Anda di halaman 1dari 40

Mata Kuliah : Ilmu Kesehatan Masyarakat Lanjut

Dosen : Dr. Sitti Patimah, SKM., M.Kes.

MAKALAH
PENYAKIT MENULAR

KELOMPOK 5 (M.KES A2)

ADINDA NUR RHAMADANTI (0017.10.16.2021)


WAODE NUR ANISA (0016.10.16.2021)
NABILA ZAMZABILA (0033.10.16.2021)

PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah
tepat waktu dengan judul Penyakit Menular.
Tidak lupa pula shalawat dan salam atas junjungan nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan bagi sekalian Ummat dalam segala aspek dalam kehidupan,
sehingga menjadi motivasi kami dalam menuntut ilmu dalam bangku perkuliahan.
Makalah ini berisikan tentang Penyakit Menular. Kami menyadari bahwa pada
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan masih banyak terdapat kesalahan baik dalam
kata-kata ataupun pengertian mengenai Penyakit Menular.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
ikut serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Apabila banyak
kesalahan dalam kata ataupun penulisan kami mohon maaf dan kepada Allah kami
mohon ampun. Semoga Allah swt senantiasa meridhoi segala urusan kita. Aamiin.

Makassar, ………………….

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

A. Kesehatan Masyarakat dan Pengendalian Penyakit Menular................................


B. Karakteristik Penyakit Menular.............................................................................
C. Host-Agent-Environment Triad.............................................................................
D. Klasifikasi Penyakit Menular................................................................................
E. Mode Penularan Penyakit......................................................................................
F. Imunitas.................................................................................................................
G. Surveilans............................................................................................................
H. Penyakit Endemik dan Epidemik........................................................................
I. Pengendalian Penyakit Menular..........................................................................
J. Pencegahan Penyakit dengan Vaksin..................................................................
K. Hal-Hal Penting Dari Program Imunisasi............................................................
L. Kontrol/ Pemberantasan Penyakit Menular.........................................................
M. Pengendalian Penyakit Menular pada Kesehatan Masyarakat Baru....................

KESIMPULAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada akhir abad kedua puluh, pengendalian penyakit menular masih
menjadi tugas utama kesehatan masyarakat. Pengendalian penyakit menular
memerlukan pendekatan sistem dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara efektif, memobilisasi intervensi lingkungan, imunisasi, serta sistem klinis
dan kesehatan. Transportasi dan komunikasi yang cepat membuat penyebaran
virus di bagian mana pun di dunia menjadi perhatian internasional. Wabah
penyakit akan sering diliput oleh media internasional dalam hitungan jam atau
hari. Oleh karena itu, pemahaman dasar tentang penyakit menular merupakan hal
yang harus dipahami sebagaimana pengetahuan umum tentang kesehatan
keluarga, penyakit kronis, gizi, dan ekonomi merupakan bagian dari budaya
kesehatan masyarakat modern.1
Materi yang disajikan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
bagi mahasiswa atau review bagi praktisi kesehatan masyarakat, dengan
penekanan pada aspek-aspek yang diterapkan dalam pengendalian penyakit
menular.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kesehatan Masyarakat dan Pengendalian Penyakit Menular
2. Karakteristik Penyakit Menular
3. Host-Agent-Environment Triad
4. Klasifikasi Penyakit Menular
5. Mode Penularan Penyakit
6. Kekebalan Penyakit
7. Pengawasan
8. Penyakit Endemik dan Epidemi
9. Kontrol Penyakit Menular
10. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Vaksin
11. Hal-Hal Penting dari Program Imunisasi
12. Kontrol / Pemberantasan Penyakit Menular
13. Pengendalian Penyakit Menular dalam Kesehatan Masyarakat Baru.1

iv
C. Tujuan
1. Kesehatan Masyarakat dan Pengendalian Penyakit Menular
2. Karakteristik Penyakit Menular
3. Host-Agent-Environment Triad
4. Klasifikasi Penyakit Menular
5. Mode Penularan Penyakit
6. Kekebalan
7. Pengawasan
8. Penyakit Endemik dan Epidemi
9. Kontrol Penyakit Menular
10. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Vaksin
11. Hal-Hal Penting dari Program Imunisasi
12. Kontrol / Pemberantasan Penyakit Menular
13. Pengendalian Penyakit Menular dalam Kesehatan Masyarakat Baru

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Masyarakat Dan Pengendalian Penyakit Menular


Penyakit menular "adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi
tertentu atau produk beracunnya yang muncul melalui penularan agen tersebut
atau produknya dari orang yang terinfeksi, hewan, atau reservoir mati ke inang
yang rentan." Penularan dapat langsung dari orang ke orang, atau tidak langsung
melalui tanaman perantara atau inang hewan, vektor, atau lingkungan mati.1 
Organisasi kesehatan masyarakat tumbuh dari gerakan sanitasi pada
pertengahan abad sembilan belas yang berusaha untuk mengurangi faktor-faktor
lingkungan dan sosial penyebab penyakit menular. Secara tradisional,
pencegahan dan pengendalian penyakit menular dilakukan dengan intervensi
sanitasi, persediaan air bersih dan makanan, isolasi, dan imunisasi. Potensi
penyakit menular untuk mengganggu atau menghancurkan kehidupan manusia
masih ada dan dapat meningkat seiring dengan berkembangnya penyakit
menular dan keluar dari mekanisme kendali buatan manusia saat ini. Penyebaran
wabah pes di seluruh Eropa dan Asia pada abad keempat belas dan pandemi
cacar, tuberkulosis, sifilis, campak, kolera, dan influenza menunjukkan potensi
ledakan dan sifat epidemi penyakit menular. Penyebaran AIDS sejak 1980-an,
wabah kolera di Amerika Selatan, dan difteri di bekas Uni Soviet pada 1990-an,
mengingatkan kita mengapa pengendalian penyakit menular masih menjadi salah
satu tanggung jawab utama kesehatan masyarakat. 1
Baik teori racun (lingkungan-inang) dan bakteriologis (agen-inang)
berkontribusi pada pencapaian besar dalam pengendalian penyakit menular di
paruh pertama abad ke-20. Munculnya teori kuman pada akhir abad kesembilan
belas menyebabkan ilmu bakteriologi dan imunologi, berkembang dari karya
Jenner, Pasteur, Koch, Lister, dan banyak lainnya (lihat Bab 1). Pengendalian
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin telah menjadi anugerah bagi umat
manusia, menyelamatkan jutaan nyawa yang tak terhitung jumlahnya dan
memberikan landasan bagi kesehatan masyarakat. Meski demikian, jutaan anak
masih meninggal setiap tahun karena penyakit yang dapat dicegah. Penyakit
menular pada masa kanak-kanak masih secara tragis tidak terkontrol secara
internasional. Penyakit menular juga merusak kesehatan kelompok rentan

vi
lainnya dalam populasi, seperti orang tua dan orang sakit kronis, sehingga
memainkan peran utama dalam ekonomi perawatan kesehatan. 1
Langkah besar telah dibuat dalam pengendalian penyakit menular
melalui vaksinasi dan sanitasi lingkungan, tetapi bidang penyakit menular terus
menjadi dinamis. Ancaman penyakit menular baru memberikan tantangan besar
bagi kesehatan masyarakat. Peningkatan resistensi terhadap agen terapeutik
menambah kebutuhan akan strategi dan koordinasi baru antara kesehatan
masyarakat dan layanan klinis. Bersama-sama, ini membentuk apa yang disebut
penyakit menular yang muncul. Pemahaman tentang prinsip dan metodologi
pengendalian dan pemberantasan penyakit menular penting bagi semua penyedia
layanan kesehatan dan tenaga kesehatan masyarakat agar mampu mengatasi
skala permasalahan tersebut dan menyerap teknologi baru yang muncul dari
kemajuan dan pengalaman ilmiah, dan penerapannya yang berhasil.1

B. Karakteristik Penyakit Menular


Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain
ditentukan oleh tiga faktor tersebut diatas, yakni faktor Agen (penyebab
penyakit), faktor Host (kemampuan daya tahun tubuh/ imunitas seseorang dalam
menghadapi invasi mikroorganisme yang infektius), faktor Route of
transmission (jalannya penularan), penularan penyakit dapat dilihat dari potensi
infeksi yang ditularkan. Infeksi yang ditularkan tersebut berpotensi wabah atau
tidak.2
Secara Umum karakteristik penyakit menular memiliki gejala klinik
yang berbeda-beda sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut.
Berdasarkan manifestasi klinik maka karakteristik penyakit menular terdiri dari :
1) Spektrum Penyakit Menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi
klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang berat
disertai komplikasi dan berakhir cacat / meninggal dunia. Penyembuhan dapat
lengkap atau dapat berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala sisa
yang berat (serve sequele).
2) Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis)
Keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara jelas dan nyata dalam
bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat di diagnosa tanpa cara

vii
tertentu seperti tes tuberkolin, kultur tenggorokan, pemeriksaan antibody dalam
tubuh dan lain-lain.
3) Sumber Penularan
Media yang menjadikan suatu penyakit tersebut bisa menyebar kepada
seseorang. Sumber ini meliputi ; Penderita, Pembawa kuman, Binatang sakit,
tumbuhan / benda, Cara Penularan. Penyakit dapat menyerang seseorang dengan
bebarapa cara diantaranya, Kontak langsung, Melalui udara, Melalui makanan /
minuman, Melalui vector, Keadaan Penderita.
Suatu penyebab terjadinya penyakit sangat tergantug pada kondisi tubuh /
imunitas seseorang. Makin lemahnya seseorang maka sangat mudah menderita
penyakit.2
Adapun tahapan penyakit infeksi meliputi :
1. Pajanan dan infeksi; 
2. Tahap presimptomatik; 
3. Tahap non manifest atau subklinis; 
4. Tahap manifestasi klinis dan perkembangannya; 
5. Resolusi, pemulihan, remisi, kambuh, suprainfeksi, atau kematian; dan
6. gejala sisa jangka panjang.1 

C. Triad Agen-Host-Enviroinment
Triad agen-host-lingkungan, sangat penting untuk dapat memahami
penularan penyakit menular dan pengendaliannya, termasuk yang sudah dikenal,
yang mengalami perubahan pola, dan yang baru muncul dari metode kontrol saat
ini. Infeksi terjadi ketika organisme berhasil menyerang tubuh inangnya, di mana
ia berkembang biak dan menghasilkan penyakit.4 
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang
dikemukana oleh John Gordon dan La Richt (1950) yang menyebutkan bahwa
timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama
host (pejamu), agent (agen), dan environment (lingkungan). Gordon berpendapat
bahwa :
a) Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan
manusia (host)
b) Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent
dan host (baik individu/kelompok)

viii
c) Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).4
Host adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat
memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit.
Adapun faktor intrinsik pada host, yaitu :
- Genetik, misalnya penyakit herediter seperti hemophilia
- Umur, misalnya pada usia lanjut beresiko terkena penyakit
- Jenis kelamin, misalnya penyakit hipertensi cenderung menyerang pria dan
penyakit
- Keadaan fisiologi, misalnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko
penyakit anemia
- Kekebalan, misalnya manusia yang tidak mempunyai kekebalan tubuh yang
baik akan mudah terserang penyakit
- Penyakit yang diderita sebelumnya, misalnya reumatoid artritis yang mudah
kambuh
- Sifat-sifat manusia, misalnya higiene perorangan yang buruk akan
menyebabkan mudah terserang penyakit.
Adapun faktor ekstrinsik pada host, yaitu :
- Kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan prinsip Kesehatan
- Pekerjaan, keadaan atau situasi dalam pekerjaan yang dapat menimbulkan
penyakit tertentu.4
Agent penyakit adalah makhluk hidup atau mati yang memegang
peranan penting di dalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit
dapat dikelompokkan menjadi :
- Golongan virus, misalnya influenza dan cacar
- Golongan riketsia, misalnya tifus
- Golongan bakteri, misalnya disentri
- Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, dan sebagainya
- Golongan jamur, misalnya panu
- Golongan cacing, misalnya cacing perut seperti ascaris, cacing kremi, cacing
pita, cacing tambang dan sebagainya.4
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang
memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
Lingkungan diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu :

ix
- Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berada disekitar manusia yang
meliputi kondisi udara, musim, cuaca, kondisi geografi, dan geologinya yang
dapat mempengaruhi host.
- Lingkungan biologi, yaitu lingkungan yang berada disekitar manusia namun
yang memiliki jenis dari golongan biotis (hewan,tumbuhan dan
mikroorganisme)
- Lingkungan non-fisik, yaitu lingkungan sebagai akibat dari interaksi manusia
yang meliputi sosial-budaya, norma dan adat-istiadat.4

D. Klasifikasi Penyakit Menular


Penyakit menular dapat diklasifikasikan dengan berbagai metode:
menurut organisme, cara penularan, metode pencegahan (misalnya, dapat
dicegah dengan vaksin, dapat dikendalikan vektor), atau oleh klasifikasi
organisme utama, yaitu virus, bakteri , dan penyakit parasit. 
Berikut pembagian klasifikasi penyakit menular berdasarkan organisme utama,
yaitu :
Virus adalah molekul asam nukleat (RNA atau DNA) yang dikemas
dalam mantel atau kapsid protein. Virus bukanlah sel yang lengkap dan hanya
dapat berkembang biak di dalam sel yang lengkap. Kapsid mungkin memiliki
selubung pelindung dari membran yang mengandung lipid. Kapsid dan membran
memfasilitasi perlekatan dan penetrasi sel inang. Di samping sel inang, molekul
nukleat dapat menyebabkan kromosom sel berubah dalam materi genetiknya
sendiri atau sehingga terjadi pembuatan sel dan replikasi virus.
1) Rabies, atau disebut juga penyakit anjing gila merupakan penyakit mematikan
yang disebabkan oleh virus yang menyerang susunan saraf dan dapat
ditularkan melalui gigitan satwa. Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi
rabies pertama-tama adalah tingkah laku yang abnormal dan sangat sensitif
(mudah marah), kelumpuhan dan kekejangan pada anggota gerak. Penderita
akan mati karena kesulitan bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2 – 10
hari.
2) Herpes, memiliki gejala awal yaitu adanya pelepuhan kulit diseluruh tubuh.
Virus ini dapat menyebabkan kematian bagi bangsa primata. Manusia dapat
tertular dari gigitan atau cakaran satwa yang mengandung virus tersebut.
Penderita ini akan mengalami dehidrasi akibat pelepuhan kulit yang
kemudian menyebabkan kematian.2

x
Bakteri adalah organisme uniseluler yang berkembang biak secara
seksual atau aseksual, tumbuh di media bebas sel, dan dapat hidup di lingkungan
dengan oksigen (aerobik) atau di lingkungan yang kekurangan oksigen
(anaerobik). Beberapa mungkin memasuki keadaan tidak aktif dan membentuk
spora di mana mereka dilindungi dari lingkungan dan dapat bertahan selama
bertahun-tahun. Bakteri termasuk inti bahan DNA kromosom di dalam membran
yang dikelilingi oleh sitoplasma, yang dibungkus oleh membran seluler.
Bakteri  sering ditandai dengan pewarnaannya di bawah pewarnaan Gram,
sebagai gram negatif atau gram positif, serta oleh morfologi mikroskopisnya,
pola koloni pada media pertumbuhan, oleh penyakit yang mungkin
ditimbulkannya, serta oleh antibodi dan molekular ( Teknik penandaan DNA).
1) Salmonellosis, disebabkan oleh bakteri Salmonella yang masuk ke tubuh
penderita melalui makanan yang tercemar bakteri ini yang kemudian akan
menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding
usus. Akibatnya pendrita akan mengalami diare karena tidak dapat terserap
dengan baik hingga penderita akan tampak lemah dan kurus.
2) Vibrio cholerae, merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit kolera
asiatica. Gejalanya dapat berupa nausea, muntah, diare, dan kejang perut.
Cara penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri
ini.2
Parasitologi mempelajari protozoa, cacing, dan artropoda yang mana
hidup di permukaan, di dalam, atau sebagai parasit bagi inang. Beberapa parasit
ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat menyebabkan infeksi jika makanan
yang tercemar oleh kotoran yang mengandung parasit termakan, dicerna dan
diserap oleh tubuh. contoh penyakit yang disebabkan parasit dan cacing :2
1) Ascarislumbricroisdes menyebabkan penyakit askarisis, yaitu penyakit yang
dapat menyebabkan seseorang menderita kurang gizi karena makanan yang
masuk diserap oleh Ascarislumbricroises.
2) Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
parasit yang merupakan golongan plasmodium, dimana proses penularannya
melalui gigitan nyamuk Anopheles.

3) Protozoa yang hidup dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai
jenis yaitu Trypanosoma sp., Leishmania sp., Plassmodium sp., dan
Toksoplasma gondii. Patologinya menyebabkan pecahnya eritrosit, reaksi

xi
humoral kelemahan limfa, hati, ginjal, dan gangguan peredaran darah. Gejala
klinis ialah serangan demam yang intermitten dan pembesaran limfa.2
Jamur dapat menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia.
Penyakit tersebut antara lain mikosis yang langsung menyerang kulit,
mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk
makanan, jamur itu kemudian melepaskan toksin yang dapat menimbulkan
peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak
– bercak putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk asimetris. 2

E. Mode Penularan Penyakit


Penularan penyakit adalah penyebaran agen infeksi dari sumber atau
reservoir ke seseorang (Tabel 4.1). Penularan langsung dari satu inang ke inang
lainnya terjadi melalui dua bagian utama yakni :
a). Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari
penderita atau reservoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.
b). Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui
media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan
dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector
borne).1,2
Penyakit yang ditularkan melalui vektor ditularkan melalui serangga
melata atau terbang, dalam beberapa kasus melalui multiplikasi dan
perkembangan organisme dalam vektor, seperti pada malaria.1

TABEL 4.1 Klasifikasi Penyakit Menular menurut Cara Utama Cara Penularan 

MODE METODE CONTOH

Langsung Kontak Fisik Kusta, impetigo, kudis, antraks 

Langsung Kontak seksual HIV, sifilis, kencing nanah, herpes


genitalis, hepatitis B, klamidia, human
papillovirus 
Langsung / Airborne droplet Virus exanthems (campak), penyakit
Tidak dan aerosol streptokokus, berbagai penyakit saluran
langsung pernapasan atas dan bawah, TBC, penyakit
Legionnaire , Influenza

xii
Tidak Darah dan HIV, hepatitis B,hepatitis C 
Langsung Produk Darah

Tidak Oral-Tinja Kolera, shigella, salmonella, tifus,


Langsung Hygiene botulisme, campylobacter, staph aureus,
Foodborne dan cryptosporidium, listeria, cacing, giardia,
Waterborne hepatitis A, rotavirus, enteroviruses,
poliovirus,  adenovirus, entameba
histolytica 
Tidak Trans cutaneous Vector-borne via serangga (arthropoda):
Langsung malaria, virus demam berdarah,
schistosomiasis,
Gigitan hewan (zoonosis): rabies 
Perawatan kesehatan (iatrogenik): infeksi
rumah sakit, HIV, hepatitis B
Suntik sendiri (pengguna obat-obatan
terlarang): HIV, hepatitis B
Vertikal Congenital Congenital rubella sindrom, sifilis
kongenital, ophthalmia gonore,
ibu-janin cytomegalovirus (CMV) 
HIV, rubella, sifilis, hepatitis B, gonore,
klamidia

Penularan ke manusia adalah melalui suntikan cairan kelenjar ludah


selama menggigit, misalnya sifilis kongenital, atau pengendapan tinja, urin atau
bahan lain yang mampu menembus kulit melalui luka gigitan atau trauma
lainnya. Penularan dapat pula terjadi dengan serangga sebagai media
transportasi, seperti pada salmonella yang menempel di kaki lalat rumah. 
Penularan melalui udara terjadi secara tidak langsung via organisme
infektif yang terdapat dalam aerosol yang mungkin tetap tersuspensi untuk
jangka waktu yang lama dan yang dengan mudah memasuki saluran pernapasan.
Partikel kecil seperti debu dapat menyebarkan organisme dari tanah, pakaian,
atau alas tidur. 
Penularan vertikal terjadi dari satu generasi ke generasi berikutnya,
atau dari satu tahap siklus hidup serangga ke tahap lain. Penularan ibu-bayi
terjadi selama kehamilan (transplasenta), persalinan, seperti pada gonore, pada
xiii
saat menyusui, misalnya HIV, dimana terjadi transfer agen infeksi dari ibu ke
janin atau bayi baru lahir. 1

F. Imunitas
Imunitas adalah suatu respon tubuh terhadap infeksi dengan
menghasilkan antibodi atau sel yang secara spesifik bekerja pada
mikroorganisme yang terkait dengan penyakit atau toksin tertentu. Imunitas
terhadap organisme tertentu dapat diperoleh dengan terkena penyakit, yaitu
kekebalan alami, atau melalui imunisasi, aktif atau pasif, atau melalui eliminasi
sirkulasi organisme di masyarakat.3
Kekebalan dapat berasal dari antibodi yang diproduksi oleh tubuh
inang atau ditransfer dari antibodi yang diproduksi secara eksternal. Tubuh juga
bereaksi terhadap antigen infektif dengan respons seluler, termasuk yang secara
langsung bertahan melawan organisme yang menyerang dan sel lain yang
menghasilkan antibodi.
Sistem Imun Bawaan
Sel utama yang berperan dalam sistem imun bawaan (non-adaptif)
adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta polimorfonuklear atau
granulosit (neutrofil). Sel-sel ini berfungsi untuk menangkap, mengenali, serta
mempresentasikan antigen tersebut pada sel T pada sistem imun adaptif.
Selanjutnya, sel-sel ini disebut sebagai antigen presenting cell (APC). Contoh
APC yang lain adalah sel dendritik yang berasal dari sel punca hematopoietik
jalur mielositik yang dapat dijumpai pada banyak jaringan. Sel dendritik ini
adalah APC yang paling efektif dalam mengaktifkan dan mengawali respon
imun seluler.3
Respon imun spesifik/adaptif
Karakteristik dari respon imun spesifik adalah baru terbentuk jika
terjadi infeksi dari patogen, sifat responnya spesifik untuk setiap infeksi (mis.
Infeksi polio akan menghasilkan respon imun spesifik terhadap virus polio saja,
tidak terhadap patogen lain), jangka waktu responnya juga lama bahkan ada
yang bertahan seumur hidup, terdapat mekanisme memori sehingga apabila
terjadi infeksi dari patogen yang sama respon imun yang dihasilkan lebih cepat
dan adekuat. Meskipun demikian, respon imun spesifik dan non spesifik akan
bekerja sama dalam mengeliminasi patogen di dalam tubuh. Komponen respon

xiv
imun spesifik ada 2, yaitu respon seluler (terdiri dari sel-sel limfosit T) dan
respon humoral (antibodi).3
Respon imun adalah resistensi tubuh terhadap organisme infeksius
atau terhadap toksinnya melalui interaksi antibodi dan sel yang kompleks,
contohnya:
a. Sel B (sumsum tulang dan limpa) menghasilkan antibodi yang beredar di
dalam darah, yaitu imunitas humoral 
b. Imunitas yang diperantarai sel T yang terbentuk akibat sensitisasi limfosit
yang berasal dari timus untuk menjadi sel sitotoksik yang mampu
menghancurkan sel yang terinfeksi virus atau sel asing;
c.  Komplemen, respons humoral yang menyebabkan lisis sel asing;
d. Fagositosis, mekanisme seluler yang mencerna mikroorganisme asing
(makrofag dan leukosit).1

G. Surveilan 
Surveilans penyakit adalah pengawasan secara terus menerus terhadap
seluruh aspek terkait pola kejadian dan penyebaran penyakit dalam rangka
pengendalian penyakit itu secara efektif. Mempertahankan proses surveilans
yang berjalan secara berkelanjutan adalah salah satu tugas dasar sistem
kesehatan masyarakat, hal ini penting untuk pengendalian penyakit menular,
menyediakan data-data penting untuk melacak suatu penyakit, merencanakan
intervensi, dan menanggapi tantangan penyakit di masaakan datang.
Surveilans insiden kejadian penyakit menular bergantung pada
laporan penyakit yang dilaporkan oleh dokter, dilengkapi dengan laporan
individu dan ringkasan hasil laboratorium kesehatan masyarakat. Sistem seperti
itu harus memperhatikan kelengkapan dan kualitas pelaporan serta potensi-
potensi kesalahan. Kualitas dipertahankan dengan senantiasa mencari dukungan
dari aspek klinis dan laboratorium untuk mengkonfirmasi laporan pertama.
Aspek Kelengkapan, kecepatan, dan kualitas pelaporan oleh dokter dan
laboratorium harus ditekankan dalam Sistem Pendidikan Kedokteran tingkat
sarjana dan pascasarjana. Penegakan sanksi hukum mungkin diperlukan jika
standar tidak dipenuhi. Surveilans penyakit menular meliputi: 
1. Laporan kesakitan dari puskesmas ke dinas kesehatan; 
2. Laporan kematian dari dokter di dalam Rekam Medis; 
3. Laporan dari Pusat sentinel terpilih; 

xv
4. Investigasi lapangan khusus terhadap epidemi atau kasus individu;
5. Pemantauan laboratorium terhadap agen infeksius dalam sampel populasi
tertentu
6. Data tentang suplai, penggunaan, dan efek samping vaksin, toksoid, imun
globulin;
7. Data kegiatan pengendalian vektor seperti penggunaan insektisida;
8. Tingkat kekebalan tubuh yang berasal dari sampel populasi berisiko;
9. Review literatur terkini tentang penyakit;
10. Laporan epidemiologi dan klinis dari yurisdiksi lain.1 

H. Penyakit Endemik dan Epidemik


Penyakit endemik adalah keberadaan penyakit atau agen infeksi yang
biasa muncul secara konstan di wilayah geografis atau kelompok populasi
tertentu. Hiperendemik adalah keadaan penyakit yang terus-menerus dalam
tingkat yang tinggi. Holoendemik berarti penyakit muncul pada awal masa
kehidupan dan menyerang sebagian besar penduduk, seperti pada malaria atau
Hepatitis A dan B di beberapa daerah. 
Epidemi adalah kejadian peningkatan sejumlah kasus penyakit yang
melebihi jumlah kasus yang biasa atau yang diperkirakan di komunitas atau
wilayah. Jumlah kasus yang dikatakan sebagai epidemi bervariasi menurut
penyakitnya, dan harus memperhitungkan faktor-faktor seperti pola
epidemiologis sebelumnya dari penyakit, waktu dan tempat terjadinya,
dan factor populasi yang terlibat. Satu kasus penyakit yang sudah lama tidak ada
di suatu daerah, seperti polio, merupakan epidemi, dan termasuk darurat
kesehatan masyarakat karena satu kasus klinis dapat mewakili atau
menggambarkan adanya ratusan pembawa penyakit dengan poliomielitis
nonparalitik atau subklinis. Pada tahun 1990-an, adanya dua hingga tiga atau
lebih kasus campak yang kejadiannya saling terkait waktu dan tempat dapat
dianggap sebagai bukti penularan yang cukup dan dianggap sebagai epidemi.
Pandemi adalah terjadinya penyakit di wilayah yang sangat luas, melintasi batas-
batas internasional, yang mempengaruhi sebagian besar penduduk. 
Investigasi Wabah
Setiap epidemi harus dianggap sebagai eksperimen alami yang unik.
Investigasi kasus epidemi membutuhkan persiapan dan investigasi di lapangan
sehubungan dengan kesehatan lokal dan otoritas terkait lainnya. Verifikasi kasus

xvi
dan cakupan epidemi membutuhkan adanya penegakan diagnose dan konfirmasi
laboratorium. Tabulasi temuan kasus menurut waktu, tempat, dan orang penting
untuk tindakan pengendalian langsung dan perumusan hipotesis mengenai sifat
epidemi. Kurva epidemik adalah grafik yang menggambarkan distribusi kasus
pada saat onset atau pelaporan awal, yang memberikan gambaran tentang waktu,
penyebaran, dan luasnya penyakit dari waktu kasus indeks awal dan penyebaran
sekunder.  
Investigasi epidemi membutuhkan serangkaian langkah. Ini dimulai dengan
konfirmasi laporan awal dan investigasi awal, menentukan siapa yang terkena,
menentukan sifat penyakit dan memastikan diagnosis klinis, mencatat kapan dan
di mana kasus pertama (indeks) dan kasus ikutan (sekunder) terjadi. , dan
bagaimana penyakit itu ditularkan. Sampel diambil dari pasien kasus indeks
(misalnya, darah, feses, usap tenggorokan) serta dari kemungkinan vektor
(misalnya, makanan, air, limbah, lingkungan). Hipotesis kerja dibuat
berdasarkan temuan pertama, dengan mempertimbangkan semua penjelasan
yang masuk akal. Pola epidemi dipelajari, menetapkan sumber umum atau faktor
risiko, seperti makanan, air, kontak, lingkungan, dan menggambar time line
kasus untuk menentukan kurva epidemi.  
Berapa banyak yang sakit (pembilang) dan berapa populasi berisiko (de
nominator) menetapkan tingkat serangan, yaitu, persentase kasus sakit di antara
mereka yang terpapar faktor umum penyebab epidemi. Apa penjelasan yang
masuk akal tentang kejadian tersebut; apakah ada pola sebelumnya,
dibandingkan dengan episode saat ini apakah merupakan kasus pengulangan
atau kasus baru? Konsultasi dengan kolega dan penelitian lewat literatur
membantu menetapkan apa kemungkinan hubungan yang masuk akal antara
biologis dan epidemiologis. Langkah-langkah apa yang diperlukan untuk
mencegah penyebaran dan kambuhnya penyakit? Koordinasi dengan petugas dan
penyedia kesehatan terkait lainnya diperlukan untuk menetapkan sistem
pengawasan dan pengendalian, mendokumentasikan dan mendistribusikan
laporan, dan menanggapi atas hak publik untuk mengetahui kasus ini.  
Laporan pertama tentang adanya peningkatan kasus berlebih mungkin datang
dari klinik medis atau rumah sakit. Kasus awal (sentinel atau indeks)
memberikan petunjuk pertama yang mungkin mengarah ke sumber umum.
Investigasi epidemi dirancang untuk dengan cepat menjelaskan penyebab dan
titik intervensi potensial untuk menghentikan kelanjutannya. Ini membutuhkan

xvii
investigasi dan interpretasi yang terampil. Investigasi epidemiologi telah berhasil
mendefinisikan banyak  masalah kesehatan masyarakat. Sindrom Rubella,
penyakit Legionnaire, AIDS, dan penyakit Lyme dan hanta virus pertama kali
diidentifikasi secara klinis ketika terjadi peningkatan sejumlah besar kasus yang
muncul dengan gambaran umum yang sama. Kecurigaan yang muncul mengarah
pada pencarian penyebab dan identifikasi metode pengendalian. 
Hipotesis kerja tentang sifat alami epidemi dikembangkan berdasarkan
penilaian awal, jenis presentasi, kondisi yang terlibat, dan pengalaman lokal,
regional, nasional, dan internasional sebelumnya. Hipotesis memberikan dasar
untuk penyelidikan lebih lanjut, tindakan pengendalian, dan perencanaan studi
klinis dan laboratorium tambahan. Surveilans kemudian akan memantau
keefektifan tindakan pengendalian. Komunikasi temuan ke sistem pelaporan
kesehatan lokal, regional, nasional, dan internasional penting untuk berbagi
pengetahuan dengan kelompok pendukung potensial lainnya atau daerah lain di
mana epidemi serupa mungkin terjadi. 1
 
I. Pengendalian Penyakit Menular
Meskipun penyakit Infeksi adalah kasus yang mempengaruhi individu, tapi
penyakit ini dapat menular ke orang lain, oleh karena itu pengendaliannya
membutuhkan tindakan perlindungan individu dan komunitas. Pengendalian
penyakit berarti penurunan kejadian, prevalensi, morbiditas, dan mortalitas.
Eliminasi penyakit di wilayah geografis tertentu dapat dicapai sebagaimana hasil
dari program intervensi seperti perlindungan terhadap tetanus; Eliminasi infeksi
pada campak yang memerlukan penghentian sirkulasi organisme. Eradikasi
berarti berhasil mengurangi hingga nol insiden kasus suatu penyakit beserta
keberadaan organism penyebab penyakit tersebut, seperti cacar. Kepunahan
berarti bahwa organisme tertentu tidak ada lagi di alam atau di laboratorium. 
1) Pengobatan
Mengobati infeksi setelah terjadi sangat penting untuk mengendalikan penyakit
menular. Setiap orang yang terinfeksi dapat menjadi vektor dan melanjutkan
rantai penularan. Pengobatan yang berhasil dari orang yang terinfeksi akan
mengurangi potensi kontak orang yang tidak terinfeksi untuk tertular infeksi.
2) Metode Pencegahan
Pelayanan kesehatan masyarakat yang terorganisir bertanggung jawab untuk
mengadvokasi undang-undang dan untuk mengatur dan memantau program

xviii
untuk mencegah terjadinya dan / atau penyebaran penyakit menular. Mereka
berfungsi untuk mendidik masyarakat mengenai langkah-langkah untuk
mengurangi atau mencegah penyebaran penyakit. 
Promosi kesehatan adalah salah satu instrumen terpenting dalam
pengendalian penyakit menular. Mendorong kepatuhan serta dukungan
masyarakat dalam hal tindakan pencegahan. Antara lain masalah kebersihan
pribadi dan kepastian ketersediaan air, susu, dan persediaan makanan yang
aman. Pada kasus penyakit menular seksual, pendidikan kesehatan merupakan
metode pencegahan yang utama. 
Setiap penyakit menular atau kelompok penyakit menular memiliki satu atau
lebih pendekatan pencegahan atau pengendalian (Tabel 4.3). Ini melibatkan
intervensi terkoordinasi dari berbagai disiplin ilmu dan modalitas, termasuk
pemantauan epidemiologi, konfirmasi laboratorium, keamanan lingkungan,
imunisasi, dan pendidikan kesehatan. Ini membutuhkan kerja tim dan kolaborasi
terorganisir.1  
Kemajuan yang sangat besar telah dibuat dalam hal pengendalian penyakit
menular baik secara secara klinis, kesehatan masyarakat, dan sarana sosial sejak
tahun 1900 di negara-negara industri dan sejak tahun 1970-an di negara
berkembang. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk layanan
kesehatan masyarakat yang terorganisir; perkembangan pesat dan penggunaan
yang luas dari vaksin dan antibiotik yang terbaru dengan mtu lebih baik; akses
yang lebih baik ke sarana perawatan kesehatan; dan perbaikan sanitasi, kondisi
kehidupan, dan gizi. Keberhasilan telah dicapai dalam pemberantasan cacar dan
dalam peningkatan pengendalian penyakit lain yang dapat dicegah dengan
vaksin. Namun, masih ada masalah serius dengan TB, PMS, malaria, dan infeksi
baru seperti HIV, dan peningkatan kasus organisme yang resistan terhadapobat. 1

xix
TABEL 4.3 Metode Pencegahan atau Pengendalian Penyakit Menular Menurut Jenis Organisme Pengendalian Infeksius
Utama

Pengendalian penyakit infeksi utama Virus Bakteri Parasit


Vaksinasi: pra-pajanan untuk melindungi Rabies, polio, campak, Difteri, pertusis, tetanus, Vaksin Malaria dalam masa
individu dan komunitas, pasca pajanan untuk rubella, gondongan, hepatitis tuberkulosis, antraks, brucella, uji coba
perlindungan individu atau imunisasi hewan B, influenza, varicella, pneumonia pneumokokus,
untuk mencegah daging atau susu yang hepatitis A, human Haemophilus influenzae tipe b
terinfeksi memindahkan penyakit ke manusia papillomavirus (HPV)
Tindakan lingkungan: pengendalian air dan Hepatitis A, rotavirus, polio, Salmonella, shigella, kolera, Malaria, onchocerciasis,
limbah, pengendalian vektor, tindakan arbovirus, virus kutu dan penyakit Legionnaire, E. coli dracunculiasis,
pengendalian nyamuk nyamuk schistosomiasis,
elephantiasis, cacing
Tindakan pendidikan / social / perilaku: HIV, human papillomavirus Penyakit diare, sifilis, gonore, Malaria, kudis,
mempromosikan perawatan dan perlindungan (HPV), hepatitis B dan C. chancroid onchocerciasis,
diri untuk mengurangi risiko, pertukaran jarum dracunculiasis
suntik, distribusi kondom di antara kelompok
risiko
Pengendalian hewan dan makanan: Rabies Brucellosis, coliforms, Cacing pita

20
mengurangi risiko penularan melalui salmonellosis, shigellosis
pasteurisasi susu dan radiasi makanan

Penemuan kasus dan pengobatan: Rabies, herpes, Tuberkulosis, IMS, demam rematik Malaria, cacing,
menyembuhkan atau mencegah penularan dan cytomegalovirus (CMV), dracunculiasis, lepra,
mengurangi populasi pembawa HIV, hepatitis C. onchocerciasis,
schistosomiasis

Tindakan kerja: melindungi orang yang HIV, hepatitis A dan B, Brucellosis, tuberkulosis, antraks Kista hidatidosa, trichinosis
terpapar di tempat kerja campak, rubella, arbovirus

21
J. Pencegahan Penyakit dengan Vaksin
Vaksin merupakan salah satu alat kesehatan masyarakat yang paling
penting dalam pengendalian penyakit menular, khususnya bagi kesehatan anak.
Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin  (PD3I) adalah penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin yang tersedia saat ini.
Tubuh merespon invasi organisme penyebab penyakit dengan reaksi
antigen-antibodi dan respon seluler. Bersama-sama, bertindak untuk menahan
atau menghancurkan potensi penyebab penyakit. 
a. Pengertian Imunisasi Agen dan Proses
Vaksin: Suspensi yang terdiri dari mikroorganisme hidup atau mati atau
bagian antigenik dari agen-agen yang disajikan ke inang potensial untuk
menginduksi imunitas guna mencegah penyakit spesifik yang disebabkan
oleh organisme tersebut. Pembuatan vaksin dapat berasal dari: 
1) Organisme hidup yang dilemahkan melalui proses berulang kali dalam
media kultur jaringan atau embrio ayam sehingga telah kehilangan
kemampuan untuk menyebabkan penyakit tetapi tetap memiliki
kemampuan untuk menginduksi respon antibodi, seperti polio Sabin,
campak, rubella, gondongan, demam kuning, BCG, tifus, dan wabah. 
2) Organisme yang tidak aktif atau mati yang telah dimatikan melalui
proses pemanasan atau bahan kimia tetapi tetap memiliki kemampuan
untuk menginduksi respon antibodi; pada umumnya aman tetapi kurang
berkhasiat dibandingkan vaksin hidup dan memerlukan banyak dosis,
seperti polio-Salk, influenza, rabies, dan Japanese ensefalitis. 
3) Fraksi seluler biasanya merupakan fraksi polisakarida dari dinding sel
organisme penyebab penyakit, seperti pneumonia pneumokokus atau
meningitis meningokokus. 
4) Vaksin rekombinan yang diproduksi dengan metode DNA rekombinan
yang mana sekuens DNA spesifik disisipkan dengan teknik rekayasa
molekuler, seperti sekuens DNA yang disambung ke virus vaksinia yang
22
ditumbuhkan dalam kultur sel untuk menghasilkan vaksin influenza dan
hepatitis B.
Toksoid atau antisera: racun yang dimodifikasi hingga tidak beracun
untuk merangsang pembentukan antitoksin, seperti tetanus, difteri,
botulisme, gangren gas, dan bisa ular dan kalajengking. 
Immunoglobulin: larutan yang mengandung antibodi yang berasal dari
hewan yang diimunisasi atau plasma darah manusia, digunakan terutama
untuk imunisasi pasif jangka pendek, misalnya rabies, untuk orang yang
mengalami gangguan sistemimun. 
Antitoksin: antibodi yang berasal dari serum hewan setelah distimulasi
dengan antigen spesifik dan digunakan untuk memberikan imunitas
pasif, misalnya tetanus. 
Imunisasi (vaksinasi) adalah proses yang digunakan untuk
meningkatkan resistensi inang terhadap mikroorganisme tertentu untuk
mencegahnya menyebabkan penyakit. Ini menginduksi respon primer
dan sekunder dalam tubuh manusia atau hewan: 

a. Respon primer terjadi pada paparan pertama antigen. Setelah jeda atau
periode laten selama 3-14 hari (tergantung pada antigen) antibodi
spesifik muncul dalam darah. Produksi antibodi berhenti setelah
beberapa minggu tetapi sel memori yang dapat mengenali antigen dan
meresponsnya tetap siap untuk merespons tantangan lebih lanjut dengan
antigen yang sama. 
b. Respons sekunder (Booster) adalah respons terhadap paparan antigen
kedua dan selanjutnya. Periode pembentukan lebih pendek dari respon
primer, puncaknya lebih tinggi dan berlangsung lebih lama. Antibodi
yang dihasilkan memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap antigen,
dan dosis antigen yang jauh lebih kecil diperlukan untuk memulai
respons. 

23
c. Memori imunologis ada bahkan ketika antibodi yang bersirkulasi tidak
cukup untuk melindungi antigen. Ketika tubuh terkena antigen yang
sama lagi, ia merespons dengan cepat memproduksi antibodi tingkat
tinggi untuk menghancurkan antigen sebelum dapat bereplikasi dan
menyebabkan penyakit. 

Kekebalan kelompok terjadi ketika cukup banyak orang yang dilindungi


(secara alami atau dengan imunisasi) terhadap penyakit menular tertentu
yang mengurangi sirkulasi organisme, sehingga menurunkan
kemungkinan orang yang tidak terlindungi untuk tertular. Setiap
patogen memiliki karakteristik infeksifitas yang berbeda, oleh karena itu
diperlukan tingkat imunitas kekebalan kelompok yang berbeda untuk
melindungi individu nonimun. 

b. Cakupan Imunisasi 

Proporsi penting dari populasi yang harus diimunisasi untuk


mengganggu sirkulasi lokal organisme bervariasi dari satu penyakit ke
penyakit lainnya. Pemberantasan cacar dicapai dengan cakupan dunia sekitar
80%, diikuti konsentrasi pada penemuan kasus baru dan pemberian
imunisasi pada kontak dan komunitas sekitarnya. Untuk penyakit yang
sangat menular, seperti campak, cakupan imunisasi lebih dari 95%
diperlukan untuk mencapai pemberantasan secara lokal. 

Cakupan imunisasi di komunitas harus dipantau untuk mengukur


tingkat perlindungan dan kebutuhan modifikasi program untuk mencapai
target pengendalian penyakit. Cakupan imunisasi dinyatakan sebagai
proporsi di mana pembilangnya adalah jumlah orang dalam kelompok
sasaran yang diimunisasi pada usia tertentu, dan penyebutnya adalah jumlah
orang dalam kelompok sasaran yang seharusnya diimunisasi sesuai dengan
standar yang diterima: 

24
c. Penyakit di cegah Oleh Vaksin

1. Difteri. Difteri adalah penyakit bakteri akut pada amandel, nasofaring,


dan laring yang disebabkan oleh organisme Corynebacterium
diphtheriae. Ini terjadi pada bulan-bulan yang lebih dingin di iklim
sedang di mana organisme muncul di inang manusia dan menyebar
melalui kontak dengan pasien atau pembawa. Difteri memiliki masa
inkubasi 2–5 hari.

Upaya untuk mengendalikan epidemi saat ini termasuk kampanye


vaksinasi massal untuk anak berusia di atas 3 tahun dengan dosis
tunggal dT (difteri dan tetanus) dan meningkatkan cakupan vaksin DPT
rutin menjadi empat dosis pada usia 2 tahun. Epidemi dan tindakan
pengendaliannya telah meningkatkan cakupan dengan dT untuk mereka
yang berusia di atas 18 tahun, dan 93% cakupan di antara anak-anak
berusia 12-23 bulan. 

2. Pertusis. Pertusis adalah penyakit bakteri akut pada saluran pernafasan


yang disebabkan oleh basil Bordetella pertussis. Pada tahap awal seperti
pilek (Fase Katarral), kemudian pasien mengalami batuk parah disertai
dengan sesak (paroksismus). Penyakit ini bisa berlangsung 1–2 bulan.
Paroksismus dapat menjadi lebih parah dan dapat diikuti oleh suara
whooping yang khas atau suara rejan bernada tinggi yang menginspirasi,
diikuti dengan pengeluaran sputum bening yang kental, sering kali
diikuti dengan muntah. Pada populasi dengan imunisasi yang buruk dan
mereka dengan malnutrisi, akan disertai pneumonia dan bahkan
kematian sering terjadi. Pertusis menurun drastis di negara-negara
industri karena cakupan DPT yang luas.
3. Tetanus. Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh eksotoksin
basil tetanus (Clostridium tetani) yang tumbuh secara anaerob di lokasi
luka. Basilus secara universal ada di lingkungan dan memasuki tubuh
25
manusia melalui luka tembus. Setelah masa inkubasi selama 3-21 hari,
hal itu menyebabkan kondisi akut berupa kontraksi otot yang
menyakitkan. Kecuali jika ada perawatan medis modern yang tersedia,
maka pasien berisiko mengalami tingkat kasus kematian yang tinggi
antara 30-90% (tertinggi pada bayi dan orang tua). 
4. Polio. Infeksi virus polio dapat asimtomatik atau menyebabkan penyakit
demam akut nonspesifik. Bahkan dapat mengakibatkan meningitis
aseptik yang lebih parah dan paralisis flaksid akut dengan sisa
kelumpuhan jangka panjang atau kematian selama fase akut.
Poliomielitis ditularkan terutama melalui kontak langsung orang ke
orang, tetapi juga melalui kontaminasi limbah.
5. Campak. Campak merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus
dari keluarga paramyxovirus. Penyakit ini sangat menular dengan rasio
kasus klinis dan subklinis yang sangat tinggi (99/1). Campak memiliki
gambaran klinis yang khas dengan gejala demam, bercak putih (Koplik
spot) pada selaput mulut, dan timbulnya ruam merah pada hari ke-3 - 7
yang berlangsung selama 4–7 hari. Angka kematian tinggi pada anak
kecil dengan status gizi yang terganggu, terutama kekurangan vitamin
A. 
6. Penyakit gondongan. Gondongan adalah penyakit virus akut yang
ditandai dengan demam, pembengkakan, dan nyeri tekan yang biasanya
terjadi pada kelenjar parotis, tetapi juga kelenjar lainnya. Masa inkubasi
berkisar antara 12 dan 25 hari. Orkitis, atau radang testis, terjadi pada
20-30% pria pascapubertas dan ooforitis, atau radang ovarium, pada 5%
wanita pascapubertas. Kemandulan adalah akibat gondongan yang
sangat langka. Keterlibatan sistem saraf pusat dapat terjadi dalam
bentuk meningitis aseptik, hampir selalu tanpa gejala sisa. Ensefalitis
dilaporkan dalam 1-2 per 10.000 kasus dengan tingkat kematian kasus
secara keseluruhan 0,01%. Pankreatitis, neuritis, tuli saraf, mastitis,
26
nefritis, tiroiditis, dan perikarditis, meskipun jarang, dapat terjadi.
Kebanyakan orang yang lahir sebelum 1957 kebal terhadap penyakit
tersebut, karena hampir semua orang terpapar penyakit sebelum waktu
itu.  
7. Rubella. Rubella (campak Jerman) umumnya merupakan penyakit virus
ringan dengan limfadenopati dan ruam merah yang menyebar dan
menonjol. Demam ringan, malaise, coryza, dan limfadenopati menjadi
ciri periode prodromal. Masa inkubasi biasanya 16-18 hari. Pembedaan
dari demam berdarah, campak, atau penyakit demam lainnya dengan
ruam mungkin memerlukan pengujian laboratorium dan pemeriksaan
virus dari spesimen nasofaring, darah, tinja, dan urin. 
8. Hepatitis A. Hepatitis A (HAV) sebelumnya dikenal sebagai infeksi
hepatitis atau penyakit kuning epidemik. HAV terutama ditularkan
melalui jalur fecal-oral.

Pencegahan melibatkan peningkatan kebersihan pribadi dan komunitas,


dengan air berklorin yang aman dan penanganan makanan yang tepat.
Vaksin hepatitis A baru-baru ini dilisensikan untuk digunakan di
Amerika Serikat, dan mungkin akan segera direkomendasikan untuk
program vaksinasi rutin, serta untuk orang-orang yang bepergian ke
daerah-daerah endemik.  

9. Hepatitis B. Hepatitis B (HBV), dahulu diperkirakan hanya ditularkan


melalui suntikan darah atau produk darah. Sekarang diketahui ada di
semua cairan tubuh dan mudah ditularkan oleh hubungan keluarga dan
seksual, penyebaran perinatal dari ibu ke bayi baru lahir, dan antara
balita. Namun, penyakit ini tidak menyebar melalui jalur oral-feses. 
10. Hepatitis C. Pertama kali diidentifikasi pada tahun 1989, dan
sebelumnya dikenal sebagai non-A, hepatitis non-B, hepatitis C (HCV)
memiliki onset berbahaya dengan penyakit kuning, kelelahan, nyeri
27
perut, mual, dan muntah. Ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga
sedang, tetapi penyakit kronis sering terjadi pada sirosis dan gagal hati.
HCV paling sering ditularkan dalam produk darah, tetapi juga di antara
pengguna napza suntik. Pencegahan penularan meliputi pengujian rutin
donor darah, pengobatan antivirus pada produk darah, program
pertukaran jarum.
11. Hepatitis D. Virus hepatitis D (HDV) juga dikenal sebagai hepatitis
Delta, dapat sembuh sendiri atau berkembang menjadi hepatitis kronis.
Penyakit ini disebabkan oleh partikel mirip virus yang menginfeksi sel
bersama dengan HBV.
12. Virus Hepatitis E. Virus hepatitis E memiliki perjalanan epidemiologis
dan klinis yang mirip dengan HAV.
13. Haemophilus influenzae type b. Haemophilus influenzae tipe b (Hib)
adalah bakteri yang menyebabkan meningitis dan infeksi serius lainnya
pada anak di bawah usia 18 bulan.
14. Influeza. Influenza adalah penyakit pernapasan virus akut yang ditandai
dengan demam, sakit kepala, mialgia, sujud, dan batuk. Penularannya
cepat melalui kontak dekat dengan individu yang terinfeksi dan melalui
partikel di udara dengan masa inkubasi 1– 5 hari. Umumnya ringan dan
sembuh sendiri dengan pemulihan dalam 2-7 hari. Namun, pada
kelompok populasi tertentu, seperti lansia dan sakit kronis, infeksi dapat
menyebabkan gejala sisa yang parah. Gejala gastrointestinal umumnya
terjadi pada anak-anak. Selama epidemi, angka kematian akibat
penyakit pernapasan meningkat karena banyaknya jumlah orang yang
terkena, meskipun angka kematian kasus umumnya rendah. 

Kelompok Resiko Tinggi Direkomendasikan Untuk Vaksin Influenza

1) Orang dewasa dan anak-anak dengan kondisi kardiovaskular dan


pernapasan kronis di bawah pengawasan medis;  
28
2) Penghuni fasilitas perawatan jangka panjang, seperti sebagai panti
jompo;
3) Dewasa di atas 65 tahun;
4) Pasien yang menjalani terapi aspirin jangka panjang yang berisiko
terkena sindrom Reye setelah infeksi influenza;
5) Orang dengan infeksi HIV atau imunosupresi;  
6) Tenaga medis;  
7) Karyawan panti jompo dan fasilitas perawatan jangka panjang;
8) Staf perawatan di rumah dan kontak individu berisiko tinggi 

15. Penyakit Pneumokokus. Penyakit pneumokokus yang disebabkan oleh


Strep tococcus pneumoniae antara lain pneumonia, meningitis, dan otitis
media.
16. Varicella (Cacar Air, Herpes Zoster, Herpes Zoster). Varicella adalah
penyakit virus akut yang digerakkan oleh gen yang disebabkan oleh
virus varicella zoster (VZV).
17. Meningitis Meningokokus. Meningitis meningokokus, yang disebabkan
oleh bakteri Neisseria meningitides, ditandai dengan sakit kepala,
demam, leher kaku, delirium, koma, dan / atau kejang. Masa
inkubasinya adalah 2–10 hari. Angka fatality kasusnya 5–15% jika
ditangani secara dini dan adekuat, tetapi meningkat hingga 50% jika
tanpa pengobatan. Ada beberapa strain penting (A, B, C, X, Y, dan Z).
Serogrup A dan C adalah penyebab utama epidemi, dengan B
menyebabkan kasus sporadis dan wabah lokal. Penularannya melalui
kontak langsung dan penyebaran tetesan.1

K. Hal-Hal Penting Dari Program Imunisasi

29
Vaksinasi adalah salah satu modalitas utama pencegahan primer. Imunisasi
mampu menghemat biaya dan mencegah penyakit serta kematian berskala luas,
dengan tingkat keamanan yang tinggi.
Program vaksinasi menargetkan 95% cakupan pada waktu yang tepat,
termasuk bayi, anak sekolah, dan orang dewasa. Kebijakan imunisasi harus
disesuaikan dengan standar internasional saat ini yang menerapkan program
terbaik yang tersedia sesuai dengan keadaan nasionalkemampuan keuangan.

Pasokan vaksin harus memadai dan berkelanjutan. Persediaan harus dipesan dari
produsen terkenal yang memenuhi standar internasional. Semua batch harus diuji
keamanan dan kemanjurannya sebelum dirilis untuk digunakan. Harus ada rantai
dingin yang memadai dan terus dipantau untuk melindungi dari suhu tinggi untuk
vaksin labil panas, serum, dan sediaan biologis aktif lainnya. Rantai dingin harus
mencakup semua tahap penyimpanan, pengangkutan, dan pemeliharaan di lokasi
penggunaan. Hanya jarum suntik sekali pakai yang harus digunakan dalam
program vaksinasi untuk mencegah kemungkinan penularan infeksi melalui
darah.
Kontraindikasi terhadap vaksinasi sangat sedikit; vaksin dapat diberikan bahkan
selama penyakit ringan dengan atau tanpa demam, selama terapi antibiotik,
30
selama pemulihan dari penyakit, setelah terpapar penyakit menular baru-baru ini,
dan kepada orang yang memiliki riwayat reaksi lokal ringan / sedang, kejang,
atau keluarga. riwayat sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Pemberian
vaksin dan "koktail" vaksin secara simultan mengurangi jumlah kunjungan dan
dengan demikian meningkatkan cakupan; tidak ada gangguan yang diketahui
antara antigen vaksin.  

Pengembangan vaksin oleh Jenner pada abad kedelapan belas hingga munculnya


vaksin hepatitis B rekombinan pada tahun 1987, dan vaksin untuk pertusis
aseluler, varicella, hepatitis A, dan rotavirus pada tahun 1990-an, telah
memberikan salah satu pilar kesehatan masyarakat dan memimpin untuk
penghematan besar kehidupan manusia. Vaksin untuk virus pada  infeksi pada
manusia untuk HIV, virus pernafasan syncytial, papilloma, virus Epstein-Barr,
demam berdarah, dan hantavirus sedang dalam penelitian intensif dengan
pendekatan genetik menggunakan teknik rekombinan. Potensi masa depan vaksin
akan sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmiah di bidang rekayasa genetika,
dengan potensi pengembangan vaksin yang melekat pada bakteri atau protein
dalam tumbuhan, yang dapat diberikan dalam kombinasi untuk semakin banyak
jenis organisme atau produk berbahaya mereka. .  

Teknologi DNA rekombinan telah merevolusi penelitian dasar dan biomedis


sejak tahun 1970-an. Industri bioteknologi telah menghasilkan tes diagnostik
yang penting, seperti untuk HIV, dengan potensi besar untuk pengembangan
vaksin. Vaksin organisme utuh tradisional, hidup atau mati, mungkin
mengandung produk beracun yang dapat menyebabkan reaksi ringan sampai
berat. Vaksin subunit dibuat dari komponen seluruh organisme. Ini menghindari
penggunaan organisme hidup yang dapat menyebabkan penyakit atau membuat
produk beracun yang menyebabkan reaksi. Vaksin subunit yang biasanya dibuat
dengan inaktivasi racun yang dimurnikan sebagian mahal, sulit disiapkan, dan
31
imunogeniknya lemah. Teknik rekombinan adalah pengembangan penting untuk
produksi vaksin sel atau subunit baru yang aman, murah, dan lebih produktif dari
antibodi daripada pendekatan lain. Kontribusi potensial mereka untuk masa
depan imunologi sangat besar.  

Biologi molekuler dan rekayasa genetika memungkinkan pembuatan vaksin baru,


lebih baik, dan lebih murah. Vaksin baru harus murah, mudah diberikan, mampu
disimpan dan diangkut tanpa pendinginan, dan diberikan secara oral. Pencarian
vaksin yang murah dan efektif untuk kelompok virus penyebab penyakit diare
mengarah pada pengembangan vaksin rotavirus. Beberapa penelitian yang "dapat
dimakan" berfokus pada pemrograman genetik tanaman untuk menghasilkan
vaksin dan DNA. Produsen vaksin, yang menghabiskan banyak uang dan
penelitian bertahun-tahun untuk produk baru, cenderung mengerjakan produk
yang akan memberikan keuntungan finansial yang besar bagi perusahaan dan
sangat penting bagi komunitas perawatan kesehatan setempat. Hal ini
menyebabkan semakin sedikit upaya yang dilakukan dalam mengembangkan
vaksin untuk penyakit seperti malaria. Namun industri memainkan peran penting
untuk kemajuan yang berkelanjutan di lapangan. 1

L. Pengendalian / Pemberantasan Penyakit Menular 


Sejak eradikasi kasus cacar, perhatian lebih telah difokuskan pada kemungkinan
pemberantasan penyakit lain yang serupa, dan daftar kandidat potensial telah
muncul. Beberapa di antaranya telah ditinggalkan karena kesulitan praktis
dengan teknologi saat ini. Penyakit yang sedang dibahas untuk pemberantasan
antara lain campak, TBC, dan beberapa penyakit tropis, seperti malaria dan
drakunculiasis. Eradikasi didefinisikan sebagai pencapaian situasi di mana tidak
ada kasus penyakit lebih lanjut yang terjadi di mana pun dan tindakan
pengendalian lanjutan tidak diperlukan. Mengurangi wabah penyakit menular,

32
melalui pengendalian dan eradikasi  di wilayah tertentu atau kelompok sasaran,
dalam hal tertentu dapat mencapai eradikasi penyakit tertentu.
Eradikasi lokal dapat dicapai jika peredaran organisme lokal yang terjadi hanya
oleh kasus-kasus impor. Hal ini membutuhkan program imunisasi yang kuat dan
berkelanjutan dengan adaptasi untuk memenuhi kebutuhan carrier dan perubahan
pola epidemiologi.
a. Kandidat Lain Pemberantasan
Sejak pemberantasan cacar, diskusi difokuskan pada kemungkinan
pemberantasan penyakit lain yang serupa, dan daftar calon potensial telah
muncul. Beberapa di antaranya telah ditinggalkan karena kesulitan praktis
dengan teknologi saat ini. Penyakit yang sedang dibahas untuk
pemberantasan antara lain campak, TBC, dan penyakit tropis seperti malaria
dan drakunculiasis. 
b. Kreiteria Penilaian Eradikasi Penyakit, Satuan Tugas Internasional Untuk
Pemberantasan Penyakit (ITFDE)
1. Kelayakan Ilmiah 
a) Kerentanan epidemiologis; kurangnya reservoir bukan manusia,
kemudahan penyebaran, tidak ada kekebalan alami, potensi
kambuh; 
b) Intervensi praktis yang efektif tersedia; vaksin atau pengobatan
preventif atau kuratif utama lainnya, atau vektorisida yang aman,
murah, tahan lama, dan mudah digunakan di lapangan; 
c) Kelayakan eliminasi yang ditunjukkan di lokasi tertentu, seperti
pulau atau unit geografis lainnya. 
2. Kemauan politik / dukungan rakyat 
a) Beban penyakit yang dirasakan; morbiditas, mortalitas, kecacatan,
dan biaya perawatan di negara maju dan berkembang; 
b) Perkiraan biaya pemberantasan; 
c) Sinergi implementasi dengan program lain; 
33
d) Alasan pemberantasan versus kontrol. 
c. Kandidat Eradikasi di Masa Depan
Satu dekade setelah pemberantasan cacar tercapai, Satuan Tugas
Internasional untuk Pemberantasan Penyakit (ITFDE) dibentuk untuk
mengevaluasi secara sistematis potensi pemberantasan global calon
penyakit. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hambatan khusus untuk
pemberantasan penyakit ini yang mungkin dapat diatasi dan untuk
mempromosikan upaya pemberantasan. 

TABEL 4.7 Calon Penyakit berpotensi terkontrol dan eradikasi 1998 


Control-Eliminasi sebagai
Organisme Masalah Kesehatan Eradikasi - Regional / Global
Masyarakat
Penyakit akibat Pertusis Difteri
bakteri Tetanus neonatorum Haemophilus b influenza
Sifilis congenital
Trachoma 
Tuberkulosis 
Kusta
Penyakit akibat virus Hepatitis B Poliomyelitis
Hepatitis A Campak 
Demam Kuning Rubella 
Rabies Mumps 
Jepang ensefalitis
Penyakit akibat Onchocerciasis Dracunculiasis
parasit Malaria Chagas' penyakit 
Kecacingan Filariasis
Schistosomiasis Echinococcus

34
Leichmaniasis Taeniasis 
Penyakit Non Infeksi Keracunan timbal 
Silikosis 
Kekurangan gizi  Energy
Protein
Malnutrisi gizi Mikronutrien
Kekurangan yodium
Kekurangan vitamin A
Kekurangan Besi

M. Pengendalian Penyakit Menular Dalam Kesehatan Masyarakat Baru


Keberhasilan vaksin, sanitasi dan antibiotik membuat banyak orang berasumsi
bahwa semua penyakit menular cepat atau lambat akan terkendali oleh kesehatan
masyarakat dan teknologi medis. Sayangnya, ini adalah asumsi yang terlalu dini
dan bahkan berbahaya. Meskipun telah lama tersedia vaksin yang efektif dan
murah, penyakit campak sebagai pembunuh utama 1 juta anak per tahun
menunjukkan kegagalan dalam penggunaan yang efektif dari vaksin dan sistem
kesehatan. Kebangkitan TB dan malaria telah mengarah pada strategi baru,
seperti perawatan yang dikelola atau diamati secara langsung, dengan petugas
kesehatan komunitas untuk memastikan kepatuhan yang diperlukan untuk
membuat pasien tidak menular kepada orang lain dan untuk mengurangi
kumpulan pembawa penyakit.  
Di negara industri dan negara berkembang tingkat menengah, pergeseran
epidemiologi dan demografi telah menciptakan tantangan baru dalam
pengendalian penyakit menular. Pencegahan dan pengobatan dini penyakit
menular pada orang yang sakit kronis dan lanjut usia bukan hanya masalah
medis, tetapi juga ekonomi. Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), penyakit hati atau ginjal kronis, atau penyakit kongestif  gagal jantung
35
berisiko tinggi mengembangkan penyakit menular diikuti dengan rawat inap
berkepanjangan.  

36
KESIMPULAN

Kesehatan masyarakat telah menangani, dan akan terus menekankan masalah


penyakit menular sebagai salah satu masalah utama dalam melindungi kesehatan
individu dan penduduk. Metode intervensi meliputi kesehatan masyarakat klasik
melalui sanitasi, imunisasi, dan selanjutnya ke dalam masalah gizi, pendidikan,
penemuan kasus, dan pengobatan, serta perubahan perilaku manusia. Pengetahuan,
sikap, keyakinan, dan praktik dari para pembuat kebijakan, penyedia layanan
kesehatan, dan orang tua sama pentingnya dalam keberhasilan pengendalian penyakit
menular seperti juga teknologi yang tersedia dan metode pembiayaan sistem
kesehatan. Bersama-sama, ini mencakup pendekatan program matic yang luas dari
Kesehatan Masyarakat Baru untuk mengendalikan penyakit menular.  
Dalam dunia transportasi internasional yang cepat dan kontak antar populasi,
sistem diperlukan untuk memantau potensi penyebaran ledakan patogen yang
mungkin ditransfer dari habitat normalnya. Potensi penyebaran internasional
penyakit menular baru atau penyakit menular yang disembuhkan merupakan
ancaman bagi umat manusia seperti bencana ekologi dan bencana buatan manusia
lainnya.  
Beban penyakit menular telah surut sebagai masalah kesehatan masyarakat
yang utama di negara maju tetapi tetap besar di negara berkembang. Dengan
bertambahnya umur panjang dan semakin pentingnya penyakit kronis dalam status
kesehatan industri dan negara berkembang tingkat menengah, efek penyakit menular
pada perawatan orang tua dan sakit kronis sangat penting dalam Kesehatan
Masyarakat Baru. Penatalaksanaan penyakit kronis jangka panjang perlu menangani
perawatan kelompok rentan, mempromosikan penggunaan vaksin dan antibiotik yang
ada. Yang terpenting adalah pengembangan sistem kesehatan yang
menyediakan  pemantauan ketat kelompok berisiko khusus untuk penyakit menular,

37
terutama pasien dengan penyakit kronis, immunocompromised, dan lanjut usia.
Kombinasi kesehatan masyarakat tradisional dengan perawatan medis langsung yang
diperlukan untuk pengendalian yang efektif dan pemberantasan penyakit menular
merupakan elemen penting dari Kesehatan Masyarakat Baru. Tantangannya adalah
menerapkan pendekatan dan pengelolaan sumber daya yang komprehensif untuk
menentukan dan mencapai target yang dapat dicapai dalam pengendalian penyakit
menular.

38
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Tulchinsky TH, Varavikova EA. The New Public Health’ an Introduction for
the 21sst t Century. Vol 316. Academic Press; 2004.
2. Dr. Irwan SKM,M.Kes. Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta : CV.
Absolute Media. 2017.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol. 40 (3).
2020. Pp 183-5
4. Sumampouw, Oksfriani Jufri. Program Pemberantasan Penyakit Menular.
Fakultas Kesehatan Masyarakat : Universitas Sam Ratulangi Manado. 2017

40

Anda mungkin juga menyukai