasin
7. Golongan streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin
8. Golongan oksazolidinon
Diantaranya linezolid
9. Golongan sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetropim
10. Antibiotika lain yang penting seperti klrampenikol, klindamisin dan
fusidat
13
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik,
prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.
2) Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous
pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan
tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika
selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
14
1) Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous
pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan
tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika
selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2) Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous
pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan
tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika
selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2. Sefalosforin
15
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan
cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip
dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat
probenisid.
a. Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi
spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran
cerna sakit kepala, Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
1) Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis
media.
2) Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus,
meningitis.
3) Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae
dan N gonorrhoeae.
4) Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
5) Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan
tonsillitis, hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap
antbiotika lain.
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas.
Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
16
Tetrasiklin terbagi atas :
1) Tetrasiklin.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan
diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan
atau sirosis, akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan
fungsi ginjal (lihat Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan
fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
2) Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas
lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus
nefrogenik.
3) Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis
kronis , pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
4) Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari
pada porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
4. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram
posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif
terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium
tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
1) Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
17
2) Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP
lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena
Str viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial,
terapi tambahan pad meningitis karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso,
awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar
plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista,
hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/
hari ( dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas
sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan
ukur kadar dalam plasma.
3) Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi
4) Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap
gentainisin.
5. Kloramfenikol
18
optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits,
hemoglobinuria nocturnal.
6. Makrolid
1) Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk
pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis,
uretritis non gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis
difetri dan pertusis.
2) Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital
tanpa kompliasi.
3) Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan
jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada
tukak duodenum
7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-
trasin dan gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-
gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya
diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah.
Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas,
basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
19
kloramfenikol dan tetrasiklin. Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya
digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam usus. Distribusi
obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ
pendengar. Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini
sangat berkurang dengan munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin
dan karbenisilin).
8. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman
mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra,
misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.
20
peiperasilin-tazobaktam adalah 3-49 setiap 6 jam. Penyesuaian untuk
insufisiensi ginjal dibuat berdasarkan pada komponen penisilin.
3) Karbapenem
Karbapenem menembus dengan baik jaringan dan cairan tubuh,
termasuk cairan serebrospinal.Semua dibersihkan oleh ginjal, dan dosis
harus dikurangi pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Dosis lazim
imipenem adalah 0,25-0,5 g yang diberikan secara intravena setiap 6-8
jam (waktu-paruh 1 jam). Dosis lazim meropenem untuk dewasa adalah
0,5-1 g intravena setiap 8 jam. Dosis lazim doripenem untuk dewasa
adalah 0,5 g yang diberikan sebagai infos 1-4jam setiap 8 jam. Ertapenem
memiliki waktu-paruh paling lama (4 jam) dan diberikan sebagai dosis
sekali sehari 1 g secara intravena atau intramuskulus. Ertapenem
intramuskulus menimbulkan iritasi sehingga ertapenem diformulasikan
dengan lidokain 1% untuk pemberian melalui rute ini.
Karbapenem diindikasikan untukinfeksi oleh organisme rentan
yang resisten terhadap obat lain yang ada, mis. P aeruginosa , serta untuk
mengobati infeksi campuran aerob dan anaerob. Karbapenem aktif
terhadap banyak galur pneumokokus yang tak-rentan
penisilin.Karbapenem sangat aktif dalam pengobatan infeksi enterobakter
karena mereka resisten terhadap destruksi oleh β-laktamase yang
dihasilkan oleh organisme-organisme ini.Pengalaman klinis menyarankan
bahwa karbapenem juga merupakan obat pilihan untuk infeksi akibat
bakteri negatif-gram penghasil β-laktamase spektrum luas.Ertapenem
kurang aktif terhadap Paeru ginosa dan seyogianya tidak digunakan untuk
mengobati infeksi akibat organisme tersebut. Imipenem, meropenem, atau
doripenem, dengan atau tanpa aminoglikosida, mungkin efektif untuk
pasien neutropenia dengan demam.
21
Vankomisin adalah suatu glikopeptida dengan berat molekul 1500.Obat ini
larut air dan cukup stabil.
Aktivitas Antibakteri
Pemakaian Klinis
22
Indikasi penting untuk vankomisin parenteral adalah infeksi aliran
darah dan endokarditis akibat stafilokokus resisten-metisilin. Namun,
vankomisin tidak seefektif penisilin antistafilokokus untuk mengobati
infeksi serius seperti endokarditis akibat galur-galur rentan-
metisilin.Vankomisin dalam kombinasi dengan gentamisin adalah rejimen
alternatif untuk mengobati endokarditis enterokokus pada pasien dengan
alergi penisilin yang serius.Vankomisin (dalam kombinasi dengan
sefotaksim, seftriakson, atau rifampin) juga dianjurkan untuk mengobati
meningitis yang dicurigaiatau diketahui disebabkan oleh galur
pneumokokus resisten-penisilin (mis.KHM penisilin > l mcg/mL).Dosis
anjuran pada pasien dengan fongsi ginjal normal adalah 30-60 mg/kg/hari
dalam dosis terbagi dua atau tiga. Rejimen dosis tradisional pada dewasa
dengan fungsi ginjal normal adalah 1 g setiap 12 jam (sekitar 30
mg/kg/hari), namun, dosis ini biasanya tidak mencapai kadar terendah
( through concentration )l 5-20 mcg/mL yang dianjurkan untuk infeksi
serius. Untuk infeksi serius (lihat selanjutnya), dosis awal 45-60 mg/kg/
hari perlu diberikan dengan titrasi dosis untuk mencapai kadar terendah 15-
20 mcg/mL. Konsentrasi terendah yang dianjurkan adalah 10-15 mcg/mL
untuk infeksi ringan sampai sedang, misalnya selulitis dan 15-20 mcg/ mL
untuk infeksi yang lebih serius, seperti endokarditis, meningitis, dan
pneumonia nekrotikans.
23
2) Teikoplanin
Teikoplanin adalah suatu antibiotik glikopeptida yang sangat mirip
dengan vankomisin dalam mekanisme kerja dan spektrum
antibakterinya.Tidak seperti vankomisin, obat ini dapat diberikan secara
intramuskulus serta intravena.Teikoplanin memiliki waktu-paruh panjang
(45-70 jam) yang memungkinkan Pemberian sekali sehari.
3) Televansin
Telavansin adalah suatu lipoglikopeptida semisintetik yang berasal
dari vankomisin.Telavansin aktif terhadap bakteri positif-gram, termasuk
galur-galur yang kerentanannya terhadap vankomisin berkurang.Telavansin
memiliki dua mekanisme kerja.Seperti vankomisin, telavansin menghambat
pembentukan dinding sel dengan mengikat terminal -Ala-D-Ala
D
4) Dalbavansin
Dalbavansin adalah lipoglikopeptida semisintetik yang berasal dari
teikoplanin. Dalbavansin memiliki mekanisme kerja yang sama dengan
vankomisin dan teikoplanin, tetapi aktivitasnya terhadap banyak bakteri
positif-gram lebih baik termasuk S. aureus resistenmetisilin dan resisten-
vankomisin. Obat ini tidak aktif terhadap sebagian besar galur enterokokus
resisten-vankomisin. Dalbavansin memiliki waktu-paruh sangat lama, yaitu
6-11 hari, yang memungkinkan pemberian intravena seminggu sekali.
11. Obat Lain Yang Aktif Terhadap Dinding Sel Atau Aktif-Membran
1) Daptomisin
24
Daptomisin adalah suatu produk fermentasi lipopeptida siklik baru
dari Streptomyces roseosporus.Spektrum aktivitasnya serupa dengan
vankomisin kecuali bahwa obat ini lebih cepat aktivitas bakterisidal in vitro
dan mungkin aktif ter- hadap galur-galur S. aureus dan enterokokus
resistenvan-komisin.Mekanisme kerjanya belum sepenuhnya dipahami,
tetapi obat ini diketahui mengikat membran sel melalui penyisipan
dependenkalsium ekor lemaknya.
Dalam uji-uji klinis, daptomisin ekivalen dalam efikasi dengan
vankomisin. Obat ini dapat menyebabkan miopati, dan kadar kreatin
fosfokinase perlu dipantau setiap minggu. Surfaktan paru mengantagonis
kerja daptomisin dan obat ini jangan digunakan untuk mengobati
pneumonia.Daptomisin juga dapat menyebabkan pneumonitis alergik pada
pasien yang mendapat terapi berkepanjangan (>2 minggu).
2) Fosmomisin
Fosfomisin tromentamol, suatu garam stabiidari fosfomisin
(fosfonomisin), menghambat stadium paling awal pembentukan dinding sel
bakteri Obat ini, yaitu suatu analog fosfoenolpiruvat, secara struktural tidak
berkaitan dengan obat antimikroba lain. Fosfomisin menghambat enzim
sitoplasma enolpiruvat transferase dengan mengikat secara kovalen residu
sistein di tempat aktif dan menghambat penambahan fosfoenolpiruvat ke
UDP-N-asetilglukosamin.Reaksi ini adalah langkah pertama dalam
pembentukan asam UDPN -asetil-muramat, prekursor asam N -
asetilmuramat, yang hanya ditemukan di dinding sel bakteri.Obat ini
diangkut ke dalam sel bakteri oleh sistem transpor gliserofosfat atau
glukosa 6fosfat.Resistensi terjadi karena kurangnya transpor obat ke dalam
sel.
3) Basitrasin
Basitrasin adalah suatu campuran peptida siklik yang pertama kali
diperoleh dari galur Tracy Bacillus subtilis pada tahun 1943.Obat ini aktif
terhadap mikroorganisme gram-positif.Basitrasin menghambat
pembentukan dinding sel dengan mengganggu defosforilasi dalam
pendauran pembawa lemak yang memindahkan subunit-subunit
25
peptidoglikan ke dinding sel yang sedang tumbuh. Basitrasin kurang
diserap.Aplikasi topikal menghasilkan aktivitas antibakteri lokal tanpa
toksisitas sistemik.
4) Sikloserin
Sikloserin adalah suatu antibiotik yang dihasilkan oleh
Streptomyces orchidaceous . Obat ini larut air dan sangat tidak stabil pada
pH asam.Sikloserin menghambat banyak organisme gram-positif dan
gramnegatif, tetapi digunakan secara khusus hanya untuk mengobati
tuberkulosis akibat galur-galur Mycobaterium tuberculosis resisten terhadap
obat-obat lini pertama. Sikloserin adalah analog struktural Dalanin dan
menghambat masuknya D-alanin ke dalam pentapeptida peptidoglikan
dengan menghambat alanin rasemase, yang mengubah L-alanin menjadi D-
alanin, dan D-alanil-D-alanin ligase.
26
Terapi secara empiris: Pada banyak keadaan infeksi, kuman penyebab
infeksi belum dapat diketahui atau dipastikan pada saat terapi antibiotika dimulai.
Seperti yang diutarakan di muka, pemilihan jenis antibiotika diberikan
berdasarkan perkiraan kemungkinan kuman penyebabnya. Ini dapat didasarkan
pada pengalaman yang layak atau berdasarkan pada pola epidemiologi kuman
setempat. Pertimbangan utama dari terapi empiris ini adalah pengobatan infeksi
sedini mungkin akan memperkecil resiko komplikasi atau perkembangan lebih
lanjut dari infeksinya, misalnya dalam menghadapi kasus-kasus infeksi berat,
infeksi pada pasien dengan kondisi depresi imunologik. Keberatan dari terapi
empirik ini meliputi, kalau pasien sebenarnya tidak menderita infeksi atau kalau
kepastian kuman penyebab tidak dapat diperoleh kemudian karena sebab-sebab
tertentu (misalnya tidak diperoleh spesimen), maka terapi antibiotika seolah-olah
dilakukan secara buta.
27
4. Jika diperlukan antibiotika, pemilihan antibiotika yang sesuai berdasarkan, -
spektrum antikuman, - pola sensitifitas, - sifat farmakokinetika, - ada tidaknya
kontra indikasi pada pasien, - ada tidaknya interaksi yang merugikan, - bukti
akan adanya manfaat klinik dari masing-masing antibiotika untuk infeksi yang
bersangkutan berdasarkan informasi ilmiah yang layak dipercaya
5. Penentuan dosis, cara pemberian, lama pemberian berdasarkan sifat-sifat
kinetika masing-masing antibiotika dan fungsi fisiologis sistem tubuh
(misalnya fungsi ginjal, fungsi hepar dan lain-lain).
6. Evaluasi efek obat. Apakah obat bermanfaat, kapan dinilai, kapan harus diganti
atau dihentikan? Adakah efek samping yang terjadi?
Urutan proses-proses ini merupakan pedoman umum mengenai hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih dan memakai antibiotika dalam klinik. Secara
rinci proses-proses ini dapat berkembang lebih jauh berdasarkan kasus infeksi yang
dihadapi (Grahame-Smith, D.G. & Aronson, J.K. 1985).
28
2.3. GENETIKA RESISTENSI BAKTERI
29
Transduksi melibatkan pengenalan informasi genetik baru melalui bakteriofag
(virus yang menginfeksi bakteri). Dalam situasi ini bakteriofag mengandung DNA,
yang dapat membawa gen untuk resistensi obat. Transfer transduktif DNA fag sangat
penting untuk pengembangan resistensi di antara strain S. aureus yang memiliki
kemampuan untuk mensintesis penisilinase. Transformasi adalah proses di mana
fragmen DNA bebas di lingkungan mikroba menjadi dimasukkan ke dalam genomnya
sendiri. Misalnya, pneumokokus yang resisten terhadap penisilin menghasilkan PBP
yang diubah yang memiliki tempat pengikatan penisilin dengan afinitas rendah.
Analisis urutan nukleotida dari gen yang mengkode PBP yang diubah ini menunjukkan
bahwa penyisipan materi genetik asing telah terjadi. Agaknya, fragmen DNA ini
(transposon) berasal dari strain streptokokus yang terkait erat dan menjadi dimasukkan
ke dalam gen PBP penduduk melalui rekombinasi homolog (Taylor & Francis, 2003).
Agar agen antimikroba menjadi manjur, ia harus mencapai patogen target dan
mengikatnya dalam konsentrasi yang cukup untuk mengekspresikan efeknya. Bakteri
dapat mengembangkan resistensi melalui sejumlah mekanisme termasuk (1) mencegah
obat mencapai target. Misalnya, protein saluran "porin" pada bakteri gram negatif dapat
diubah, sehingga mencegah antibiotik tertentu masuk. (2) Bakteri tertentu dapat
meningkatkan kemampuannya untuk memetabolisme antibiotik. Misalnya, bakteri gram
positif (yang tidak memiliki membran sel luar) seperti stafilokokus mengekspor beta
laktamase ke lingkungan terdekatnya dan menghancurkan antibiotik beta-laktam seperti
penisilin dan sefalosporin. Ini adalah masalah utama dengan Haemophilus dan
30
gonococci. Dalam upaya untuk menghindari masalah ini, inhibitor beta-laktamase
kadang-kadang diberikan secara bersamaan untuk melindungi antibiotik. Bakteri gram
negatif juga dapat mengekspor beta laktamase serta memilikinya di ruang periplasma
antara membran dalam dan luar. (3) Perubahan dapat terjadi pada tempat pengikatan
obat. Misalnya, penyebab umum resistensi terhadap inhibitor protease yang digunakan
dalam pengobatan AIDS adalah bahwa gugus fenil di situs aktif "berbalik" keluar dari
jangkauan inhibitor yang mengikat erat. Ini menciptakan celah di mana kontak van der
Waals yang pernah dibentuk oleh inhibitor hilang. Akhirnya, (4) beberapa mikroba
dapat meningkatkan pengangkutan antibiotik keluar sel (Taylor & Francis, 2003).
31
BAB III
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. penyebab infeksi secara umum
dapat dikategorikan secara besar sebagai berikut: Kuman Gram positif dan Kuman Gram
Negatif
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah sebagai respons terhadap
penggunaan obat-obatan ini.
1.2. SARAN
Makalah ini masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya, maka
diperlukan kritik serta saran dari pembaca. Pembahasan yang terdapat pada makalah ini
diharapkan dapat membantu pembaca dalam penambahan ilmu.
32
DAFTAR PUSTAKA
Grahame-Smith, D.G. & Aronson, J.K. 1985. Oxford Textbook of Clinical Pharmacology and
Drug Therapy. Oxford University Press, Oxford.
Mills, J., Barriere, S.L., Jawetz, E. 1987. Vaccines, immune globulins & other complex
biologic products, dalam B.G. Katzung (ed.): Basic and Clinical Pharmacology, 3rd ed.
Appleton & Lange, Norwalk.
Olmsted RN. 1996. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and
Practice. St.LouisMosby.
33